Anda di halaman 1dari 8

2.

Mioma Uteri
1. Pengertian Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel jaringan
otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri disebut juga dengan
leimioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini berbentuk padat karena jaringan ikat dan
otot rahimnya dominan. Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan
sering dialami oleh wanita. Neoplasma ini memperlihatkan gejala klinis berdasarkan besar
dan letak mioma (Cunningham, 2010).

Gambar 1. Anatomi Uterus Normal

Gambar 2. Letak Mioma uteri

3. Klasifikasi Mioma Uteri


Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu:
A. Mioma Uteri Subserosum
Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut
sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan dengan ementum di sekitarnya
menyebabkan sisten peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum.
Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas dari
uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini
dikenal sebagai mioma jenis parasitik (Cunningham, 2010).
B. Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multiple. Apabila masih
kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus
berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak
memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa
tumor di daerah perut sebelah bawah (Cunningham, 2010).
C. Mioma Uteri Submukosum
Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan
tumbuh kearah kavun uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan
besar kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar
dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt (Cunningham, 2010).

Mioma submukosum walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan


perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai terapinya
dilakukan histerektomi (Cunningham, 2010).
4.

Komplikasi
Komplikasi merupakan suatu kondisi yang mempersulit atau reaksi
negatif

yang terjadi pada penderita akibat mioma uteri (Cunningham,

2010).
a. Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi Leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32
0,6 % dari seluruh mioma, serta merupakan 50 75 % dari seluruh sarkoma
uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histology
uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila
mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma
dalam menopause (Cunningham, 2010).
b. Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian
terjadilah syndrome abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan
gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu
keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum
(Cunningham, 2010).
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang
diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi
pada mioma yang menyebabkan perdarahan berupa metroragia disertai
leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus
sendiri (Cunningham, 2010).

5. Pencegahan Mioma Uteri


a. Pencegahan Primordial
Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau
sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah (Cunningham,
2010).
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang
menderita mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan
mengenai faktor-faktor resiko mioma terutama pada kelompok yang beresiko yaitu
wanita pada masa reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan pemberian hormon
estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB kombinasi (mengandung estrogen
dan progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen lebih rendah dibanding pil
sekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri berhubungan dengan kadar estrogen
(Cunningham, 2010).
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma uteri,
tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi. Pencegahan yang
dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat
(Cunningham, 2010).
6. Diagnosa
a. Gejala Subjektif
Pada umumnya kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Timbulnya gejala
subjektif dipengaruhi oleh: letak mioma uteri, besar mioma uteri, perubahan dan
komplikasi yang terjadi (Cunningham, 2010).

Gejala subjektif pada mioma uteri (Cunningham, 2010):

Perdarahan abnormal, merupakan gejala yang paling umum dijumpai.


Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan
metrorargia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini antara
lain adalah: pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium,
permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa, atrofi endometrium,
dan gangguan kontraksi otot rahim karena adanya sarang mioma di antara
serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik. Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis
karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.
Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi gejala
ini dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang
disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma
submukosum yang akan dilahirkan dan pertumbuhannya yang menyempitkan
kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
Tanda penekanan, Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada uretra
dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan
tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
b. Gejala Objektif
Gejala objektif mioma uteri ditegakkan melalui (Cunningham, 2010):

Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan Abdomen dan


pemeriksaan pelvik. Pada pemeriksaan abdomen, uterus yang besar dapat
dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area
perlunakan memberi kesan adanya perubahan degeneratif. Pada pemeriksaan
Pelvis, serviks biasanya normal, namun pada keadaan tertentu mioma submukosa
yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat pada ostium
servikalis. Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan noduler. Perlunakan
tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskular. Uterus sering dapat

digerakkan, kecuali apabila terdapat keadaan patologik pada adneksa.


Pemeriksaan Penunjang; Apabila keberadaan masa pelvis meragukan maka
pemeriksaan dengan ultrasonografi akan dapat membantu. Selain itu melalui

pemeriksaan laboratorium (hitung darah lengkap dan apusan darah) dapat


dilakukan.
7. Penatalaksanaan Medis Mioma Uteri
a. Pengobatan Konservatif
Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus dengan
Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH agonis selama
16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga
uterus menjadi kecil. Setelah pemberian GnRH agonis dihentikan mioma yang lisut
itu akan tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih
mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi tinggi (Cunningham, 2010).
b. Pengobatan Operatif
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan
gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif, tindakan operatif yang
dilakukan antara lain (Cunningham, 2010) :

Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus, misalnya pada mioma submukosum pada mioma geburt dengan cara
akstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi dikerjakan karena keinginan
memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan 30-50%.
Pengambilan sarang mioma subserosum dapat dengan mudah dilaksanakan apabila
tumor bertangkai.
Tindakan ini seharusnya hanya dibatasi pada tumor dengan tangkai yang
jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila tidak mioma dapat diambil
dari uterus pada waktu hamil atau melahirkan, sebab perdarahan dapat
berkepanjangan dan terkadang uterus dikorbankan.

Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan
tindakan terpilih. Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40 tahun
dan tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari kehamilan 12
minggu disertai adanya gangguan penekanan atau tumor yang cepat membesar.
Histerektomi dapat dilaksanakan perabdomen atau pervaginum. Adanya prolapsus

uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya


dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma serviks uteri.
Histeroktomi supra vaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis
dalam mengangkat uterus keseluruhan.
b. Pencegahan Tertier
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan setelah penderita melakukan
pengobatan. Umumnya pada tahap pencegahan ini adalah berupa rehabilitasi untuk
meningkatkan kualitas hidup dan mencegah timbulnya komplikasi. Pada dasarnya
hingga saat ini belum diketahui penyebab tunggal yang menyebabkan mioma uteri,
namun merupakan gabungan beberapa faktor atau multifaktor. Tindakan yang
dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas hidup dan mempertahankannya.
Penderita pasca operasi harus mendapat asupan gizi yang cukup dalam masa
pemulihannya (Cunningham, 2010).

Anda mungkin juga menyukai