DI SUSUN OLEH :
NIM : PO5303203191095
TINGKAT : IA
Begitu banyak hambatan yang harus penulis lalui dalam penyusunan makalah ini, namun
berkat dorongan dan dukungan dari semua pihak akhirnya dapat terselesaikan. Oleh karena
itulah, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada orang tua yang
selalu memberikan motivasi dan dukungan baik secara material maupun moril, teman-teman
yang telah berjuang bersama dalam suka maupun duka, serta kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dikarenakan
keterbatasan pengetahuan dan sumber-sumber pustaka yang belum memadai. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat diperlukan guna menghasilkan tulisan yang lebih baik kedepannya. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Profesi perawat dewasa ini sangat diminati karena bidang pelayanan kesehatan masyarakat
masih banyak membutuhkan tenaga-tenaga kesehatan profesional yang berkompeten di
bidang pelayanan kesehatan. Perawat termasuk posisi vital dalam dunia pelayanan kesehatan
selain dokter. Menjadi perawat profesional membutuhkan pengetahuan dan keterampilan
khusus.
Namun, dalam menjalankan profesinya sebagai perawat, perawat dituntut memahami dan
menerapkan kode etik keperawatan serta hukum kesehatan yang mengatur relasinya baik
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap dokter, tenaga medis yang lain, pasien/klien, dan
masyarakat secara keseluruhan. Tujuan perawat adalah menyelamatkan sesama manusia.
Tugas ini sangatlah mulia sehingga dalam menjalankan tugasnya, perawat tidak bisa
dilepaskan dari kode etik keperawatan dan hukum kesehatan di manapun perawat itu berada
dan bekerja.
Seiring dengan kemajuan zaman, ilmu teknologi, dan informasi yang semakin canggih.
Membuat masyarakat menjadi lebih kritis. Perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan
yang semakin maju membuat derajat kesehatan masyarakat menjadi tinggi. Perkembangan
ini diikuti dengan perkembangan hukum di bidang kesehatan, sehingga secara bersamaan
petugas kesehatan menghadapi masalah hukum terkait dengan aktivitas, perilaku, sikap, dan
kemampuannya dalam menjalankan profesi kesehatan. Ketika masyarakat merasa tidak puas
dengan pelayanan atau apabila seorang petugas kesehatan melakukan kesalahan yang
merugikan pasien, tidak menutup kemungkinan untuk di meja hijaukan.
Oleh karena itu, berbagai masalah yang timbul dalam pelayanan kesehatan tersebut, menjadi
hal yang perlu diperhatikan dan didukung pemahaman petugas kesehatan mengenai kode
etik dan hukum kesehatan, dasar kewenangan, dan aspek legal dalam pelayanan kesehatan.
Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman yang baik dan benar-benar terpercaya tentang sikap
dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang petugas kesehatan, pedoman tersebut adalah
kode etik dan hukum kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Etik
1. Pengertian Etika Keperawatan
Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu “ethos” yang berarti adat
istiadat atau kebiasaan, model perilaku atau standar yang diharapkan, dan kriteria tertentu
untuk suatu tindakan. Konsep etika dapat dipahami sebagai peraturan atau norma yang
digunakan sebagai dasar acuan perilaku yang dilakukan oleh seseorang. Etika keperawatan
menjadi acuan dasar bagi perawat dalam menjalankan profesinya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa etika keperawatan adalah suatu tindakan keperawatan yang
memiliki standar dan kriteria tertentu yang sesuai dengan peraturan dan norma yang telah
ditetapkan, dapat dinilai dengan baik atau buruk perilaku seseorang.
1. Otonomi (autonomy)
Otonomi adalah hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan
diri. Prinsip otomi adalah didasari pada keyakinan seseorang bahwa dia mampu
berpikir logis dan dapat membuat keputusan sendiri.
2. Berbuat baik (beneficience)
Berbuat baik dalam prinsip ini maksudnya individu tersebut melakukan sesuatu yang
baik. Dapat mencegah seseorang melakukan kesalahan. Terkadang, prinsip ini dalam
pelayanan kesehatan terjadi konflik dengan otonomi. Kenapa? Karena saat kita sudah
niat untuk melakukan suatu kebaikan tetapi terhalang oleh otonomi (kemandirian kita),
jika kita tidak memiliki pengetahuan atau pedoman yang benar dalam melakukan
sesuatu kita bisa mendapat keburukan/kesalahan dalam perbuatan kita tersebut.
3. Keadilan (justice)
Keadilan adalah sesuatu yang ditempatkan sesuai dengan porsinya. Prinsip keadilan
dibutuhkan demi tercapainya kesamaan derajat dan keadilan terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal, dan kemanusiaan.
4. Tidak merugikan (non-maleficience)
Prinsip ini maksudnya dalam melakukan tindakan jangan menimbulkan bahaya/cedera
fisik ataupun psikologis pada pasien.
5. Kejujuran (veracity)
Prinsip kejujuran adalah penuh dengan kebenaran. Prinsip ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran kepada pasien dengan keadaan
dirinya selama menjalani keperawatan tetapi informasi itu harus akurat dan objektif.
Terkadang, ada saatnya pembatasan kejujuran untuk kepentingan pasien seperti jika
kebenaran akan kesalahan prognosis pasien demi pemulihannya.
6. Menepati Janji (fidelity)
Prinsip ini memiliki makna bahwa sebagai seorang perawat kita harus menepati janji
dan setia pada komitmen awal. Menepati janji berhubungan juga dengan ketaatan,
kesetiaan, dan tanggung jawab perawat kepada pasien demi meningkatkan kesehatan.
7. Kerahasiaan (confidentiality)
Prinsip ini maksudnya bahwa segala informasi yang menyangkut dokumen catatan
kesehatan pasien harus benar-benar dijaga sungguh-sungguh (privasi). Kecuali, jika
pasien mengizinkan dengan bukti persetujuan.
8. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas dapat diartikan standar pasti bahwa tindakan seorang yang pofesional
harus dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
a. Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada
pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi,
pengobatan, politik, hukum, dan theology. Isu dalam bioetik antara lain : peningkatan
mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut
perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap masalah-
masalah pelayanan kesehatan
Deontologi
Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan euthanasia.
Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran
yang rasional dan bukan emosional. Tetapi ada enam pendekatan yang dapat
dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
a) Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
b) Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
c) Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
dilemma
d) Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilemma
e) Menentukan konsekuensi yang mungkin dari setiap alternative
f) Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau
menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi:
(1) semua orang melakukannya,
(2) jika legal maka disana terdapat keetisan dan
(3) kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya.
Salah satu model pemecahan masalah dilema etik (Megan, 1989) terdapat lima
langkah yaitu :
1. Mengkaji situasi
2. Mendiagnosa masalah etik moral
3. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
4. Melaksanakan rencana
5. Mengevaluasi hasil
Salah satu cara yang lainnya menyelesaikan masalah etis adalah dengan melakukan
rounde (Bioetics Rounds) yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini tidak
difokuskan untuk menyelesaikan masalah etis tetapi untuk melakukan diskusi
secara terbuka tentang kemungkinan terdapat permasalahan etis.
8. Hukum Kesehatan
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan yang mengatur hak dan kewajiban individu, kelompok atau
masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan pada satu pihak, hak dan kewajiban
tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan di
pihak lain yang mengikat masing-masing pihak dalam sebuah perjanjian terapeutik dan
ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan
lainnya yang berlaku secara lokal, regional, nasional dan internasional.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka hukum kesehatan dapat di kelompokkan menjadi 4
kelompok yaitu:
a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia d a n salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
b. bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber
daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi
pembangunan nasional;
c. bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada
masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi
negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti
investasi bagi pembangunan negara;
d. bahwa setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan
dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan
merupakan tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat;
e. bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam
masyarakat sehingga perlu dicabut dan diganti dengan Undang- Undang tentang
Kesehatan yang baru;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang Kesehatan;
Mengingat: Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
Dengan Persetujuan Bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dan
Presiden Republik Indonesia Memutuskan Dan Menetapkan Undang-Undang Tentang
Keperawatan.
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
2. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di
dalam maupun di Iuar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundangundangan.
3. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan
kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat,
baik sehat maupun sakit.
4. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam
bentuk Asuhan Keperawatan.
5. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan
Iingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian
Klien dalam merawat dirinya.
6. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
peserta didik pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi
Keperawatan.
7. Sertihkat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi Perawat
yang telah lulus Uji Kompetensi untuk melakukan Praktik Keperawatan'
8. Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik
Keperawatan yang diperoleh lulusan pendidikan profesi.
9. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang telah memiliki Sertifikat
Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya
serta telah diakui secara hukum untuk menjalankan Praktik Keperawatan.
10. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Konsil Keperawatan kepada Perawat yang telah diregistrasi.
11. Surat lzin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada Perawat sebagai
pemberian kewenangan untuk menjalankan Praktik Keperawatan.
12. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.
13. Perawat Warga Negara Asing adalah Perawat yang bukan berstatus Warga Negara
Indonesia.
14. Klien adalah perseorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang
menggunakan jasa Pelayanan Keperawatan.
15. Organisasi Profesi Perawat adaiah wadah yang menghimpun Perawat secara
nasional dan berbadan hukum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
16. Kolegium Keperawatan adalah badan yang dibentuk oleh Organisasi Profesi
Perawat untuk setiap cabang disiplin ilmu Keperawatan yang bertugas mengampu
dan meningkatkan mutu pendidikan cabang disiplin ilmu tersebut.
17. Konsil Keperawatan adalah lembaga yang melakukan tugas secara independen.
18. lnstitusi Pendidikan adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
Keperawatan.
19. Wahana Pendidikan Keperawatan yang selanjutnya disebut wahana pendidikan
adalah fasilitas, selain perguruan tinggi, yang digunakan sebagai tempat
penyelenggaraan pendidikan Keperawatan.
20. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah ne gara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
21. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, dan Wali Kota serta perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.
22. Menteri Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.
2. Ketentuan Pasal 2 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 2 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 2
1) Perawat dapat menjalankan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan/atau praktik mandiri.
3) Perawat yang menjalankan praktik mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berpendidikan minimal Diploma III (D III) Keperawatan.
3. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 3
1) Setiap Perawat yang menjalankan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan di luar praktik mandiri wajib memiliki SIKP.
2) Setiap Perawat yang menjalankan praktik keperawatan di praktik mandiri wajib
memiliki SIPP.
3) SIKP dan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikeluarkan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota dan berlaku untuk 1 (satu) tempat. Pasal
4 dihapus.
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari makalah konsep etik dan hukum kesehatan, maka penulis
menyimpulkan sebagai berikut:
Etika keperawatan adalah suatu tindakan keperawatan yang memiliki standar dan kriteria
tertentu yang sesuai dengan peraturan dan norma yang telah ditetapkan, dapat dinilai dengan
baik atau buruk perilaku seseorang.
Tujuan dari etika keperawatan adalah merekatkan hubungan harmonis antara perawat dan
pasien, menyelesaikan segala persoalan yang dialami oleh klien atau pasien ketika menerima
pelayanan dari seorang perawat, melindungi seorang perawat yang diperlakukan secara tidak
adil oleh institusi yang menaunginya dan lain sebagainya.
Fungsi etika keperawatan adalah intinya agar para perawat mampu melaksanakan peran
dan fungsinya dengan benar dan maksimal sesuai dengan kebijakan pemerintah kepada
masyarakat dalam pelayanan kesehatan.
Kode etik keperawatan menjadi pedoman para perawat dalam menjalankan peran dan
fungsinya sesuai standar profesi keperawatan yang akan melindungi perawat dan pasien.
Prinsip-prinsip etik yaitu otonomi, berbuat baik, keadilan, tidak merugikan, kejujuran,
menepati janji, kerahasiaan, dan akuntabilitas.
Kode etik keperawatan Indonesia yang dikeluarkan DPP PPNI yaitu tanggung jawab
perawat terhadap pasien, tanggung jawab perawat terhadap tugas, tanggung jawab terhadap
sesamaperawat dan profesi kesehatan lainnya, tanggung jawab terhadap profesi
keperawatan, tanggung jawab terhadap pemerintah, bangsa dan Negara.
Penyelesaian dilema etik keperawatan adalah suatu cara untuk berdiskusi atau mencari
solusi dari masalah dilema etik keperawatan tetapi dilema etik ini susah untuk menentukan
yang benar atau salah dan dapat menimbulkan stres pada perawat karena dia tahu apa yang
harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Kode Etik Perawat Nasional
Indonesia adalah aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan
tugas/ fungsi perawat. Kode etik keperawatan menjadi pedoman para perawat dalam
menjalankan peran dan fungsinya sesuai standar profesi keperawatan yang akan melindungi
perawat dan pasien.
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan yang mengatur hak dan kewajiban individu,
kelompok atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan pada satu pihak, hak dan
kewajiban tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan di pihak lain yang mengikat masing-masing pihak dalam sebuah perjanjian
terapeutik dan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan di bidang
kesehatan lainnya yang berlaku secara lokal, regional, nasional dan internasional.
3.2 Saran
Berdasarkan uraian dari makalah konsep etik dan hukum kesehatan, maka penulis ingin
memberikan saran sebagai berikut: