Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku

akibat adanya distrosis emosi sehingga ditemukan ketidak wajaran dalam bertingkah

laku.Hal itu terjadi karena menurunya fungsi kejiwaan.Gangguan jiwa adalah

gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa ini adalah

gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berfikr , perilaku, dan

persepsi (Stuart, 2016) . Gangguan jiwa adalah sebagai sindrom atau pola psikologis

pola perilaku yang penting secara klinis, yang terjadi pada individu dan sindrom itu di

hubungkan dengan ada nya distres (misal nya gejala nyeri, menyakitkan) atau

disabilitas (ketidakmampuan pada salah satu atau beberapa fungsi penting) atau

disertai peningkatan resiko secara bermagna untuk mati, sakit, ketidakmampuan atau

kehilangan kebebasan (Notosoedirjo, 2014 ).

Ada beberapa penyebab gangguan jiwa yang dipengaruhi oleh faktor-faktor

yaitu Faktor somatik (somatogenik) atau organobiologis, Faktor psikologik

(psikogenik) atau psikoedukatif ,Faktor sosio–budaya (sosiogenik) atau

sosiokultural(Yosep, 2010).Tanda dan gejala gangguan jiwa yaitu, gangguan kognitif,

gangguan perhatian, ganggua ingatan , gangguan asosiasi, gangguan pertimbangan,

gangguan fikiran, gangguan kesadaran , gangguan kemauan, gangguan emosi dan

afek, ganguan psikomotor(Sutejo,2017).


Salah satu dampak gangguan jiwa bisa berdampak pada individu, keluarga dan

kehidupan di masyarakat dampak yang timbul pada individu yaitu dijahui oleh

teman-teman dan kehilangan pekerjaan. Gangguan jiwa berdampak pada keluarga

seperti kurang berjalannya peran orang tua dalam menentukan pola asuh pada

anaknya sehingga anak suka beprilaku tidak wajar, anak mulai menarik diri dari

aktivitas sosial dalam kehidupan bermasyarakat, pembicaraan anak menjadi tidak

jelas, sehingga penderita dan keluarganya sering dikucilkan oleh masyarakat

(Maramis, 2004).

Data dari World Health Organization gangguan jiwa yang terjadi adalah

gangguan kecemasan dan gangguan depresi. Diperkirakan 4,4% dari populasi global

menderita gangguan depresi, dan 3,6% gangguan kecemasan. Depresi merupakan

penyebab terbesar kecacatan di seluruh dunia. Lebih dari 80% penyakit ini dialami

orang-orang yang tinggal di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah

(WHO, 2017).Sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21

juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Jumlah penderita

gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta orang, dengan kategori gangguan

jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3%

diantaranya mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15-24 tahun

mengalami gangguan jiwa.Dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan

peringkat ke 9 dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi

masalah skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Peningkatan gangguan

jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan
ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas

2013).

PrevalensipenderitagangguanmentalemosionaldiSumateraBaratyaitu4,5 % dan

1,9 % mengalami gangguan jiwa berat atau urutan ke 9 dari 34 provinsi di Indonesia

(Riskesdas, 2013). Berdasarkan hasil data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera

Barat tahun 2015 jumlah penduduk Sumatera Barat sekitar 5.196.370 jiwa, jadi

berarti sekitar 233.836 jiwa yang menderitagangguan mental emosional dan

sekitar 98.731 jiwa yang menderita gangguan jiwa berat.Berdasarkan data

tahun 2018 dari dinas kesehatan Kota Solok tentang jumlah orang dengan gangguan

jiwa sebanyak 156, puskesmas Tanah Garam 57 orang, puskesmas Tanjung Paku 51

orang, puskesmas KTK 20 orang dan puskesmas Nan Balimo yaitu 17 orang, dengan

kasus skizofrenia, neurotik, epilepsi, gangguan depresi, gangguan kesehatan jiwa

anak dan remaja,gangguan mental organik psikotik akut, retardasi mental dan nafza

(Dinas Kesehatan Kota Solok 2018)

Kelurahan Tanah garam merupakan salah satu kelurahan yang terdapat dalam

wilayah kerja puskesmas Tanah Garam yang terdiri dari 6 RW dan 18 RT. Puskesmas

Tanah Garam merupakan puskesmas yang berada Di Kecamatan Lubuk Sikarah Kota

Solok dimana terdiri dari 3 kelurahan yaitu kelurahan Tanah Garam, kelurahan

Sinapa Piliang dan kelurahan VI Suku,kelurahan tanah garam terdapat penderita

ganguan jiwa terbanyak yaitu 57 orang, terdiri dari 49 orang laki-laki dan 8 orang

perempuan. Jumlah penderita gangguan jiwa yang diberi penyuluhan kesehatan

sebanyak 45 orang.
Penderita gangguan jiwa sering mendapatkan stigma dan diskriminasi yang

lebih besar dari masyarakat disekitarnya. Mereka sering mendapatkan perlakuan yang

tidak manusiawi, misalnya kekerasan,diasingkan,diisolasi atau dipasung. Perlakuan

ini disebabkan karena ketidak tahuan dan pengertian yang salah dari keluarga atau

anggota masyarakat mengenai gangguan jiwa. Hal itu menyebabkan penderita

gangguan jiwa yang sudah sehat memiliki kecenderungan untuk mengalami

kekambuhan lagi sehingga membutuhkan penanganan medis dan perlunya perawatan

diRumah Sakit Jiwa lagi. Penderita gangguan jiwa yang mendapatkan dukungan dari

keluarga dan masyarakat mempunyai kesempatan berkembang kearah positif secara

maksimal, sehingga akan bersikap positif, baik terhadap dirinya maupun

lingkungannya. Dukungan keluarga dan masyarakat yang seimbang bagi penderita

gangguan jiwa, diharapkan agar dapat meningkatkan keinginan untuk sembuhdan

memperkecilkekambuhanpenderitagangguanjiwa.(Puspita,2009)

Masyarakat pedesaan lebih mudah terpengaruh oleh stigma yang berkembang

di masyarakat daripada masyarakat di perkotaan. Sehingga menyebabkan penderita

yang mengalami gangguan jiwa sulit untuk berinteraksi dengan masyarakat. Stigma

tidak hanya berdampak pada klien gangguan jiwa, pada masyarakat yang ada sekitar

pun ikut terkena, mereka merasa ketakutan kalau ada klien gangguan jiwa di

lingkungan masyarakat karena mereka berpikir klien gangguan jiwa suka mengamuk

dan mencelakai orang lain (Purnama , 2016)

Pandangan dan penilaian masyarakat yang salah mengenai gangguan jiwa dapat

menimbulkan persepsi yang salah pula terhadap lingkungan sehingga akan


mempengaruhi penerimaan orang lain baik keluarga maupun masyarakat kepada

penderita gangguan jiwa. Penderita gangguan jiwa yang telah dinyatakan sembuh dan

pulang kepada keluarga sering mengalami kekambuhan karena adanya stigma atau

persepsi yang negatif dari masyarakat sehingga penderita gangguan jiwa tidak diberi

peran dan dukungan sosial dilingkungannya (Wiharjo, 2014).Penilaian seseorang

akanmembentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus tertentu dan

penilaian akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Dengan adanya

pengalaman atau pengetahuan terhadap objek cenderung akan membentuk sikap yang

negatif terhadap objek tersebut tergantung dari berbagai faktor seperti menerima,

menolak atau menawari terhadap objek psikologis tersebut dengan adanya hubungan

positif antara persepsi dengan sikap masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa

artinya semakin positif persepsi, semakin positif pula sikap masyarakat terhadap

penderita tersebut, sebaliknya semakin negatif persepsi masyarakat semakin negatif

pula sikap masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa tersebut (Wiharjo, 2014)

Penerimaan masyarakat yang kurang baik terhadap penderita gangguan jiwa

sangat dilatar belakangi oleh faktor-faktor yaitu pengetahuan masyarakat ,sikap

masyarakat, persepsi masyarakat.Untuk faktor pengetahuan masyarakat tentang

bagaimana sebenarnya individu yang mengalami gangguan jiwa akan mempengaruhi

penerimaan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa. Jika masyarakat sudah

memliki pengetahuan yang baik, maka dapat menimbulkan sikap yang positif dan

negatif
faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan masyarakat adalah faktor

pengetahuan masyarakat, sikap masyarakat dan persepsi masyarakat.

Meskipunmasyarakattersebut memilikipengetahuanyang

cukupbaikdansikapyangpositifterhadappenderitagangguan

jiwa,belumberartimenimbulkanpenerimaanyang baikterhadappenderitagangguanjiwa

yangberadadirumahsakitmaupunyangadadimasyarakat

Dari hasil survey awal peneliti pada tanggal 21 Desember 2018 di Kelurahan

Tanah Garam dengan dengan teknik wawancara kepada 5 orang dimana 3 diantaranya

mengatakan orang dengan gangguan jiwa itu adalah orang-orang yang bodoh, bau,

kotor, tidak tau arah kehidupan serta tidak dianggap keberadaannya ditengah-tengah

masyarakat , bahkan dapat membawa aib bagi keluarganya, kadang-kadang ada yang

mengamuk sehingga masyarakat merasa tidak nyaman berada dilingkungan tersebut.

Masyarakat juga beranggapan bahwa penderita yang sudah dinyatakan pulih dari

rumah sakit jiwa mereka tidak waras atau gila sehingga masyarakat sekitar tidak mau

bergaul dengan mereka. Sedangkan 2 orang mengatakan bahwa mereka juga harus

mendapatkan perlindungan, mereka juga harus mendapatkan hak yang sama seperti

orang yang mengalami penyakit lainnya. Mereka juga harus mendapatkan dukungan

dari lingkungan sekitar dan mereka juga harus mendapat perilaku yang manusiawi

dan dianggap keberdaaannya dalam lingkungan masyarakat dengan cara

mengikutsertakan mereka dalam kegiatan organisasi yang ada dilingkungan sekitar.

Penelitian yang dilakukan oleh Desri Tika Purnama (2014) dengan judul

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Penerimaan Masyarkat Terhadap Individu


Yang Menderita Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kota

Solok” berdasarkan hasil temuan di lapangan diketahui bahwa lebih dari sebagian

(50,4%) tingkat pengetahuan masyarakat rendah. Lebih dari setengah (67,0%)

masyarakat memiliki penerimaan kurang baik. Ada hubungan tingkat pengetahuan

masyarakat dengan penerimaan masyarakat terhadp individu yang mederita gangguan

jiwa di Tanah Garam Kota Solok”

Penelitian yang dilakukan oleh Hanum Hanifa (2013) dengan judul “Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Masyarakat Terhadap Penderita

Ganguan Jiwa di Desa Kedondong Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas”

bedasarkan temuan di lapagan diketahui bahwa tingkat pengetahuan masyarakat

menunjukkan sebanyak 64 orang (66%) memiliki pengetahuan baik, persepsi

masyarakat terdapat 67 orang (69,1%) memiliki persepsi baik, sikap masyarakat

diketahui sebanyak 70 orang (72,2%) memiliki sikap baik. Dengan demikian, terdapat

hubungan antara tingkat pengetahuan, persepsi dan sikap masyarakat desa

Kedondong tentang gangguan jiwa dengan penerimaan masyarakat terhadap

penderita gangguan jiwa.Sikap merupakan faktor yang paling dominan dibandingkan

faktor yang lainnya.

Penelitian yang dilakukan Nopyawati Sulistyorini, dkk dengan judul

“Hubungan Pengetahuan Tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat

Kepada Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu 1” (1)

pengetahuan responden di wilayah kerja Puskesmas Colomadu 1 tentang gangguan

jiwa mayoritas adalah termasuk kategori pengetahuan cukup, (2) sikap responden di
wilayah kerja Puskesmas Colomadu 1 terhadap penderita gangguan jiwa lebih banyak

sikap yang positif atau mendukung, (3) terdapat hubungan yang signifikan antara

pengetahuan tentang gangguan jiwa terhadap sikap masyarakat kepada penderita

gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Colomadu 1. Semakin baik pengetahuan

masyarakat tentang gangguan jiwa, maka semakin positif sikap masyarakat kepada

penderita gangguan jiwa.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap

individu yang menderita gangguan jiwa wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam Kota

Solok tahun 2019.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini

adalah Faktor Faktor apa saja yang mempengaruhi Penerimaan Masyarakat Terhadap

Individu Yang Menderita Gangguan Jiwa Di Kelurahan Tanah Garam Wilayah Kerja

Puskesmas Tanah Garam Kota Solok Tahun 2019 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi penerimaan masyrakat terhadap individu yang menderita


gangguan jiwa di kelurahan tanah garam wilayah kerja puskesmas tanah

garam kota solok tahun 2019.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan masyarakat Di

Kelurahan Tanah Garam Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam

Kota Solok Tahun 2019.

b. Mengetahui distribusi frekuensi sikap masyarakat Di Kelurahan

Tanah Garam Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kota Solok

Tahun 2019.

c. Mengetahui distribusi frekuensi persepsimasyarakat Di Kelurahan

Tanah Garam Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kota Solok

Tahun 2019.

d. Mengetahui distribusi frekuensi individu yang menderita gangguan

jiwa Di Kelurahan Tanah Garam Wilayah Kerja Puskesmas Tanah

Garam Kota Solok Tahun 2019.

e. Diketahui adanya hubungan tingkat pengetahuan masyarakat

terhadap individu yang menderita Gangguan Jiwa Di Kelurahan

Tanah Garam Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kota Solok

Tahun 2019.

f. Diketahui adanya hubungan sikap masyarakat terhadap individu

yang menderita Gangguan Jiwa Di Kelurahan Tanah Garam

Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kota Solok Tahun 2019.


g. Diketahuiadanya hubungan persepsi masyarakat terhadap individu

yang menderita Gangguan Jiwa Di Kelurahan Tanah Garam

Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kota Solok Tahun 2019

h. Adanya hubungan faktor yang mempengaruhi penerimaan

masyarakat terhadap individu yang menderita Gangguan Jiwa Di

Kelurahan Tanah Garam Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam

Kota Solok Tahun 2019

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti

Mengembangkan ilmu pengetahuan, meningkatkan pemahaman

tentang masyarakat terhadap penerimaan seseorang terhadap penderia

gangguan jiwa

b. Bagi institusi pendidikan

Hasil penlitian ini diharapkan sebagai bahan bacaan dan perbandingan

digunakan di masa akan datang dan dokumentasi bagi pihak program

Studi Ilmu Keperawatan STIKES YARSI Sumbar Bukit tinggi

c. Bagi masyarakat

Hasil penelitan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

masyarakat dan bisa mengubah pandangan masyarakat terhadap

individu yang menderita gangguan jiwa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Jiwa
1. Defenisi

Menurut Keliat, dkk (dalam Prabowo, 2014) kesehatan jiwa suatu

kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif

sebagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan

semua segi kehidupan manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya

kemampuan dirinya, mampu menghadapi stress kehidupan dengan wajar,

mampu bekerja dengan produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat

berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada

pada dirinya dan merasa nyaman dengan orang lain. Kondisi sebaliknya dari

beberapa definisi dari lembaga dan para ahli tentang kesehatan jiwa adalah

gangguan jiwa.

Menurut Notosoedirjo, Latipun(dalam Prabowo, 2014) American

Psychiatric Association (APA)menjelaskan bahwa gangguan jiwa sebagai

sindrom atau pola psikologis pola perilaku yang penting secara klinis, yang

terjadi pada individu dan sindrom itu di hubungkan dengan adanya distres

(misalnya gejala nyeri, menyakitkan) atau disabilitas (ketidakmampuan pada

salah satu atau beberapa fungsi penting) atau disertai peningkatan resiko

secara bermakna untuk mati, sakit, ketidakmampuan atau kehilangan

kebebasan.

2. Penyebab Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa memiliki berbagai macam penyebab. Penyebab

gangguan jiwa dapat bersumber dari hubungan dengan orang lain yang tidak
memuaskan seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena,

kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan dan sebagainya. Selain

itu, ada pula gangguan jiwa yang disebabkan oleh faktor organik, kelainan

saraf, dan ganguan pada otak.Dibawah ini beberapa sumber yang

menyebabkan terjadinya gangguan jiwa.

a. Faktor somatik (somatogenetik), yakni akibat gangguan pada

neuroanatomi, neurofisiologi, dan neurokimia, termasuk tingkat

kematangan dan perkembangan organik serta faktor pranatal dan

perinatal.

b. Factor psikologik ( psikogenik) yang terkait dengan interaksi ibu dan

anak,peran ayah, persaingan antarsaudara kandung, hubungan dalam

keluarga , pekerjaan, permintaan masyarakat. Selain itu, faktor

intelegensi, tingkat perkembangan emosi, konsep diri dan pola adaptasi

jga aka mempengaruhikemampuan untuk menghadapi masalah. Apabila

keadaan inikurang baik, maka akan mengakibatkan kecemasan, depresi,

rasa malu dan rasabersalah yang berlebih.

c. Faktor sosial bidaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola

mengasu anak, tingkat ekonomi, perumahan dan masalah kelompok

minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan dan kesejahteraan

yang tidak memadai serta pengaruh rasial dan keagamaan.

Menurut Santrock (2013) secara umum, sebab-sebab gangguan jiwa

dibedakan atas:

a. Sebab-sebab jasmaniah/ biologis


1. Keturunan

Peran yang positif sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas

dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa,

tetapi hal tersebut sangat ditunjang dengan factor lingkungan kejiwaan

yang tidak sehat.

2. Jasmaniah

Beberapa penyidik berpendapat bentuk tubuh seseorang berhubungan

dengan gangguan jiwa tertentu minsalnya yang bertubuh gemuk /

endoform cenderung menderita psikosis manicdepresif, sedang yang

kurus/ ectoform cenderung menjadi skizofrenia.

3. Temperamen.

Orang yang terlal peka /sensitive biasanya mempunyai masalah

kejiwan dan ketegangan yang dimiliki kecenderungan mengalami

gangguan jiwa.

4. Penyakit dan cedera tubuh.

Penyakit-penyakit tertentu minsalnya penyakit jantung, kanker dan

sebagainya, mungkin menyebabkan merasa murung dan

sedih.Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan

rasa rendah diri.

b. Sebab psikologik

Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami

akan mewarnai sikap, kebiasaan, dan sifatnya dikemudian hari. Hidup


seseorang manusia dibagi atas 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat

mendukung terjadinya gangguan jiwa.

1. Masa bayi

Masa bayi terjadi pada rentang menjelang usia 2-3 tahun. Dasar

perkembangan yang dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan

pada masa ini. Cinta dan kasih saying ibu akan memberikan rasa

hangat/ aman bagi bayi dan dikemudian hari, menyebabkan

kepribadian yang hangat, terbuka dan bersahabat. Sebaliknya, sikap

ibu yang dingin, acuh tak acuh, bahkan menolak, dikemudian hari akan

berkembang kepribadian yang bersifat menolak dan menentang

terhadap lingkungan. Sebaliknya dilakukan dengan tenang, hangat,

yang akan member rasa aman dan terlindungi, sebaliknya, pemberian

yang kaku, keras dan tergesa-gesa akan menimbulkan rasa cemas dan

tekanan.

2. Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun)

Pada usia ini, sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh disiplin

dan otoritas. Penolakan orang tua pada masa ini, yang mendalam atau

ringan akan menimbulkan rasa tidak aman dan ia akan

mengembangkan cara penyesuaian yang salah. Anak mungkin

menurut, menarik diri atau malah menentang dan memberontak.Anak

yang tidak mendapatkan kasih sayang, tidak dapat menghayati disiplin,

tidak ada panutan, pertengkaran dan keributan membingungkan dan

menimbulkan rasa cemas serta rasa tidak aman.Hal hal ini merupakan
dasar yang kuat untuk timbulnya tuntutan tingkah laku dan gangguan

kepribadian pada anak dikemudian hari.

3. Masa anak sekolah

Masa ini ditandai oleh perubahan jasmaniah dan intelektual yang

pesat.Pada masa ini, anak mulai memperluas lingkungan

pergaulannya.Keluar dari batas-batas keluarga.Kekurangan atau cacat

jasmaniah dapat menimbulkan gangguan penyesuian diri.Dalam hal

ini, sikap lingkungan sangat berpengaruh.Anak mungkin menjadi

rendah diri atau sebaliknya, melakukan kompensasi yang positif atau

kompensasi negatif.Sekolah adalah tempat terbaik untu seseorang anak

untuk mengembangkan kemampuan bergaul dan memperluas

sosialisasi, mengujikemampuan, dituntut prestasi, mengekang atau

memaksakan kehendaknya meskipun tidak disukai oleh si anak.

4. Masa remaja

Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahan- perubahan yang

penting yaitu timbulnya tanda-tanda sekunder(ciri-ciri kewanitaan atau

kelaki-lakian). Sedang secara kejiwaan, pada masa ini terjadi

pergolakan yang hebat.Pada masa ini, seorang remaja yang mulai

dewasa mencoba kemampuanya. Disuatu pihak, ia merasa sudah

dewasa( hak-hak seperti orang dewasa), sedang dilain pihak belum

sanggup dan belum ingin menerima tanggung jawab atas semua

perbuatanya. Egosentris bersifat menentang terhadap otoritas, senang

berkelompok, idealis, adalah sifat-sifat yang sering terlihat. Suatu


lingkungan yang baik dan penuh pengertian akan sangat membantu

proses kematangan kepribadian di usia remaja.

5. Masa dewasa muda

Seseorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan

bahagia akan cukup memiliki kesanggupan dan kepercayaandiri dan

umunya ia akan berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan tanpa masa ini.

Sebaliknya yang mengalami banyak gangguan pada masa sebelumnya,

bila mengalami masalah pada masa ini mungkin akan mengalami

gangguan jiwa.

6. Masa dewasa tua

Sebagai patokan, masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial

seseorang sudah mantap. Sebagai orang berpendapat, perubahan ini

sebagai masalah ringan seperti rendah diri dan pesimis. Keluhan

psikomatik sampai berat seperti murung, kesedihannya mendalam ,

disertai kegelisahan hebat dan mungkin usaha bunuh diri.

7. Masa tua

Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan pada masa ini,

berkurangnya daya tangkap, daya ingat , berkurangnya daya belajar ,

kemampuan jasmaniah, dan kemampuan sosial ekonomi, menimbulkan

rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah

pahaman orang tua terhadap orang dilingkungannya. Perasaan terasing

karena kehilangan teman sebaya, keterbatasan gerak, dapat

menimbulkan kesulitan emosional yang cukup hebat.


c. Sebab sosial kultural

Menurut Santrock (2013) beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut:

1. Cara membesarkan anak

Cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter, dapat menyebabkan

hubungan orang tua dan anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-

anak dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam tidak suka

bergaul atau justru menjadi penurut yang belebihan.

2. Sistem nilai

Perbedaan system nilai normal dan etika antara kebudayaan yang satu

dengan yang lain, antara masa lalu dengan yang sekarang, sering

menimbulkan masalah-masalah kejiwaan. Begitu pula perbedaan

moral yang diajarkan dirumah/sekolah, dengan dipraktikkan di

masyarakat sehari-hari.

3. Kepincangan atau keinginan dengan kenyataan yang ada

Iklan-iklan di radio, televisi.Surat kabar, film dan lain-lain

menimbulkan bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang

kehidupan modern yang mungkin jauh dari kenyataan hidup sehari-

hari. Akibat rasa kecewa yang timbul, seseorang mencoba mengatsinya

dengan khayalan atau melakukan sesuatu yang merugikan masyarakat

4. Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi

Dalam masyarakat modern, kebutuahan dan persaingan mungkin

meningkat dan makin ketat untuk meningkatkan ekonomi hasil

teknologi modern.Memacu orang untuk bekerja lebih keras agar dapat


memilikinya.Jumlah orang yang inggin berkerja lebih besar dari

kebutuhan.Seghingga penganguran meningkat, mengakibatkan upah

menjadi rendah.Factor-faktor gaji yang rendah, perumahan yang

buruk, waktu istirahat dan berkumpul dengan keluarga sangat terbatas

dan sebagainya, merupakan sebagian mengakibatkan perkembangan

kepribadian yang abnormal.

5. Perpindahan kesatuan keluarga

Khusus untuk anak yang sedang berkembang kepribadiannya,

perubahan-perubahan lingkungan( kebudayaan dan pergaulan), sangat

cukup mempengaruhi.

6. Masalah golongan minoritas

Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan,

dapat mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjudnya akan

tampil dalam bentuk sikap acuh atau melakukan tindakan-tindakan

yang merugikan banyak orang.

3. Tanda Dan Gejala Gangguan Jiwa

Nasir & Muhith (2011), mengurangi beberapa tanda dan gejala gangguan jiwa

sebagai berikut:

a. Gagguan konitif

Kognitif adalah suatu proses mental dimana seseorang individu menyadari

dan mempertahankan hubunga dan lingkunganya, baik linkungan dalam


maupun lingkungan luar (fungsi mental). Proses kognitif meliputi

beberapa hal, anara lain sensasi dan perspsi, perhatian, ingatan, asosiasi,

pertimbangan pikiran, serta kesadaran.

b. Ganguan perhatian

Perhatian merupakan pemusatan dan konsentrasi energi, dengan menilai

dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat suatu rangsangan.

c. Gangguan ingatan

Ingatan (memori) merupakan suatu kemampuan untuk menyimpan,

mencatat, memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran.

d. Gangguan asosiasi

Asosiasi adalah proses mental yang denganya suatu perasaan, kesan, atau

gambaan ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau gambaran

ingata respon/konsep lain, yang sebelumnya berkaitan dengannya.

e. Gangguan pertimbangan

Pertimbangan (penilaian) adalah suatu proses mental untuk

membandingkan atau menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja

dengan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari

suatu aktivitas.

f. Gangguan pikiran

Pkiranumum adalah meletakkan hubungan antara berbagai bagian dari

pengetahuan seseorang.

g. Gangguan kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan hubngan

dengan lingkugan, serta dirinya melalui panca indra dan mengadakan

pembatasanterhadap lingkungan serta dirinya sendiri.

h. Ganguan kemauan

Kemauan adalah suatu proses dimana keinginan-keinginan

dipertimbangkan yang kemudian diputuskan untuk dilaksanakan sampai

mencapai tujuan.

i. Gangguan emosi dan afek

Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh

pada akivitas tubuh serta menghasilkan sensasi organic dan kinetis. Afek

adalah kehidupan perasaan atau nada perasaan emosional seseorang,

menyenankan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran,biasana

berlangsung lama dan jarang disertai komponen fisiologi.

j. Gangguan psikomotor

Psikomotor adalah gerakan tubuh yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa.

4. Macam- macam gangguan jiwa

Sistem yang paling banyak digunakan untuk mengelompokkan gangguan jiwa

dan menyediakan kriteria diagnosis standar, diagnostic and statistical manual of

mental disorders (DSM) (2013) meliris beberapa kategori gangguan

mentalumum.

a. Skizofrenia

Skizofrenia menurut Maramis (dalam Sutejo, 2017) merupakan bentuk

psikosis fungsional paling berat dan menimulkan disorganisasi persnaloias


yang besar.Skozofreia juga merupakan satu bentuk psikosis yang sering

dijumpai sejak zaman dahulu.Meskipun demikian, pengetahuan tentang sebab

musabab dan patgenesisinya sangat kurang.

b. Depresi

Menurut Natinaol Institute of Mental Health, 2010 (dalam Sutejo, 2017)

depresi merupakan gangguan mental serius yang ditandai dengan persaaan

sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa

hari, tetapi dapat juga berkelanjutan sehingga dapat mengganggu aktivitas

sehari-hari.

c. Gangguan kepribadian

Menurut Larsen dan Buss, 2013 ( dalam Sutejo, 2017) gangguan kepribadian

adalah suatu bentuk perilaku kebiasaan yang sangat jauh berbeda dengan

kebiasaaan seseorang pada umumnya. Perbedaan bentuk karakter penderita

gangguan kepribadian dapat dilihat dari cara mereka memandang sesuatu,

cara mereka berfikir, dan cara mereka berinteraksi dengan orang lain.

d. Gangguan mental organik

Menurut Maramis, 2010 (dalam Sutejo, 2017) gangguan mental organik

merupakan gangguan jiwa psikotik atau non psikotik yang disebabkan oleh

gangguan fungsi jaringn otak.

e. Gangguan psikosomatik

Menurut Maramis, 2010 (dalam Sutejo, 2017) gangguan Psikosomatik

merupakan komponen psikologi yang diikuti oleh gangguan fungsi badannya.


Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan

dahulu neurosa organ.

f. Gangguan intelektual

Menurut Stuart dan Sundeen, 2010 (dalam Sutejo, 2017) gangguan

intelektual merupakan keadaan dengan intelegensi kurang (abnormal) atau

dibawah rata-rata sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa

kanak-kanak).Retardasimental ditandai dengan adanya keterbatasan

intelektual dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.

g. Gangguan perilaku masa anak dan remaja

Menurut Maramis, 2010 (dalam Sutejo, 2017) anak dengan gangguan

perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan permintaan,

kebiasaan atau norma-norma masyarakat.

5. Penggolongan gangguan jiwa

Menurut Yosep, 2007 (dalam Sutejo, 2017) penggolongan gangguan jiwa

dibedakan atas:

a. Neurosis

Neurosis adalah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis

dimana tidak ada rangsangan yang spesifik.

b. Psikosis

Psikosis merupakan gangguan penilaian yang menyebabkan ketidakmampuan

seseorang menilai realitas dengan fantasi dirinya.Hasilnya terdapat realitas

baru versi orang psikosis tersebut. Psikosis dapat juga diartikan sebagai suatu

kumpulan atau gejala sindrom yang berhubungan gangguan Psikiatri lainnya,


tetapi gejala tersebut bukan merupakan gejala spesifik penyakit yang

menyebabkan kecemasan tersebut.

B. Penerimaan Masyarakat Terhadap Penderita Gangguan Jiwa.

1. Penerimaan masyarakat

Penerimaaan adalah hubungan yang terjalin antara dua belah pihak

atau lebih dimana pihak-pihak tersebut saling menerima satu sama lain

dengan baik sehingga tercipta suasana yang hangat, nyaman, dan tentram serta

pemenuhan kebutuhan saling menghargai terpenuhi.(surya,1998 dalam

Hanum, 2013)

Penerimaan adalah bersedia menerima orang lain, dengan menerima

orang lain berarti mengakui pandangan yang dimiliki orang lain. Individu

yang dewasa dapat menerima orang lain dalam hal ini penderita gangguan

jiwa, sehingga individu dapat menghayati makna dalam kehidupan.

(Hendriani, 2006).

2. Stigma masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa

a. Pengertian Stigma

Kata stigma berasal dari bahasa Inggris yang artinya noda atau

cacat.Dalam kaitanya dengan gangguan jiwa skizofrenia, stigma adalah

sikap keluarga dan masyarakat yang menganggap bahwa jika ada salah satu

anggota keluarga yang menjadi penderita skizofrenia, hal itu merupakan

aib bagi keluarga (Hawari, 2001).Stigma merupakan istilah yang

melibatkan penyimpangan maupun pengucilan akan tetapikonsep stigma

lebih dari kedua hal tersebut. Konsep stigma mirip dengan


marginality(pengucilan) dan deviance(penyimpangan). Marginalitydialami

oleh kelompok-kelompok sosial yang secara umum berbeda dengan

kelompok kebanyakan . Archer (dalam Heatherton, Kleck, Hebl, dan Hull,

2003)

b. Aspek-Aspek Stigma

1. Perspektif

Perspektif merupakan pandangan orang dalam menilai orang lain.

Misalnya, seseorang yang memberikan stigma pada orang lain.

Perspektif yang dimaksudkan dalam stigma berhubungan dengan

pemberi stigma (perceiver) dan penerima stigma.

2. Identitas

Identitas ini terdiri dari dua hal, yakni identitas pribadi dan identitas

kelompok.Stigma dapat diberikan pada orang yang memiliki ciri-ciri

pribadi. Misalnya perbedaan warna kulit, cacat fisik, dan hal lain yang

menimbulkan kenegatifan.

3. Reaksi

Aspek reaksi terdiri dari 3 sub aspek yang prosesnya berjalan

bersamaan .Aspek tersebut yakni aspek kognitif, afektif, dan

behavior.Aspek kognitif prosesnya lebih lambat dikarenakan ada

pertimbangan dan tujuan yang jelas.Aspek kognitif ini meliputi

pengetahuan mengenai tanda-tanda orang yang dikenai stigma.

Misalnya, pada orang dengan skizofrenia cenderung dipersepsikan


C. Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Masyarakat Terhadap Individu

Yang Menderitagangguan Jiwa

1. Pengetahuan Masyarakat

Menurut Notoadmojo, 2012. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan,

pendengaran, penciuman rasa dan raba sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Tingkat pengetahuan di dalam domain

kognitif mempunyai enam tingkatan:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mnegingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mnegukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antaralain dapat

menyebutkan, mneguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan

sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemmpuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi ini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

menggambbarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyeseuaikan, dan

sebagainya suatu teori atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap sutau materi atau objek.Penilaian itu didasarkan


pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria

yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti

atau respon.Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kirra-kira ukur

kita sesuai dengan tinbgkatan-tingkatan diatas.

2. Sikap Masyarakat

Sikap merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen

kognitif, afektif dan perilaku. Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi

yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu berupa faktor

pengetahuan dan keyakinan tentang objek(Sear,dkk 1999 dalam Desri,

2014)Sikap adalah kecenderungan bertindak dari individu, berupa respon

tertutup terhadap stimulus atau objek tertentu(Sunaryo, 2004). Sikap adalah

penilaian atau pandanan seseorang terhadap objek (masalah ksehatan,

termasuk penyakit) atau stimulus yag ada. Sikap yang terdapat pada

seseorang akan memeberikan dampak pada tingkah laku ataupun perbuatan

dari seseorang tersebut. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap objek atau stimulus

tersebut(Notoatmodjo,2003)

3. Persepsi masyarakat

Persepsi dapat di artikan sebagai kemampuan dalam mengenal sesuatu

yang hadir berupa hal yan bersifat konkrit jasmaniah, bukan bersifat batiniah,
seperti benda, barang, kualitas atau prbedaan antara dua hal atau lebih yang

diperoleh melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan setelah

panca indera mendapatkan rangsangan (Baihaqi, 2007). Persepsi mempuyai

dua fungsi yang berbeda, yakni fungsi secara kognitif sebagai alat kontak

utama antara manusia dan dunia.Dan fungsi secara emosional untuk

membangkitkan perasaan dan merangsan tindakan-tindakan tertentu (Baihaqi,

2007).

Persepsi seseorang dipengaruhi oleh berbagai factor, antara lain

(maramis 2004)

a. Kepercayaan

b. Sikap

c. Pendidikan dan pengetahuan

d. Lingkungan

e. Budaya

Proses terjadinya persepsi pertama kali dimulai dari objek yang menimbulkan

stimulus yang ditangkap oleh alat indera atau reseptor, dimana proses ini

dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera

kemudian dilanjudkan oleh saraf sensorik menuju otak sehingga proses ini

dinamakan proses fisiologis.kemudian rangsanganyang telah diterima tersebut

diproses didalam otak sehingga individu dapat menyadari sesuatu yang diterima

dengan reseptor itu, sebagai akibat dari stimulus yang diterima. Proses terjadinya

di otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan
demikian taraf terakhir dari persepsi adala individu menyadari tentanf sesuatu

yang diterima melalui alat indera atau resptor (Sunaryo 2004)

Dalam perkembangan yang terjadi di masyarakat, ada beberapa keadaan yang

merupakan bentuk perspsi untuk individu denan gangguan jiwa persepsi tersebut

adalah (Mubin 2008):

a. Keyakinan atau kepercayaan yang mengagap bahwa gangguan jiwa itu

disebabkan oleh guna-guna, tempat atau benda pusaka yang di anggap

keramat, roh jahat, kutukan dan kekuatan gaib atau supranatural

b. Keyakinan atau kepercayaan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit

seumur hidup yang tidak dapat disembuhkan

c. Keyakinan atau kepercayaan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit

yang tidak termasuk urusan medis

d. Keyakinan atau kepercayaan bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit

yang selalu diturunkan

D. Penelitian Orang Lain

1. Penelitian yang dilakukan oleh Gurita Fendi Wiharjo (2014) dengan judul

“Hubungan Persepsi Dengan Sikap Masyarakat Terhadap Penderita

Skizofrenia Di Surakarta” berdasarakan hasil temuan dilapangan dikethui

bahwa Hasil analisis korelasi product moment diperoleh (r) sebesar 0,442

; p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan positif antara persepsi

dengan sikap masyarakat terhadap penderita skizofrenia, yang artinya

semakin positif persepsi, semakin positif pula sikap masyarakat terhadap


penderita skizofrenia, sebaliknya semakin negatif persepsi masyarakat,

semakin negatif sikap masyarakat terhadap penderita skizofrenia.

2. Penelitian yang dilakukan oleh alfiana suci romadhon (2011) dengan judul

“Persepsi Masyarakat Terhadap Individu Yang Mengalamia Gangguan

Jiwa Dikelurahan Poris Plawat Kecamatan Cipondong Tanggerang”

dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 115 responden (60%)

adalah perempuan, tingkat pendidikan SMA 69 responden (56%)serta usia

responden dimulai dari 16-50 tahun. Sebanyak 110 responden (95,7%) .

berpresepsi baik, 5 responden (4,3%) berpresepsi sangat baik dan tidak

ada berpresepsi tidak baik apalagi berpersepsi sangat tidak baik.

Masyarakat yang sangat baik sebanyak 68 responden (59%) dan sebanyak

47 responden (41%)berpersepsi baik. Masyarakat yang berpersepsi baik

110 responden (95,7%) dan beberapa sangat baik yaitu 5 responden

(4,3%).

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ira Kusumawati, dkk (2012) dengan

judul’’faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat terhadap pasien

dengan ganguan jiwa ‘’berdasarkan temuan dilapangan diketahui bahwa

dari 6 faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat terhadap pasien

dengan gangguan jiwa yaitu kebudayaan , media massa , emosional ,

pengealaman masa lalu lembaga pendidikan dan orang yang di anggap

penting, ada 1 faktor diantaranya yang tidak berhubungan dengan sikap

yaitu emosi.
BAB III

KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah sesuatu uraian dan visualisa hubungan yang terkait

antara konsep satu terhadap konsep lainnya, ataupun variable yang satu atau variable

lainnnya dari permasalahan yang di teliti.Konsep ini diamati oleh variable

(Notoadmojo, 2010).penlitian ini digunakan untuk melihat faktor yang

mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap individu yang menderita gangguan

jiwa.

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Yang Mempengaruhi


Penerimaan :
Perimaan Masyarakat
 Pengetahuan Terhadap Pasien Gangguan
masyarakat Jiwa
 Sikap masyarakat
 Persepsi masyarakat

 Masyarakat

B. Hipotesis

1. Adanya hubunganfaktor yang mempengaruhi penerimaan

masyarakatterhadap individu yang menderita gangguan jiwa Di Kelurahan


Tanah Garam Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam Kota Solok Tahun

2019

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan metode penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan

desain penelitian deskriptif korelatif. Dengan pendekatan yang digunakan

yaitu cross sectional. Digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara

faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi ataupun

pengumpulan data dengan cara wawancara (Notoatmodjo, 2012).

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelurahan Tanah Garam Wilaya Kerja

Puskesmas Tanah Garam dan waktu penelitian pada bulan april dan

pengambilan data direncanakan akan dilaksanakan pada bulan mei 2019.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh objek penelitian atau subjek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi dari penelitian ini adalah lingkungan

masyarakat dikelurahan tanah garam yang terdapat tiga kelurahan yaitu

kelurahan tanah garam yang berjumlah 4.036 KK, VI suku berjumlah

1.839 KK dan sinapa piliang berjumlah 454 jadi populasi dari penelitian

6.332 KK

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2012). Pengambilan sampel dalam penelitian ini yang akan

dilakukan dengan menggunakan pendekatan probability sampling dimana


teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi

setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik

penelitian random sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi

dilakukan secara acak.Jumlah sampel yang akan diambil menggunakan

rumus slovin.

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑 2 )

Keterangan : n = Besarnya sampel

N= Besarnya populasi

d= Toleransi tingkat kesalahan

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑 2 )

6332
𝑛 = 1+6332 (0.05)2

6332
𝑛=
1 + 15.83

6332
𝑛=
16.83

𝑛 = 3762

Jadi sampel yang diambil adalah 3762 KK yang berada ditiga kelurahan tanah garam

no Kelurahan populasi Sampel

1 Tanah garam 4039 4039


× 3762 = 23999
6332
2 VI suku 1839 1839
× 3762 = 1092
6332

3 Sinapa piliang 454 454


× 3762 = 269
6332

D. Kritria inklusi dan Kriteria ekslusi

kriteria inklusi menurut Nursalam, (2013) adalah kriteria yang menentukan

sujek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi kriteria sampel.

Sedangkan kriteria ekslusi adalah kriteria yang menentukan subjek penelitian yang

tidak dapat mewakili sebagai sampel, dikarenakan tidak memenuhi syarat sebagai

sampel.

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan suatu karakteristik umum subyek penelitian

dari suatu populasi target dan terjangkau dan akan diteliti (Setiadi 2007).

1) Masyarakat yang berada diwilayah kerja puskesmas tanah garam

2) Bersedia menjadi responden

3) Bersedia diwawancara dan diajak diskusi

b. Kriteria eksklusi

Kriteria ekslusi adalah kriteria yang tidak diteliti dengan menghilangkan

atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklisi (Setiadi, 2007).

1) Tidak dapat ditemukan dalam maksimal dua kali pertemuan

2) Responden tidak sehat / sedang sakit fisik

3) Penderita atau mantan gangguan jiwa

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Variabel adalah objek penelitian yang dijadikan sebagai sasaran

penelitian.menurut Sugiyono (2011).Variabel adalah segala bentuk data

informasi yang sudah ditetapkan oleh penelitian untuk dilakukan analisa data

maupun kesimpulan.menurut Karlinger (2018) variabel dibagi menjadi

variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang

menjadi penyebab terjadinya variabel terikat sedangkan variabel terikat

ataupun variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas (variabel dependent).Variabel independent pada penelitian ini factor

yang mempengaruhi penerimaan masyarakat sedangkan variabel dependent

pada penelitian adalah perimaan masyarakat terhadap pasien gangguan jiwa.

Defenisi Operasional

1. Variabel Independent (variabel bebas)

No Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Skala Hasil

ukur

1. pengetahu Segala Mengisi Wawanca ordinal 1. Baik


an sesuatunya apabila
masyaraka yang diketahui Kuesione ra dengan jawaban
t dan di pahami responde
masyarakat r memberik n >75%

an 2.tidak
baik,
kuesioner apabila
jawaban
dengan responde
n <75%
beberapa (Budiman
&
pertanyaa Riyanto
2013)
n

2. Sikap Bagaimana Mengisi Wawanca ordinal Sikap


masyaraka positif
t sikap seseorang Kuesione ra dengan jika(>mea
n atau
mengenai objek r memberik median)

tertentu berupa an Sikap


negatif
fakta kuesioner jika (≤
mean
pengetahuan dengan atau
median )
beberapa
(Azwar ,
pertanyaa 2013)

3. Persepsi kemampuan Skala Wawanca ordinal 0-


25%=san
masyaraka dalam likert ra dengan gat tidak
setuju
t mengenal memberik (sangat
tidak
sesuatu yang an baik)
26-50%=
hadir berupa kuesioner tidak
setuju
hal yan bersifat dengan (tidak
baik)
konkrit beberapa 51-
75%setuj
jasmaniah, pertanyaa u (baik)
76-
bukan bersifat n 100%=
sangat
batiniah setuju (
sangat
baik)
2. Variabel dependen (variabel terikat)
N Variabel Dependen Alat Cara ukur Skala Hasil

o ukur ukur

1 Penerima Suatu tindakan Mengis Wawancara Ordin Baik jika

. n masyarakat terhadap i dengan al hasil

masyara individu yang Kuesio memberikan uji skor

kat menderita gangguan ner kuesioner T≥

jiwa seperti dengan mean

mengisolasi, beberapa skor T

mencemooh, pertanyaan

diasingkan , Kurang

perlakuan yang tidak baik

adil, disisihkan dari jika

lingkungannya, hasil

didiskriminasi uji skor

T<

mean

skor T

(Suhars

imie,

2010)

F. Instrumen Penelitian
a. Kuesioner / angket

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Kuesioner

berisikan pertanyaan-pertanyaan tertutup tentang faktor yang

mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap individu yang menderita

gangguan jiwa dan penerimaan masyarakat terhadap individu yang

menderita gangguan jiwa, yang disusun menggunaka skala liket dan

gutmandan disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehinnga responden

bisa memilih salah satu jawaban yang menurut mereka sesuai dengan

memberikan tanda checklist

G. Uji Validitas dan Rehabilitas

1. Uji validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat itu benar-benar

mengukur apa yang akan diukur (Notoadmodjo, 2012). Pengujian

validitas dilakukan dengan analisa, untuk mengiji validitas pada setiap

butir, maka skor yang ada.Pada butir yang dimaksud dikorelasikan

dengan skor secara keseluruhan.Tujuannya adalah untuk mengetahui

sejauh mana ketetapan alat ukur tersebut dalam mengukur hasil.Uji

validitas dilakukan dengan komputerisasi.

2. Uji Rehabilitas

Rehabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat ukur dapat dipercaya dan diandalkan (Notoadmodjo, 2012).

Rehabilitas suatu instrument dapat diterima apa bila memiliki

koefisien rehabilitas minimal 0,5. Hal ini berarti bahwa instrument


dapat digunakan sebagai data yang handal, jika telah memiliki

koefisien rehabilitas besar atau sama dengan 0,5 (Arikunto, 2013).

Rehabilitas juga mengukur sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif

konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih.

H. Etika Penelitian

Etika dapat diartikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral yang

menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah

lakunya.Etika penelitian ini adalah prinsip-prinsip moral yang diterapkan

dalam penelitian.

Prinsip dasar etika penelitian (Supardi, 2013).

1. Prinsip menghormati martabat manusia (respect for persens)

Perinsip menghormati martabat manusia tujuannya untuk mengambil

keputusan dan melindungi manusia yang otonominya terganggu dari

perlakuan dan juga penyalahgunaan.

2. Berbuat baik (benefiience)

Prinsip etika berbuat baik (beneficence) yang menyangkut untuk upaya

manfaat maksimal dan kerugiannya minimal, termasuk didalamnya :

a. Resiko penelitian wajar dibandingkan manfaat yang diharapkan

b. Desain penelitian memenuhi persyaratan ilmiah

c. Penelitian dapat melaksanakan penelitian dengan menjaga

kesejahteraan subjek

d. Tidak merugikan subjek penelitian

3. Keadilan (justice)
Prinsip etika keadilan (justice) yaitu keadilan antara beban dan manfaat

diperoleh subjek serta dalam penelitiannya

I. Metode Pengumpulan Data

1. Cara pengumpulan data

Penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan cara membagikan

lembar kuesioner kepada responden tentang faktor yang mempengaruhi

penerimaan masyarakat terhadap individu yang menderita gangguan jiwa

dan penerimaan masyarakat terhadap individu yang menderita gangguan

jiwa.

2. Langkah-langkah pengumpulan responden

a. Peneliti terlebih dahulu meminta surat izin penelitian ke pihak

Akademik Stikes Yarsi Sumbar Bukittinngi

b. Penelitian mengurus surat izin untuk mengambil data ke dinas

penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu

c. Dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu

mengeluarkan surat izin untuk dinas kesehan kota solok dan

puskesmas tanah garam kota solok

d. Peneliti meminta izin kepada pihak puskesmas untuk melakukan studi

pendahuluan

e. Penelitian meminta izin untuk mendapatkan data pasien yang

mendertia gangguan jiwa yang berada ditanah garam

f. Peneliti menjelakan prosedur serta meminta bantuan dari pihak

puskesmas untuk mengkoordinasikan selama penelitian


g. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan prosedur yang

akan dilakukan selama penelitian

h. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan prosedur yang

akan dilakukan selama penelitian

i. Peneliti menyebarkan kuesioner dan menjelaskan cara mengisi

kuesioner

j. Responden mengisi kuesioner dipimpin oleh penelitian dan bantuan

enumerator

k. Peneliti mengumpulkan kuesioner dan mengecek kelengkapan data

l. Setelah semua responden didapatkan, peneliti melaporkan ke pihak

puskesmas

m. Peneliti melakukan pengolahan data secara komputerisasi

n. Setelah pengolahan data penelitian menyimpulkan hasi penelitian,

pembahasan dan kesimpulan

J. Teknik Pengolahan Data

Setelah datanya terkumpul, maka hasil penelitian ini akan diperoleh melalui

tahap tersebut :

1. Editting

Pada tahap penelitian ini akan melakukan pengecekan dan perbaikan isian

kuesioner, pada tahapan penelitian ini akan melakukan apakah jawaban

pada kuesioner.

2. Coding
Setelah melakukan tahap editting, peneliti akan mengelompokkan data

mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data ataupun

bilangnya atau angka.

3. Entry

Pada tahap ini penelitian akan memasukan data yang telah diubah saat

proses coding kedalaman program atau softwarecomputer.

4. Cleaning

Setelah data selesai dimasukan, data kembali diperiksa untuk memastikan

data telah bersih dari kesalahan baik itu kesalahan pengkodean ataupun

kesalahan dalam membaca kode.

K. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan analisa yang mendeskripsikan masing-

masing variabel yang diteliti (Arikunto, 2010).Analisis univariat

digunakan untuk mengetahui gambaran data yang telah dikumpulkan.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yaitu statistic yang digunakan untuk menerangkan

keeratan hubungan antara variabel (Arikunto, 2014).Analisis data ini

dilakukan secara komputerisasi dengan menguji statistik non paramestris

spearman rank.Teknik yang digunakan untuk menguji sampel data yang

berkorelasi serta yang datanya membentuk ordinal (Sugiyono, 2016).

Anda mungkin juga menyukai