Anda di halaman 1dari 13

RESUME ETIKA KEPERAWATAN

“DILEMA ETIK KEPERAWATAN”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : SITI FIRANI RAHMAWATI

NIM : PO5303203191095

TINGKAT : IA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU

2020
1. Definisi Dilema etik

Dilema etik merupakan situasi yang di hadapi oleh seseorang dimana ia harusmembuat
keputusan mengenai perilaku yang patut.

2. Prinsip moral dalam menyelesaiakan masalah etik

a. Otonomi (Autonomi)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan
orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh yang tidak memperhatikan
otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik padahal terdapat gangguan
atau penyimpangan
b. Beneficence (Berbuat Baik)
Prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan baik dengan begitu dapat
mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat menasehati klien tentang program
latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati untuk
tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung.
c. Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada
klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka
perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian
bertindak sesuai dengan asas keadilan.
d. Non-maleficence (tidak merugikan)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak
pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan
klien semakin memburuk dan dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah.
akhirnya transfuse darah ridak diberikan karena prinsi beneficence walaupun pada situasi
ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
e. Veracity (Kejujuran)
Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi
layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan
agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif.
Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi
sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk
rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada
dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. S selalu bertanya-tanya tentang
keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum
memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui alasan
tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter harus diikuti.
Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.
f. Fidelity (Menepati janji)
Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu
perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada
orang lain.
g. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi
tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan
peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.

3. KASUS :

Klien 85thn dirawat di RS karena sesak berat. Riwayat DM tidak terkontrol dan COPD
dengan CHF dan sering dirawat di RS. Klien mengatakan telah bahagia dengan
kehidupannya dan siap meninggal. Ketika klien mengalami henti jantung, anaknya meminta
klien di resusitasi dan dirawat dengan ventilator. Bagaimana sikap perawat sebaiknya ? apa
yang harus dilakukan terhadap anak klien tersebut?
4. Analisis Kasus

a. Definisi Diabetes Melitus


Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam
darah akibat gangguan sekresi insulin. Diabetes mellitus di sebut juga penyakit kencing
manis. Adanya kadar gula yang tinggi dalam air kencing dapat menjadi tanda-tanda
gejala awal penyakit Diabetes melitus. Kekurangan insulin membuat tubuh tidak mampu
mengubah glukosa menjadi sumber energi bagi sel. Sehingga respon yang diterima tubuh
adalah rasa lapar dan haus. Namun semakin banyak karbohidrat yang dimakan, maka
akan semakin tinggi penumpukan glukosa dalam darah. Kondisi inilah yang kemudian di
sebut sebagai penyakit gula atau penyakit kencing manis atau Diabetes mellitus.
 TIPE-TIPE PENYAKIT DIABETES MELITUS

1. Diabetes Melitus tipe 1

Tipe diabetes ini umumnya menyerang anak hingga remaja. Oleh karena itulah
jenis atau tipe diabetes mellitus ini di namakan juga dengan sebutan juvenile
diabetes.

Adapun penyebab dasar dari tipe diabetes 1 ini adalah karena adanya kerusakan
atau kesalahan genetik pada sel pankreas sehingga sistem imun terganggu dan
tidak bisa menghasilkan hormon insulin.

Penderita diabetes tipe 1 ini sangat tergantung dengan insulin dari luar. Untuk
kelangsungan hidupnya, penderita harus mendapatkan suntikan hormon insulin
secara rutin dan terjadwal. Oleh karena itulah tipe 1 ini juga dinamakan dengan
Insuline Dependent Diabetic Mellitus atau IDDM.

Diabetes melitus tipe 1 ini seringnya muncul secara mendadak dengan gejala tiba-
tiba sering cepat merasa haus, sering buang air kecil (sering ngompol pada anak),
badan menjadi kurus secara drastis dan lemah. Jika insulin tidak segera diberikan,
penderita bisa tiba-tiba tidak sadarkan diri atau koma diabetik.
2. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes Melitus tipe 2 ini disebabkan oleh kurang mampunya tubuh didalam
merespon hormon insulin sehingga tubuh tidak mampu memanfaatkan insulin
yang dihasilkan oleh organ pankreas. Boleh jadi jadi pankreas telah memproduksi
insulin secara normal namun hormon yang dihasilkan tidak bisa dimanfaatkan
oleh tubuh secara efektif. Tubuh bersifat resisten terhadap hormon insulin.

Ketidakmampuan tubuh dalam memanfaatkan hormon insulin seringnya


dikarenakan sel-sel tubuh bersaing berat dangan sel-sel lemak dalam tubuh.
Hormon insulin banyak dihisap oleh sel-sel lemak yang menumpuk dalam tubuh.
Oleh karena itulah, tipe 2 ini lebih banyak menimpa pada orang-orang yang
memiliki pola hidup dan pola makan yang jelek sehingga terjadi penimbunan
lemak atau kegemukan.

Berbeda dari tipe 1 yang muncul tiba-tiba, diabetes tipe 2 memiliki perkembangan
yang sangat lambat sampai bertahun-tahun. Oleh karena itulah sering-seringlah
Anda memeriksakan kadar gula Anda untuk bisa mendeteksi sedari dini.

Gejala diabetes melitus tipe 2 sering kali tidak terasa. Namun Anda perlu
waspada. Tubuh yang mengalami resistensi terhadap hormon insulin akan
memaksa organ pankreas untuk memproduksi insuline sebanyak-sebanyaknya
untuk dapat menggempur resistensi insulin tersebut dan memberi kesempatan gula
untuk masuk de dalam sel tubuh.
Kondisi ini memerlukan perbaikan secepatnya. Kalau tIdak, pankreas akan
bekerja ekstra keras yang menyebabkan dia kelelahan dan akhirnya bisa rusak.
Dengan rusaknya pankreas maka bisa Anda bayangkan sendiri akibatnya. Sangat
mengerikan , tubuh sudah resisten ditambah lagi insulin sudah tidak bisa
diproduksi lagi karena organ yang bertanggung jawab sudah KO.
 PENYEBAB PENYAKIT DIABETES

1. Penyebab Diabetes Melitus Tipe 1


a. arena faktor genetic
b. Infeksi Virus Tertentu
2. Penyebab Diabetes Melitus Tipe 2
a. Faktor Genetik Atau Turunan
b. Faktor Lingkungan

 PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES


1. Terapkan pola hidup sehat
2. Terapkan pola makan yang baik dan sehat
3. Jaga kondisi mental spiritual Anda
4. Lakukan aktivitas fisik secara rutin
5. Jaga berat bandan pada batas ideal
6. Jauhi rokok dan minuman beralkohol
7. Konsumsilah berbagai herbal yang bisa mencegah dibetes mellitus

 PENGOBATAN PENYAKIT DIABETES

Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin (Lantus/


Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu
adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan menu
makanan.
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan
penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai
kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan
mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil
yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian
suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar
gula darah.
b. Definisi Penyakit paru-paru obstruktif kronis (COPD)

COPD sebenarnya adalah istilah umum untuk beberapa jenis kondisi pernapasan serius
yang mempengaruhi saluran pernapasan kecil dalam paru-paru, termasuk bronkitis kronis
dan emphysema. Dalam bronkitis, saluran pernapasan yang membentang dari trakea ke
paru-paru teriritasi. Emphysema terjadi ketika kantong udara dalam paru-paru tempat
oksigen dan karbondioksida bertukar rusak parah. Kedua penyakit ini membuat paru-paru
tidak mampu bekerja sepenuhnya, membuat Anda sulit bernapas.

 Pengobatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Hingga saat ini, PPOK termasuk penyakit yang belum bisa disembuhkan. Pengobatan
bertujuan untuk meringankan gejala dan menghambat perkembangan penyakit
tersebut.

Meski demikian, Anda tidak perlu cemas, karena kombinasi pengobatan yang tepat
akan memungkinkan Anda untuk menjalani hidup dengan lebih baik. Beberapa
langkah pengobatan yang bisa dilakukan meliputi:

1. Berhenti merokok atau menghindari pajanan asap rokok. Ini merupakan langkah
utama untuk memastikan agar PPOK tidak bertambah parah.
2. Menggunakan obat-obatan. Contohnya, inhaler (obat hirup) jenis pereda gejala
atau inflamasi saluran pernapasan, tablet teofilin yang akan melebarkan saluran
pernapasan, tablet mukolitik (pengencer dahak dan ingus), tablet antibiotik, serta
tablet steroid.
3. Terapi untuk paru-paru, misalnya nebulisasi (mesin yang menyemprotkan uap
cairan steril yang telah dicampur dengan obat-obatan pernapasan) dan terapi
oksigen.
4. Program rehabilitasi paru-paru berupa latihan fisik yang biasanya akan dijalani
selama kira-kira 1,5 bulan. Dalam program ini, pengidap akan diajari cara untuk
mengendalikan gejala serta berbagai pengetahuan tentang PPOK.

c. Definisi Gagal jantung kongestif (CHF)

CHF muncul ketika jantung menjadi terlalu lemah untuk memompa darah sepanjang
tubuh. Karena darah tidak dipompa keluar dari jantung secara efektif, kadar cairan dapat
menumpuk, yang disebut “kongestif”. Ketika darah kembali atau berkumpul di dalam
jantung, jantung cenderung berdetak lebih cepat dan melebar untuk menangani volume
darah yang lebih banyak, mengakibatkan gagal jantung semakin memburuk. Kondisi ini
bahkan lebih serius karena berkurangnya darah ke ginjal menyebabkan penumpukan
natrium dan cairan.

 Penyebab gagal jantung

Gagal jantung adalah kondisi yang terjadi ketika otot jantung rusak karena beberapa
alasan. Biasanya, perlemahan ini pada dasarnya disebabkan oleh jantung, atau
keadaan pembuluh darah, atau campuran dari keadaan berikut:

1. Penyakit Arteri Koroner (CAD). CAD adalah kondisi dimana arteri yang
membawa darah yang kaya oksigen tersumbat atau menyempit
2. Serangan jantung. Ketika arteri koronaria benar-benar tersumbat, darah yang
mengalir ke otot jantung juga berhenti, menyebabkan kerusakan fisik pada otot
jantung
3. Kardiomiopati. Sejenis kerusakan pada otot jantung yang diakibatkan oleh
infeksi, obat-obatan, penyalahgunaan alkohol, atau penyebab lain yang tidak
berhubungan dengan aliran darah
4. Kerja jantung berlebihan. Kondisi jantung seperti masalah tiroid, penyakit ginjal,
atau diabetes yang mengakibatkan jantung bekerja berlebihan dan pada akhirnya
berakibat pada gagal jantung.
5. Tekanan darah tinggi. Hipertensi (tekanan darah tinggi) meningkatkan jumlah
kerja jantung. Dalam waktu lama dapat merusak dan melemahkan otot jantung,
yang akan barakibat pada CHF
6. Penyakit jantung kongestif atau beberapa penyakit genetik
7. Artimia serius berkepanjangan. Detak jantung yang tidak normal dapat
meningkatkan efektivitas jantung dalam memompa darah. Jantung bekerja
berlebihan dalam waktu yang lama untuk mengatasi kelainan detakan.

 Penyebab sesak napas pada deiabtes mellitus

Sesak nafas pada penderita diabetes disebabkan karena adanya komplikasi penyakit
akibat dari diabetes yang meyebabkan penyakit jantung atau keadaan dimana jantung
menjadi kaku atau keras akibat tingginya kadar gula yang ada dalam darah penderita
diabetes. Sesak nafas pada penderita diabetes biasanya datang ketika mereka sedang
istirahat atau bahkan ketika tidur.

d. Definisi Resusitasi Jantung Paru (RJP)

Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi
pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung
(cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang
memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali.

Resusitasi jantung paru bertujuan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau
sirkulasi, dan penanganan akibat henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung
(cardiac arrest), yang mana fungsi tersebut gagal total oleh sebab yang memungkinkan
untuk hidup normal5.

Adapun sebab henti nafas adalah :

1. Sumbatan jalan nafas


Bisa disebabkan karena adanya benda asing, aspirasi, lidah yang jatuh ke belakang, pipa
trakhea terlipat, kanula trakhea tersumbat, kelainan akut glotis dan sekitarnya (sembab
glotis, perdarahan).
2. Depresi pernafasan

5. PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIK

1. Mengembangkan data dasar :

Mengembangkan data dasar disini adalah dengan mencari lebih lanjut informasi yang ada
mengenai dilema etik yang sedang dihadapi. Mengembangkan data dasar melalui :

a) Menggali informasi lebih dalam terhadap pihak pihak yang terlibat meliputi : Klien,
keluarga dokter, dan perawat.
b) Identifikasi mengenai tindakan yang diusulkan : menuruti keinginan keluarga untuk
meresusitasi klien tersebut
c) Maksud dari tindakan tersebut : agar memulihkan kembali kesadaran klien.
d) Konsekuensi tindakan yang diusulkan, bila menuruti keluarga untuk meresusitasi
klien, klien akan merasa tersiksa karena penyakit yang di deritanya.

2. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut :

Penderitaan klien dengan sesak berat, DM tidak terkontrol dan COPD dengan CHF.
Ketika klien megalami henti jantung, anaknya meminta untuk meresusitasi dan dirawat
menggunakan ventilator agar klien kembali sadar. Konflik yang terjadi adalah :

a) Jika mengikuti klien yang sudah ikhlas untuk meninggal dan tidak meresusitasi klien
berarti kita melanggar prinsip etik Beneficience-Nonmaleficience.
b) Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien yang dapat
melanggar nilai autonomy.

3. Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan konsekuensi


tindakan tersebut
a. Tidak menuruti keinginan pasien dan menuruti keinginan anak pasien tentang
meresusitasi dan dirawat dengan ventilator.

Konsekuensi :

1) Tidak mempercepat kematian klien


2) Kondisi klien kembali sadar
3) Keluhan sesak napas pada klien akan tetap berlangsung
4) Pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri
5) Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien yang dapat
melanggar nilai autonomy.

b. Tidak menuruti keinginan anak klien dan menuruti keinginan klien yang siap untuk
meninggal

Konsekuensi :
1) Klien kehilangan kesadaran dan bisa meninggal
2) Melanggar prinsip etik Beneficience dan Nonmaleficience

4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat :

Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan, karena dokterlah yang
secara legal dapat memberikan ijin untuk perawat melakukan resusitasi jantung paru.
Namun hal ini perlu didiskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai efek samping
yang dapat ditimbulkan dari resusi jantung paru tersebut. Perawat membantu klien dan
keluarga klien dalam membuat keputusan bagi dirinya. Perawat selalu mendampingi
pasien dan terlibat langsung dalam asuhan keperawatan, sistem dukungan dari keluarga
serta sistem berduka keluarga dan lain-lain.

5. Mendefinisikan kewajiban perawat


1) Memfasilitasi klien dalam melakukan resusitasi jantung paru
2) Mengoptimalkan sistem dukungan keluarga untuk pasien
3) Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan keyakinannya
4) Membantu Keluarga untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif terhadap
masalah yang sedang dihadapi
5) Memfasilitasi sistem berduka keluarga dengan memberikan support.

6. Membuat keputusan

Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi masing-
masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang
paling menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya alternatif tindakan lain
perlu dilakukan terlebih dahulu misalnya kita mengambil keputusan untuk meresusitasi
klien dan kemudian dievaluasi efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun
apabila alternatif tindakan tidak efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan antara
petugas kesehatan dan klien/ keluarganya akan dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Geoffry, Hunt. 1994. Ethical Issues in Nursing. New York: Press(Podstow) Ltd

Ismaini, N.2001. Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Media

Suhaemin, M. 2002. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktek. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai