Anda di halaman 1dari 10

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Juni 15, 2010 Filed under Obsteri Patologi


Definisi
Pada kehamilan normal, telur yang sudah dibuahi akan melalui tuba falopi (saluran tuba)
menuju ke uterus (rahim). Telur tersebut akan berimplantasi (melekat) pada rahim dan mulai
tumbuh menjadi janin. Pada kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi berimplantasi dan
tumbuh di tempat yang tidak semestinya.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri. Sering disebut
juga kehamilan ekstrauterin. Kurang tepat, karena kehamilan pada cornu uteri atau serviks
uteri (intrauterin) juga masih termasuk sebagai kehamilan ektopik (Cakul, 2000).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar ronnga uterus
(Syarifudin, 2001).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang ditandai dengan terjadinya implantasi di luar
endometrium kavum uteri setelah fertilisasi (syafrudin, 2001).
Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi, tumbuh dan
berkembang di luar endometrium kavum uteri. Bila kehamilan tersebut mengalami proses
pengakhiran (abortus) maka disebut kehamilan ektopik terganggu (Achadiat, 2004).
Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus
atau pecah dan hal ini berbahaya bagi wanita tersebut (Yulaikhah, 2009).
Lokasi Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah tuba falopi (98%),

1. Ujung fimbriae tuba falopii (17%)


2. Ampula tubae ( 55%)
3. Isthmus tuba falopii (25%)
4. Pars interstitsialis tuba falopii (2%)

ovarium (indung telur),

rongga abdomen (perut),

serviks (leher rahim)

Lokasi Kehamilan Ektopik


Etiologi
Etiologi pasti tak diketahui.
Faktor Resiko
Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Namun perlu
diingat bahwa kehamilan ektopik dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko
kehamilan ektopik adalah :
1. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan sebesar 15% setelah
kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua.
2. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron
Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan kontrasepsi spiral (3
4%). Pil yang mengandung hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik
karena pil progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang
membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.
3. Kerusakan dari saluran tuba
Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut sehingga
menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba. Beberapa faktor risiko yang
dapat menyebabkan gangguan saluran tuba diantaranya adalah :

Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 3,5 kali dibandingkan wanita
yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena merokok menyebabkan penundaan
masa ovulasi (keluarnya telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia
di saluran tuba, dan penurunan kekebalan tubuh

Penyakit Radang Panggul : menyebabkan perlekatan di dalam saluran tuba, gangguan


pergerakan sel rambut silia yang dapat terjadi karena infeksi kuman TBC, klamidia,
gonorea

Endometriosis : dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba

Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah panggul,
pengobatan infertilitas seperti bayi tabung > menyebabkan parut pada rahim dan
saluran tuba.

2.5 Tanda dan Gejala


Pada minggu-minggu awal, kehamilan ektopik memiliki tanda-tanda seperti kehamilan pada
umumnya, yaitu terlambat haid, mual dan muntah, mudah lelah, dan perabaan keras pada
payudara.
a. Gejala
Nyeri Nyeri panggul atau abdomen hampir selalu terdapat.

Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral ; terlokalisir atau menyebar.


Nyeri subdiafragma atau nyeri bahu tergantung ada atau tidaknya perdarahan intraabdominal.

Perdarahan Perdarahan uterus abnormal (biasanya berupa bercak perdarahan ) terjadi pada
75% kasus yang merupakan akibat dari lepasnya sebagian desidua.
Amenorea Amenorea sekunder tidak selalu terdapat dan 50% penderita KE mengeluhkan
adanya spotting pada saat haid yang dinanti sehingga tak jarang dugaan kehamilan hampir
tidak ada.
Sinkope Pusing, pandangan berkunang-kunang dan atau sinkope terjadi pada 1/3 sampai
kasus KET.
Desidual cast 5 10% kasus kehamilan ektopik mengeluarkan desidual cast yang
sangat menyerupai hasil konsepsi.
b. Tanda
Ketegangan abdomen

Rasa tegang abdomen yang menyeluruh atau terlokalisir terdapat pada 80% kasus
kehamilan ektopik terganggu
Nyeri goyang servik (dan ketegangan pada adneksa) terdapat pada 75% kasus
kehamilan ektopik.

Masa adneksa Massa unilateral pada adneksa dapat diraba pada sampai kasus KE.
Kadang-kadang dapat ditemukan adanya masa pada cavum Douglassi (hematocele)
Perubahan pada uterus Terdapat perubahan-perubahan yang umumnya terjadi pada
kehamilan normal seperti ada riwayat terlambat haid dan gejala kehamilan muda

Apabila seorang wanita dengan kehamilan ektopik mengalami gejala diatas, maka dikatakan
bahwa wanita tersebut mengalami Kehamilan Ektopik Terganggu. Apabila anda merasa hamil
dan mengalami gejala-gejala seperti ini maka segera temui dokter anda. Hal ini sangat
penting karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa apabila ruptur (pecah) dan
menyebabkan perdarahan di dalam.
Patofisiologi
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi
dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba
tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa
kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan tubal abortion, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung
distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan
ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya
tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari
distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan
pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadangkadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.
a. Abortus Tuba

Perjalanan Lebih Lanjut dari Abortus Tuba


Terjadi pada 65% kasus dan umumnya terjadi implantasi didaerah fimbriae dan ampula.

Berulangnya perdarahan kecil pada tuba menyebabkan lepasnya dan yang diikuti dengan
kematian ovum.
Perjalanan selanjutnya adalah :
1. Absorbsi lengkap secara spontan.
2. Absorbsi lengkap secara spontan melalui ostium tubae menunju cavum peritoneum.
3. Abosrbsi sebagian sehingga terdapat konsepsi yang terbungkus bekuan darah yang
menyebabkan distensi tuba.
4. Pembentukan tubal blood mole.
b. Ruptur Tuba

1.
Perjalanan Lebih Lanjut Ruptur Tuba
Terjadi pada 35% kasus dan seringkali terjadi pada kasus kehamilan ektopik dengan
implantasi didaerah isthmus.
Ruptura pars ampularis umumnya terjadi pada kehamilan 6 10 minggu , namun
ruptura pada pars isthmica dapat berlangsung pada usia kehamilan yang lebih awal.
Pada keadaan ini trofoblast menembus lebih dalam dan seringkali merusak lapisan
serosa tuba, ruptura dapat berlangsung secara akut atau gradual .
Bila ruptur terjadi pada sisi mesenterik tuba maka dapat terjadi hematoma ligamentum
latum.
Pada kehamilan ektopik pars interstitisialis, ruptura dapat terjadi pada usia kehamilan
yang lebih tua dan menyebabkan perdarahan yang jauh lebih banyak.
Patologi

Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama halnya
di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya
telur mati secara dini dan kemudian diresobsi. Setelah tempat nidasi tertutup, maka
telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan
dinamakan pseudokapsularis. Pembentukan desidua di tuba tidak sempurna.
Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi
trofoblas.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan. Sebagian
besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
2. Abortus ke dalam lumen tuba
3. Ruptur dinding tuba
(www.medforum.nl)

Komplikasi Kehamilan Ektopik (Perdarahan)


2.8 Diagnosa Kehamilan Ektopik Terganggu
1. Anamnesis : riwayat terlambat haid / amenorrhea, gejala dan tanda kehamilan muda,
dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah.
2. Pemeriksaan fisis : keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk, ada tanda
akut abdomen. Saat pemeriksaan adneksa dengan vaginal touch, ada nyeri bila porsio
digerakkan (nyeri goyang porsio).
3. Pemeriksaan penunjang diagnostik : urine B-hCG (+), kuldosentesis (ditemukan darah
di kavum Douglasi), USG.

4. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.


Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang, sedangkan
untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:
Laboratorium

Hematokrit

Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.

Sel darah putih

Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis.

Tes kehamilan

Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan -hCG positif. Pada
kehamilan intrauterin, peningkatan kadar -hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua hari, 2/3
kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial hCG yang abnormal,
dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal. Kadar hormon
yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik.
Pemeriksaan Penunjang/Khusus

Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari


rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan
seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain
Laparoskopi peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah diganti
oleh USG

D & C Dilakukan untuk konfirmasi diagnosa pada kasus dimana pasien tak
menghendaki kehamilan. Bila hasil kuretase hanya menunjukkan desidua, maka
kemungkinan adanya kehamilan ektopik harus ditegakkan.

Laparotomi Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan


gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).

Kuldosintesis Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk


menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi. Tindakan ini tak
perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan intraabdominal sudah dapat
ditegakkan dengan cara pemeriksaan lain.

2.11 Tatalaksana
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran
kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan
melalui:

1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan adalah
methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah tindakan
yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan. Apabila
memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan :
1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau

insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung
kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi
superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar -hCG rendah
maka dapat diberikan injeksi methrotexate kedalam kantung gestasi dengan harapan bahwa
trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3
intramuskuler.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
1. Ukuran kantung kehamilan <>
2. Keadaan umum baik (hemodynamically stabil)
3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :
1. Masa tuba <>
2. Usia kehamilan <>
3. Janin mati
4. Kadar -hCG <>
Kontraindikasi pemberian Methrotexate :
1. Laktasi
2. Status Imunodefisiensi
3. Alkoholisme
4. Penyakit ginjal dan hepar
5. Diskrasia darah

6. Penyakit paru aktif


7. Ulkus peptikum
Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG setiap
minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan second look operation.
2.12 Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan
seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan
ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit
menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang
panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko
terjadinya kehamilan ektopik.
Kita tidak dapat menghindari 100% risiko kehamilan ektopik, namun kita dapat mengurangi
komplikasi yang mengancam nyawa dengan deteksi dini dan tatalaksana secepat mungkin.
Jika kita memiliki riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, maka kerjasama antara dokter dan
ibu sebaiknya ditingkatkan untuk mencegah komplikasi kehamilan ektopik.
2.13 Prognosis kehamilan di masa depan
Adalah suatu kewajaran untuk khawatir menganai masalah kesuburan setelah mengalami
kehamilan ektopik. Seseorang yang mengalami kehamilan ektopik bukan berarti tidak dapat
mengalami kehamilan normal namun berarti seseorang memiliki kemungkinan untuk
mengalami kehamilan ektopik lagi di masa depan.
Umumnya penyebab kehamilan ektopik (misalnya penyempitan tuba atau pasca penyakit
radang panggul) bersifat bilateral. Sehingga setelah pernah mengalami kehamilan ektopik
pada tuba satu sisi, kemungkinan pasien akan mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba
sisi yang lain
Apabila saluran tuba ruptur (pecah) akibat kehamilan ektopik dan diangkat melalui operasi,
seorang wanita akan tetap menghasilkan ovum (sel telur) melalui saluran tuba sebelahnya
namun kemungkinan hamil berkurang sebesar 50 %. Apabila salah satu saluran tuba
terganggu (contoh karena perlekatan) maka terdapat kemungkinan saluran tuba yang di
sebelahnya mengalami gangguan juga. Hal ini dapat menurunkan angka kehamilan
berikutnya dan meningkatkan angka kehamilan ektopik selanjutnya. Pada kasus yang
berkaitan dengan pemakaian spiral, tidak ada peningkatan risiko kehamilan ektopik apabila
spiral diangkat.
REFERENSI
1. Anthonius Budi. M, Kehamilan Ektopik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta, 2001.
2. Arif M. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271.

3. Hanifa W, dkk., IlmuKebidanan, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, Jakarta, 1992, Hal. 323-334.
4. ____________, Ilmu Kandungan,Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 1999, Hal 250-255.
5. Karsono, B. Ultrasonografi dalam Obstetri, dalam : Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan.
FKUI. Jakarta 2002
6. Mochtar, R. Sinopsis Obstetri ed 2. EGC. Jakarta. 1998
7. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
8. Rachimhadhi, T. Kehamilan Ektopik, dalam : Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan.
FKUI. Jakarta. 2002
9. Rustam. M, MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hal.226-235.
10. Taber Ben-Zoin. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. EGC.
Jakarta
11. Wijayanegara, H. Ultrasonografi Dalam Bidang Obstetri, dalam : Dasar-dasar
Ultrasonografi dan Peranannya pada Keadaan Gawat Darurat. Penerbit ALUMNI.
1985
12. Yulaikhah Lily. 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai