Anda di halaman 1dari 17

Laporan Pendahuluan

Trikomoniasis

A.    Definisi
Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit
Trichomonas vaginalis. Parasit ini paling sering menyerang wanita, namun pria dapat
terinfeksi dan menularkan ke pasangannya lewat kontak seksual. Vagina merupakan
tempat infeksi paling sering pada wanita, sedangkan uretra (saluran kemih)
merupakan tempat infeksi paling sering pada pria.
Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut atau
kronis dan merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit
Trichomonas vaginalis.
Parasit ini paling sering menyerang wanita, namun pria dapat terinfeksi dan
menularkan ke pasangannya lewat kontak seksual. Vagina merupakan tempat infeksi
paling sering pada wanita, sedangkan uretra (saluran kemih) merupakan tempat
infeksi paling sering pada pria.
Trikomoniasis adalah suatu penyakit menular seksual pada vagina atau uretra yang
disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
Trikomoniasis adalah salah satu tipe dari Vaginitis, merupakan penyakit infeksi
protozoa yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui
hubungan seksual, terutama sebagai Penyakit Menular Sexual (PMS), dan sering
menyerang traktus urogenitalis bagian bawah yang dapat bersifat akut atau kronik dan
pada wanita maupun pria, namun pada pria peranannya sebagai penyebab penyakit
masih diragukan.
Trikomoniasis (biasanya disebut sebagai “trich”) adalah penyakit menular seksual
yang paling umum dapat disembuhkan di dunia. Penyakit ini juga merupakan salah
satu dari tiga infeksi vagina yang paling umum pada wanita

B.    Etiologi
Trikomoniasis disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis. Parasit ini
menyebar melalui hubungan seksual dengan orang yang sudah terkena penyakit
ini. Trikomoniasis menyerang (uretra) saluran kemih pada pria, namun biasanya
tanpa gejala, sedangkan pada wanita, trikomoniasis lebih sering menyerang
vagina. Resiko untuk terkena penyakit ini tergantung aktivitas seksual orang
tersebut. Beberapa faktor resiko untuk terkena penyakit ini antara lain :
 Jumlah pasangan seksual selama hidupnya
 Pasangan seksual saat ini
 Tidak memakai kondom saat berhubungan seksual

Trichomonas vaginalis, organisme bersel tunggal yang memiliki ekor seperti


cambuk. Meskipun organisme ini bisa menginfeksi saluran kemih-kelamin pria
dan wanita, tetapi gejala-gejalanya lebih sering ditemukan pada wanita. Sekitar
20% wanita pernah mengalami trikomoniasis vagina selama masa reproduktifnya.
Pada pria, organisme ini menginfeksi uretra, prostat dan kandung kemih, tetapi
kasusnya jarang menimbulkan gejala. Organisme ini lebih sulit ditemukan pada
pria.
 T vaginalis adalah protozoa dengan flagela.
 Rata-rata masa inkubasi adalah 1 minggu namun dapat bervariasi antara 4-
28 hari.
 Trikomoniasis umumnya merupakan penyakit menular seksual.
 Risiko untuk terkena infeksi ini tergantung pada aktifitas seksual klien.
 Faktor-faktor risiko untuk terkena T vaginalis termasuk hal berikut ini:
 Jumlah pasangan seks selama hidupnya
 Pasangan seksual saat ini
 Tidak memakai kondom saat hubungan seksual
 Memakai kontarsepsi oral (pil KB)

C.    Patofisiologi
Pada wanita sebelum usia pubertas, dinding vagina yang sehat tipis dan
hypoestrogenic, dengan pH lebih besar dari 4,7, pemeriksaan dengan pembiakan
(kultur) akan menunjukkan beberapa mikroorganisma. Setelah gadis menjadi
dewasa, dinding vagina menebal dan laktobasilus menjadi mikroorganisma yang
dominan, PH vagina menurun hingga kurang dari 4,5. Gambaran fisiologis
discharge vagina normal terdiri dari sekresi vaginal, sel-sel exfoliated dan mukosa
serviks. Frekunsi discharge vagina bervariasi berdasar umur, siklus menstruasi
dan penggunaan kontrasepsi oral. Lingkungan vagina normal digambarkan oleh
adanya hubungan dinamis antara Lactobacillus acidophilus dan flora endogen
lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan produk metabolisme flora dan organisme
patogen. L. acidophilus memproduksi hydrogen peroxide (H2O2), yang bersifat
toksik terhadap organisme patogen dan menjaga pH vagina sehat antara 3.8 dan
4.2. Laktobasilus penting untuk melindungi vagina dari infeksi, dan laktobasilus
adalah flora dari vagina yang dominan (walaupun bukan merupakan stau-satunya
flora vagina). Masa inkubasi sebelum timbulnya gejala setelah adanya infeksi
bervariasi antara 3-28 hari. Vaginitis muncul karena flora vagina diganggu oleh
adanya organisme patogen atau lingkungan vagina berubah sehingga
memungkinkan organisme patogen berkembang biak. Selama terjadinya infeksi
protozoa Trichomonas vaginalis, trikomonas yang bergerak-gerak (jerky motile
trichomonads) dapat dilihat dari pemeriksaan dengan sediaan basah. PH vagina
naik, sebagaimana halnya dengan jumlah lekosit polymorphonuclear (PMN).
Lekosit PMN merupakan mekanisme pertahanan utama dari pejamu
(host/manuasia), dan mereka merespon terhadap adanya substansi kimiawi yang
dikeluarkan trichomonas. T. vaginalis merusak sel epitel dengan cara kontak
langsung dan dengan cara mengeluarkan substansi sitotoksik. T. vaginalis juga
menempel pada protein plasma pejamu, sehingga mencegah pengenalan oleh
mekanisme alternatif yang ada di pejamu dan proteinase pejamu terhadap
masuknya T vaginalis.
Antibiotik, kontrasepsi, hubungan seksual, douching, stress dan hormon dapat
mengubah lingkungan vagina dan memungkinkan organisme patogen tumbuh.
Pada vaginosis bakterial, dipercayai bahwa beberapa kejadian yang provokatif
menurunkan jumlah hydrogen peroxide yang diproduksi L. acidophilus
organisms. Hasil dari perubahan pH yang terjadi memungkinkan
perkembangbiakan berbagai organisme yang biasanya ditekan pertumbuhannya
seperti G. vaginalis, M. hominis dan Mobiluncus species. Organisme tersebut
memproduksi berbagai produk metabolik seperti ‘amine’, yang akan
meningkatkan pH vagina dan menyebabkan exfoliasi sel epitel vagina. Amine
inilah yang menyebabkan adanya bau yang tidak enak pada infeksi vaginosis
bakterial. Dengan fisiologi yang sama, perubahan lingkungan vagina, seperti
peningkatan produksi glikogen pada saat kehamilan dan tingkat progesterone
karena kontrasepsi oral, memperkuat penempelan C. albicans ke sel epitel vagina
dan memfasilitasi pertumbuhan jamur. Perubahan-perubahan ini dapat
mentransformasi kondisi kolonisasi organisme yang asimptomatik menjadi infeksi
yang simptomatik. Pada pasien dengan trikomoniasis, perubahan tingkat estrogen
dan progesterone, sebagaimana juga peningkatan pH vagina dan tingkat glikogen,
dapat memperkuat pertumbuhan dan virulensiT. vaginalis.

D.     Tanda dan Gejala


Pada wanita, yang diserang terutama dinding vagina, dapat bersifat akut
maupun kronik. Pada kasus akut terlihat sekret vagina keruh kental berwarna
kekuning-kuningan, kuning hijau, berbau tidak enak dan berbusa. Dinding vagina
tampak kemerahan dan sembab. Selain itu didapatkan rasa gatal dan panas di
vagina. Rasa sakit sewaktu berhubungan seksual mungkin juga merupakan
keluhan utama yang dirasakan penderita dengan trikomoniasis. Pasien dengan
trikomoniasis dapat juga mengalami perdarahan pasca sanggama dan nyeri perut
bagian bawah. Bila sekret banyak yang keluar, dapat timbul iritasi pada lipat paha
atau di sekitar bibir vagina. Pada kasus yang kronis, gejala lebih ringan dan sekret
vagina biasanya tidak berbusa.Berbeda dengan wanita, pada pria biasanya tidak
memberikan gejala. Kalaupun ada, pada umumnya gejala lebih ringan
dibandingkan dengan wanita. Gejalanya antara lain iritasi di dalam penis, keluar
cairan keruh namun tidak banyak, rasa panas dan nyeri setelah berkemih atau
setelah ejakulasi.
                     Pada wanita, yang diserang terutama dinding vagina.
                     Pada kasus akut terlihat :
  Disini cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan
sampai hijau, seringkali lebih kental, berbusa, dan berbau. Trichomonas vaginalis
menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan
menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab
timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bacterial.
  Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab (Strawberry Appearance)
  Perdarahan kecil – kecil pada permukaan serviks.
  Didapatkan rasa gatal dan panas di vagina.
  Dysuria
  Rasa sakit sewaktu berhubungan seksual (dispareunia) mungkin juga merupakan
keluhan utama yang dirasakan penderita dengan trikomoniasis.
  Dapat juga mengalami perdarahan pasca sanggama dan nyeri perut bagian bawah.
  Bila sekret banyak yang keluar, dapat timbul iritasi pada lipat paha atau di sekitar
bibir vagina.
                     Pada kasus yang kronis, gejala lebih ringan dan sekret vagina biasanya
tidak berbusa.
                     Pada pria biasanya tidak memberikan gejala. Kalaupun ada, pada
umumnya gejala lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Gejalanya antara lain :
  iritasi di dalam penis
  keluar cairan keruh namun tidak banyak
  rasa panas dan nyeri setelah berkemih atau setelah ejakulasi.

E.     Pemeriksaan Diagnostic


         Pemeriksaan Spekulum; Pemeriksaan spekulum untuk menginspeksi vagina dan
serviks secara langsung. Ada beberapa macam, speculum metal cusco, atau
bivalve adalah yang paling popular. Speculum ini terdiri dari dua daun yang
dimasukkan dalam keadaan tertutup, dan kemudian dibuka dengan menekan
pegangannya. 2 macam speculum dua daun yaitu :
1.      Graves (speculum cocor bebek), speculum yang lebih umum digunakan. Daun –
daunnya lebih lebar dan melengkung pada sisinya.
2.      Pedersen, mempunyai daun yang lebih sempit dan rata, dipakai untuk wanita
dengan introitus kecil.
Teknik Penggunaan :
1.       pasien dibaringkan dalam posisi litotomi
2.       cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir
3.       keringkan tangan dengan handuk bersih
4.       gunakan sarung tangan dengan benar
5.       bersihkan vulva dan perineum dengan kasa kering
6.       ambil spekulum cocor bebek (sesuaikan dengan ukuran yang dibutuhkan) dengan
tangan kanan dan masukkan ke dalam introitus vagina dengan posisi lebar
spekulum pada sumbu vertikal (anteroposterior)
7.       Pemeriksa menggunakan jari telunjuk dan tengah kiri untuk memisahkan labia
dan menekan perineum, speculum yang masih tertutup, dengan dipegang oleh
tangan kanan pemeriksa dimasukkan secara miring dengan perlahan-lahan kr
dalam introitus diatas jari-jari tangan kiri. Speculum tidak boleh di masukkan
secara vertical, karena dapat timbul sedera pada uretra/meatus.
8.       Spekulum dimasukkan sejauh mungkin kedalam vagina,kalau sudah masuk
dengan lengkap, speculum diputar ke posisi transversal, dengan peganganya
sekarang mengarah ke bawah, dan dibuka secara perlahan-lahan.
9.       Dinding vagina dan serviks dapat divisualisasikan adanya :
  secret, eritema, erosi, ulserasi, leukoplakia, atau massa.
  Apa bentuk orifisium externum servisis?
  Apa warna serviks?
  Pemeriksaan Laboratorium; Dasar pemeriksaan adalah menyingkirkan
kemungkinan lain.
         pH vagina; Menentukan pH vagina dengan mengambil apusan yang berisi sekret
vagina pada kertas pH dengan range 3,5 –5,5. pH yang lebih dari 4,5 dapat
disebabkan oleh Trichomonas vaginalis dan bacterial vaginosis.
         Apusan basah/Wet mount; Apusan basah dapat digunakan untuk identifikasi dari
flagel, pergerakan dan bentuk teardrop dari protozoa dan untuk identifikasi sel.
Tingkat sensitivitasnya 40–60 %, tingkat spesifiknya mendekati 100% jika
dilakukan dengan segera.
         Pap Smear; Tingkat sensitivitasnya 40 – 60 %. Spesifikasinya mendekati 95–
99%.
         Test Whiff; Tes ini digunakan untuk menunjukkan adanya amina-amina dengan
menambahkan Potassium hidroksid ke sampel yang diambil dari vagina dan untuk
mengetahui bau yang tidak sedap.
         Kultur; Dari penelitian Walner – Hanssen dkk, dari insiden Trikomoniasis dapat
deteksi dengan kultur dan tidak dapat dideteksi dengan Pap Smear atau apusan
basah.Kebanyakan dokter tidak mengadakan kultur dari sekresi vagina secara
rutin.
         Direct Imunfluorescence assay; Cara ini lebih sensitive daripada apusan basah,
tapi kurang sensitive dibanding kultur. Cara ini dilakukan untuk mendiagnosa
secara cepat tapi memerlukan ahli yang terlatih dan mikroskop fluoresesensi.
         Polimerase Chain Reaction. Cara ini telah dibuktikan merupakan cara yang cepat
mendeteksi Trichomonas vaginalis.

F.    Penatalaksanaan
a.       Pengobatan dapat diberikan secara topikal atau sistemik.
         Secara topikal dapat berupa :
1.      Bahan cairan berupa irigasi,misalnya Hidrogen peroksida 1- 2 % dan larutan asam
laktat 4%
2.      Bahan berupa supositoria,bubuk yang bersifat trikomonoasidal
3.      Jel dan krim yang berisi zat trikomonoasidal
         Secara sistemik (oral) :
Obat yang sering digunakan tergolong derivat nitromidazol seperti :
         Metronidazol : dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg / hari selama 7 hari
         Nimorazol : dosis tunggal 2 gram
         Tinidazol : dosis tunggal 2 gram
         Omidazol : dosis tunggal 1,5 gram
b.      Pengobatan Mitra Seksual
Mitra seksual harus diobati sesuai dengan rejimen penderita. Dosis yang
dianjurkan untuk mitra seksual pria adalah dosis multiple selama 7 hari.
Efektifitas dosis tunggal belum banyak diteliti. Latief melaporkan 40% kegagalan
pengobatan pada pria dengan dosis tunggal.
c.       Pengobatan Pada Kehamilan
Pengobatan Trichomoniasis dalam kehamilan perlu dilakukan. Mengingat bahwa
infeksi pada bayi dapat mengakibatkan secret vagina yang berlebihan, piuria dan
irritability. Metronidazol kontra indikasi dalam kehamilan trimester I, sedangkan
obat yang lain tidak ada yang manjur, oleh karena itu metronidazol diberikan pada
trimester II atau ke III dengan dosis tunggal sebanyak 2 gram.
Pada waktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita :
         Pemeriksaan dan pengobatan kepada pasangan seksual untuk mencegah jangan
terjadi infeksi
         Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan sebelum dinyatakan
sembuh
         Hindari pemakaian barang – barang yang mudah menimbulkan transmisi.
         Infeksi Pada Neonatus
Bayi dengan trikomoniasis simtomatik atau dengan kolonisasi T. vaginalis
melewati umur 4 bulan, harus diobati dengan metronidasol, 5 mg/kg oral, 3 x
sehari selama 5 hari.
d.      Infeksi Oleh Galur Resisten
Dengan munculnya laporan-laporan mengenai galur T. vaginalis yang resisten
terhadap metronidasol, maka dalam menghadapi kegagalan pengobatan selalu
harus diperhatikan bahwa pengobatan konvensional sampai saat ini sangat jarang
mengalami kegagalan. Berdasarkan hal tersebut, maka sebelum menyatakan galur
penyebab tersebut resisten terhadap metronidasol, hendaknya disingkirkan dahulu
factor-faktor yang dapat menimbulkan kegagalan pengobatan, yaitu:
         Konsentrasi metronidasol yang tidak mencukupi,
         Inaktivasi metronidasol oleh bakteri,
         Konsentrasi seng dalam serum yang rendah,
         Reinfeksi.
Pengobatan local tidak dianjurkan, karena jarang sekali diperlukan kecuali pada
penderita yang tidak tahan terhadap pemberian obat oral atau telah terjadi
kegagalan pada pengobatan oral. Infeksi dengan galur resisten kadang-kadang
responsive dengan pengobatan local.
         Vaksinasi
Usaha mengadakan vaksinasi telah dilaksanakan dengan menggunakan vaksin
Lactobacillus acidophilus, namun kegagalan vaksiasi telah dilaporkan. Telah
dilaporkan pula bahwa ternyata tidak ada reaktivitas silang antara L. acidophilus
dengan T. vaginalis.

H.    Komplikasi
         Infeksi pelvis
         Pada kehamilan :
 Lahir premature
 Bayi berat lahir rendah
 Selulitis posthysterectomy

J.      Pencegahan
Karena trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual, cara terbaik
menghindarinya adalah tidak melakukan hubungan seksual. Beberapa cara untuk
mengurangi tertularnya penyakit ini antara lain:
Daftar Pustaka
Fahmi, Sjaiful. 2001. Penyakit Menular Seksual, Edisi 2. Jakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Mandals, dkk. 2006. Penyakit Infeksi, Edisi 6. Jakarta. Erlangga
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi 3. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka
http://www.irwanashari.com/2009/11/trikomoniasis-vaginalis.html Diakses
pada tanggal 17 Mei 2010
http://www.kesrepro.info/?q=node/309 Diakses pada tanggal 17 Mei 2010
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
         Identitas Klien
         Keluhan Utama
a.       Nyeri
b.      Luka
c.       Perubahan fungsi seksual
         Riwayat Penyakit
a.       Sekarang Keluhan Klien menderita infeksi alat kelamin
b.      Dahulu: Riwayat keluarga mempunyai penyakit serupa, gangguan reproduksi
         Pemeriksaan fisik
a.       Pemeriksaan Bagian Luar
         Inspeksi
- Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan klien
- Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema, visura, leokoplakia dan eksoria
- Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap pemebengkakan
ulkus, keluaran dan nodul
b.      Pemeriksaan Bagian Dalam
         Inspeksi
- Serviks: ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran dan warnanya
         Palpasi
- Raba dinding vagina: Nyeri tekan dan nodula.
- Serviks: posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan nyeri tekan
- Uterus: ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas
- Ovarium: ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi dan nyeri tekan
No Diagnosis (SDKI) Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)
.

1. Nyeri Akut b.d Agen pencedera Tingkat Nyeri (L. 08066) Manajemen Nyeri (I. 08238)
fisiologis (D. 0077) Observasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama … x … - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Kategori Psikologis diharapkan tingkat nyeri dapat
kualitas, intesitas nyeri
Subkategori: Nyeri dan menurun dengan Kriteria
Hasil: - Identifikasi skala nyeri
Kenyamanan
- Keluhan Nyeri - Identifikasi respon nyeri non verbal
Menurun (5) - Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Meringis Menurun (5) memperingan nyeri
- Gelisah Menurun (5) - Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
- Menarik diri Menurun Terapeutik
(5) - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
- Perasaan Depresi rasa nyeri
(tertekan) Menurun (5) - Kontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Ansietas b.d ancaman terhadap Tingkat Ansietas (L. 09093) Reduksi Ansietas (I. 09314)
konsep diri (D. 0080) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama … x … - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.
diharapkan tingkat ansietas kondisi, waktu, stressor)
Kategori: Psikologis dapat menurun dengan Kriteria - Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Subkategori: Integritas Ego Hasil: - Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
- Vebrilisasi
kebingungan menurun Terapeutik
(5) - Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
- Vebrilisasi khawatir kepercayaan
akibat kondisi yang - Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
dihadapi menurun (5) memungkinkan pahami situasi yang membuat
- Perilaku gelisa (5) ansietas
- Perilaku tegang (5) - Dengarkan dengan penuh perhatian
- Konsentrasi membaik - Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
(5) - Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa
- Pola tidur membaik (5) yang akan datang
Edukasi
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika
perlu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

3. Harga diri rendah situasional Harga Diri (L. 09069) Manajemen Perilaku (I. 12463)
b.d perubahan pada citra Observasi
Setelah dilakukan tindakan
tubuh keperawatan selama … x … - Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
diharapkan harga diri dapat
Terapeutik
Kategori: Fisiologis meningkat dengan Kriteria
Hasil: - Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
Subkategori: Respirasi
- Penilaian diri positif - Bicara dengan nada rendah dan tenang
meningkat (5) - Cegah perilaku pasif dan agresif
- Perasaan memiliki - Beri penguatan positif terhadap keberhasilan
kelebihan atau mengendalikan perilaku
kemampuan positif - Hindarai bersikap menyudutkan
meningkat (5)
- Penerimaan penilaian - Hindari sikap berdebat
positif terhadap diri Edukasi
sendiri meningkat (5) - Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar
- Percaya diri berbicara pembentukan kognitif
meningkat (5)
- Perasaan malu Promosi Harga Diri (I. 09308)
menurun (5) Observasi
- Identifikasi budaya, agama, dan usia terhadap harga
diri
- Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai
kebutuhan
Terapeutik
- Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri
sendiri
- Diskusikan kepercayaan terhdap penilain diri
- Diskusikan persepsi negatig diri
- Diskusikan alasan mengkritik diri/ rasa bersalah
- Fasilitasi aktivitas yang dapat meningakatkan harga
diri
Edukasi
- Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam
perkembangan konsep diri pasien
- Anjurkan mengevaluasi perilaku
- Latih pernyataan positif diri
- Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan
dalam menangani situasi

4. Defisit Pengetahun seksualitas Tingkat Pengetahuan (L. Edukasi Kesehatan (I. 12383)
b.d kurang terpapar informasi 12111) Observasi
(D.0111)
Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
keperawatan selama … x … informasi
Kategori: Perilaku diharapkan tingkat
- Identifikasi farktor-faktor yang dapat meningkatkan
Subkategori: Penyuluhan dan pengetahuan dapat meningkat
dengan Kriteria Hasil: dan menurunkan motivasi perilaku hidup sehat
Pembelajaran
- Kemampuan Terapeutik
menggambarkan - Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
pengalaman - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
sebelumnya yang - Berikan kesempatan untuk bertanya
sesuai dengan topik Edukasi
meningkat (5) - Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi
- Pertanyaan tentang kesehatan
masalah yang dihadapi - Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
menurun (5)
- Perilaku (Membaik) Edukasi Seksualitas (I. 12247)
Edukasi
- Jelasakan perkembangan seksualitas sepanjang siklus
kehidupan
- Jelaskan resiko Penyakit Menular Seksual

Anda mungkin juga menyukai