Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

“KONSEP ETIK DAN HUKUM-HUKUM KESEHATAN”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : SITI FIRANI RAHMAWATI

NIM : PO5303203191095

TINGKAT : IA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penyusunan makalah tentang “Konsep Etik dan
Hukum-hukum Kesehatan” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Begitu banyak hambatan yang harus penulis lalui dalam penyusunan makalah ini, namun
berkat dorongan dan dukungan dari semua pihak akhirnya dapat terselesaikan. Oleh karena
itulah, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada orang tua yang
selalu memberikan motivasi dan dukungan baik secara material maupun moril, teman-teman
yang telah berjuang bersama dalam suka maupun duka, serta kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pengerjaan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dikarenakan
keterbatasan pengetahuan dan sumber-sumber pustaka yang belum memadai. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat diperlukan guna menghasilkan tulisan yang lebih baik kedepannya. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Waingapu, 01 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
 
1.1 Latar Belakang
Profesi perawat dewasa ini sangat diminati karena bidang pelayanan kesehatan masyarakat
masih banyak membutuhkan tenaga-tenaga kesehatan profesional yang berkompeten di
bidang pelayanan kesehatan. Perawat termasuk posisi vital dalam dunia pelayanan kesehatan
selain dokter. Menjadi perawat profesional membutuhkan pengetahuan dan keterampilan
khusus.

Namun, dalam menjalankan profesinya sebagai perawat, perawat dituntut memahami dan
menerapkan kode etik keperawatan serta hukum kesehatan yang mengatur relasinya baik
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap dokter, tenaga medis yang lain, pasien/klien, dan
masyarakat secara keseluruhan. Tujuan perawat adalah menyelamatkan sesama manusia.
Tugas ini sangatlah mulia sehingga dalam menjalankan tugasnya, perawat tidak bisa
dilepaskan dari kode etik keperawatan dan hukum kesehatan di manapun perawat itu berada
dan bekerja.

Seiring dengan kemajuan zaman, ilmu teknologi, dan informasi yang semakin canggih.
Membuat masyarakat menjadi lebih kritis. Perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan
yang semakin maju membuat derajat kesehatan masyarakat menjadi tinggi. Perkembangan
ini diikuti dengan perkembangan hukum di bidang kesehatan, sehingga secara bersamaan
petugas kesehatan menghadapi masalah hukum terkait dengan aktivitas, perilaku, sikap, dan
kemampuannya dalam menjalankan profesi kesehatan. Ketika masyarakat merasa tidak puas
dengan pelayanan atau apabila seorang petugas kesehatan melakukan kesalahan yang
merugikan pasien, tidak menutup kemungkinan untuk di meja hijaukan.

Oleh karena itu, berbagai masalah yang timbul dalam pelayanan kesehatan tersebut, menjadi
hal yang perlu diperhatikan dan didukung pemahaman petugas kesehatan mengenai kode
etik dan hukum kesehatan, dasar kewenangan, dan aspek legal dalam pelayanan kesehatan.
Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman yang baik dan benar-benar terpercaya tentang sikap
dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang petugas kesehatan, pedoman tersebut adalah
kode etik dan hukum kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan etika keperawatan?


2. Apa tujuan dari etika keperawatan?
3. Apa fungsi dari etika keperawatan?
4. Apa yang dimaksud dengan kode etik keperawatan?
5. Apa saja prinsip-prinsip etik?
6. Apa saja kode etik keperawatan Indonesia?
7. Bagaimana penyelesaian dilema etik keperawatan?
8. Apa yang dimaksud dengan hukum kesehatan dan apa saja hukum tersebut?
1.3 Manfaat
Menambah wawasan dan pengetahuan lebih mendalam mengenai konsep etik dan hukum
kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan.

 
BAB II
PEMBAHASAN
 
2.1 Konsep Etik
1. Pengertian Etika Keperawatan
Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu “ethos” yang berarti adat
istiadat atau kebiasaan, model perilaku atau standar yang diharapkan, dan kriteria tertentu
untuk suatu tindakan. Konsep etika dapat dipahami sebagai peraturan atau norma yang
digunakan sebagai dasar acuan perilaku yang dilakukan oleh seseorang. Etika keperawatan
menjadi acuan dasar bagi perawat dalam menjalankan profesinya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa etika keperawatan adalah suatu tindakan keperawatan yang
memiliki standar dan kriteria tertentu yang sesuai dengan peraturan dan norma yang telah
ditetapkan, dapat dinilai dengan baik atau buruk perilaku seseorang.

2. Tujuan Etika Keperawatan


Jika dirumuskan ke dalam beberapa hal pokok, tujuan dari konsep etika keperawatan
sebagai berikut :

1. Merekatkan hubungan harmonis antara perawat dan pasien


2. Menyelesaikan segala persoalan yang dialami oleh klien atau pasien ketika menerima
pelayanan dari seorang perawat
3. Melindungi seorang perawat yang diperlakukan secara tidak adil oleh institusi yang
menaunginya
4. Menyinergikan institusi pendidikan yang menekuni keperawatan dengan produk
lulusan yang dihasilkan
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pengguna tenaga keperawatan tentang
pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktik keperawatan.
6. Memberi kesempatan bagi para perawat untuk menerapkan ilmu pengetahuannya dan
prinsip etik keperawatan dalam praktik serta dalam situasi nyata.
3. Fungsi Etika Keperawatan
1. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola
asuhan keperawatan
2. Mendorong perawat di seluruh Indonesia agar dapat berperan serta dalam
kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan menggunakan hasil penelitian serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu dan
jangkauan pelayanan atau asuhan keperawatan
3. Mendorong para perawat agar dapat berperan secara aktif dalam mendidik dan
melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup sehat, tidak hanya di rumah sakit,
tetapi di luar rumah sakit
4. Mendorong para perawat agar bisa mengembangkan diri secara terus-menerus
untuk meningkatkan kemampuan profesional, integritas, dan loyalitasnya bagi
masyarakat luas.
Intinya fungsi etika keperawatan adalah agar para perawat mampu melaksanakan
peran dan fungsinya dengan benar dan maksimal sesuai dengan kebijakan pemerintah
kepada masyarakat dalam pelayanan kesehatan.

4. Pengertian Kode Etik Keperawatan


Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik adalah salah satu
ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam penentuan, pertahanan, dan
peningkatan standar profesi. Kode etik keperawatan dapat juga diartikan seperangkat
sistem norma, nilai, dan aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang berlaku bagi semua
anggota organisasi profesi keperawatan. Kode Etik Perawat Nasional Indonesia adalah
aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/ fungsi
perawat. Kode etik keperawatan menjadi pedoman para perawat dalam menjalankan peran
dan fungsinya sesuai standar profesi keperawatan yang akan melindungi perawat dan
pasien.
5. Pinsip-Prinsip Etik

1. Otonomi (autonomy)
Otonomi adalah hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan
diri. Prinsip otomi adalah didasari pada keyakinan seseorang bahwa dia mampu
berpikir logis dan dapat membuat keputusan sendiri.

2. Berbuat baik (beneficience)
Berbuat baik dalam prinsip ini maksudnya individu tersebut melakukan sesuatu yang
baik. Dapat mencegah seseorang melakukan kesalahan. Terkadang, prinsip ini dalam
pelayanan kesehatan terjadi konflik dengan otonomi. Kenapa? Karena saat kita sudah
niat untuk melakukan suatu kebaikan tetapi terhalang oleh otonomi (kemandirian kita),
jika kita tidak memiliki pengetahuan atau pedoman yang benar dalam melakukan
sesuatu kita bisa mendapat keburukan/kesalahan dalam perbuatan kita tersebut.

3. Keadilan (justice)
Keadilan adalah sesuatu yang ditempatkan sesuai dengan porsinya. Prinsip keadilan
dibutuhkan demi tercapainya kesamaan derajat dan keadilan terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal, dan kemanusiaan.

4. Tidak merugikan (non-maleficience)
Prinsip ini maksudnya dalam melakukan tindakan jangan menimbulkan bahaya/cedera
fisik ataupun psikologis pada pasien.

5. Kejujuran (veracity)
Prinsip kejujuran adalah penuh dengan kebenaran. Prinsip ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran kepada pasien dengan keadaan
dirinya selama menjalani keperawatan tetapi informasi itu harus akurat dan objektif.
Terkadang, ada saatnya pembatasan kejujuran untuk kepentingan pasien seperti jika
kebenaran akan kesalahan prognosis pasien demi pemulihannya.
6. Menepati Janji (fidelity)
Prinsip ini memiliki makna bahwa sebagai seorang perawat kita harus menepati janji
dan setia pada komitmen awal. Menepati janji berhubungan juga dengan ketaatan,
kesetiaan, dan tanggung jawab perawat kepada pasien demi meningkatkan kesehatan.

7. Kerahasiaan (confidentiality)
Prinsip ini maksudnya bahwa segala informasi yang menyangkut dokumen catatan
kesehatan pasien harus benar-benar dijaga sungguh-sungguh (privasi). Kecuali, jika
pasien mengizinkan dengan bukti persetujuan.

8. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas dapat diartikan standar pasti bahwa tindakan seorang yang pofesional
harus dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

6. Kode Etik Keperawatan Indonesia


PPNI sebagai satu-satunya organisasi profesi perawat di Indonesia, menetapkan kode etik
profesi bagi para anggotanya. Kode etik ini disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia melalui Munas PPNI di Jakarta pada tanggal 29 November
1989. Seorang perawat harus selalu berpegang teguh terhadap kode etik profesinya.
Berikut ini adalah kode etik keperawatan yang dikeluarkan oleh DPP PPNI :

1. Tanggung jawab perawat terhadap klien/pasien


 Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman kepada
tanggungjawab yang bersumber dari adanya kebutuhan akan keperawatan individu,
keluarga, dan masyarakat.
 Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya di bidang keperawatan, senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat-istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat .
 Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi individu, keluarga, dan masyarakat,
senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur
keperawatan. Tanggungjawab terhadap tugas .
 Perawat senantiasa menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan
masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan, khususnya
serta upaya kesejahteraan umum sebagai bagian dari tugas kewajiban bagi kepentingan
masyarakat.
2. Tanggungjawab terhadap tugas
 Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi, disertai
kejujuran professional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan, sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.
 Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas
yang dipercayakan kepadanya, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
 Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan untuk
tujuan yang (melakukan hal) yangbertentangan dengan norma kemanusiaan.
 Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan
penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang di anut, serta
kedudukan social.
 Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan
jika menerima atau mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada hubungannya dengan
keperawatan .
3. Tanggung jawab terhadap sesamaperawat dan profesi kesehatan lainnya
 Perawat senantiasa  memelihara hubungan baik antar sesamaperawat dan dengan
tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
 Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalamannyakepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan
pengalamannya kepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dari profesi lain
dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
 4. Tanggung jawab terhadap profesi keperawatan
 Perawat senantiasa berupaya  meningkatkan kemampuan professional secara sendiri-
sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
 Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
 Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan dan pendidikan keperawatan.
 Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi
keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.
5. Tanggung jawab terhadap pemerintah, bangsa dan Negara
 Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang
diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
 Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada
pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada
masyarakat.

7. Penyelesaian Dilema Etik Keperawatan


Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan moral suatu
tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Dilema etik ini susah untuk menentukan
yang benar atau salah dan dapat menimbulkan stres pada perawat karena dia tahu apa yang
harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Etik itu memiliki tipe-tipe
yaitu :

a. Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada
pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi,
pengobatan, politik, hukum, dan theology. Isu dalam bioetik antara lain : peningkatan
mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut
perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap masalah-
masalah pelayanan kesehatan

b. Clinical ethics/Etik klinik


Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik
selama pemberian pelayanan pada klien.
Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang
sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).

c. Nursing ethics/Etik Perawatan


Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan
dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.
Etik juga memiki teori yaitu :
 Utilitarian
Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari konsekuensi atau akibat
tindakan Contoh : Mempertahankan kehamilan yang beresiko tinggi dapat
menyebabkan hal yang tidak menyenangkan, nyeri atau penderitaan pada semua hal
yang terlibat, tetapi pada dasarnya hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan ibu dan bayinya.

 Deontologi
Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan euthanasia.
Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran
yang rasional dan bukan emosional. Tetapi ada enam pendekatan yang dapat
dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
a) Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
b) Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
c) Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
dilemma
d) Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilemma
e) Menentukan konsekuensi yang mungkin dari setiap alternative
f) Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau
menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi:
(1) semua orang melakukannya,
(2) jika legal maka disana terdapat keetisan dan
(3) kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya.
Salah satu model pemecahan masalah dilema etik (Megan, 1989) terdapat lima
langkah yaitu :
1. Mengkaji situasi
2. Mendiagnosa masalah etik moral
3. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
4. Melaksanakan rencana
5. Mengevaluasi hasil
Salah satu cara yang lainnya menyelesaikan masalah etis adalah dengan melakukan
rounde (Bioetics Rounds)  yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini tidak
difokuskan untuk menyelesaikan masalah etis tetapi untuk melakukan diskusi
secara terbuka tentang kemungkinan terdapat permasalahan etis.

8. Hukum Kesehatan
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan yang mengatur hak dan kewajiban individu, kelompok atau
masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan pada satu pihak, hak dan kewajiban
tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan di
pihak lain yang mengikat masing-masing pihak dalam sebuah perjanjian terapeutik dan
ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan
lainnya yang berlaku secara lokal, regional, nasional dan internasional.

Dengan demikian, dalam keperawatan hukum berfungsi sebagai berikut :


1. Hukum memberikan kerangka kerja untuk menetapkan jenis tindakan keperawatan yang
sah dalam asuhan keperawatan pasien
2. Hukum membedakan tanggung jawab perawat dari tenaga profesional kesehatan lain
3. Hukum membantu memberikan batasan tindakan keperawatan yang mandiri
4. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan
5. Membedakan tanggung jawab dengan profesi yang lain
6. Membantu mempertahankan standar praktik keperawatan dengan meletakkan posisi
perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum.
Perkembangan hukum kesehatan baru dimulai pada tahun 1967, yakni dengan
diselenggarakannya “World Congress on Medical Law” di Belgia tahun 1967. “ Di
Indonesia, perkembangan hukum kesehatan dimulai dengan terbentuknya kelompok studi
untuk Hukum Kedokteran FK-UI dan rumah Sakit Ciptomangunkusumo di Jakarta tahun
1982. Kelompok studi hukum kedokteran ini akhirnya pada tahun 1983 berkembang
menjadi Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI). Pada kongres PERHUKI
yang pertama di Jakarta, 14 April 1987. Hukum kesehatan mencakup komponen-
komponen atau kelompok-kelompok profesi kesehatan yang saling berhubungan dengan
yang lainnya, yakni : Hukum Kedokteran, Hukum Kedokteran Gigi, Hukum Keperawatan,
Hukum Farmasi, Hukum Rumah Sakit, Hukum Kesehatan Masyarakat, Hukum Kesehatan
Lingkungan, dan sebagainya.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka hukum kesehatan dapat di kelompokkan menjadi 4
kelompok yaitu:

1. UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN


UU 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap orang berhak atas
kesehatan. UU 36 tahun 2009 disahkan oleh Presiden Dr. H. Susilo Bambang
Yudhoyono pada tanggal 13 Oktober 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan diundangkan oleh Andi Matalatta, Menkumham RI
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 dan Penjelasan
Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ke
dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063 pada tanggal 13
Oktober 2009 di Jakarta.
Latar belakang yang menjadi pertimbangan disahkannya Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan adalah:

a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia d a n salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
b. bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber
daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi
pembangunan nasional;
c. bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada
masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi
negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti
investasi bagi pembangunan negara;
d. bahwa setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan
dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan
merupakan tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat;
e. bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam
masyarakat sehingga perlu dicabut dan diganti dengan Undang- Undang tentang
Kesehatan yang baru;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang Kesehatan;

Dasar Hukum Landasan pengesahan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang


Kesehatan adalah Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat ( 3 ) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik Indonesia,


Menimbang:
a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah satu tujuan nasional
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 perlu diselenggarakan pembangunan kesehatan;
b. bahwa penyelenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan;
c. bahwa penyelenggaraan pelayanan keperawatan harus dilakukan secara
bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, aman, dan terjangkau oleh perawat yang
memiliki kompetensi, kewenangan, etik, dan moral tinggi;
d. bahwa mengenai keperawatan perlu diatur secara komprehensif dalam Peraturan
Perundangundangan guna memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada
perawat dan masyarakat;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Keperawatan;

Mengingat: Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
Dengan Persetujuan Bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dan
Presiden Republik Indonesia Memutuskan Dan Menetapkan Undang-Undang Tentang
Keperawatan.
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
2. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di
dalam maupun di Iuar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundangundangan.
3. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan
kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat,
baik sehat maupun sakit.
4. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam
bentuk Asuhan Keperawatan.
5. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan
Iingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian
Klien dalam merawat dirinya.
6. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
peserta didik pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi
Keperawatan.
7. Sertihkat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi Perawat
yang telah lulus Uji Kompetensi untuk melakukan Praktik Keperawatan'
8. Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik
Keperawatan yang diperoleh lulusan pendidikan profesi.
9. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang telah memiliki Sertifikat
Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya
serta telah diakui secara hukum untuk menjalankan Praktik Keperawatan.
10. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Konsil Keperawatan kepada Perawat yang telah diregistrasi.
11. Surat lzin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada Perawat sebagai
pemberian kewenangan untuk menjalankan Praktik Keperawatan.
12. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.
13. Perawat Warga Negara Asing adalah Perawat yang bukan berstatus Warga Negara
Indonesia.
14. Klien adalah perseorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang
menggunakan jasa Pelayanan Keperawatan.
15. Organisasi Profesi Perawat adaiah wadah yang menghimpun Perawat secara
nasional dan berbadan hukum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
16. Kolegium Keperawatan adalah badan yang dibentuk oleh Organisasi Profesi
Perawat untuk setiap cabang disiplin ilmu Keperawatan yang bertugas mengampu
dan meningkatkan mutu pendidikan cabang disiplin ilmu tersebut.
17. Konsil Keperawatan adalah lembaga yang melakukan tugas secara independen.
18. lnstitusi Pendidikan adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
Keperawatan.
19. Wahana Pendidikan Keperawatan yang selanjutnya disebut wahana pendidikan
adalah fasilitas, selain perguruan tinggi, yang digunakan sebagai tempat
penyelenggaraan pendidikan Keperawatan.
20. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah ne gara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
21. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, dan Wali Kota serta perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.
22. Menteri Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.

3. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2017


TENTANG KONSIL TENAGA KESEHATAN INDONESIA

Menimbang :, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43 Undang-Undang


Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, Pasal 52 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, perlu menetapkan Peraturan Presiden
tentang Konsil Tenaga Kesehatan IndonesiaPasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2OL4 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5607);
3.Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2074 Nomor 307, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5612Menetapkan: Peraturan Presiden Tentang Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia.
Ketentuan Umum Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia yang selanjutnya disingkat KTKI adala!
lembaga yang melaksanakan tugas secara independen yang terdiri atas konsil
masing-masing tenaga kesehatan.
2. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
3. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.

4. PERMENKES RI NOMOR 17TAHUN 2013 TENTANG IZIN DAN


PENYELENGGARAAN PRAKTIKKEPERAWAT

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat,
diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 1 angka 2 dan angka 3 diubah, di antara angka 3 dan angka 4
disisipkan 1 (satu) angka, yakni angka 3a, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan :
1) Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.
2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif, yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.
3) Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis
pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik keperawatan di fasilitas
pelayanan kesehatan berupa praktik mandiri.
4) 3a. Surat Izin Kerja Perawat yang selanjutnya disingkat SIKP adalah bukti tertulis
pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik keperawatan di fasilitas
pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri.
5) Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi, dan standar
prosedur operasional.
6) Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat
kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
7) Obat Bebas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat diperoleh
tanpa resep dokter.
8) Obat Bebas Terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter.
9) Organisasi Profesi adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).

2. Ketentuan Pasal 2 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 2 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 2
1) Perawat dapat menjalankan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan/atau praktik mandiri.
3) Perawat yang menjalankan praktik mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berpendidikan minimal Diploma III (D III) Keperawatan.
3. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 3
1) Setiap Perawat yang menjalankan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan di luar praktik mandiri wajib memiliki SIKP.
2) Setiap Perawat yang menjalankan praktik keperawatan di praktik mandiri wajib
memiliki SIPP.
3) SIKP dan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikeluarkan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota dan berlaku untuk 1 (satu) tempat. Pasal
4 dihapus.

4. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:


Pasal 5
1) Untuk memperoleh SIKP atau SIPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
Perawat harus mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota dengan melampirkan:
a. fotocopy STR yang masih berlaku dan dilegalisasi;
b. surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;
c. surat pernyataan memiliki tempat di praktik mandiri atau di fasilitas
pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri;
d. pas foto berwarna terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;
e. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat yang
ditunjuk;
f. rekomendasi dari organisasi profesi. www.djpp.kemenkumham.go.id 5
2013, No.473
2) Apabila SIKP atau SIPP dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota,
persyaratan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e tidak
diperlukan.
3) Contoh surat permohonan memperoleh SIKP atau SIPP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Formulir I terlampir yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
4) Contoh SIKP dan SIPP sebagaimana tercantum dalam Formulir II dan Formulir
III terlampir yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
5) Permohonan SIKP atau SIPP yang disetujui atau ditolak harus disampaikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota atau dinas kesehatan kabupaten/kota kepada
pemohon dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal permohonan
diterima.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari makalah konsep etik dan hukum kesehatan, maka penulis
menyimpulkan sebagai berikut:

Etika keperawatan adalah suatu tindakan keperawatan yang memiliki standar dan kriteria
tertentu yang sesuai dengan peraturan dan norma yang telah ditetapkan, dapat dinilai dengan
baik atau buruk perilaku seseorang.
Tujuan dari etika keperawatan adalah merekatkan hubungan harmonis antara perawat dan
pasien, menyelesaikan segala persoalan yang dialami oleh klien atau pasien ketika menerima
pelayanan dari seorang perawat, melindungi seorang perawat yang diperlakukan secara tidak
adil oleh institusi yang menaunginya dan lain sebagainya.
Fungsi etika keperawatan adalah intinya agar para perawat mampu melaksanakan peran
dan fungsinya dengan benar dan maksimal sesuai dengan kebijakan pemerintah kepada
masyarakat dalam pelayanan kesehatan.
Kode etik keperawatan menjadi pedoman para perawat dalam menjalankan peran dan
fungsinya sesuai standar profesi keperawatan yang akan melindungi perawat dan pasien.
Prinsip-prinsip etik yaitu otonomi, berbuat baik, keadilan, tidak merugikan, kejujuran,
menepati janji, kerahasiaan, dan akuntabilitas.
Kode etik keperawatan Indonesia yang dikeluarkan DPP PPNI yaitu tanggung jawab
perawat terhadap pasien, tanggung jawab perawat terhadap tugas, tanggung jawab terhadap
sesamaperawat dan profesi kesehatan lainnya, tanggung jawab terhadap profesi
keperawatan, tanggung jawab terhadap pemerintah, bangsa dan Negara.
Penyelesaian dilema etik keperawatan adalah suatu cara untuk berdiskusi atau mencari
solusi dari masalah dilema etik keperawatan tetapi dilema etik ini susah untuk menentukan
yang benar atau salah dan dapat menimbulkan stres pada perawat karena dia tahu apa yang
harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Kode Etik Perawat Nasional
Indonesia adalah aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan
tugas/ fungsi perawat. Kode etik keperawatan menjadi pedoman para perawat dalam
menjalankan peran dan fungsinya sesuai standar profesi keperawatan yang akan melindungi
perawat dan pasien.
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan yang mengatur hak dan kewajiban individu,
kelompok atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan pada satu pihak, hak dan
kewajiban tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan di pihak lain yang mengikat masing-masing pihak dalam sebuah perjanjian
terapeutik dan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan di bidang
kesehatan lainnya yang berlaku secara lokal, regional, nasional dan internasional.
 

3.2 Saran
Berdasarkan uraian dari makalah konsep etik dan hukum kesehatan, maka penulis ingin
memberikan saran sebagai berikut:

1. Dengan adanya makalah ini hendaknya pembaca khususnya mahasiswa keperawatan


lebih memahami tentang konsep etik dan hukum kesehatan.
2. Mahasiswa dan perawat dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam praktik keperawatan.
 
DAFTAR PUSTAKA
 

Siswanto, Hadi. 2009. Etika Profesi. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Putri, Trikaloka H. dan Achmad Fanani. 2011. Etika Profesi Keperawatan. Yogyakarta:


Citra pustaka.

Sumijatun. 2011. Membudayakan Etik dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Wulan, Kencana dan M.Hastuti. 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: Prestasi


Pustakaraya

Amelia, Nindy. 2013. Prinsip Etika Keperawatan. Jogjakarta: D-Medika

Rifiani, Nisya dan Hartanti Sulihandari. 2013. Prinsip-Prinsip Dasar Keperawatan.


Jakarta: Dunia Cerdas

Anda mungkin juga menyukai