tenaga kesehatan dalam menentukan tingkat penyakit pasien yang di dasarkan pada 6
tanda cardinal
ada 6 tanda kardinal yang di tilai dalam EWS
1. APVU respon
2. tekanan darah
3. nadi
4. suhu
5. respirasi
6. oksigenasi
EWS juga di artikan sebagai metode monitoring untuk mendeteksi perubahan kondisi
pasien secara dini
setiap tanda ardinal mempunya skor masing-masing,
EWS di dasarkan jumlah total setiap sekor tanda kardinal
bagaimana prosedurnya:
1. Perawat mengisikan identitas pasien, tanggal, dan jam observasi
2. Perawat melakukan hand hyginene
3. Perawat mengucapkan salam kepada pasien
4. Perawat menjelaskan bahwa akan dilakukan pengukuran keadaan umum pasien
5. Perawat menilai tingkat kesadaran pasien dengan ketentuan : a. Tuliskan nilai 0
(nol) bila pasien dalam keadaan sadar b. Tuliskan angka 3 (tiga) bila pasien dalam
keadaan Alert (A), Verbal (V) bila pasien berespon terhadap rangsnng verbal, atau
Pain (P) bila pasien berespon terhadap rangsang nyeri
6. Perawat mengukur tekanan darah pasien : a. Tuliskan angka 0 (nol) bila nilai
tekanan darah sistolik berada pada area wama putih yaitu bila nilai 1 l0-230 b.
Tuliskan ane*a 1 (satu) bila nilai tekanan darah sistolik berada pada area wama biru
yaitu bila nilai I 00- I I0 c. Tuliskan aneka 2 (dua\ bila nilai tekanan darah srstolik
berada pada area wama orange yaitu bila nilai 90-100 d. Tuliskan angka 3 (tiga) bila
nilai tekanan darah sistolik berada pada area warna merah yaitu bila nilai <80 atau >
230
7. Perawat menghitung frekuensi nadi pasien dan mengisikan nilai score sesuai warna
nilai nadi a. Tuliskan angka 0 (nol) bila nilai nadi berada pada area warna putih yaitu
bila nilai 50 - 90 b. Tuliskan angka 1 (satu) bila nilai nadi berada pada area wama
biru yaitu bila nilai 90-l l0 atau 40-50 c. Tuliskan angka 2 (dua) bila nilai nadi berada
pada area wama orange yaitu bila nilai I l0-130 d. Tuliskan angka 3 (tiga) bila nilai
nadi berada pada area wama merah yaitu bila nilai <40 atau > 130
8. Perawat menghitung frekuensi nafas pasien dan mengisikan nilai score sesuai
wama nilai nafas a. Tuliskan angka 0 (nol) bila nilai frekuensi nafas berada pada
area warna putih yaitu bila nilai 12-20 b. Tuliskan angka 1 (satu) bila nilai frekuensi
nafas berada pada area warna biru yaitu bila nilai 9-l I c. Tuliskan angka 2 (dua) bila
nilai frekuensi nafas berada pada area wama orange yaitu bila rilai 2l-24 d. Tuliskan
angka 3 (tiga) bila nitai fiekuensi nafas berada pada area warna merah yaitu bila
nilai > 25 atau < 8
9. Perawat mengukur suhu pasien dan mengisikan nilai score sesuai warna nilai suhu
a. Tuliskan angka 0 (nol) bila nilai suhu berada pada area wama putih yaitu bila nilai
360 - 370 b. Tuliskan angka I (satu) bila nilai suhu berada pada area wama biru yaitu
bila nilai 380 atau < 350 c. Tuliskan angka 2 (dua) bila nilai suhu berada pada area
wama orange yaitu bila nilai > 390
10. Perawat menambahkan nilai 2 bila pasien rnendapatkan terapi oksigen
11. Perawat menjumlahkan nilai yang didapat dan mengisikannya di kolom jumlah score
12. Perawat menilai zona wama sesuai dengan kondisi pasien : a. Zona putih bila
total score 0 (nol) b. Zona biru bila total score I - 4 c. Zona orange bila total score 5
(lima) atau 3 (tiga) dalam satu pararmeter d. Zona merah bila total skor > 7
12. Perawat melakukan pengkajian nyeri dan mengisikannya di score nyeri
13. Perawat mengisikan intake pasien
14. Perawat mengisikan output urine pasien
15. Perawat mengisikan frekuensi observasi sesuai dengan zona wama yang didapat
dari total score EWS : a. Zona putih : minimal setiap 12 jam sekali b. Zona bim :
minimal setiap 4 - 6 jam sekali c. Zona orange : setiap jam sekali d. Zona merah :
monitoring tanda-tanda vital
16. Perawat menigisikan rencana tindak lanjut sesuai dengan zona wzuna yang didapat
dari total score EWS : a. Znna putih: lanjutkan observasi / monitoring secara rutin b.
Zona biru :
17. perawat pelaksana menginformasikan kepada ketua tim untuk melakukan asesmen
selanjutrrya dan membuat keputusan apakah akan meningkatkan fiekuensi
observasi/monitoring atau perbaikan asuhan yang dibutuhkan oleh pasien c. Zona
orange : - Ketua tim (perawat) segera memberikan informasi tentang kondisi pasien
kepada dokterjaga atau DPJP - Dokter jaga atau DPJP melakukan asesmen sesuai
kompetensinya dan menetukan kondisi pasien apakah dalam penyakit akut - Dokter
jaga atau DPJP menf apkan fasilitas monitoring yang lebih canggih d. Zona merah :
- Ketua tim (perawat) melaporkan kepada tim code blue - Tim code blue melakukan
asesmen segera - Stabilisasi oleh tim code blue dan pasien di rujuk ke lntermediate
Care atau lntensive Care Perawat membubuhkan paraf dan nama jelas Perawat
melakukan monitoring sesuai dengan score EWS
EWS ini berlaku untuk pasien dewasa saja, kalau
anak ada lagi pediatrik earli warning scale
ini lembar EWS untuk observasi pasien untuk menentukan skor EWS
PERUBAHAN:
Early Warning System (EWS) adalah sistem peringatan dini yang dapat diartikan sebagai rangkaian sistem
komunikasi informasi yang dimulai dari deteksi awal, dan pengambilan keputusan selanjutnya. Diteksi dini
merupakan gambaran dan isyarat terjadinya gangguan funsi tubuh yang buruk atau ketidakstabilitas fisik
pasien sehingga dapat menjadi kode dan atau mempersiapkan kejadian buruk dan meminimalkan
dampaknya, penilaian untuk mengukur peringatan dini ini menggunakan Early Warning Score. 2. National
Early Warning Score (NEWS) adalah sebuah pendekatan sistematis yang menggunakan skoring untuk
mengidentifikasi perubahan kondisi sesorang sekaligus menentukan langkah selanjutnya yang harus
dikerjakan. Penilaian ini dilakukan pada orang dewasa (berusia lebih dari 16 tahun), tidak untuk anak-anak
dan ibu hamil. Sistem ini dikembangkan oleh Royal College of Physicians, the Royal College of Nursing,
the National Outreach Forum and NHS Training for Innovatio, London tahun Sistem skoring NEWS
menggunakan pengkajian yang menggunakan 7 (tujuh) parameter fisiologis yaitu tekanan darah sistolik,
nadi, suhu, saturasi oksigen, kebutuhan alat bantu O2 dan status kesadaran untuk mendeteksi terjadinya
perburukan/ kegawatan kondisi pasien yang tujuannya adalah mencegah hilanya nyawa seseorang dan
mengurangi dampak yang lebih parah dari sebelumnya. 4. Pediatric Early Warning System (PEWS) adalah
penggunaan skor peringatan dini dan penerapan perubahan kompleks yang diperlukan untuk pengenalan
dini terhadap pasien anak di rumah sakit. 5. Sistem skoring PEWS menggunakan pengkajian yang
menggunakan 10 (sepuluh) parameter fisiologis yaitu warna kulit, upaya respirasi, penggunaan alat bantu
O2, denyut jantung, waktu pengisian capillary refill, tekanan darah sistolik, tingkat kesadaran dan suhu
kesadaran untuk mendeteksi terjadinya perburukan/ kegawatan kondisi pasien yang tujuannya adalah
mencegah hilangnya nyawa seseorang dan mengurangi dampak yang lebih parah dari sebelumnya.
EWS didasarkan atas penilaian terhadap perubahan keadaan pasien melalui pengamatan
yang sistematis terhadap semua perubahan fisiologi pasien.
Sistem ini merupakan konsep pendekatan proaktif untuk meningkatkan keselamatan pasien
dan hasil klinis pasien yang lebih baik dengan standarisasi pendekatan asesmen dan
menetapkan skoring parameter fisiologis yang sederhana dan mengadopsi pendekatan ini
dari Royal College of Physicians – National Health Services, 2012.
Ketika seorang pasien mendadak sakit dan datang ke rumah sakit, atau kondisi memburuk
tiba-tiba selama di rumah sakit, maka waktu adalah penting dan respon klinis yang cepat
dan efisien diperlukan untuk optimalisasi hasil klinis yang diharapkan.
Bukti saat ini menunjukkan bahwa tiga serangkai yaitu 1) deteksi dini, 2) ketepatan waktu
merespon, dan 3) kompetensi respon klinis, sangat penting untuk menentukan hasil klinis
yang diharapkan.
1) Tingkat kesadaran
2) Respirasi/ Pernapasan,
3) Output Cairan
4) Oksigen tambahan (non-rebreathing mask, rebreathing mask, nasal kanula)
5) Suhu
6) Denyut nadi,
7) Tekanan darah sistolik
Parameter ini sudah rutin diukur dan dicatat dalam rekam medis pada grafik observasi
pasien di setiap rumah sakit. Masing-masing parameter akan dikonversikan dalam bentuk
angka, di mana makin tinggi nilainya maka makin abnormal keadaan pasien sehingga
menjadi indikasi untuk dilakukan tindakan pertolongan sesegera mungkin.
• Pasien paska operasi dalam 24 jam pertama sesuai dengan ketentuan penatalaksanaan
pasien paska operasi.
• Pasien dengan penyakit kronis,
• Pasien yang perkembangan penyakitnya tidak menunjukkan perbaikan.
• Pemantauan rutin pada semua pasien, minimal 1 kali dalam satu shift dinas perawat
• Pada pasien di Dialysis Unit dan Rawat jalan lainnya yang akan dirawat inap untuk
menentukan ruang perawatan
• Pasien yang akan dipindahkan dari Siloam Hospitals ke rumah sakit lainnya
Penilaian EWS juga dilakukan terhadap pasien yang akan dipindahkan dari ruang rawat ke
ruang rawat lainnya, dari rumah sakit ke rumah sakit lainnya.
Bila didapati nilai yang memungkinkan untuk pengamatan EWS lebih lanjut (pemicu aktivasi
respon klinik) maka keputusan untuk memindahkan pasien bisa dipertimbangkan lagi.
Dengan mencatat EWS secara teratur, kecenderungan respon klinis pasien dapat ditelusuri
untuk deteksi dini potensi penurunan kondis klinis pasien dan memberikan pemicu untuk
eskalasi respon klinis lebih lanjut.
Selain itu, pencatatan trend EWS akan memberikan gambaran pemulihan kondisi pasien,
sehingga dapat memfasilitasi penurunan frekuensi dan intensitas monitoring pasien sampai
akhirnya pasien direncanakan discharge.
EWS digunakan sebagai alat bantu dalam asesmen klinis, bukan sebagai pengganti
pertimbangan klinis yang kompeten. EWS tidak digunakan pada anak usia kurang dari 16
tahun dan wanita hamil, karena respon fisiologi kondisi penyakit akut dapat dimodifikasi
pada pasien anak dan wanita hamil.
Skoring EWS merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk menilai kondisi fisiologis pasien yang
meliputi tanda vital dan kesadaran secara langsung kepada pasien sehingga akan diketahui perkembangan
perburukan pasien lebih awal termasuk pasien sepsis untuk dilakukan intervensi penanganan secepatnya
maupun sebuah keputusan untuk memindahkan pasien ke ICU.
Pada tahun 1997, Morgan, William dan Wright dari Rumah Sakit James Paget, Norfolk Inggris adalah orang-
orang yang pertama mengembangkan dan mempublikasikan EWS dengan menggunakan lima parameter
fisiologis tubuh yaitu denyut jantung, tekanan darah sistolik, laju pernafasan, suhu dan tingkat kesadaran.
Setiap parameter memiliki rentang penilaian antara 0, sebagai titik tengan dan 1-3 untuk sekor batas atas
dan bawah.
Penilaian EWS ini terus berkembang di dunia terutama di Inggris, lima parameter yang telah dimunculkan
ternyata dianggap kurang mencukupi sehingga ada beberapa studi yang menambahkan dengan saturasi
oksigen dan produksi urin sebagai parameter. Keragaman ini mengakibatkan kurang konsistensinya dalam
penilaian di masing-masing rumah sakit terhadap perburukan atau kerusakan klinis pasien. Oleh karena itu
dibentuklah standar nasional yang digunakan untuk menilai pasien yaitu NEWS (National Early Warning
System). NEWS ini mulai dilaksanakan pada tahun 2012 di Inggris yang meliputi penilaian parameter laju
pernafasan, saturasi oksigen, suplementasi oksigen, suhu / temperatur, tekanan darah sistolik, denyut
jantung dan tingkat kesadaran. Pada Desember 2017 NEWS mengalami perubahan pembaharuan
menjadi NEWS 2.
Penilaian skor peringatan dini (EWS) ini juga mengedapankan SDM PPA (Profesional Pemberi Asuhan) untuk
melakukan pencatan, penilaian dan respon atau menanggapi perubahan parameter fisiologis klinis secara
rutin kepada pasien. Kata kunci yang dibutuhkan adalah (a) deteksi dini (b) ketepatan waktu (c)
kompetensi klinis, sehingga tujuan EWS akan tercapai. Penggunaan skor penilaian ini diharapkan akan
memberikan pemahaman yang sama dari masing-masing individu profesional pemberi asuhan (PPA) dalam
memahami dan menilai pasien, jadi tidak menimbulkan persepsi yang berbeda-beda.