Anda di halaman 1dari 23

Makalah

ASUHAN KEPERAWATAN HIPOTIROID

Kelompok 8
Abdul Rahman 1714201008
Cut Tiara S 1714201021
Titin Suhartini 1714201038
Maryati 1714201041
Kartika Nur L 1714201042

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wataala, atas segala limpahan
rahmat, hidayah, serta karunia-NYA kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan
Hipotiroid. Makalah ini disusun sebagai tugas dalam mata kuliah KMBII Program S1
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang. Kami
menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kami harapkan saran
dan kritik yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya
hanya kepada Allah subhanahu Wataala kami kembalikan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi kami mahasiswa fakultas keperawatan.

Tangerang, 25 Juni 2019

Kelompok
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain. (A.Prince, Sylvia & M.Wilson, Lorraine, 2009).
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis
tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan
karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang
mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi
dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. (Corwin J. Elisabet, 2004 )
Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid
yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjdai
akibat kadar hormon tiroid dibawah nilai optimal. (Brunner&Suddarth, 2002).
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang
rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan
balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme
terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya
kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik
dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan
menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH. (Ragg, Mark,2000)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengkajian Keperawatan pasien hipotiroid berdasarkan kasus ?
2. Apa saja diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan pada kasus hipotiroid ?
3. Apa saja intervensi yang bisa dilakuklan pada pasien hipotiroid berdasarkan kasus ?
4. Bagaimana implementasi yang dilakukan pada kasus hipotiroid ?
5. Bagaimana respon pasien hipotiroid berdasarkan kasus setelah dilakukan implementasi
?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menjelaskan dan melaksanakan asuhan keperawatan hipotiroid berdasarkan
kasus
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien hipotiroid berdasarkan kasus
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien hipotiroid berdasarkan
kasus
c. Mampu membuat intervensi pada pasien hipotiroid berdasarkan kasus
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien hipotiroid berdasarkan kasus
e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien hipotiroid
berdasarkan kasus

D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien hipotiroid
berdasarkan kasus
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep penyakit
1. Definisi
Hipotiroid adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi hormone tiroid
yang dapat terjadi pada setiap umur. Hipotirod merupakan keadaan kurang aktifnya
kelenjar tiroid yang menyebabakan sekresi hormon tiroid tidak terjadi atau mengalami
penurunan. Hipotiroid adalah suatu penyakit akibat penurunan fungsi hormon tiroid yang
dikikuti tanda dan gejala yang mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Faktor
penyebabnya akibat penurunan fungsi kelanjar tiroid, yang dapat terjadi kongenital atau
seiring perkembangan usia. Pada kondisi hipotiroid ini dilihat dari adanya penurunan
konsentrasi hormon tiroid dalam darah disebabkan peningkatan kadar TSH (Tyroid
Stimulating Hormon).
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut
miksedema.

2. Etiologi
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu :
a. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis hormone
yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid,
pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi kronik
seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.
b. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai
dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating hormone
(TSH) meningkat, ini mungkin awal dari suatu mal fungsi dari pituitary atau
hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer terhadap hormone
tiroid.

c. Hipotiroid tertier / pusat


Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk
memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat distimulasi
pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan dengan suatu tumor
/ lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus. Ada dua bentuk utama dari goiter
sederhana yaitu endemic dan sporadic. Giter endemic prinsipnya disebabkan oleh
nutrisi, defisiensi iodine. Ini mengalah pada "goiter belt" dengan karakteristik area
geografis oleh minyak dan air yang berkurang dan iodine.
Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya disebabkan oleh
:
 Kelainan genetik yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang salah
 Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter yang
menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai, buah persik, bayam,
kacang polong, strowbery, dan lobak. Semuanya mengandung goitogenik
glikosida
Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas (propylthiracil) thocarbomen,
(aminothiazole, tolbutamid).

Penyebab yang paling sering ditemukan adalah Tiroiditis Hashimoto.


Pada Tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme
terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi.

Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium


radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme. Kekurangan
yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang
kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa).

3. Manifestasi klinis
a. Kulit dan rambut
- Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
- Pembengkakan tangan, mata dan wajah
- Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk
- Tidak tahan dingin
- Pertumbuuhna kuku buruk, kuku menebal
b. Muskuloskeletal
- Volume otot bertambah, glosomegali
- Kejang otot, kaku, paramitoni
- Artralgia dan efusi sinovial
- Osteoporosis
- Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
- Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis
- Kadar fosfatase alkali menurun
c. Neurologik
- Letargi dan mental menjadi lambat
- Aliran darah otak menurun
- Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang,
penurunan reflek tendon)
- Ataksia (serebelum terkena)
- Gangguan saraf (carfal tunnel)
- Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
d. Kardiorespiratorik
- Bradikardi, disritmia, hipotensi
- Curah jantung menurun, gagal jantung
- Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
- Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukan mendatar/inverse
- Penyakit jantung iskemic
- Hipotensilasi
- Efusi pleural
- Dispnea

e. Gastrointestinal
- Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
- Obstruksi usus oleh efusi perioneal
- Aklohidra, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
f. Renalis
- Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
- Retensi air (volume plasma berkurang)
- Hipokalsemia
g. Hematologi
- Anemia normokrom normositik
- Anemia mikrositik/makrositik
- Gangguan koagulasi ringan
h. Sistem endokrin
- Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore/ masa menstruasi
yang memanjang, menoragi dan galaktore dan hiperprolektemi
- Gangguan fertilitas
- Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin
akibat hipoglikemia
- Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
- Insufisiensi kelenjar adernal autoimun
- Psikologis atau emosi: apatis, agitasi, derpesi, paranoid,menarik diri, perilaku
maniak
Manifestasi klinis lain berupa: edema perordita, wajah seperti bulan (moon face),
wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas terhadap opioid,
haluaran urine menurun, lemah, ekspresi wajah kosong dan lemah

4. Patofisiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan pada
pengobatan tirotoksikosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis kelenjar tiroid
dan atropi kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik. Prevalensi penderita hipotiroidisme
meningkat pada usia 30-60 tahun, empat kali lipat angka kejadiannya pada wanita
dibandingkan pria. Hipotiroidisme congenital dijumpai satu orang pada empat ribu
kelahiran hidup.
Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan
berkompensasi untuk meningkatkan kompensesi untuk meningkatkan sekresinya
sebagai sebagai respons terhadap rangsangan hormone TSH. Penurunan sekresi hormon
kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolisme basal yang akan mempengaruhi
semua system tubuh. Proses metabolik yang dipengaruhi antara lain:
a. Penurunan produksi asam lambung (Aclorhidria)
b. Penurunan motolitas usus
c. Penurunan detak jantung
d. Gangguan fungsi neurologic
e. Penurunan produksi panas
Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak dimana akan
terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien berpotensi
mengalami atherosclerosis. Akumulasi proteoglicans hidropilik di rongga pleura, cardiak
dan abdominal sebagai tanda dari mixedema. Pembentukan erosit yang tidak optimal
sebagai dampak dari menurunnya hormone tiroid memungkinkan klien mengalami
anemia.
5. Pathway Defisiensi lodium,
Penekanan prod.
disfungsi hipofisis,
H. Tiroid
disfungsi THR
(hipotiroidisme)
hipotalamus

Gangguan metabolic
TSH merangsang Laju BMR lambat lemak
kelenjar tiroid untuk
mensekresi
Penurunan produksi Peningkatan kolestrol

panas dan trigliserida


Kel. Tiroid a/
membesar gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh Peningkatan
arteriosklerosis
Menekan struktur
dileher dan dada achlorhydria
Oklusi pembuluh
Perubahan suhu
Kekurangan vit. darah
Disfagia gangguan tubuh hipotermi
Penurunan
B12 dan asam folat
respirasi mortilitas usus

Suplai darah ke jaringan


Depresi ventilasi Pembentukan eritrosit tidak Penurunan fungsi GI otak menurun
optimal
Produksi SDM menurun
Ketidakefektifan konstipasi hipoksia
pola napas

Anemia Perubahan pola


berfikir

kelemahan
Aliran darah turun terus-
menerus

Intoleransi
aktivitas Kontraksi jantung
menurun

Penurunan curah
jantung
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratoruim yang didapat pada pasien hipotiroidisme didapatkan hasil
sebagai berikut:
a. T3 dan T4 serum menurun.
b. TSH meningkat pada hipotiroid primer.
c. TSH rendah pada hipotiroid sekunder.
- Kegalan hipofisis: respon TSH terhadap TRH mendatar.
- Penyakit Hipotalamus: TSH dan TRH meningkat.
d. Titer autoantibody tiroid tinggi pada >80% kasus.
e. Peningkat kolestrol.
f. Pembesaran jantung pada sinar X dada.
g. EKG menunjukan sinus bradikardi rendahnya voltase kompleks QRS dan gelombang
T datar atau inverse.

7. Penatalaksanaan
Pada pasien yang sudah mendapatkan suplementasi levotiroksin sebelumnya,
dilakukan penilaian status fungsional tiroidnya. Selain dapat diketahui dari anamnesa
dan pemeriksaan fisik, dapat pula dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pada pasien
yang baru dicurigai adanya hipotiroidisme pada saat praoperasi, maka dilakukan
pemeriksaan konsentrasi FT4 dan TSH, juga perlu ditentukan apakah hipotiroidismenya
tersebut ringan, sedang atau berat. Pada hipotiroidisme yang berat, ditandai adanya koma
miksedema, gangguan status mental, gagal jantung atau konsentrasi hormon tiroksin
yang sangat rendah, maka sebaiknya operasi ditunda sampai kondisi hipotiroidisme
beratnya teratasi. Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon
tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai
adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan
(diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius.
Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini
biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita. Pengobatan selalu mencakup
pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab
hipotiroidisme berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan
kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.Penggantian hormon tiroid : levotiroksin (
Syinthroid), liotironin (Cytomel), tiroglobulin, liotrix (Thyrolar), aktivitas : berhati-hati
dengan olahraga kontak atau pekerjaan fisik yang berat dan monitoring tanda vital,
asupan / keluaran cairan dan hasil laboratorium (kadar T3, T4 dan Natrium).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Skenario Kasus

Ny. S ( 40 tahun ) masuk Rumah Sakit Umum Baiturrahim Jambi dengan keluhan nyeri
sendi dan otot sejak 1 minggu yang lalu, klien mengeluh mudah lelah dan sering kedinginan,
tidak nafsu makan dan tidak BAB lebih dari 3 hari. Klien mengatakan tidak dapat melakukan
aktivitas yang berat. Pada saat dilakukan pengkajian klien tampak lemah, pucat dan menggigil.
Terdapat edema pada wajah dan pergelangan kaki. Kulit kering dan rambut mulai menipis,
anoreksia, peristaltik menurun dan konstipasi. Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid tetapi
pada saat dipalpasi terdapat nyeri tekan pada kelenjar tiroid. Klien mengatakan peningkatan
BB, BB awal 60 kg menjadi 62 kg, TB : 160 cm. Klien mengatakan tidak tahan cuaca dingin,
akral klien teraba dingin. Pada pemeriksaan TTV, N : 78 x/i, TD : 100/70 mmHg, RR : 16 x/i,
S : 35,60C. Pada pemeriksaan rontgen dada terdapat pembesaran jantung. Pada pemeriksaan
kadar T4 serum 4,6 mg/dl, TSH 6,2 mg/dl. Distensi abdomen (+).

B. Konsep Askep
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa / ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan
alamat.

b. Keluhan utama
Keluhan utama yaitu kurang energi, manifestasinya sebagai lesu, lamban bicara,
mudah lupa, obstipasi. Metabolisme rendah menyebabkan bradikardia, tidak tahan
dingin, berat badan naik dan anoreksia. Kelainan psikologis meliputi depresi,
meskipun nervositas dan agitasi dapat terjadi. Kelainan reproduksi yaitu
oligomenorea, infertil, aterosklerosis meningkat.

c. Riwayat penyakit sekarang


Pada orang dewasa, paling sering mengenai wanita dan ditandai oleh peningkatan
laju metabolik basal, kelelahan dan letargi, kepekaan terhadap dingin, dan gangguan
menstruasi. Bila tidak diobati, akan berkembang menjadi miksedema nyata.
Pada bayi, hipotiroidisme hebat menimbulkan kretinisme.
Pada remaja hingga dewasa, manifestasinya merupakan peralihan dengan retardasi
perkembangan dan mental yang relatif kurang hebat serta miksedema disebut
demikian karena adanya edematus, penebalan merata dari kulit yang timbul akibat
penimbunan mukopolisakarida hidrofilik pada jaringan ikat di seluruh tubuh.

d. Riwayat penyakit dahulu


Hipotiroidisme tidak terjadi dalam semalam, tetapi perlahan selama berbulan-bulan,
sehingga pada awalnya pasien atau keluarganya tidak menyadari, bahkan
menganggapnya sebagai efek penuaan. Pasien mungkin kedokter ketika mengalami
keluhan yang tidak khas seperti lelah dan penambahan berat badan. Dokter akan
meminta pemeriksaan laboratorium yang tepat, yaitu kadar T4 rendah dan TSH yang
tinggi, sehingga diagnosis hipotirodisme dapat diketahui pada tahap awal ketika
gejalanya masih ringan.

e. Pola Fungsi Kesehatan Gordon


1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Ketidaktahuan klien tentang informasi dari penyakit yang dideritanya. Secara
umum, hipotiroid ini adalah akibat dari menurunnya fungsi kelenjar tiroid
dalam mamproduksi hormone tiroid. Penyakit ini termasuk dalam autoimun
yang menghasilkan antibody yang dapat menurunkan produksi hormone tiroid
secara bebas. Kurangnya pengetahuan klien tentang penyebab dan factor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya hipotiroid.

2) Pola Nutrisi-Metabolik
Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore/ masa
menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dan hiperprolektemi,
gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin
akibat hipoglikemia, gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun,
Insufisiensi kelenjar adernal autoimun, nafsu makan berkurang, anoreksia.

3) Pola Aktivitas dan Latihan


Sering terjadi Kejang otot, kaku saat beraktifitas gerakan tubuh lamban, lemah,
pusing, capek, pucat, sakit pada sendi atau otot, produksi keringat berkurang.
4) Pola Kognitif dan Persepsi
Perseptual ada kekhawatiran karena pusing, kesemutan, gangguan penglihatan,
penglihatan ganda, gangguan koordinasi, Pikiran sukar berkonsentrasi.

5) Pola Eleminasi
Pasien dengan hipotiroid akan mengalami konstipasi, anoreksia, peningkatan
BB, distensi abdomen, haluaran urine menurun.
6) Pola Persepsi-Konsep diri
gangguan citra diri akibat perubahan struktur anatomi, pembengkakan tangan,
mata dan wajah, rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk,
kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal, pertumbuuhna kuku buruk,
kuku menebal kelenjar gondok membesar (struma nodosa), kurus.

7) Pola Tidur dan Istirahat


Pasien dengan hipotiroid cenderung mengalami insomnia sehingga sulit untuk
berkonsentrasi, menyebabkan pola istirahat dan tidur terganggu.

8) Pola Peran-Hubungan
Psikologis atau emosi: apatis, agitasi, depresi, paranoid,menarik diri, perilaku
maniak, nervus, tegang, gelisah, cemas, mudah tersinggung. Bila bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan maka tidak akan menjadi masalah dalam
hubungannya dengan orang lain, anggota keluarga maupun masyarakat.

9) Pola Seksual-Reproduksi
Penurunan libido, hipomenore, amenore dan impoten, Haid menjadi tidak
teratur dan sedikit, kehamilan sering berakhir dengan keguguran, gangguan
fertilitas.

10) Pola Toleransi Stress-Koping


Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik. Emosi labil (euforia
sedang sampai delirium), depresi.

11) Pola Nilai-Kepercayaan


Nilai kepercayaan pasien tergantung pada kebiasaan, ajaran dan aturan dari
agama yang dianut oleh individu tersebut.

f. Pemeriksaan Fisik
Head to toe
1) Kepala
a) Rambut
Inspeksi: rambut kering, kasar, dan rontok.
b) Mata
Inspeksi: mata exofthalmus
2) Leher
Palpasi: ada benjolan pada leher depan, dan ada nyeri tekan.
3) Dada
a) Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan, frekuensi
napas pasien ireguler.
Palpasi : vokal fremitus normal
Auskultasi : dipsneu
Perkusi : sonor
b) Jantung
Inspeksi: denyutan jantung tidak normal (bradikardi)
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5
Auskultasi: Bunyi jantung normal S1 dan S2
Perkusi: terdengar pekak di sepanjang batas ICS 3-5 toraks sinistra
karena terdapat kardiomegali (pembesaran jantung)
4) Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit disekitarnya, tidak
ada distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak terdapat kolostomi.
Auskultasi: peristaltik usus 3 x/ menit
Perkusi: timpani
5) Otot
Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan, penurunan refleks
tendon
6) Integumen
Inspeksi: pucat, kering, bersisik, dan menebal
Palpasi : kulit dingin
CRT : Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
7) Persyarafan
a) Tingkat kesadaran: Letargi
b) GCS:
(1) Eye: Membuka secara spontan 4
(2) Motorik : mengikuti perintah 6
(3) Verbal: Orientasi lama, 4
Total GCS: Nilai 14

g. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan penunjang pada pasien dengan hipotiroid yaitu kadar T3 15 pg/dl,
dan kadar T4 20 μg/dl dan kadar TSH pada pasien tersebut yaitu <0,005 μIU/ml.

2. Diagnosa
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan volume sekuncup akibat
bradikardi dan arteriosklerosi arteri koronia.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.
c. Resiko Tinggi Terhadap Konstipasi berhubungan dengan Faktor Penurunan
peristaltik, penurunan tingkat aktivitas.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor penurunan
metabolisme sekunder terhadap hipotiroidisme.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan faktor penurunan metabolisme sekunder
terhadap hipotiroidisme.
f. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan
status kardiovaskuler serta pernapasan.

3. Intervensi
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan volume sekuncup akibat
bradikardi dan arteriosklerosi arteri koronia.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam, diharapkan fungsi
kardiovaskuler tetap optimal yang ditandai dengan tekanan darah, irama jantung
dalam batas normal.
Kriteria hasil :
Denyut nadi klien normal.
Intervensi:
1) Pantau tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam untuk
mengidentifikasi kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik jantung
seperti hipotensi.
R/ : Memudahkan menilai fungsi kardiovaskuler.
2) Catat warna kulit dan kaji kualitas nadi
R/ : Sirkulasi perifer turun jika curah jantung turun. Membuat kulit pucat atau
warna abu-abu dan menurunnya kekuatan nadi
3) Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.
R/ : Penghematan energy membantu menurunkan beban jantung
4) Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan
anti disritmia
R/ : Untuk hasil penunjang dan pengobatan lebih lanjut

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam diharapkan perbaikan
status respiratorius dan pemeliharaan pola napas menjadi normal.
Kriteria hasil :
Memperlihatkan perbaikan status pennafasan dan pemeliharaan pola pernafasan
yang normal, menarik nafas dalam dan batuk ketika di anjurkan, menunjukan suara
nafas yang normal tanpa bising tambahan pada auskultasi.
Intervensi:
1) Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas
darah arterial.
R/ : Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan
selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.
2) Ubah posisi secara periodik
R/ : Meningkatkan pengisian udara seluruh segment paru
3) Tinggikan posisi kepala 30o.
R/ : Mendorong pengembangan diafragma/ ekspansi paru optimal &
meminimalkan tekanan isi abdomen pada rongga thorak
4) Berikan oksigen tambahan
R/ : Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran dan penurunan kerja
napas

c. Resiko Tinggi Terhadap Konstipasi berhubungan dengan Faktor Penurunan


peristaltik, penurunan tingkat aktivitas.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam diharapkan konstipasi
tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Peristaltic usus normal, pasien dapat BAB 1 kali sehari
Intervensi:
1) Intruksikan pasien untuk:.
a) Minum sedikitnya 2-3 liter cairan setiap hari
b) Meningkatkan masukan makanan tinggi serat (buah mentah, sayuran, roti
dari gandum, sereal, jus prem)
c) Gunakan pelunak fases bentuk bulk seperti Metamucil
d) Gunakan laksatif bila terjadi defekasi pada tiga hari
R/ : Tindakan-tindakan ini membantu melunakkan fases. Konstipasi menetap
dapat menandakan perlunya evaluasi lebih lanjut untuk menentukan bila dosis
obat harus di tingkatkan..
2) Tinjau ulang semua obat-obatan lain yang ditentukan untuk pasien untuk
menentukan potensial obat menyebabkan konstipasi
R/ : Banyak obat-obatan dapat menyebabkan konstipasi. Orang dengan
hipotiroidisme mempunyai toleransi rendah terhadap obat-obatan karena
penurunan metabolisme

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor penurunan


metabolisme sekunder terhadap hipotiroidisme.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam, diharapkan kebutuhan
nutrisi klien adekuat.
Kriteria hasil :
Tidak terjadi penurunan berat badan, melaporkan peningkatan masukan makanan,
Intervensi:
1) Pantau:
a) Laporan JDL, khususnya SDM, hemoglobin, hematokrit
b) Presentase makanan yang dikonsumsi pada setiap makan
c) Berat badan setiap minggu.
R/ : Untuk mengevaluasi keefektifan terapi.
2) Pertahankan ruangan tetap hangat agar tidak mengalami hipotermi. Biarkan
pasien mengetahuibahwa toleransi dingin berkurang setalah obat-obatan hormon
tiroid mulai menunjukkan efeknya, biasanya 2-3 minggu.
R/ : Untuk mencegah kehilangan panas. Pada hipotiriodisme, produksi panas
kurang karena penurunan metabolisme

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan faktor penurunan metabolisme sekunder


terhadap hipotiroidisme.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan pasien dapat
toleran terhadap aktivitasnya.
Kriteria hasil :
Klien dapat beraktifitas secara bertahap, JDL menunjukkan tak ada anemia
Intervensi:
1) Pantau :
a) Hasil laporan JDL, khususnya JDL, dan hematokrit
b) Hasil kadar T3 dan T4 serum.
R/ : Untuk mengevaluasi keefektifan terapi.
2) Anjurkan aktivitas-aktivitas sesuai toleransi. Anjurkan pasien untuk istirahat
dengan interval selama sehari. Jelaskan bahwa penggantian hormon tiroid mulai
menunjukkan efeknya
R/ : Pada hipotiroidisme, penurunan laju metabolisme menyebabkan penurunan
produksi energi, meningkatan kelelahan istirahat membantu menghemat energi.
Frustrasi kurang mungkin terjadi bila pasien merasakan mampu menyeleseikan
aktivitas

f. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan


status kardiovaskuler serta pernapasan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam diharapkan proses
berpikir klien kembali ketingkat yang optimal.
Kriteria hasil :
Pasien memahami tentang proses penyakit yang terjadi pada dirinya.
Intervensi:
1) Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar
dirinya.
R/ : Meningkatkan pola pikir dan daya ingat klien tentang sesuatu.
2) Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang tidak bersifat mengancam
R/ : Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres
3) Beri penjelasan tentang proses penyakit yang dialami oleh pasien.
R/ : Memperbaiki proses berpikir dan menambah pengetahuan pasien tentang
penyakitnya.
4) Kolaborasi dengan ahli Psikologi tentang terapy yang cocok untuk masalah
Proses Berpikir
R/ : Memperbaiki proses berpikir dan menambah pengetahuan pasien tentang
penyakitnya.

4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya.

5. Evaluasi
a. fungsi kardiovaskuler tetap optimal.
b. Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas menjadi normal.
c. konstipasi tidak terjadi.
d. kebutuhan nutrisi klien adekuat.
e. toleran terhadap aktivitas.
f. proses berpikir klien kembali ketingkat yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Media Action.
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Bandung : EGC.
Hartono, Andri. 2012. Medikal Bedah Buku Saku Keperawatan Pasien dengan Gangguan
Fungsi Endokrin. Tangerang Selatan : BINAPURA AKSARA publisher

Anda mungkin juga menyukai