Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SISTEM REPRODUKSI

“ASUHAN KEPERAWATAN SIFILIS”

OLEH

KELOMPOK

ANGGOTA:

M. ARIF FARDIANSYAH RAUDATIL FITRI

SELVIA HERNITA ROSA VIRLIA PUTRI KHAIRAMI

Dosen Pembimbing

Ns. Liza Merianti, M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI

SUMATERA BARAT BUKITTINGGI

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul ” Asuhan Keperawatan Sifilis”.

Penulisan ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah sistem reproduksi. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Liza Merianti,
M.Kep selaku dosen pembimbing makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih
banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhirnya kami sebagai penulis berharap semoga Allah memberikan pahala yang setimpal
bagi mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal’Alamin.

Bukittinggi, Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................................................................................i

Daftar Isi ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ................................................................................................ 2
B. Etiologi ..................................................................................................... 2
C. Patofisiologi ............................................................................................. 3
D. Tanda dan Gejala ..................................................................................... 5
E. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................... 7
F. Penatalaksanaan ....................................................................................... 8
G. Asuhan keperawatan ............................................................................... 11
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 29
B. Saran ....................................................................................................... 29
DAFTAR PUSATAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi Menular Seksual (IMS) menyebar cukup mengkhawatirkan diIndonesia. Baik
jenis gonorchea maupun sifilis. Sifilis adalah penyakit kelaminmenular yang disebabkan oleh
bakteri spiroseta, Treponema pallidum.Penularan biasanya melalui kontak seksual; tetapi, ada
beberapa contoh lainseperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke
anak dalam uterus).Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan, sebelumperkembangan
tes serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut “Peniru Besar”
karena sering dikira penyakit lainnya. Data yang dilansir Departemen Kesehatan
menunjukkan penderita sifilis mencapai 5.000– 10.000 kasus per tahun. Sementara di Cina,
laporan menunjukkan jumlahkasus yang dilaporkan naik dari 0,2 per 100.000 jiwa pada
tahun 1993 menjadi5,7 kasus per 100.000 jiwa pada tahun 2005. Di Amerika Serikat,
dilaporkansekitar 36.000 kasus sifilis tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkiranlebih
tinggi. Sekitar tiga per lima kasus terjadi kepada lelaki.

Bila tidak terawat, sifilis dapat menyebabkan efek serius sepertikerusakan sistem
saraf, jantung, atau otak. Sifilis yang tak terawat dapatberakibat fatal. Orang yang memiliki
kemungkinan terkena sifilis atau menemukan pasangan seks-nya mungkin terkena sifilis
dianjurkan untuk segera menemui dokter secepat mungkin.

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan
melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat laten atau dapat kambuh lagi sewaktu waktu
selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat
dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh
dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga
dapat menginfeksi janin(Soedarto,1990).
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum.
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh dapat
menyerupai banyak penyakit. Mempunyai masa laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.

B. ETIOLOGI
Penyebab infeksi sifilis yaitu Treponema pallidum. Treponema pallidum
merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral. Terdapat empat
subspecies yang sudah ditemukan, yaitu Treponema pallidum pallidum, Treponema
pallidum pertenue, Treponema pallidum carateum, dan Treponema pallidum endemicum.
Treponem pallidum merupakan spirochaeta yang bersifat motile yang umumnya
menginfeksi melalui kontak seksual langsung, masuk ke dalam tubuh inang melalui celah
di antara sel epitel. Organisme ini juga dapat menyebabkan sifilis ditularkan kepada janin
melalui jalur transplasental selama masa-masa akhir kehamilan. Struktur tubuhnya yang
berupa heliks memungkinkan Treponema pallidum pallidum bergerak dengan pola
gerakan yang khas untuk bergerak di dalam medium kental seperti lender (mucus).
Dengan demikian organisme ini dapat mengakses sampai ke sistem peredaran darah dan
getah bening inang melalui jaringan dan membran mucosa.

Faktor predisposisi dari sifilis :


a) Hubungan seksual yang bebas ( Genitogenital,Orogenital maupun Anogenital )
b) Sering berganti pasangan
c) Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepi yang aman.
d) Melakukan hubungan seksual dengan orang yang mengidap sifilis
e) Janin yang orang tuanya menderita sifilis.
f) Kurangnya kebersihan diri.
g) Virulensi kuman yang tinggi.
h) Kontak langsung dengan lesi yang mengandung Bakteri Treponema Pallidum.

C. PATOFISIOLOGI
Bakteri Treponema pallidum masuk ke dalam tubuh manusia mengalami kontak,
organisme dengan cepat menembus selaput lendir normal atau suatu lesi kulit dalam
beberapa jam. Kuman akan memasuki limfatik dan darah dengan memberikan
manifestasi infeksi sistemik. Pada tahap sekunder, SSP merupakan target awal infeksi,
pada pemeriksaan menunjukkan bahwa lebih dari 30% dari pasien memiliki temuan
abnormal dalam cairan cerebrospinal (CSF).
Selama 5-10 tahun pertama setelah terjadinya infeksi primer tidak diobati,
penyakit ini akan menginvasi meninges dan pembuluh darah, sehingga dapat
mengakibatkan neurosifilis meningovaskuler. Kemudian parenkim otak dan sumsun
tulang belakang mengalami kerusakan sehingga terjadi kondiri parenchymatos
neurosifilis. Terlepas dari tahap penyakit dan lokasi lesi, hispatologi dari sifilis
menunjukkan tanda-tanda endotelialarteritis. Endotelialarteritis disebabkan oleh
peningkatan spirochaeta dengan sel endotel yang dapat sembuh dengan jaringan parut.

D. KlASIFIKASI
Klasifikasi dari Penyakit Sifilis secara khusus,antara lain:
a) Sifilis Stadium 1 : Terjadi efek primer berupa papul,tidak nyeri(indolen). Sekitar 3
minggu kemudian terjadi penjalaranke kelenjar ingunial medial. Timbul lesi pada lesi
pada alat kelamin, ekstragenital seperti bibir, lidah, tonsil, puting susu, jari dan anus,
misalnya pada penularan ekstrakoital.
b) Sifilis Stadium II : Gejala konstitusi seperti nyeri kepala,subfebris,anoreksia,nyeri
pada tulang, leher, timbul macula, papula, pustul, dan rupia. Kelainan selaput lendir
dan limfadenitis yang generalisata.

c) Sifilis Stadium III : Terjadi guma setelah 3-7 tahun setelah infeksi.Guma dapat
timbul pada semua jaringan dan organ,membentuk nekrosis sentral juga ditemukan di
organ dalam, yaitu lambung ,paru-paru, dll. Nodus di bawah kulit dapat berskuma
tidak nyeri

d) Sifilis Kongenital :
1) Sifilis Kongenital Dini : Dapat muncul beberapa minggu (3 minggu) setelah bayi
dilahirkan. Kelainan berupa vesikel, bula, pemfigus sifilitika, papul, skuma, secret
hidung yang sering bercampur darah, adanya osteokondritis pada foto roentgen.
2) Sifilis Koegenital Lanjut : Terjadi pada usia 2 tahun lebih. Pada usia7-9 tahun
dengan adanya keratitis intersial (menyebabkan kebutaan), ketulian, gigi
hutchinson, paresis, perforasi palatum durum, serta kelainan tulang tibia dan
frontalis.
3) Sifilis Stigma : Terdapat garis-garis pada sudut mulut yang jalannya radier, gigi
Hutchinson, gigi molar pertama berbentuk murbai dan penonjoan tulang frontal
kepala (frontal bossing)

e) Sifilis Kardiovaskular : Umumnya bermanifestasi selama 10-20 tahun setelah


infeksi. Biasanya disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katup dan
ditandai oleh insufisiensi aorta atau ancureksma, berbentuk kantong pada aorta
torakal.

f) neurosifilis
1) neurosifilis asimtomatik: pada sifilis ini tidak ada tanda dan gejala kerusakan
susunan saraf pusat, pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukkan
kenaikan sel, protein total dan tes serologis reaktif.
2) nerosifilis meningovaskuler: adanya tanda kerusakan susunan saraf pusat yakni
kerusakan pembuluh darah serebrum, infark dan ensefalomalasia, pemeriksaan
sumsum tulang belakang menunjukan kenaikan sel, protein total dan tes serologis
reaktif.

3) neurosifilis parekimatosa yang terdiri dari paresis dan tabes dorsalis: gejala dan
tanda paresis sangatlah banyak dan menunjukan penyebaran kerusakan
parekimatosa, gejala tabes dorsalis, yaitu parestesia, ataksia, arefleksia, gangguan
kandungan kemih, impotensi dan perasaan nyeri.

E. GEJALA KLINIS
a. sifilis primer
Berlangsung selama 10-90 hari sesudah infeksi ditandai oleh chanere sifilis dan
adenitis regional, papula tidak nyeri tidak tampak pada tempat sesudah masuknya
treponema pallidum, papula segera berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri pada
tepi menonjol yang disebut chancre, infeksinya sebagai lesi primer akan terlihat ulserasi
(chancre) yang soliter, tidak nyeri, mengeras dan terutama terdapat didaerah genetalia
disertai dengan pembesaran kelenjar regional yan tidak nyeri, chancre biasanya genitalia
berisi treponema pallidum yang hidup dan sangat menular, chencre extragenitalia dapat
juga ditemukan pada tempat masuknya sifilis primer, chancre biasanya bisa sembuh
dengan sendirinya dalm 4-6 minggu dan setelah sembuh menimbulkan jaringann parut,
penderita yang tidak diobati infeksinya berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.

b. sifilis sekunder
Terjadi sifilis sekunder, 2-10 minggu setelah chancre sembuh, mafestasi sifilis
sekunder terkait dengan spikoreketa dan meliputi ruam, mukola papuler non pruritus,
yang dapat terjadidiseluruh tubuh yang meliputi telapak tangan dan telapak kaki:lesi
postuler juga dapat berkembang pada daerah lembab dan sekitar anus vagina, terjadi
ondilomata lata (pla seperi veruka, abu-abu putih sampai eritomatosa), dan palk putih
disebut (mukous patkes) dapat ditemukan membran mukosa, gejala yang ditimbulkan
dari sifilis sekunder adalah seperti flu seperti demam ringan nyeri kepala, malaise,
anoreksia, penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan atralgia serta
limfadenofati menyeluruh sering ada, manifestasi ginjal, hati, dan matadapat juga
ditemukan, meningitis terjadi 30% penderita, sifilis sekunder di manifestasikan oleh
pleositosis dan kenaikan cairan protein serebrosipinal (CSS), tetapi penderita tidak dapat
menunjukan gejala neurologis sifilis laten.

c. relapsing sifilis
Kekambuhan penyakit sifilis terjadi pengobatan yang tidak tepat dosis dan
jenisnya, pada waktu terjadi kekambuhan gejala-gejala klinik dapat timbul kembali,
tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan serologinya yaitu dari reaksi STS
(Serologis Test for Syfilis) yang negatif menjadi positif, gejala yang timbul kembali
sama dengan gejala klinik pada stadium sifilis sekunder, relapsing sifilis yang ada terdiri
dari:
a) sifilis laten:
fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala klinis sifilis sekunder dan
tersier, ini berlangsung selama 1 tahun pertama masa laten (laten awal), tidak
terjadi kekambuhan sesudah tahun pertama disertai sifilis lambat yang tidak
mungkin bergejala, sifilis laten yang infektif dapat ditularkan selama 4 tahun
petama sedang sifilis laten yang tidak menular berlangsung setelah 4 tahun
tersebut, sifilis laten selama berlangsung tidak dijumpai gejala klinik hanya reaksi
STS positif.

b) sifilis tersier
Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun-tahun sejak sesudah gejala sekunder
menghilang. Pada stadium ini penderita dapat mulai menunjukkan manifestasi
penyakit tersier yang meliputi neurologis, kardiovaskuler dan lesi gummatosa,
pada kulit dapat terjadi lesi berupa nodul, noduloulseratif atau gumma. Gumma
selain mengenai kulit dapat mengenai semua bagian tubuh sehingga dapat terjadi
aneurisme aorta, insufiensi aorta, aortitis dan kelainan pada susunan syaraf pusat
(neurosifilis).
c) Sifilis kongenital
Sifilis kongenital yang terjadi akibat penularan dari ibu hamil yang
menderita sifilis kepada anaknya melalui plasenta. Ibu hamil dengan sifilis
dengan pengobatan tidak tepat atau tidak diobati akan mengakibatkan anak lahir
mati, infantille congenital sifilis atau sifilis timbul sesudah anak menjadi besar
dan bahkan sesudah dewasa. Pada infantil konginetal sifilis bayi mempunyai lesi-
lesi mukokutan. Kondiluma, pelunakan tulang-tulang panjang, paralisis dan rinitis
yang persisten. Sedangkan jika sifilis timbul sesudah anak menjadi besar atau
dewasa maka kelainan yang timbul pada umumnya menyangkut susunan syaraf
pusat misalnya parasis atau tabes, atrofi nervous optikus dan tuli akibat kelainan
syaraf nervous kedelapan, juga interstitial keratitis, stig mata tulang dan gigi,
saddel-nose, saber shin (tulang kering terbentuk seperti pedang ) dan kadang-
kadang gigi Hutehinson dapat dijumpai. Prognosissifilis kongenital tergantung
beratnya infeksi tetapi kelainan yang sudah terjadi akibat neurosifilis biasanya
sudah bisa disembuhkan. (Soedarto, 1990).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemerikrsaan klinik, serologi
atau pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop lapangan gelap (darkfield
microscope). Pada kasus tidak bergejala dianosis di dasarkan pada uji serologis
treponema dan non protonema, uji protonema seperti Veneral desease Research
Laboratory (VDRL). Untuk mengetahui anti bodi dalam tubuh terhadap masuknya
treponema pallidum. Hasil uji kuantitatif uji VDRL cebderung berkolerasi dengan
aktifitas penyakitsehingga sangat membantu dalam skrening, titer naik bila penyakit aktif
(gagal pengobatan atau reinfeksi) dan turun bila pengobatan cukup.kelainan sifilis primer
yaitu chanere harus dibedakan dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan
kelamin yaitu chancroid, granuloma inguinale, limgranuloma venerium, verrucae
acuminata, skabies, dan keganasan (kanker).
1. Pemeriksaan T palidum
Cara pemeriksaan adalah: mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat bentuk
dan pergerakannya dengan microscope lapangan gelap. Pemeriksaan dilakiukan 3 hari
berturut-turut jikapada hasil pada hari 1 dan 2 negatif sementara itu lesi dikompres
dengan larutan garam saal bila negatif bukan selalu berarti diagnosisnya bukan sifilis
mungkin kumannya terlalu sedikit.

2. Pemeriksaan TTS
TSS atau serologic test for sifilis, TTS dibagi menjadi 2:
a) Test non treponemal: pada tes ini digunakan antigen tidak spesifik yaitu
kardiolopin yang dikombinasikan dengan lesitin dan kolesterol, karena itu test ini
dapat memberi reaksi biologik semu (RBS) atau biologic fase positif(BFP).
Contoh test non treponemal:
1) Test fiksasi komplemin: wasseman(WR)kolmer
2) Test flokulasi: VDRL (venera; desease research laboratories) kahn ,
RPR(Rapid Plasma Reagin)
b) Tes treponemal
Tes ini bersifat spesifik karena antigennya ialah treponema atau ekstratnya an
dapat digolongkan menjadi 4 kelompok:
1) Tes immobilisasi: TPI (Treponemal pallidum immobization test)
2) Test fiksasi komplement: RPCF(reiter Protein komplement fixation test)
3) Test imunofluoresen: FTA-Abs(Fluoreent treponemal anti body test)
4) Test hemoglutisasi: TPHA(Treponemal pallidum Haemoglutination)

G. PENATALAKSANAAN
a) penatalaksanaan medis
Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin (paling efektif), bagi yang alergi
penisilin diberikan tetrasiklin 4x500 ml/hr, atau eritomisin 4x500 mg/hr, atau doksisiklin
2x100 mg/hr. Lama pengobatan selama 15 hari pagi S I & S II dan 30 hari untuk stadium
laten. Eritromisin diberikan bagi ibu hamil, efektifitas meragukan. Doksisiklin memiliki
tingkat absorpsi lebih baik dari tertrasiklin yaitu 90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya
60-80%.
1. sifilis primer dan sekunder
a. penilaian pensatin G dosis 4,8juta unit IM (2,4juta unit /kali) dan diberikan 1x
seminggu
b. penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi IM sehari selama
10 hari
c. penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit,
diberikan 2,4juta unit/kali sebanyak 2 kali semingu.

2. sifilis laten
a. penisilin pensatin G dosis total 7,2 juta unit
b. penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 12juta unit (600.000 sehari).
c. penisilin prokain +2% alumunium monostearat,dosis total 7,2 juta unit(diberikan
1,2 juta unit/kali,dua kali seminggu).

3. sifilis III
a. penisilin benzatin G dosis total 9,6 juta unit
b. penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000 unit)
c. penisiln prokain = 2 % alumunium monosterat,dosis total 9,6 juta unit(diberikan
1,2 juta unit/kali, dua kali semingu).

4. untuk pasien sifilis I dan II yang elergi terhadap penisilin,dapat diberikan:


a. tatrasiklin 500 mg/oral,4x sehari selama 15 hari
b. eritromisin 500/ oral, 4x sehari selama 15 hari.

5. untuk pasien sifilis laten lanjut (>1 thn) yang elergi terhadap penisilin, dapat
diberikan:
a. tatrasiklin 500 mg/oral,4x sehari selama 30hari
b. eritromisin 500/ oral, 4x sehari selama 30 hari.“obat ini tidak boleh diberikan
kepada wanita hamil, menyesuai, dan anak–anak.

b) Penatalaksanaan keperawatan
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal – hal sebagai berikut:
1) Bahaya PMS dan komplikain
2) Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan
3) Cara penularan PMS dan penobatan untuk pasangan seks tetapnya
4) Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
dihindari lagi
5) Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin
6) Cara –cara mnghindari PMS di masa mendatang.

K. Komplikasi
Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh tubuh.Sifilis juga
meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi wanita, dapat menyebabkan gangguan
selama hamil.Pengobatan dapat membantu mencegah kerusakan di masa mendatang tapi
tidak dapat memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.

a. Benjolan kecil atau tumor


Disebut gummas, benjolan-benjolan ini dapat berkembang dari kulit, tulang,
hepar, atau organ lainnya pada sifilis tahap laten. Jika pada tahap ini dilakukan
pengobatan, gummas biasanya akan hilang.

b. Masalah Neurologi
Pada stadium laten, sifilis dapat menyebabkan beberapa masalah pada nervous
sistem, seperti:
 Stroke
 Infeksi dan inflamasi membran dan cairan di sekitar otak dan spinal cord
(meningitis)
 Koordinasi otot yang buruk
 Numbness (mati rasa)
 Paralysis
Deafness or visual problems
 Personality changes
 Dementia

c. Masalah kardiovaskular
Ini semua dapat meliputi bulging (aneurysm) dan inflamasi aorta, arteri
mayor, dan pembuluh darah lainnya. Sifilis juga dapat menyebabkan valvular
heart desease, seperti aortic valve stenonis.

d. Infeksi HIV
Orang dewasa dengan penyakit menular seksual sifilis atau borok genital
lainnya mempunyai perkiraan dua sampai lima kali lipat peningkatan resiko
mengidap HIV. Lesi sifilis dapat dengan mudah perdarahan, ini menyediakan
jalan yang sangat mudah untuk masuknya HIV ke aliran darah selama aktivitas
seksual.

e. Komplikasi kehamilan dan bayi baru lahir


Sekitar 40% bayi yang mengidap sifilis dari ibunya akan mati, salah
satunya melalui keguguran, atau dapat hidup namun dengan umur beberapa hari
saja. Resiko untuk lahir premature juga menjadi lebih tinggi. Pada stadium primer
komplikasi diatas belum terjadi. Manifestasi di atas dapat muncul pada sifilis
dengan stadium tersier dan kongenital karena infeksi Treponema mencapai sistem
saraf pusat (SSP), sehingga apabila sudah mengenai SSP maka akan mengganggu
semua sistem tubuh sehingga akan terjadi penurunan daya imun yang
memudahkan masuknya infeksi lainnya, pada organ ginjal akan menyebabkan
gangguan sistem perkemihan dan akan mengganggu sistem organ lainnya.
H. WOC
ASUHAN KEPERAWATAN SIFILIS
A. PENGKAJIAN
a. Biodata
Identitas Pasien
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien,
alamat pasien, umur pasien biasnya kejadian ini mencakup semua usia antara anak-anak
sampai dewasa, tanggal masuk ruma sakit penting untuk di kaji untuk melihat
perkembangan dari pengobatan, penanggung jawab pasien agar pengobatan dapat di
lakukan dengan persetujuan dari pihak pasien dan petugas kesehatan.

b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian). Apakah ada gejala:
keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar warna tidak biasa, rasa gatal, bau
busuk amis atau asam.
b) Riwayat penyakit Sekarang
(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit). Apakah ada
gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar warna tidak biasa, rasa
gatal, bau busuk amis atau asam. Apakah nyeri saat BAK, apakah ada pembengkakan
kelenjar lipat paha, nyeri perut bagian bawah (nyeri berkepanjangan, hanya saat haid,
hanya saat hubungan seksual), apakah ada daging atau kutil pada alat kelamin, gangguan
menstruasi, kapan terjadi haid terakhir (sedang haid sekarang atau sedang hamil)
c) Riwayat penyakit keluarga
(adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau
riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak). Apakah ada anggota keluarga
yang juga pernah terkena penyakit tumor mata, tumor lain, atau penyakit degeneratif
lainnya
d) Riwayat penyakit dahulu
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
Apakah klien ada riwayat terkena penyakit menular seksual. Faktor resiko (pasien sendiri
bukan pasangannya) lebih dari satu pasangan seksual dalam satu bulan terakhir,
hubungan seksual dengan pekerja seks dalam 1 bulan terakhir, mengalami 1 atau lebih
episode PMS dalam 1 tahun terakhir, pekerjaan suami beresiko tinggi.

c. Pemeriksaan Fisik
a) Sistem integument
Kulit : biasanya terdapat lesi. Berupa papula, makula, postula.
b) Kepala dan Leher
 Kepala : Biasanya terdapat nyeri kepala
 Mata : Pada sifilis kongenital terdapat kelainan pada mata (keratitis inter stisial).
 Hidung : Pada stadium III dapat merusak tulang rawan pada hidung dan palatum.
 Telinga : Pada sifilis kengenital dapat menyebabkan ketulian.
 Mulut : Pada sifilis kongenital, gigi Hutchinson (incisivus I atas kanan dan kiri
bentuknya seperti obeng).
 Leher : Pada stadium II biasanya terdapat nyeri leher.
c) Sistem kardiovaskuler : Kemungkinan adanya hipertensi, arteriosklerosis dan
penyakit jantung reumatik sebelumnya.
d) Sistem penceranaan : Biasanya terjadi anorexia pada stadium II.
e) Sistem musculoskeletal : Pada neurosifilis terjadi athaxia.
f) Sistem Neurologis : Biasanya terjadi parathesia.
g) Sistem perkemihan : penurunan berkemih, nyeri pada saat kencing, kencing keluat
nanah. Tanda : kencing bercampur nanah, nyeri pada saat kencing.
h) Sistem Reproduksi : Biasanya terjadi impotensi.

B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS: klien mengatakan nyeri pada kerusakan jaringan Nyeri akut
waktu BAK dan saat berhubungan sekunder.
seksual
DO:
 Adanya bintik-bintik merah diarea
genital.
 Pasien tampak meringis kesakitan
menahan nyeri
 Adanya ruam atau lesi pada area
genital dan bagian tubuh telapak
kaki, tangan dan punggung.
 Adanya nyeri tekan pada saat
dilakukan palpasi diarea penis.
 Keluarnya cairan putih seperti
susu.
 Hasil pengkajian :
- P: adanya ulkus dipenis
- Q: panas
- R: penis
- S: 7
- T: sering muncul
 TTV : TD:130/80, Nadi: 100x/menit,
S: 380C, RR:26x/menit

2. DS: pasien mengatakan demam respon sistemik Hipertermi


DO: ulkus mole
 Akral teraba hangat
 Pasien tampak mengigil
 Malaise
 Terlihat adanya perubahan warna
kulit kemerahan
 TTV :
TD: 130/80
N: 80x/menit
S: 380C
RR: 24x/menit
3. DS : pasien mengeluhkan saat gatal di adanya ulkus pada Kerusakan
area penis dan menggaruk lukanya genitalia integritas kulit
sampai lecet
DO:
 Adanya lesi disekitar penis
bekas garukkan
 Adanya bintil-bintil merah
kecil
 Warna kulit kemerahan

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan sekunder.
2. Hipertermi b.d respon sistemik ulkus mole
3. Kerusakan integritas kulit b.d adanya ulkus pada genitalia.

D. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Nyeri akut  Pain level Pain management
b.d  Pain control - Lakukan pengkajian
kerusakan  Comfort level nyeri secara
jaringan Kriteria Hasil : komprehensif dengan
sekunder 1. Mampu mengontrol P,Q,R,S,T
nyeri. - Observasi reaksi non
2. Melaporkan bahwa nyeri verbal dari
berkurang (3-2) dengan ketidaknyamanan nyeri
menggunakan - Gunakan teknik
managemen nyeri komunikasi terapeutik
PQRST - Kurangi faktor pencetus
3. Mampu mengenali nyeri nyeri
(skala, intensitas, - Ajarkan pasien teknik
frekuensi, dan tanda non farmakologi dengan
nyeri) teknik relaksasi, napas
4. Menyatakan nyaman dalam, mendengarkan
setelah nyeri berkurang musik, dan lain-lain.
- Tingkatkan istirahat
pasien
 Analgesic administration
- Tentukan karakteristik,
lokasi, kualitas, dan derajat
nyeri sebelum pemberian
obat
- Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis dan
frekuensi.
- Cek alergi obat
- Monitor TTV sebelum dan
sesudah.
- Kolaborasoi pemberian
analgesik yang sesuai
dengan tipe dan beratnya
nyeri.
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat

2. Hipertermi  Thermoregulation FeFever treatment


b.d respon Kriteria Hasil : - Monitor suhu tiap 2jam
sistemik 1. Suhu tubuh dalam rentang sekali.
ulkus mole normal - Monitor warna kulit dan
2. Nadi dan RR dalam rentang suhu kulit
normal - Selimuti pasien
3. Tidak ada perubahan warna - Lakukan WTS pada area
kulit dan tidak pusing lipatan paha dan aksila
- Monitor TD, RR, nadi
- Monitor adanya tanda-tanda
hipotensi
- Monitor adanya sianosis
(kebiruan)
- Kolaborasikan dalam
pemberian analgetik

3. Kerusakan  Tissue integrity: skin and Pressure management


integritas mocous membranes  Monitor kulit akan adanya
kulit b.d Kriteria Hasil : kemerahan
adanya ulkus  Integritas kulit yang baik  Jaga kebersihan kulit agar
pada bisa diperlihatkan (sensasi, tetap bersih dan kering
genitalia elastisitas, temperatur,  Oleskan lotion untuk
hidrasi,pigmentasi) menjaga kelembaban
 Tidak ada luka/lesi pada  Hindari untuk menggaruk
kulit area yang luka.
 Perfusi jaringan baik  Insision site care
 Mampu melindungi kulit dan  Monitor proses kesembuhan
mempertahankan area luka.
kelembaban kulit dan  Monitor tanda dan gejala
perawatan alami infeksi area luka.
 Bersihkan area sekitar luka.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidium,
cara penularan penyakit sifilis tidak jauh beda dengan penularanpenyakit menular sexual
lainya, penularan melalui cairan tubuh melaluimukosa. Sifilis mempunyai beberapa
tingkatan yang merupakan klasifikasi darigejala gejala yang timbul. Pengobatan sifilis
dapat dengan pemberian obatobatan antibiotik, pemberian obat obatan ini tidak
memperbaiki bagian yangrusak tetapi hanya pencegah agar tidak terjadi kerusakan lebih
lanjutPencegahan sifilis dapat kita lakukan seperti tidak berganti ganti pasangansexual,
menggunakan kondom saat berhubungan sexual agar memperkecilkemungkinan tertular
penyakit sifilis.

B. SARAN
Setelah membahas penyakit Sifilis, hal terbesar yang sebaiknya kitalakukan
adalah agar lebih menanamkan perilaku hidup sehat, seperti kebiasaansehari hari dan
perilaku sex. Dan apabila sudah positif mengidap harus segeradilakukan pengobatan yang
tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification (NIC).


St. Louis :Mosby Year-Book.
Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-
Book
Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10.Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 3. EGC : Jakarta.
Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd

Anda mungkin juga menyukai