Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Profesi Keterampilan Dasar Profesi (KDP)
Disusun Oleh:
Rahmawati Astuti
2114901084
Publikasi : http://ojs.stikesbhamadaslawi.ac.id/index.php/jik/article/view/21/21
Abstrak :
a. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian music suara alam pada peningkatan kualitas tidur
pasien kritis di ICU
b. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah quasi experiment non equivalent dengan pre-post test control
group design.Pengambilan sample menggunakan consecutive sampling dengan
randomized allocation
c. Tempat Penelitian
Di ruang icu salah satu Rumah Sakit
d. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 3 hari
g. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan yang bermakna pada kualitas tidur antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai p=0,000 (p<0,05)
h. Kesimpulan dan Saran
Simpulan:
Hasil dari penelitian ini bahwa ada perbedaan bermakna peningkatan kualitas tidur pada
kelompok intervensi yang lebih besar daripada kelompok kontrol, dimana nilai p<0,05
Saran:
Penambahan pemberian intervensi music suara alam pada pasien kritis di ICU selain
perawatan standar yang sudah diberikan dapat meningkatkan psikologis pasien
i. Kata Kunci
Terapi musik, suara alam, kualitas tidur
j. Analisa PICO
Jurnal Utama :
Musik Suara Alam Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Pada Pasien Kritis
Jurnal Pembanding:
1. Efektifitas pemberian terapi music instrument terhadap kualitas tidur pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa https://doi.org/10.52199/inj.v6i3.6790
2. Pengaruh terapi music klasik Mozart terhadap kualitas tidur pada pasien stroke di
rumah sakit pantiwilasa citarus semarang
3. Pengaruh terapi murotal terhadap kualitas tidur pasien post op mastektomi di RSUD
Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung
Jurnal:
Impact of earplugs and eye mask on sleep in critically ill patients: a
prospective randomized study (https://doi.org/10.1186/s13054-017-1865-
0)
Hasil/Result:
Penggunaan penutup mata dan penyumbat telinga pada pasien icu yang
dalam efek sedasi tidak terlalu mempengaruhi kualitas tidur pasien tersebut
O Jurnal Utama:
Hasilnya menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada kualitas
tidur antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai
p=0,000 (p<0,05).
Jurnal Pembanding 1:
Hasil penelitian menunjukan adanya efek pemberian terapi music
instrument terhadap kualitas tidur pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa dengan hasil uji independent t test yaitu p=0,001 (p<0,005).
Perbandingan kualitas tidur sebelum dan sesudah pemberian terapi music
instrument menggunakan Analisa data paired t-test dengan p=0,000.
Kualitas tidur responden setelah dilakukan pemberian terapi music
menunjukan peningkatan.
Jurnal Pembanding 2:
Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh terapi music klasik Mozart
terhadap kualitas tidur pada pasien stroke dengan didapatkan p value 0,000.
Jurnal Pembanding 3:
Nilai rata-rata (mean) kualitas tidur pasien post operasi masektomi sebelum
diberikan terapi murotal al quran adalah 32 dan nilai rata-rata (mean)
kualitas tidur pasien post operasi masektomi sesudah diberikan terapi
murotal al qur an adalah 21,3. Berdasarkan uji T didapatkan p value 0,000
atau p value < 0,05 maka disimpulkan bahwa terdapat perngaruh terapi
murotal terhadap kualitas tidur pasien post operasi masektomi
Kesimpulan Penelaah
o Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan
yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan
fase kegiatan otak dan badaniyah yang berbeda (Tarwoto, 2006).
o Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat
badan menjadi lebih segar.
o Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal.
Namun keadaan sakit juga menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur
o Gangguan tidur yang tidak diobati menyebabkan masalah dalam metabolism tubuh
o Terapi non farmakologi menjadi pilihan dikarenakan terapi farmakologi akan
menyebabkan ketergantungan salah satu terapi farmakologi yang dapat diaplikasikan
adalah dengan terapi musik
MUSIK SUARA ALAM TERHADAP PENINGKATAN
KUALITAS TIDUR PADA PASIEN KRITIS
ABSTRAK
Tidur menjadi salah satu masalah yang sangat dirasakan oleh pasien kritis selama dirawat di ruang
Intensive Care Unit (ICU). Pemberian terapi komplementer seperti terapi musik suara alam pada dapat
memberikan manfaat yaitu meningkatkan relaksasi, memperbaiki kondisi fisik, psikis. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian musik suara alam terhadap peningkatan
kualitas tidur pasien kritis di ICU. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment non equivalent dengan pre-
post test control group design. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan
randomized allocation. Total responden berjumlah 38 orang. Musik suara alam yang digunakan adalah
suara burung dengan kombinasi yang diberikan 2x30 menit. Alat ukur kualitas tidur menggunakan
Richard Champbell Sleep Questionnare (RCSQ). Analisa data menggunakan uji normalitas dengan Shapiro
Wilk, uji Wilcoxon, dan Mann Whitney. Hasilnya menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada
kualitas tidur antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai p=0,000 (p<0,05).
Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian musik suara alam dapat meningkatkan kualitas tidur pada
pasien kritis.
ABSTRACT
Sleep become one of the issues faced by critical patients in intensive care unit (ICU). The provision of
complementary therapies such as nature-based sounds music therapy can provide benefits, especially can
enhance relaxation and improve the physical and psychological conditions for individuals.This study
aimed to find out the effects of giving nature-based sound music on the improvement of sleep quality of
critically ill patients in the ICU, so that, it can help the healing process of them, and as a foundation to
embody evidence based practice in the management of critically ill patients. This is quasi experiment
nonequivalent research with pre and post-test control group design. The sampling was administered by
consecutive sampling through randomized allocation. The number of respondents was 38 people. The
nature-based sound music used was the sound of birds with a given combination of 2x30 minutes. In detail,
the measurement quality sleep used Richard Campbell Sleep Questionnaire (RCSQ). To analyze the data,
the researcher used Shapiro Wilk normality test, Wilcoxon, and Mann Whitney test. The results of this study
indicated that there was a significant different in the level of sleep quality between the intervention and
control group with p = 0.000 (p <0.05). Therefore, the provision of nature-based sound music effectively
improved sleep quality in critically ill patients.
Kelompok Kelompok
Aspek Median(Mi P value Intervensi Kontrol
Kualitas Tidur n –Max) Wilcoxon 17(0-25)
12,5(6-14)
Kedalaman Tidur ( Sleep Whitney
Depth) Sebelum 33(33-60) 0,000
Sesudah 55(38-70)
Kedalaman Tidur
1 0,001 usia, jenis kelamin, menikah, status pernikahan.
(Sleep Depth) (15)
Kemampuan 10(6-14)
2 Untuk Tidur 12(10-14) 0,001 Hasil analisis menunjukkan bahwa
(Falling Asleep) terdapat perbedaan yang bermakna pada
Berapa Kali
kualitas tidur yang meliputi aspek aspek
Terbangun 17(8-33)
3 11(9-13) 0,000 kedalaman tidur (sleep depth), kemampuan
(Number Of
Awakening) untuk tidur ( falling asleep), berapakali
Kemampuan terbangun (number of awakening), waktu yang
Untuk Tidur 26(13-22)
4 10(0-12) 0,000 dibutuhkan untuk tidur kembali (time awake),
Kembali
(Time Awake) tingkat kebisingan/sebelum (noise), dan
Tingkat 0,000 keseluruhan kualitas tidur (overall quality of
5 Kebisingan 8,5(3-12) 4,5(0-10)
(Noise)
sleep) antara kelompok intervensi dan kelompok
Keseluruhan 0,000 kontrol yaitu dengan nilai p value 0,000 < 0,005.
Kualitas 22(17-34) Hal ini sejalan dengan penelitian Jiang pada 45
Tidur responden cardiac surgical yang dirawat di ICU
6 11,5(5-9)
(Overal
l Quality Of dimana nilai p masing-masing aspek < 0,05. (16)
Sleep).
17(11,6720,33) 10,16(5,6711,5) 0,000 Aspek kualitas tidur ini berkorelasi
7.
Sleep Index dengan tahapan tidur yang akan dilalui, sleep
depth secara signifikan berkorelasi dengan non
Tabel 3. menunjukkan hasil delta aspek REM sleep stage 3 (17) dimana seseorang sulit
kualitas tidur dan sleep index, hasil nilai p=0,000 untuk dibangunkan, dan saat terbangun tidak
(p<0,05) dan masing-masing aspek kualitas tidur dapat segera beradaptasi diri dan sering merasa
nilai p<0,05 yang berarti ada perbedaan pada bingung dalam beberapa menit. (18) Pada pasien
masing-masing aspek kualitas tidur antara non-ventilasi jumlah tidur N3 rata-rata 5%, dan
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. tidur pasien jantung, rata-rata adalah 8-11%.
Proporsi tidur N3 antara pasien ICU tampaknya
PEMBAHASAN jauh lebih kecil daripada paien sehat terlepas
dari apakah pasien ventilasi mekanik atau tidak.
Hasil data demografi responden usia
Aspek falling asleep secara kuat berasosiasi
responden pada kelompok intervensi
dengan sleep latency. Sleep latency adalah
49,25(2965), sedangkan pada kelompok kontrol
jumlah waktu yang dibutuhkan untuk jatuh
49,61(3470), jenis kelamin didominasi
tertidur dalam, melaporkan rata-rata 21 menit
perempuan 13 orang (65%), laki-laki 7 orang
sementara menurut polisomography mencatat
(35%) pada kelompok intervensi. Dalam
14 menit. Kedua nilai tersebut dalam rentang
penelitian sebelumnya bahwa faktor jenis
normal. Kemudahan seseorang untuk tertidur
kelamin, usia, etnik, dan pengalaman pribadi
merupakan bagian terbaik dari aspek tidur. (17)
pada musik tertentu akan mempengaruhi
penerimaan individu itu sendiri terhadap musik Aspek berapakali terbangun (number of
yang didengarnya. Individu itu sendiri yang awakening) pada orang sehat akan terbangun
memberikan pengaruh seberapa efektifnya beberapa kali dan menghabiskan waktu terjaga
terapi musik untuk dirinya. (14) Pada penelitian (wake after sleep onset, Waso) sekitar 20-40
area non kritis yaitu pada pasien post operasi menit selama malam. Time awake adalah waktu
jamtung bahwa didapatkan tidak ada perbedaan yang dibutuhkan seseorang untuk tidur kembali,
yang signifikan pada data demograni, meliputi pada orang sehat sekitar 85%-90%. (17) Noise
atau tingkat kebisingan meliputi suara, cahaya, dengan nilai r between 0.59 dan 0.70 p<0,01
tindakan keperawatan, pemeriksaan penunjang, bahwa meningkatkan kualitas tidur pasien di ICU
pengukuran vital sign, medikasi, alarm bedside merupakan masalah dengan penyebab yang
monitor, infuse pump, dan ventilator, pengukur beragam. Suara bising merupakan suara-suara
saturasi oksigen, orang saling berbicara, alarm yang tidak diinginkan, secara subyektif
infuse pump, nebulizer, telepon petugas dan mengganggu dan dapat memberikan dampak
ruangan, televisi. Lingkungan merupakan faktor stres fisiologis maupun psikologis. Paparan
yang paling mempengaruhi dan mengganggu suara yang terus-menerus yang dterima oleh
kualitas tidur pasien di ruang intensif. Suara pasien akan meningkatkan sistem saraf simpatis
tersebut dapat bersifat terus menerus, yang kemudian meningkatkan kerja jantung dan
berkelanjutan, maupun pada jam tertentu saja. mempengaruhi fungsi otot-otot pernafasan. (22)
Tingkat suara yang disarankankan oleh WHO
Sedangkan overall quality of sleep
maksimal 30dB(A) dan maksimal 40dB(A) pada
berkorelasi dengan tidur REM dan non REM
malam hari. Benda yang jatuh ke lantai memiliki
stage 2 (17) dimana biasanya berlangsung
besaran suara 92 db(A), suara nebulizer 80
selama 10 sampai 25 menit. Denyut jantung
dB(A). (19) Penelitian Lawson, menyebutkan
melambat dan suhu tubuh menurun. (18) Nilai
17%-57,6% pasien terbangun dikarenakan
pretest overall quality of sleep pada kelompok
suara, terdapat hubungan yang signifikan antara
intervensi dan kelompok kontrol pada
level suara dengan gambaran
penelitian ini berada pada rentang 30-50, hal ini
elektroencephalografi
sejalan dengan penelitian Ritmala, bahwa nilai
pasien tidur. (20) overall quality of sleep berada pada rentang
Pada penelitian sebelumnya dari 24 39-59 dalam skala RCSQ. Pasien kritis
respoden menyatakan mengalami masalah mengalami kualitas tidur yang sangat buruk
dengan tidurnya dari total responden sebanyak ketika dirawat di ICU daripada dirumah.
50 responden. Penyebab dari masalah tersebut Pengalaman kualitas tidur pasien kritis ketika
adalah suara (45%), perasaan takut (25%) dan dirumah dalam skor 70 (good sleep) dan
nyeri (19%). (4) Dalam penelitian menemukan menjadi rata-rata 40(poor/fair sleep) ketika di
bahwa 10% hingga 17% suara di unit perawatan ICU dan jarang mengalami perbaikan selama
intensif berada pada tingkat yang dapat pasien mendapat perawatan di ICU. (17)
menyebabkan pasien terjaga, yaitu lebih dari 70 Hasil rerata aspek kualitas tidur atau
Db dan sebagian besar suara berasal dari sleep index pada penelitian memperlihatkan
komunikasi antar petugas dengan pasien atau hasil peningkatan kualitas tidur yang signifikan
dengan yang lainnya dan televisi.(20) Penelitian antara kelompok intervensi dan kelompok
Bihari, (21) pada 50 wanita dan laki-laki dengan kontrol yaitu dengan nilai p value 0,000 < 0,005.
pasien extubasi ventilator. Kualitas tidur paisen Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Jiang,
di ICU dipengaruhi oleh banyak faktor, dalam uji et all (16) bahwa musik suara alam dapat
spearman didapatkan korelasi positif yang memperbaiki kualitas tidur pasien kritis. Nature
siginifikan prosesdur perawatan (pengukuran sounds music di ranah keperawatan kritis
tanda-tanda vital, pengambilan sample darah, mempunyai efek yang baik. Khususnya suara
administrasi terkait pengobatan dengan nilai r burung diperdengarkan pada malam hari, katak
between 0.58 dan 0.75 p<0,01. Telepon dokter dan ombak diperdengarkan pada sore hari 2x30
dan perawat, bedsisde monitor, dan televisi menit selama 2 hari pada 50 pasien cardiac
menunjukkan hubungan yang positif juga surgical dapat memperbaiki tidur yang diukur
menggunakan RCSQ dan mempengaruhi
tingkat melatonin dan kortisol pasien yang di intervensi 484,4 mmol dan kelompok tanpa
rawat di ICU. Melatonin merupakan hormon musik 618,8 mmol dengan p < 0.02.
yang diproduksi oleh kelenjar pineal. Melatonin
Penelitian ini 30% responden pada
berkerjasama dengan kortisol yang mengatur
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
irama sirkardian tubuh. Sekresi melatonin
sebesar mengalami gangguan kardiovaskuler.
mengikuti siklus pagi-malam, level normal pada
Oleh karena itu pasien secara patologis
siang hari, meningkat mulai dari siang hari
menunjukkan tanda-tanda sesak nafas, nyeri
hingga menjelang malam, dan mencapai level
dada yang khas karena adanya suplai oksigen
puncak pada tengah malam. Oleh karena itu
yang berkurang pada otot jantung, serta
produksi melatonin mempunyai hubungan
kelelahan. Kelelahan yang dialami pasien
yang baik dengan kualitas tidur, khususnya di
gangguan kardiovaskuler dapat mempengaruhi
ICU yang mempunyai karakteristik
pola dan kualitas tidur. Semakin lelah seseorang
pencahayaan yang terus menerus
maka semakin penderk tidur tahap REM. (28)
menyebabkan gangguan tiur dan menghambat
pengeluaran melatonin. (23,24) Penelitian Faktor lain yang mempengaruhi kualitas
Wang, (25) review sistematis dan metaanalisis tidur adalah faktor temperature dan pemberian
mengenai terapi musik untuk meningkatkan tindakan keperawatan. (19) Temperatur atau
kualitas tidur pasien dengan gangguan tidur suhu juga dapat mempengaruhi tidur seseorang
akut dan kronik. Studi ini melibatkan 557 yang mempunyai batasan yang berbeda setiap
responden. Hasil yang didapatkan bahwa musik inidvidunya. Total Sleep Time (TST) secara
secara signifikan dapat meningkatkan kualitas maksimal dapat dicapai pada kondisi
tidur dengan nilai p <0,001. thermoneutrality dimana regulasi temperature
dikontrol melalui insensible heat loss tanpa
Tidur yang terganggu dapat menghambat tubuh melakukan metabolisme untuk
pemulihan, gangguan pada sistem kekebalan memproduksi panas tubuh. (23,24) Pemberian
tubuh, neurologis, menghambat penyembuhan tindakan keperawatan pada shift malam yang
luka, dan berpengaruh pada kondisi psikologis. mengharuskan pasien mendapatkan perawatan
(1)
Penelitian yang dilakukan Duong-Coburn, et
all (3) menyatakan bahwa tidur memiliki peranan sehingga pasien akan terbangun di tahap
esensial bagi kualitas hidup seseorang. Dimana tertentu pada tidurnya akan membuat pasien
pada saat tidur khususnya tahap NREM tubuh memulai kembali tidurnya dari tahap I
dan otak mengembalikan energi, dan sedangkan hal ini sangat sulit dilakukan oleh
membuang produk sisa dari metabolisme sel beberapa pasien. Faktor non lingkungan yang
khususnya dari otak. Puncak sekresi hormon mempengaruhi tidur adalah karakteristik
pertumbuhan nya pada saat tidur awal dimana pasien, nyeri, dan obat atau terapi pasien
berfungsi untuk membantu tubuh memperbaiki selama dirawat, khususnya obat yang
kerusakan fisik, hormon kortisol meningkat mempengaruhi kualitas tidur. Obat untuk pasien
pada saat tidur, dan tidur tahap REM sangat dengan gangguan kardiovaskular seperti
penting dalam golongan alfa dan beta bloker sebagai
pendendali tekanan darah tinggi dan gagal
restrukturisasi memori. (17) meningkatkan level jantung kongestif mempunyai dampak
katekolamin, meningkatkan resiko terjadi menurunkan fase REM, tidur gelombang lambat
delirium, dan hormon prolaktin. (26) Penelitian serta meningkatkan tidur di siang hari. (29)
Trappe, (27) secara signifikan menurunkan Faktor-faktor tersebut secara bersamaan
tingkat hormon kortisol pada kelompok berpengaruh terhadap kualitas tidur pasien dan
pada akhirnya dapat meningkatkan angka Universitas Diponegoro Semarang, keluarga
kesakitan dan lama pasien dirawat. besar semua atas dukungan, doa, kasih dan
sayangnya. Pimpinan fakultas dan seluruh
Kebutuhan tidur pasien kritis
dosen karyawan Fakultas Ilmu Keperawatan
membutuhkan rasa nyaman yang merupakan
Unissula atas kepercayaannya, dan
bagian perawatan yang penting untuk
semangatnya. Tempat penelitian atas izinnya
diperhatikan. Kenyamanan merupakan nilai
sehingga bisa terlaksana dengan baik penelitian
dasar yang menjadikan tujuan keperawatan
ini, dan seluruh teman M.Kep angkatan 2014.
pada setiap waktu. (30) Daftar beberapa
intervensi untuk rasa nyaman pasien dan DAFTAR PUSTAKA
keluarga selama prosedur yang membuat stress.
Diantara hal tersebut adalah : (a) 1. Wang J, Greenberg H. Sleep and the ICU.
mempersiapkan pasien dan orang tua, 2013;80–7.
menghindari menggunakan kata “sakit/nyeri”
2. Cooper, A. Gabor,J.,& Hanly P. Sleep
pada semua penjelasan (social comfort); (b)
disruption in the intensive care unit.
mengundang orang tua/ pemberi perawatan
Current Opinion in Critical Care.
untuk datang (social dan psychospiritual
2001;7(1):21–7.
comfort); (c) menciptakan ruangan tindakan
untuk prosedur yang nyaman, bebas rasa takut 3. Duong-Coburn NK. A Systematic review
(environmental comfort) ; (d) memberikan posisi of sleep quality and sleep promotion in
nyaman kepada pasien (physical comfort); (e) the intensive care unit. MASTER Sci Nurs
mempertahankan ketenangan dan atmosfer Adult Gerontol Clin Nurse Spec
yang positif (environmental comfort) melakukan Calif State Univ San Marcos. 2013;
upaya menurunkan kebisingan, penerangan dan 4. Hofhuis, Jose. et al. Experiences of
gangguan pada saat tidur untuk memfasilitasi critically ill patients in the ICU. Dep
seperti tercapainya kualitas tidur yang baik. (31) Intensive Care Erasmus Med center
SIMPULAN DAN SARAN Rotterdam. 2008;