Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PATOFISIOLOGI

EDEMA

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. AGNES M.R. WASAK LODANG (PO5303203191055)

2. AMELIA ALBERTINA DJULI (PO5303203191056)

3. IVONY RAI R.R. KAREWLIT (PO5303203191073)

4. MARGARETHA V. LODO (PO5303203191074)

5. MARIA FIANEY R. ESSE (PO5303203191075)

6. MARIA MAGDALENA TENA (PO5303203191076)

7. SANDI SUKANTA U.T. DJAMA (PO5303203191093)

8. SARANTI RAUWA (PO5303203191094)

9. SITI FIRANI RAHMAWATI (PO5303203191095)

10. STEFANI R. URU EMU (PO5303203191096)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatNya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Kami juga
berterimakasih kepada dosen yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu dalam mengerjakan
makalah ini.

Makalah ini berisiskan tentang “PENYAKIT EDEMA” dan pembuatan makalah ini
berdasarkan materi yang sudah kami dapatkan. Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan,maka kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca.

Demikian makalah ini kami susun,semoga makalah yang kami susun ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca. TERIMAKASIH
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..................................................................................................
B. Tujuan masalah..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. pengertian edema..............................................................................................
B. Jenis- jenis edema.............................................................................................
C. Gejalah edema..................................................................................................
D. Penyebab edema...............................................................................................
E. Diagnosa edema................................................................................................
F. Pengobatan edema............................................................................................
G. Komplikasi edema............................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Edema merupakan manifestasi umum kelebihan volume cairan yang membutuhkan
perhatian khusus. Pembentukan edema sebagi akibat dari perluasan cairan dalam
kompartemen cairan interstisiel, dapat terlokalisir.
Contohnyapada pergelangan kaki dapat berhubungan dengan rematoid arthritis atau dapat
menyeluruh, seperti pada gagal jantung atau ginjal. Edema menyeluruh yang berat disebut
anasarka

.Edema akan terjadi jika ada perubahan dalam membrane kapiler,meningkatkan


pembentukan cairan interstisiel atau menurunkan perpindahancairan interstisiel. Luka bakar
dan ineksi merupakan contoh-contoh keadaan yang dihubungkan dengan peningkatan volume
cairan interstisiel. Obstruksi aliranlimfatik atau penurunan tekanan onkotik plasma
menyebabkan peningkatan volume cairan intertisiel. Ginjal menahan natrium dan air jika ada
penurunan volume ekstraseluler sebagai akibat dari penurunan curah jantung dari
gagal jantung.
 
B. Tujuan masalah

Mahasiswa dapat mengetahui definisi penyakit edema yang di antaranya jenis-jenis


penyakit edema,gejala, penyebab, pengobatan, diagnosa penyakit edema.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Edema
Edema adalah penumpukan cairan dalam ruang di antara sel tubuh. Edema dapat terjadi di
seluruh bagian tubuh, namun yang paling jelas terlihat pada lengan atau tungkai. Edema
terjadi saat cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan sekelilingnya. Cairan kemudian
menumpuk sehingga membuat jaringan tubuh menjadi bengkak.

Edema ringan tidak berbahaya, tetapi juga dapat menandakan kondisi yang lebih serius,
seperti gagal jantung, gangguan hati, ginjal, serta otak. Oleh karena itu pemeriksaan ke dokter
saat terjadi edema sangat penting guna mencari tahu penyebabnya. Penanganan akan
dilakukan berdasarkan penyebabnya.

B. Jenis-jenis edema di dalam tubuh


1. Edema perifer

Pembengkakan yang satu ini biasanya terjadi di pergelangan kaki, tangan, dan lengan.
Selain bengkak, edema perifer biasanya membuat seseorang kesulitan untuk menggerakkan
bagian tubuh tersebut. Edema perifer biasanya menandai adanya masalah pada sistem
peredaran darah, kelenjar getah bening, dan ginjal.

2. Edema paru

Edema paru adalah kondisi saat paru-paru mengalami kelebihan cairan, sehingga anda
menjadi sulit bernapas. Kondisi ini biasanya terjadi akibat penyakit gagal jantung kongestif
atau cedera paru akut. Orang yang mengalami edema paru biasanya memiliki detak jantung
yang lebih cepat dari biasanya, lemas, dan batuk yang kadang disertai dengan darah.

Gejala ini biasanya akan semakin parah saat anda berbaring. Edema paru adalah
kondisi serius, bahkan termasuk gawat medis. Pasalnya, edema di paru ini bisa
menyebabkan gagal napas hingga kematian.
3. Edema serebral

Sesuai dengan namanya, edema serebral terjadi di otak. Kondisi ini muncul karena
berbagai pemicu seperti saat kepala terhantam benda keras, pembuluh darah yang
tersumbat atau pecah, memiliki tumor, hingga reaksi alergi.

Edema serebral termasuk kondisi yang mengancam nyawa. Gejalanya biasanya


meliputi sakit kepala, leher kaku atau sakit, hilang ingatan sebagian atau seluruhnya,
linglung, mual, muntah, dan pusing.

4. Edema makula

Edema makula adalah komplikasi serius retinopati diabetik. Kondisi ini terjadi ketika
cairan menumpuk di bagian mata yang disebut makula, tepatnya di tengah retina. Hal ini
terjadi saat pembuluh darah yang rusak di retina mengeluarkan cairan ke makula.
Akibatnya, pembengkakan pun tidak bisa dihindari. Edema makula biasanya membuat
seseorang mengalami gangguan penglihatan, termasuk dalam melihat warna.

5. Edema pedal

Edema pedal terjadi saat cairan berkumpul di kaki bagian atas dan bawah. Kondisi ini
paling sering menyerang orang yang lebih tua atau hamil. Oleh karena itu, orang yang
mengalami edema pedal biasanya sulit bergerak karena kaki sering kali mati rasa.

6. Limfedema

Limfedema adalah pembengkakan di lengan dan kaki yang disebabkan oleh kerusakan
pada kelenjar getah bening. Kerusakan ini paling sering terjadi akibat perawatan kanker
seperti operasi dan radiasi. Bahkan, kanker itu sendiri juga bisa menghambat kelenjar getah
bening dan menyebabkan penumpukan cairan.
C. Gejala Edema
Gejala yang tampak tergantung dari kondisi dan lokasi jaringan yang bengkak. Edema
ringan karena peradangan bisa tidak menimbulkan gejala. Gejala yang muncul dan dirasa oleh
penderitanya berupa:

1) Anggota tubuh, misalnya lengan atau tungkai, menjadi bengkak.


2) Kulit area edema menjadi kencang dan mengkilap.
3) Jika kulit pada area edema ditekan, maka timbul lubang seperti lesung pipit selama
beberapa detik.
4) Ukuran perut membesar.
5) Sesak napas dan batuk bila terjadi edema di paru-paru.
6) Sulit berjalan karena tungkai terasa lebih berat akibat bengkak.
7) Edema kaki yang parah dapat mengganggu aliran darah sehingga menimbulkan borok
pada kulit.

D. Penyebab Edema
Edema terjadi saat cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan di sekitarnya, sehingga
cairan menumpuk dan menjadi bengkak. Edema yang ringan biasanya disebabkan karena
berdiri atau duduk terlalu lama, terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan kadar garam
tinggi, atau menjelang menstruasi dan selama kehamilan bagi wanita.

Ada banyak kondisi medis yang dapat menjadi penyebab edema, namun pada prinsipnya
edema dapat terjadi sebagai akibat dari empat hal berikut ini :

1) peningkatan tekanan hidrosatik : tekanan hidrostatik merupakan tekanan cairan yang


mengalir di dalam pembuluh darah. Peningkatan tekanan hidrostatik seperti pada gagal
jantung dan penyakit liver akan menyebabkan adanya hambatan terhadap pada cairan
yang mengalir di dalam pembuluh darah, sehingga cairan cenderung untuk berpindah ke
ruang interstitial.
2) penurunan tekanan onkotik plasma : tekanan onkotik merupakan tekanan yang
mempertahankan cairan tetap di pembuluh darah, tekanan ini dipengaruhi oleh albumin.
Penurunan tekanan onkotik akibat gangguan pembentukan albumin seperti pada penyakit
liver atau kebocoran albumin seperti pada gagal ginjal akan menyebabkan cairan
cenderung untuk berpindah ke ruang interstitial.
3) obstruksi limfatik : hambatan pada aliran cairan limfa seperti pada tumor ganas stadium
lanjut, juga dapat menyebabkan cairan cenderung berpindah ke ruang interstitial
4) peradangan : pada peradangan baik akut maupun kronis dapat menyebabkan pelebaran
pada celah antar sel sehingga cairan akan lebih banyak terkumpul di ruang interstitial

Pada beberapa kasus, edema terjadi tanpa diketahui penyebabnya secara jelas (edema
idiopati). Edema seperti ini banyak terjadi pada wanita, dan dapat bertambah parah seiring
usia menua.

E. Diagnosis Edema
Dokter dapat mencurigai seorang pasien menderita edema berdasarkan gejala yang ada.
Sebelum melakukan pemeriksaan, dokter perlu mengetahui terlebih dahulu riwayat medis,
termasuk obat-obatan yang dikonsumsi pasien. Informasi tersebut sangat penting untuk
mengetahui penyebab edema. Selanjutnya, pemeriksaan fisik dapat dilakukan, termasuk
memeriksa tekanan darah, area yang bengkak, serta kondisi hati, ginjal, dan jantung.

Untuk memastikan penyebab edema, tes berikut ini dapat dilakukan, di antaranya:

1) Tes urine atau urinalisis.


2) Tes darah, untuk memeriksa fungsi ginjal, hati, atau kadar albumin.
3) Pemindaian dengan USG, MRI, serta ekokardiografi.

F. Pengobatan Edema

Penanganan dilakukan sesuai penyebab edema. Kasus yang ringan akan pulih dengan
sendirinya. Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengurangi gejala edema, yaitu:

1) Menurunkan berat badan jika memiliki berat badan berlebih. Banyak penderita
edema memiliki berat badan berlebih. Dengan menurunkan berat badan secara
bertahap, maka kondisi edema dapat membaik.
2) Menghindari posisi duduk atau berdiri terlalu lama.
3) Mengganjal kaki ketika sedang berbaring.
4) Berolahraga secara teratur, seperti berjalan atau berenang.
5) Mengurangi asupan garam dalam makanan. Garam dapat meningkatkan
penumpukkan cairan dan memperburuk kondisi edema.
6) Menggunakan stoking khusus untuk mencegah tungkai bertambah bengkak.

Untuk edema yang lebih parah, penanganan dilakukan dengan obat. Edema yang
disebabkan alergi, maka penderita dapat mengonsumsi obat antialergi untuk mengatasi
anggota tubuh yang bengkak. Sedangkan edema karena kerusakan pembuluh darah akibat
gumpalan darah, dapat diatasi dengan obat pengencer darah. Sementara edema tungkai yang
berkaitan dengan gagal jantung atau penyakit hati, maka dokter memberi obat diuretik untuk
meningkatkan frekuensi buang air kecil. Dengan demikian, cairan dapat kembali mengalir
dalam pembuluh darah

Jika edema terjadi karena efek samping konsumsi obat, maka dokter dapat menyesuaikan
pemberian obat sehingga tidak menimbulkan edema pada penderita. Selain mengurangi
edema, pengobatan terhadap penyakit yang mendasarinya merupakan pengobatan utama, agak
edema tidak terus terbentuk

G. Komplikasi Edema

Jika tidak diatasi, edema dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:

1) Sulit berjalan.
2) Rasa nyeri bertambah parah.
3) Kulit semakin menegang, sehingga menjadi gatal dan tidak nyaman.
4) Terdapat luka parut di antara lapisan jaringan.
5) Risiko luka terbuka atau borok kulit semakin meningkat.
6) Elastisitas pembuluh darah, sendi, dan otot semakin menurun.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Edema adalah penumpukan cairan dalam ruang di antara sel tubuh. Edema dapat terjadi
di seluruh bagian tubuh, namun yang paling jelas terlihat pada lengan atau tungkai. Edema
terjadi saat cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan sekelilingnya. Cairan kemudian
menumpuk sehingga membuat jaringan tubuh menjadi bengkak.

Gejala yang tampak pada penyakit ini tergantung dari kondisi dan lokasi jaringan yang
bengkak. Edema ringan karena peradangan bisa tidak menimbulkan gejala

Untuk memastikan penyebab edema, tes berikut ini dapat dilakukan, di antaranya:

1) Tes urine atau urinalisis.


2) Tes darah, untuk memeriksa fungsi ginjal, hati, atau kadar albumin.
3) Pemindaian dengan USG, MRI, serta ekokardiografi.

Penanganan pada penyakit ini dilakukan sesuai penyebab edema. Kasus yang ringan akan
pulih dengan sendirinya.
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, H., Mukty, H. A. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:

Airlangga U niversity Press, pp. 323-328

Basier, D, 2010, Edema Paru dalam Respirologi Anak , Jakarta : Badan Penerbitan IDAI.
Behrman. 2002. Proteinuria Patologis dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai