Mila putri
Komunikasi terapeutik pada pasien di IGD
Di susun Oleh :
Kelompok 6
16 B
Ayu anggraeni (16010054)
Diah ayu Amelia A. D (16010058)
Effendi (16010061)
Firdausil jannah devi (16010065)
Mila putri mastura (16010077)
Neneng hariati putri (16010081)
Rozana putri (16010084)
Yuka crimson yanti (16010096)
Kata pengantar
Penyusun mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA
PASIEN DI IGD" untuk memenuhi tugas mata kuliah komunikasi dengan baik kami mengucapkan
terima kasih kepada kepada teman teman mahasiswa yang telah berkontribusi baik langsung
maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini bisa
berman'aat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya. seperti pepatah yang
mengungkapkan bahwa “Tiada gading yang tak retak" demikian pula dengan makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan untuk itu kami selaku mahasisiwa mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca terutama dosen pembimbing mata kuliah komunikasi Akhir kata
kami mengucapkan terimakasih.
Penyusun
Daftar isi
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 latar belakang 1
1.2 rumusan masalah 1
1.3 tujuan masalah ………………………………………………………………………..2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 pengertian komunikasi terapeutik 3
2.2 komunikasi gawat darurat 4
2.3 Tujuan komunikasi 7
2.4 Teknik komunikasi 7
2.5 prinsip komunikasi 8
2.6 fase fase komunikasi 8
BAB III. NASKAH DIALOG
3.1 Dialog 10
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk memberikan informasi yang akurat dan
membina hubungan saling percaya dengan klien sehingga klien akan merasa puas dengan
pelayanan keperawatan yang diterimanya. Pada pasien gawat darurat perlu memperhatikan
tehnik-tehnik dan tahapan baku komunikasi terapeutik yang baik dan benar.Komunikasi terapeutik
merupakan cara yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia dan bermanfaat dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, sehingga komunikasi harus dikembangkan
secara terus – menerus ( Kariyo, 1998 ). Hubungan antara perawat dan klien yang terapeutik bisa
terwujud dengan adanya interaksi yang terapeutik antar keduanya, interaksi tersebut harus
dilakukan sesuai dengan tahapan – tahapan baku interaksi terapeutik perawat klien, tahapan itu
adalah tahap pre orientasi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi ( Stuart and
Sunden.1998 ). Pelayanan kesehatan menggunakan komunikasi yang langsung seperti pelayanan
kesehatan, Rumah Sakit merupakan tempat untuk mendapatkan pelayanan baik yang bersifat
medik maupun keperawatan.
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun 2009). Gawat
darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak
orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat
dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau cacat
/ kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.Dalam pelaksanaan tindakan denagn klien gawat
darurat perawat perlu melakukan komunikasi terapiotik pada klien harus dengan jujur,
memberikan gambaran situasi yang sesunguhnya sedang terjadi dengan tidak menambahkn
kecemasan dan memberikan suport verbal maupun non verbal . Klien dapat merasakan puas
ataupun tidak puas apabila klien sudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan petugas
di IGD, baik yang bersifat fisik, kenyamanan dan keamanan serta komunikasi terpeutik yang baik.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari gawat darurat ?
2. Apa saja konsep dasar keperawtan gawat darurat ?
3. Apa yang dimaksud dengan SPGDT ?
4. Apa tujuan komunikasi pada gawat darurat ?
5. Bagaimana tehknik komunikasi pada gawat darurat ?
6. Apa rinsip-prinsip komunikasi gawat darurat ?
1.3 Tujuan masalah
1. Apa pengertian dari gawat darurat ?
2. Apa saja konsep dasar keperawtan gawat darurat ?
3. Apa yang dimaksud dengan SPGDT ?
4. Apa tujuan komunikasi pada gawat darurat ?
5. Bagaimana tehknik komunikasi pada gawat darurat ?
6. Apa rinsip-prinsip komunikasi gawat darurat ?
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang bertujuan
untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien. Hubungan perawat klien
yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman dengan menggunakan
berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah positif seoptimal mungkin. Untuk
melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai keterampilan yang
cukup dan memahami tentang dirinya.
Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan (Stuart dan Sundeen, 1987, hal. 111)
karena :
a. Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik. Dalam proses
komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran.
b. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain. Berarti, keberhasilan intervensi
keperawatan bergantung pada komunikasi karena proses keperawatan ditujukan untuk merubah
perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan yang normal.
c. Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat dan klien yang terapeutik tidak mungkin
dicapai tanpa komunikasi.
2.1.1 Komunikasi Terapeutik dalam Perawatan.
a. Pengkajian (Purwanto, Heri, 1994)
1. Menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi.
2. Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batas intervensi.
3. Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.
4. Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.
5. Mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang diharapkan bisa
realistik.
6. Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal yang sesuai.
7. Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi intervensi yang dibutuhkan.
b. Diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 1999)
1. Analisa tertulis dari penemuan pengkajian.
2. Sesi perencanaan tim kesehatan.
3. Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda implementasi.
4. Membuat rujukan.
c. Rencana tujuan (Purwanto, Heri,1994)
1. Rencana asuhan tertulis (Potter & Perry, 1999).
2. Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
3. Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.
4. Meningkatkan harga diri pasien.
5. Memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.
6. Perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.
d. Implementasi (Purwanto, Heri, 1994)
1. Memperkenalkan diri kepada pasien.
2. Memulai interaksi dangan pasien.
3. Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.
4. Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan kebutuhannya.
5. Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.
e. Evaluasi (Purwanto, Heri, 1994)
1. Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan sendiri.
2. Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.
3. Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.
2.2 Komunikasi Gawat darurat
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun 2009). Gawat
darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak
orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat
dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau cacat
/ kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.
2.2.1 Kosep dasar keperawatan gawat darurat
a. Klien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya Mis:Sumbatan Jalan Napas atau distress nafas, Luka Tusuk dada/perut dengan shock
dan sesak, hipotensi / shock.
b. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya dan
atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.
Bisanya di lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac).
c. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Bisanya di
lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.
2.4.1 Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh klien dengan
penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan memandang kearah klien selama
berbicara, menjaga kontak pandang yang menunjukkan keingintahuan, dan menganggukkan
kepala pada saat berbicara tentang hal yang dirasakan penting atau memerlukan ummpan balik.
Teknik dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada klien dalam mengungkapkan perasaan
dan menjaga kestabilan emosi klien.
2.4.2 Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa
menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak menunjukkan
ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan. Selama klien berbicara
sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah. Untuk menunjukkan sikap penerimaan
sebaiknya perawat menganggukkan kepala dalam merespon pembicaraan klien.
2.4.3 Mengulang Pernyataan Klien
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien
mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berharap komunikasi dapat berlanjut.
Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraan
klien.
2.4.4 Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan pembicaraan untuk meminta
penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan dengan pentingnya informasi dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan
kesamaan ide, perasaan, dan persepsi
2.4.5 Menyampaikan Hasil Pengamatan
Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui bahwa pesan
dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat nonverbal
yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih
baik dan terfokus pada permasalahan yang sedang dibicarakan
3.1.4 Terminasi
Perawat : “ Bagaimana ada yang ingin ditanyakan bapak?”
Pasien : ”tidak ada sus, sudah cukup jelas.”
Perawat: baiklah bapak tugas saya sudah selesai,apa bila bapak membutuhkan sesuatu bapak bisa
menghubungi kami dengan cara memencet tombol yang berwana hijau tepat di atas kepala bapak.
Pasien: iya ners
Perawat : bapak istirahat saja dahulu, nanti 10 menit lagi dokter akan kesini untuk memeriksa
keadaan bapak.”
Pasien : “iya ners.
Perawat : “saya permisi dulu pak, terimakasih ata kerjasamanya.
Pasien : “iya ners, terimakasih juga.
www.stikesdrsoebandi.ac.id
Komentar
Unknown
Kunjungi profil
Arsip
Laporkan Penyalahgunaan