PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
akibat adanya distrosis emosi sehingga ditemukan ketidak wajaran dalam bertingkah
gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa ini adalah
gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berfikr , perilaku, dan
persepsi (Stuart, 2016) . Gangguan jiwa adalah sebagai sindrom atau pola psikologis
pola perilaku yang penting secara klinis, yang terjadi pada individu dan sindrom itu di
hubungkan dengan ada nya distres (misal nya gejala nyeri, menyakitkan) atau
disabilitas (ketidakmampuan pada salah satu atau beberapa fungsi penting) atau
disertai peningkatan resiko secara bermagna untuk mati, sakit, ketidakmampuan atau
kehidupan di masyarakat dampak yang timbul pada individu yaitu dijahui oleh
seperti kurang berjalannya peran orang tua dalam menentukan pola asuh pada
anaknya sehingga anak suka beprilaku tidak wajar, anak mulai menarik diri dari
(Maramis, 2004).
Data dari World Health Organization gangguan jiwa yang terjadi adalah
gangguan kecemasan dan gangguan depresi. Diperkirakan 4,4% dari populasi global
penyebab terbesar kecacatan di seluruh dunia. Lebih dari 80% penyakit ini dialami
(WHO, 2017).Sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21
juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Jumlah penderita
gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta orang, dengan kategori gangguan
jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3%
peringkat ke 9 dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi
masalah skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Peningkatan gangguan
jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan
ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas
2013).
PrevalensipenderitagangguanmentalemosionaldiSumateraBaratyaitu4,5 % dan
1,9 % mengalami gangguan jiwa berat atau urutan ke 9 dari 34 provinsi di Indonesia
(Riskesdas, 2013). Berdasarkan hasil data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera
Barat tahun 2015 jumlah penduduk Sumatera Barat sekitar 5.196.370 jiwa, jadi
tahun 2018 dari dinas kesehatan Kota Solok tentang jumlah orang dengan gangguan
jiwa sebanyak 156, puskesmas Tanah Garam 57 orang, puskesmas Tanjung Paku 51
orang, puskesmas KTK 20 orang dan puskesmas Nan Balimo yaitu 17 orang, dengan
anak dan remaja,gangguan mental organik psikotik akut, retardasi mental dan nafza
Kelurahan Tanah garam merupakan salah satu kelurahan yang terdapat dalam
wilayah kerja puskesmas Tanah Garam yang terdiri dari 6 RW dan 18 RT. Puskesmas
Tanah Garam merupakan puskesmas yang berada Di Kecamatan Lubuk Sikarah Kota
Solok dimana terdiri dari 3 kelurahan yaitu kelurahan Tanah Garam, kelurahan
ganguan jiwa terbanyak yaitu 57 orang, terdiri dari 49 orang laki-laki dan 8 orang
sebanyak 45 orang.
Penderita gangguan jiwa sering mendapatkan stigma dan diskriminasi yang
lebih besar dari masyarakat disekitarnya. Mereka sering mendapatkan perlakuan yang
ini disebabkan karena ketidak tahuan dan pengertian yang salah dari keluarga atau
diRumah Sakit Jiwa lagi. Penderita gangguan jiwa yang mendapatkan dukungan dari
memperkecilkekambuhanpenderitagangguanjiwa.(Puspita,2009)
yang mengalami gangguan jiwa sulit untuk berinteraksi dengan masyarakat. Stigma
tidak hanya berdampak pada klien gangguan jiwa, pada masyarakat yang ada sekitar
pun ikut terkena, mereka merasa ketakutan kalau ada klien gangguan jiwa di
lingkungan masyarakat karena mereka berpikir klien gangguan jiwa suka mengamuk
Pandangan dan penilaian masyarakat yang salah mengenai gangguan jiwa dapat
penderita gangguan jiwa. Penderita gangguan jiwa yang telah dinyatakan sembuh dan
pulang kepada keluarga sering mengalami kekambuhan karena adanya stigma atau
persepsi yang negatif dari masyarakat sehingga penderita gangguan jiwa tidak diberi
penilaian akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Dengan adanya
pengalaman atau pengetahuan terhadap objek cenderung akan membentuk sikap yang
negatif terhadap objek tersebut tergantung dari berbagai faktor seperti menerima,
menolak atau menawari terhadap objek psikologis tersebut dengan adanya hubungan
positif antara persepsi dengan sikap masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa
artinya semakin positif persepsi, semakin positif pula sikap masyarakat terhadap
pula sikap masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa tersebut (Wiharjo, 2014)
memliki pengetahuan yang baik, maka dapat menimbulkan sikap yang positif dan
negatif
faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan masyarakat adalah faktor
Meskipunmasyarakattersebut memilikipengetahuanyang
cukupbaikdansikapyangpositifterhadappenderitagangguan
jiwa,belumberartimenimbulkanpenerimaanyang baikterhadappenderitagangguanjiwa
yangberadadirumahsakitmaupunyangadadimasyarakat
Dari hasil survey awal peneliti pada tanggal 21 Desember 2018 di Kelurahan
Tanah Garam dengan dengan teknik wawancara kepada 5 orang dimana 3 diantaranya
mengatakan orang dengan gangguan jiwa itu adalah orang-orang yang bodoh, bau,
kotor, tidak tau arah kehidupan serta tidak dianggap keberadaannya ditengah-tengah
masyarakat , bahkan dapat membawa aib bagi keluarganya, kadang-kadang ada yang
Masyarakat juga beranggapan bahwa penderita yang sudah dinyatakan pulih dari
rumah sakit jiwa mereka tidak waras atau gila sehingga masyarakat sekitar tidak mau
bergaul dengan mereka. Sedangkan 2 orang mengatakan bahwa mereka juga harus
mendapatkan perlindungan, mereka juga harus mendapatkan hak yang sama seperti
orang yang mengalami penyakit lainnya. Mereka juga harus mendapatkan dukungan
dari lingkungan sekitar dan mereka juga harus mendapat perilaku yang manusiawi
Penelitian yang dilakukan oleh Desri Tika Purnama (2014) dengan judul
Solok” berdasarkan hasil temuan di lapangan diketahui bahwa lebih dari sebagian
Penelitian yang dilakukan oleh Hanum Hanifa (2013) dengan judul “Analisis
diketahui sebanyak 70 orang (72,2%) memiliki sikap baik. Dengan demikian, terdapat
jiwa mayoritas adalah termasuk kategori pengetahuan cukup, (2) sikap responden di
wilayah kerja Puskesmas Colomadu 1 terhadap penderita gangguan jiwa lebih banyak
sikap yang positif atau mendukung, (3) terdapat hubungan yang signifikan antara
masyarakat tentang gangguan jiwa, maka semakin positif sikap masyarakat kepada
individu yang menderita gangguan jiwa wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam Kota
B. Rumusan Masalah
adalah Faktor Faktor apa saja yang mempengaruhi Penerimaan Masyarakat Terhadap
Individu Yang Menderita Gangguan Jiwa Di Kelurahan Tanah Garam Wilayah Kerja
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Tahun 2019.
Tahun 2019.
Tahun 2019.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
gangguan jiwa
c. Bagi masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gangguan Jiwa
1. Defenisi
berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada
pada dirinya dan merasa nyaman dengan orang lain. Kondisi sebaliknya dari
beberapa definisi dari lembaga dan para ahli tentang kesehatan jiwa adalah
gangguan jiwa.
sindrom atau pola psikologis pola perilaku yang penting secara klinis, yang
terjadi pada individu dan sindrom itu di hubungkan dengan adanya distres
salah satu atau beberapa fungsi penting) atau disertai peningkatan resiko
kebebasan.
gangguan jiwa dapat bersumber dari hubungan dengan orang lain yang tidak
memuaskan seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena,
itu, ada pula gangguan jiwa yang disebabkan oleh faktor organik, kelainan
perinatal.
dibedakan atas:
2. Jasmaniah
3. Temperamen.
gangguan jiwa.
b. Sebab psikologik
1. Masa bayi
Masa bayi terjadi pada rentang menjelang usia 2-3 tahun. Dasar
pada masa ini. Cinta dan kasih saying ibu akan memberikan rasa
ibu yang dingin, acuh tak acuh, bahkan menolak, dikemudian hari akan
yang kaku, keras dan tergesa-gesa akan menimbulkan rasa cemas dan
tekanan.
Pada usia ini, sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh disiplin
dan otoritas. Penolakan orang tua pada masa ini, yang mendalam atau
menimbulkan rasa cemas serta rasa tidak aman.Hal hal ini merupakan
dasar yang kuat untuk timbulnya tuntutan tingkah laku dan gangguan
4. Masa remaja
gangguan jiwa.
Sebagai patokan, masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial
7. Masa tua
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan pada masa ini,
rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah
hubungan orang tua dan anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-
anak dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam tidak suka
2. Sistem nilai
Perbedaan system nilai normal dan etika antara kebudayaan yang satu
dengan yang lain, antara masa lalu dengan yang sekarang, sering
masyarakat sehari-hari.
cukup mempengaruhi.
Nasir & Muhith (2011), mengurangi beberapa tanda dan gejala gangguan jiwa
sebagai berikut:
a. Gagguan konitif
beberapa hal, anara lain sensasi dan perspsi, perhatian, ingatan, asosiasi,
b. Ganguan perhatian
dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat suatu rangsangan.
c. Gangguan ingatan
d. Gangguan asosiasi
Asosiasi adalah proses mental yang denganya suatu perasaan, kesan, atau
e. Gangguan pertimbangan
suatu aktivitas.
f. Gangguan pikiran
pengetahuan seseorang.
g. Gangguan kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan hubngan
h. Ganguan kemauan
mencapai tujuan.
pada akivitas tubuh serta menghasilkan sensasi organic dan kinetis. Afek
j. Gangguan psikomotor
mentalumum.
a. Skizofrenia
b. Depresi
sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa
sehari-hari.
c. Gangguan kepribadian
Menurut Larsen dan Buss, 2013 ( dalam Sutejo, 2017) gangguan kepribadian
adalah suatu bentuk perilaku kebiasaan yang sangat jauh berbeda dengan
cara mereka berfikir, dan cara mereka berinteraksi dengan orang lain.
merupakan gangguan jiwa psikotik atau non psikotik yang disebabkan oleh
e. Gangguan psikosomatik
f. Gangguan intelektual
dibawah rata-rata sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa
dibedakan atas:
a. Neurosis
Neurosis adalah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis
b. Psikosis
baru versi orang psikosis tersebut. Psikosis dapat juga diartikan sebagai suatu
1. Penerimaan masyarakat
atau lebih dimana pihak-pihak tersebut saling menerima satu sama lain
dengan baik sehingga tercipta suasana yang hangat, nyaman, dan tentram serta
Hanum, 2013)
orang lain berarti mengakui pandangan yang dimiliki orang lain. Individu
yang dewasa dapat menerima orang lain dalam hal ini penderita gangguan
(Hendriani, 2006).
a. Pengertian Stigma
Kata stigma berasal dari bahasa Inggris yang artinya noda atau
sikap keluarga dan masyarakat yang menganggap bahwa jika ada salah satu
2003)
b. Aspek-Aspek Stigma
1. Perspektif
2. Identitas
Identitas ini terdiri dari dua hal, yakni identitas pribadi dan identitas
pribadi. Misalnya perbedaan warna kulit, cacat fisik, dan hal lain yang
menimbulkan kenegatifan.
3. Reaksi
1. Pengetahuan Masyarakat
Menurut Notoadmojo, 2012. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
a. Tahu (know)
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh, menyimpulkan,
c. Aplikasi (Aplication)
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi ini
d. Analisis (analysis)
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
e. Sintesis (Synthesis)
formulasi baru dari formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat
f. Evaluasi (evaluation)
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti
atau respon.Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kirra-kira ukur
2. Sikap Masyarakat
kognitif, afektif dan perilaku. Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi
termasuk penyakit) atau stimulus yag ada. Sikap yang terdapat pada
dari seseorang tersebut. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tersebut(Notoatmodjo,2003)
3. Persepsi masyarakat
yang hadir berupa hal yan bersifat konkrit jasmaniah, bukan bersifat batiniah,
seperti benda, barang, kualitas atau prbedaan antara dua hal atau lebih yang
dua fungsi yang berbeda, yakni fungsi secara kognitif sebagai alat kontak
2007).
(maramis 2004)
a. Kepercayaan
b. Sikap
d. Lingkungan
e. Budaya
Proses terjadinya persepsi pertama kali dimulai dari objek yang menimbulkan
stimulus yang ditangkap oleh alat indera atau reseptor, dimana proses ini
dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera
kemudian dilanjudkan oleh saraf sensorik menuju otak sehingga proses ini
diproses didalam otak sehingga individu dapat menyadari sesuatu yang diterima
dengan reseptor itu, sebagai akibat dari stimulus yang diterima. Proses terjadinya
di otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan
demikian taraf terakhir dari persepsi adala individu menyadari tentanf sesuatu
merupakan bentuk perspsi untuk individu denan gangguan jiwa persepsi tersebut
1. Penelitian yang dilakukan oleh Gurita Fendi Wiharjo (2014) dengan judul
bahwa Hasil analisis korelasi product moment diperoleh (r) sebesar 0,442
; p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan positif antara persepsi
2. Penelitian yang dilakukan oleh alfiana suci romadhon (2011) dengan judul
(4,3%).
yaitu emosi.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah sesuatu uraian dan visualisa hubungan yang terkait
antara konsep satu terhadap konsep lainnya, ataupun variable yang satu atau variable
jiwa.
Masyarakat
B. Hipotesis
2019
BAB IV
METODE PENELITIAN
Puskesmas Tanah Garam dan waktu penelitian pada bulan april dan
1. Populasi
1.839 KK dan sinapa piliang berjumlah 454 jadi populasi dari penelitian
6.332 KK
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
rumus slovin.
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑 2 )
N= Besarnya populasi
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑 2 )
6332
𝑛 = 1+6332 (0.05)2
6332
𝑛=
1 + 15.83
6332
𝑛=
16.83
𝑛 = 3762
Jadi sampel yang diambil adalah 3762 KK yang berada ditiga kelurahan tanah garam
Sedangkan kriteria ekslusi adalah kriteria yang menentukan subjek penelitian yang
tidak dapat mewakili sebagai sampel, dikarenakan tidak memenuhi syarat sebagai
sampel.
a. Kriteria inklusi
dari suatu populasi target dan terjangkau dan akan diteliti (Setiadi 2007).
b. Kriteria eksklusi
informasi yang sudah ditetapkan oleh penelitian untuk dilakukan analisa data
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang
Defenisi Operasional
ukur
an 2.tidak
baik,
kuesioner apabila
jawaban
dengan responde
n <75%
beberapa (Budiman
&
pertanyaa Riyanto
2013)
n
o ukur ukur
mencemooh, pertanyaan
diasingkan , Kurang
lingkungannya, hasil
T<
mean
skor T
(Suhars
imie,
2010)
F. Instrumen Penelitian
a. Kuesioner / angket
bisa memilih salah satu jawaban yang menurut mereka sesuai dengan
1. Uji validitas
2. Uji Rehabilitas
H. Etika Penelitian
dalam penelitian.
kesejahteraan subjek
3. Keadilan (justice)
Prinsip etika keadilan (justice) yaitu keadilan antara beban dan manfaat
jiwa.
pendahuluan
kuesioner
enumerator
puskesmas
Setelah datanya terkumpul, maka hasil penelitian ini akan diperoleh melalui
tahap tersebut :
1. Editting
Pada tahap penelitian ini akan melakukan pengecekan dan perbaikan isian
pada kuesioner.
2. Coding
Setelah melakukan tahap editting, peneliti akan mengelompokkan data
3. Entry
Pada tahap ini penelitian akan memasukan data yang telah diubah saat
4. Cleaning
data telah bersih dari kesalahan baik itu kesalahan pengkodean ataupun
K. Analisa Data
a. Analisa Univariat
b. Analisis Bivariat