PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan dan
sistematika penulisan
BAB II : Landasan Teoritis yang terdiri dari pengertian dan teori Sistem pelayanan
kesehatan
BAB III : Pembahasan terdiri dari kesimpulan dan saran
DAFRAT PUSTAKA
BAB III
PEMBAHASAN
Teori tentang sistem akan memudahkan dalam memecahkan persoalan yang ada
dalam sistem. Sistem tersebut terdiri dari subsistem yang membentuk sebuah sistem
yang antara satu dengan lainnya harus saling mempengaruhi. Dalam teori sistem
disebutkan bahwa sistem itu terbentuk dari subsistem yang saling berhubungan dan
saling mempengaruhi. Bagian tersebut terdiri dari input, proses, output, dampak,
umpan balik dan lingkungan yang kesemuanya saling berhubungan dan saling
mempengaruhi, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Input
Merupakan subsistem yang memberikan segala masukan untuk berfungsinya
sebuah sistem, seperti sistem pelayanan kesehatan, maka masukan dapat berupa
potensi masyarakat, tenaga kesehatan , sarana kesehatan, dan lain lain.
2. Proses
Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk
menjadikan sebuah hasil yang diharapkan dari sistem tersebut, sebagaimana
contoh dalam sistem pelayanan kesehatan, maka yang dimaksud proses adalah
berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
3. Output
Hasil yang diperoleh dari sebuah proses, dalam sistem pelayanan kesehatan
hasilnya dapat berupa pelayanan kesehatan yang berkualitas, efektif dan efisien
serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga pasien sembuh
dan sehat secara optimal.
4. Dampak
Merupakan akibat yang dihasilkan sebuah hasil dari sistem, yang terjadi relative
lama waktunya. Setelah hasil dicapai, sebagaimana dalam sistem pelayanan
kesehatan, maka dampaknya akan menjadikan masyarakat sehat dan mengurangi
angka kesakitan dan kematian karena pelayanan terjangkau oleh masyarakat.
5. Umpan balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi dari
sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik
dalam sistem pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan yang
juga dapat menjadikan input yang selalu meningkat.
6. Lingkungan
Lingkungan disini adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat
mempengaruhi pelayanan kesehatan sebagaimana dalam sistem kesehatan,
lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan geografis, atau situasi
kondisi sosial yang ada di masyarakat seperti instusi dari luar pelayanan kesehatan
C. Macam-macam pelayanan kesehatan
I. Sistem rujukan
1. Pengertian
1. Menurut tata hubungannya sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan
rujukan eksternal.
a. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit
pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas
(puskesmas pembantu) ke puskesmas induk.
b. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam
jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan
ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah
sakitumum daerah).
2. Menurut lingkup pelayanannya sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik dan
rujukan Kesehatan.
a. Rujukan medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi
upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya,
merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner,
hipertensi,diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah.
b. Rujukan kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya
berkaitandengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan
pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi
ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan
masalah kesehatankerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos unit kesehatan
kerja)
3. Sistem rujukan ginekologi
1. Stabilisasi klien
a. Pengertian Stabilisasi
Proses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita pasien agar tetap stabil
selama pertolongan pertama.
b. Prinsip Stabilisasi
a) Menjaga korban supaya tidak banyak bergerak sehubungan dengan
keadaanyang dialami.
b) Menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil1.
c) Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak berubah
d) Menjaga agar perdarahan tidak bertambah.
e) Menjaga agar tingkat kesadaran korban tidak jatuh pada keadaan yang
lebih buruk lagi
Dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan yang akan dirujuk,
beberapahal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu :
a. Stabilisasi penderita
b. Pemberian oksigen
c. Pemberian cairan infus intravena dan transfusi darah.
d. Pemberian obat-obatan (antibiotik, analgetika, tetanus toksoid).
Stabilisasi kondisi penderita dan merujuknya dengan cepat dan tepat sangat
penting (esensial) dalam menyelamatkan kasus gawat darurat, tidak peduli
jenjangatau tingkat pelayanan kesehatan itu. Kemampuan tempat pelayanan
kesehatanuntuk dengan segera memperoleh transportasi bagi pasien untuk dirujuk ke
jenjangyang lebih tinggi amat menentukan keselamatan kehidupan kasus yang gawat.
Tata cara untuk memperoleh transportasi yang cepat bagi kasus gawat darurat
harus ada di setiap tingkat pelayanan kesehatan. Untuk ini dibutuhkan koordinasi
dengan sumber-sumber dalam masyarakat seperti kepolisisn, militer, institusi
pemerintah,dians pertanian, dinas kesehatan, dan sebagainya. Apabila dimungkinkan
dalamperjalanan merujuk, harus diberitahi institusi yang dituju bahwa pasien
sedangdalam perjalanan ke situ.
Unsur-unsur pokok dalam stabilisasi penderita untuk dirujuk:
a. Penanganan pernafasan dan pembebasan jalan nafas
b. Kontrol perdarahan
c. Pemberian cairan infus intravena
d. Kontrol nyeri (mengurangi atau menghilangkan nyeri.
Penanganan untuk stabilisasi pasien dapat disebut juga tindakan ABCD
AIRWAY, BREATHING, CIRCULATION, AND DRUG). Prinsip umum dalam
merujuk kasus adalah pasien harus didampingi oleh tenaga yang terlatih, sehingga
cairanintravena dan oksigen dapat terus diberikan. Apabila pasien tidak dapat
didampingi oleh tenaga yang terlatih, maka pendamping harus diberi petunjuk
bagaimana menangani cairan intravena dalam perjalanan.
Dalam perjalanan ketempat rujukan, pasien harus dijaga agar tetap dalam
kondisi hangat dan kakinya harus dala posisi yang lebih tingi, khusunya pada kasus
syok hipovolemi. Gunakanlah selimut dan jangan memakai sumebr panas yang lan
oleh karena mungkin kulit pasien bisa terbakar.
Persiapan adminstrasi ringkasan kasus yang harus disertakan pada saat merujuk
meliputi:
a. Riwayat penyakit,
b. Penilaian kondisi pasien yang dibuat saat kasus diterima oleh perujuk c
c. Tindakan pengobatan yang telah diberikan.
d. Keterangan yang lain yang perlu dan yang ditemukan berkaitan dengan kondisi
pasien pada saat pasien masih dalam penanganan perujuk.
Surat ini disampaikan pada petugas penerima dan ditandatangani oleh petugas
yang merujuk. Surat ini harus berisi identifikasi mengenai klien.Cantumkan alasan
rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima klien
tersebut. Sertakan juga kartu klien atau status yang dipakaiuntuk membuat keputusan
klinik.
3. Rujukan Kebidanan.
Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan obstetri adalah suatu pelimpahan
tanggung jawab timbal-balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik
secara vertikal,maupun horizontal. Rujukan vertikal maksudnya adalah rujukan
dan komunikasi antara satu unit ke unit yang telah lengkap. Misalnya dari rumah
sakit kabupaten ke rumah sakit provinsi atau rumah sakit tipe C ke rumah
sakit tipe B yang lebih spesialistik fasilitas dan pelayanannya.
4. Jenis Rujukan
Terdapat dua jenis isitilah rujukan yaitu, (Pudiastuti,2011) :
1. Pengertian
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal
yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi
kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan.
Alur Pelayanan Kesehatan:
2. Ketentuan Umum
a. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
a) Pelayanan kesehatan tingkat pertama.
b) Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
b. Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan
kesehatan dasar yang diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan
spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan sub
spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter
gigi sub spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan sub spesialistik.
e. Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku
f. Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan
sistem rujukan dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak
sesuai dengan prosedur sehingga tidak dapat dibayarkan oleh BPJS
Kesehatan.
g. Fasilitas Kesehatan yang tidak menerapkan sistem rujukan maka BPJS
Kesehatan akan melakukan recredentialing terhadap kinerja fasilitas
kesehatan tersebut dan dapat berdampak pada kelanjutan kerjasama
h. Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun vertikal.
i. Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan
fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau
menetap.
j. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat
pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi
atau sebaliknya.
k. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan
pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila:
a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau
subspesialistik;
b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau
ketenagaan.
l. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan
pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila :
a) Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh
tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya;
b) Kompetensi dan kewenangan pelayanantingkat pertama atau
kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut;
c) Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani
oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan
untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang;
dan/ataud.
d) perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan
dan/atau ketenagaan.
Tata Cara Rujukan Berjenjang
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA