Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPOTIROID

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah profesi Ners
Dosen Koordinator : Hikmat R., S.Kp.,M.Kep
Dosen Pembimbing : Dedi Supriadi.,S.Kep.,M.Kep

OLEH :

Fillia Siti Nurlutpiah Ruhiyat


Npm : 214121022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU TEKNOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
1. Definisi
Hipotiroid adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi
hormone tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur. Hipotirod merupakan
keadaan kurang aktifnya kelenjar tiroid yang menyebabakan sekresi hormon
tiroid tidak terjadi atau mengalami penurunan. Hipotiroid adalah suatu
penyakit akibat penurunan fungsi hormon tiroid yang dikikuti tanda dan gejala
yang mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Faktor penyebabnya akibat
penurunan fungsi kelanjar tiroid, yang dapat terjadi kongenital atau seiring
perkembangan usia. Pada kondisi hipotiroid ini dilihat dari adanya penurunan
konsentrasi hormon tiroid dalam darah disebabkan peningkatan kadar TSH
(Tyroid Stimulating Hormon).
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif
dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroid yang sangat berat
disebut miksedema.

2. Etiologi
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu :
a. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis
hormone yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat
anti tiroid, pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme,
penyakit inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan
sarcoidosis.
b. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak
memadai dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid
stimulating hormone (TSH) meningkat, ini mungkin awal dari suatu mal
fungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh
resistensi perifer terhadap hormone tiroid.
c. Hipotiroid tertier / pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk
memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat
distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan
dengan suatu tumor / lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus. Ada dua
bentuk utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. Giter
endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine. Ini
mengalah pada "goiter belt" dengan karakteristik area geografis oleh
minyak dan air yang berkurang dan iodine.
Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya
disebabkan oleh :
 Kelainan genetik yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang
salah
 Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter yang
menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai, buah persik,
bayam, kacang polong, strowbery, dan lobak. Semuanya mengandung
goitogenik glikosida
Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas (propylthiracil) thocarbomen,
(aminothiazole, tolbutamid).
Penyebab yang paling sering ditemukan adalah Tiroiditis Hashimoto.

Pada Tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan


hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah
kelenjar yang masih berfungsi.
Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap
hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung
menyebabkan hipotiroidisme. Kekurangan yodium jangka panjang dalam
makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif
(hipotiroidisme goitrosa).

3. Klasifikasi Hipotiroid
Klasifikasi Hipotiroid menurut penyebabnya :
a. Hipotiroidime primer (tiroidal)
hipotiroidime primer (tiroidal) ini mengacu kepada difungsi kelenjer tiroid
itu sendiri. lebih dari 95% penderita hipotiroidime mengalami
hipotiroidime tipe ini.
b. Hipotiroidime sentral (hipotiroidime sekunder/pituitaria)
adalah disfungsi tiroide yang disebabkan oleh kelenjer hipofisis,
hipolatamus, atau keduanya.
c. Hipotiroidime tertier (hipotalamus)
ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi tsh
tidak adikuat aktibat penurunan stimulasi TRH.
(Brunner&Suddarth:1300)
 Klasifikasi hipotiroid menurut usia :
a. Kretinisme (Hipotiroidisme congietal)
adalah difisiensi tiroid yang diderita sebelum atau segera sesudah lahir.
pada keadaan ini, ibu mungkin juga menderita difisiensi tiroid.
b. Hipotiroidisme juvenilis
Timbul sesudah usia 1 atau 2 tahun
c. Miksedema
adalah penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan supkutan dan
intersisial lainnya. Meskipun meksedema terjadi pada hipotiroidime yang
sudah berlangsung lama dan bera, istilah tersebut hanya dapat digunakan
untuk menyatakan gejala ekstrim pada hipotiroidime yang berat
(Suddart, 2000)
Smeltzer & Bare : Brunner and Suddar’t Textbook Of Medical Surgical
Nursing, Philadel-Phia :

4. Manifestasi klinis
a. Kulit dan rambut
- Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
- Pembengkakan tangan, mata dan wajah
- Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk
- Tidak tahan dingin
- Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
b. Muskuloskeletal
- Volume otot bertambah, glosomegali
- Kejang otot, kaku, paramitoni
- Artralgia dan efusi sinovial
- Osteoporosis
- Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
- Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis
- Kadar fosfatase alkali menurun
c. Neurologik
- Letargi dan mental menjadi lambat
- Aliran darah otak menurun
- Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian
kurang, penurunan reflek tendon)
- Ataksia (serebelum terkena)
- Gangguan saraf (carfal tunnel)
- Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
d. Kardiorespiratorik
- Bradikardi, disritmia, hipotensi
- Curah jantung menurun, gagal jantung
- Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
- Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukan mendatar/inverse
- Penyakit jantung iskemic
- Hipotensilasi
- Efusi pleural
- Dispnea
e. Gastrointestinal
- Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
- Obstruksi usus oleh efusi perioneal
- Aklohidra, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
f. Renalis
- Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
- Retensi air (volume plasma berkurang)
- Hipokalsemia
g. Hematologi
- Anemia normokrom normositik
- Anemia mikrositik/makrositik
- Gangguan koagulasi ringan
h. Sistem endokrin
- Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore/ masa
menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dan
hiperprolektemi
- Gangguan fertilitas
- Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis
terhadap insulin akibat hipoglikemia
- Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
- Insufisiensi kelenjar adernal autoimun
- Psikologis atau emosi: apatis, agitasi, derpesi, paranoid,menarik diri,
perilaku maniak
Manifestasi klinis lain berupa: edema perordita, wajah seperti bulan (moon
face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas
terhadap opioid, haluaran urine menurun, lemah, ekspresi wajah kosong
dan lemah

5. Patofisiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan
pada pengobatan tirotoksikosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis
kelenjar tiroid dan atropi kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik. Prevalensi
penderita hipotiroidisme meningkat pada usia 30-60 tahun, empat kali lipat
angka kejadiannya pada wanita dibandingkan pria. Hipotiroidisme congenital
dijumpai satu orang pada empat ribu kelahiran hidup.
Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan
berkompensasi untuk meningkatkan kompensesi untuk meningkatkan
sekresinya sebagai sebagai respons terhadap rangsangan hormone TSH.
Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolisme
basal yang akan mempengaruhi semua system tubuh. Proses metabolik yang
dipengaruhi antara lain:
a. Penurunan produksi asam lambung (Aclorhidria)
b. Penurunan motolitas usus
c. Penurunan detak jantung
d. Gangguan fungsi neurologic
e. Penurunan produksi panas
Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak dimana
akan terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien
berpotensi mengalami atherosclerosis. Akumulasi proteoglicans hidropilik di
rongga pleura, cardiak dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.
Pembentukan erosit yang tidak optimal sebagai dampak dari menurunnya
hormone tiroid memungkinkan klien mengalami anemia.
6. Pathway Defisiensi lodium,
Penekanan prod.
disfungsi hipofisis,
H. Tiroid
disfungsi THR
(hipotiroidisme)
hipotalamus

Gangguan metabolic
TSH merangsang Laju BMR lambat lemak
kelenjar tiroid untuk
mensekresi
Penurunan produksi Peningkatan kolestrol

panas dan trigliserida


Kel. Tiroid a/
membesar gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh Peningkatan
arteriosklerosis
Menekan struktur
dileher dan dada achlorhydria
Oklusi pembuluh
Perubahan suhu
Kekurangan vit. darah
Disfagia gangguan tubuh hipotermi
Penurunan
B12 dan asam folat
respirasi mortilitas usus

Suplai darah ke jaringan


Depresi ventilasi Pembentukan eritrosit tidak Penurunan fungsi GI otak menurun
optimal
Pola napas tidak Produksi SDM menurun
konstipasi hipoksia
efektif

Anemia Perubahan pola


berfikir

kelemahan
Aliran darah turun terus-
menerus

Intoleransi
aktivitas Kontraksi jantung
menurun

Penurunan curah
jantung
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratoruim yang didapat pada pasien hipotiroidisme
didapatkan hasil sebagai berikut:
a. T3 dan T4 serum menurun.
b. TSH meningkat pada hipotiroid primer.
c. TSH rendah pada hipotiroid sekunder.
- Kegalan hipofisis: respon TSH terhadap TRH mendatar.
- Penyakit Hipotalamus: TSH dan TRH meningkat.
d. Titer autoantibody tiroid tinggi pada >80% kasus.
e. Peningkat kolestrol.
f. Pembesaran jantung pada sinar X dada.
g. EKG menunjukan sinus bradikardi rendahnya voltase kompleks QRS dan
gelombang T datar atau inverse.

8. Komplikasi
a. Koma miksedema
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai
oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk
hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan
penurunan kesadaran hingga koma. Dalam keadaan darurat (misalnya
koma miksedema), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Kretinisme)
Jika hipotiroidisme yang berat sudah terjadi sewaktu hidup fetal, maka kita
akan mendapatkan penderita yang cebol dan mungkin imbesil. Pada waktu
lahir tidak ditemukan kelainan tetapi pada umur 2-3 bulan sudah bisa
timbul gejala lidah tebal dan jarak antara ke dua mata lebih besar dari
biasanya. Pada waktu ini kulit kasar dan warnanya agak kekuningan.
Kepala anak besar, mukanya bulat dan raut mukanya (ekspresi) seperti
orang bodoh sedangkan hidungnya besar dan pesek, bibirnya tebal,
mulutnya selalu terbuka dan juga lidah yang tebal dikeluarkan.
Pertumbuhan tulang juga terlambat. Sedangkan keadaan psikis berbeda-
beda biasanya antara agak cerdik dan sama sekali imbesil.
c. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua
gejala dengan segera.
d. Penyakit Hashimoto
Disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat otoantobodi yang merusak
jaringan tiroid. Ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar
TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal.
e. Gondok Endemic
Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-
sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk
menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah
akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan
balik.
f. Karsinoma Tiroid
Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi tiroidektomi, pemberian obat
penekan TSH atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan
tiroid. Terapi- terapi tersebut akan merangsan proliferasi dan hiperplasia
sel tiroid.
(Long, Barbara.C,2000:261 dan Hudak and Gallo,1996:479)

9. Penatalaksanaan
Pada pasien yang sudah mendapatkan suplementasi levotiroksin
sebelumnya, dilakukan penilaian status fungsional tiroidnya. Selain dapat
diketahui dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, dapat pula dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Pada pasien yang baru dicurigai adanya
hipotiroidisme pada saat praoperasi, maka dilakukan pemeriksaan konsentrasi
FT4 dan TSH, juga perlu ditentukan apakah hipotiroidismenya tersebut
ringan, sedang atau berat. Pada hipotiroidisme yang berat, ditandai adanya
koma miksedema, gangguan status mental, gagal jantung atau konsentrasi
hormon tiroksin yang sangat rendah, maka sebaiknya operasi ditunda sampai
kondisi hipotiroidisme beratnya teratasi. Hipotiroidisme diobati dengan
menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan
per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4.
Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid
hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid
dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping
yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali
normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti
hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidisme berkaitan dengan tumor
susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau
pembedahan.Penggantian hormon tiroid : levotiroksin ( Syinthroid), liotironin
(Cytomel), tiroglobulin, liotrix (Thyrolar), aktivitas : berhati-hati dengan
olahraga kontak atau pekerjaan fisik yang berat dan monitoring tanda vital,
asupan / keluaran cairan dan hasil laboratorium (kadar T3, T4 dan Natrium).

10. Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1. Identitas klien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa / ras, pendidikan, bahasa yang
dipakai, pekerjaan, penghasilan dan alamat.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yaitu kurang energi, manifestasinya sebagai lesu,
lamban bicara, mudah lupa, obstipasi. Metabolisme rendah
menyebabkan bradikardia, tidak tahan dingin, berat badan naik dan
anoreksia. Kelainan psikologis meliputi depresi, meskipun nervositas
dan agitasi dapat terjadi. Kelainan reproduksi yaitu oligomenorea,
infertil, aterosklerosis meningkat.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada orang dewasa, paling sering mengenai wanita dan ditandai oleh
peningkatan laju metabolik basal, kelelahan dan letargi, kepekaan
terhadap dingin, dan gangguan menstruasi. Bila tidak diobati, akan
berkembang menjadi miksedema nyata.
Pada bayi, hipotiroidisme hebat menimbulkan kretinisme.
Pada remaja hingga dewasa, manifestasinya merupakan peralihan
dengan retardasi perkembangan dan mental yang relatif kurang hebat
serta miksedema disebut demikian karena adanya edematus, penebalan
merata dari kulit yang timbul akibat penimbunan mukopolisakarida
hidrofilik pada jaringan ikat di seluruh tubuh.
4. Riwayat penyakit dahulu
Hipotiroidisme tidak terjadi dalam semalam, tetapi perlahan selama
berbulan-bulan, sehingga pada awalnya pasien atau keluarganya tidak
menyadari, bahkan menganggapnya sebagai efek penuaan. Pasien
mungkin kedokter ketika mengalami keluhan yang tidak khas seperti
lelah dan penambahan berat badan. Dokter akan meminta pemeriksaan
laboratorium yang tepat, yaitu kadar T4 rendah dan TSH yang tinggi,
sehingga diagnosis hipotirodisme dapat diketahui pada tahap awal
ketika gejalanya masih ringan.
5. Pola Fungsi Kesehatan Gordon
a) Pola Persepsi dan Manajemen
Kesehatan
Ketidaktahuan klien tentang informasi dari penyakit yang
dideritanya. Secara umum, hipotiroid ini adalah akibat dari
menurunnya fungsi kelenjar tiroid dalam mamproduksi hormone
tiroid. Penyakit ini termasuk dalam autoimun yang menghasilkan
antibody yang dapat menurunkan produksi hormone tiroid secara
bebas. Kurangnya pengetahuan klien tentang penyebab dan
factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipotiroid.
b) Pola Nutrisi-Metabolik
Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore/
masa menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dan
hiperprolektemi, gangguan hormone pertumbuhan dan respon
ACTH, hipofisis terhadap insulin akibat hipoglikemia, gangguan
sintesis kortison, kliren kortison menurun, Insufisiensi kelenjar
adernal autoimun, nafsu makan berkurang, anoreksia.
c) Pola Aktivitas dan Latihan
Sering terjadi Kejang otot, kaku saat beraktifitas gerakan tubuh
lamban, lemah, pusing, capek, pucat, sakit pada sendi atau otot,
produksi keringat berkurang.
d) Pola Kognitif dan Persepsi
Perseptual ada kekhawatiran karena pusing, kesemutan,
gangguan penglihatan, penglihatan ganda, gangguan koordinasi,
Pikiran sukar berkonsentrasi.
e) Pola Eleminasi
Pasien dengan hipotiroid akan mengalami konstipasi, anoreksia,
peningkatan BB, distensi abdomen, haluaran urine menurun.
f) Pola Persepsi-Konsep diri
Gangguan citra diri akibat perubahan struktur anatomi,
pembengkakan tangan, mata dan wajah, rambut rontok,
alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk, kulit kering,
pecah-pecah, bersisik dan menebal, pertumbuuhna kuku buruk,
kuku menebal kelenjar gondok membesar (struma nodosa),
kurus.
g) Pola Tidur dan Istirahat
Pasien dengan hipotiroid cenderung mengalami insomnia
sehingga sulit untuk berkonsentrasi, menyebabkan pola istirahat
dan tidur terganggu.
h) Pola Peran-Hubungan
Psikologis atau emosi: apatis, agitasi, depresi, paranoid,menarik
diri, perilaku maniak, nervus, tegang, gelisah, cemas, mudah
tersinggung. Bila bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan
maka tidak akan menjadi masalah dalam hubungannya dengan
orang lain, anggota keluarga maupun masyarakat.
i) Pola Seksual-Reproduksi
Penurunan libido, hipomenore, amenore dan impoten, Haid
menjadi tidak teratur dan sedikit, kehamilan sering berakhir
dengan keguguran, gangguan fertilitas.
j) Pola Toleransi Stress-Koping
Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik. Emosi
labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.
k) Pola Nilai-Kepercayaan
Nilai kepercayaan pasien tergantung pada kebiasaan, ajaran dan
aturan dari agama yang dianut oleh individu tersebut.
6. Pemeriksaan Fisik
Head to toe
a) Kepala
1) Rambut
Inspeksi: rambut kering, kasar, dan rontok.
2) Mata
Inspeksi: mata exofthalmus
b) Leher
Palpasi: ada benjolan pada leher depan, dan ada nyeri tekan.
c) Dada
1) Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan,
frekuensi napas pasien ireguler.
Palpasi : vokal fremitus normal
Auskultasi : dipsneu
Perkusi : sonor
2) Jantung
Inspeksi: denyutan jantung tidak normal (bradikardi)
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5
Auskultasi: Bunyi jantung normal S1 dan S2
Perkusi: terdengar pekak di sepanjang batas ICS 3-5 toraks
sinistra karena terdapat kardiomegali (pembesaran jantung)
d) Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit
disekitarnya, tidak ada distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak
terdapat kolostomi.
Auskultasi: peristaltik usus 3 x/ menit
Perkusi: timpani
e) Otot
Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan, penurunan
refleks tendon
f) Integumen
Inspeksi: pucat, kering, bersisik, dan menebal
Palpasi : kulit dingin
CRT : Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
g) Persyarafan
1) Tingkat kesadaran: Letargi
2) GCS:
(1) Eye: Membuka secara spontan 4
(2) Motorik : mengikuti perintah 6
(3) Verbal: Orientasi lama, 4
Total GCS: Nilai 14
7. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan penunjang pada pasien dengan hipotiroid yaitu
kadar T3 15 pg/dl, dan kadar T4 20 μg/dl dan kadar TSH pada pasien
tersebut yaitu <0,005 μIU/ml.

b. Diagnosa
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan volume
sekuncup akibat bradikardi dan arteriosklerosi arteri koronia.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor
penurunan metabolisme sekunder terhadap hipotiroidisme.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
No Data Problem Etiologi Diagnosa Keperawatan
1. Subjektif (S) Penurunan Suplai darah ke Penurunan curah jantung
Objektif (O) : curah jaringan otak menurun berhubungan dengan
1. Frekuensi jantung ; Takikardia jantung Hipoksia penurunan volume
2. Bunyi jantung ; S3 (gallop)
adalah diagnostik, S4 dapat aliran darah turun terus sekuncup akibat
terjadi, S1 dan S2 mungkin menerus bradikardi dan
melemah.
3. Perubahan tekanan darah kontraksi jantung arteriosklerosi arteri
:hipotensi (gagal memompa) menurun koronia.
4. Tekanan Nadi ; mungkin Penurunan curah
sempit (tidak teraba). jantung
5. Punggung kuku ; pucat atau
sianotik dengan pengisian
kapiler lambat.

2. Subjektif (S) Pola napas TSH merangsang Pola napas tidak efektif
Objektif (O) tidak efektif kelenjar tiroid untuk berhubungan dengan
1. takipnea, napas dangkal, mensekresi depresi pusat pernapasan
penggunaan otot asesori Kel. Tiroid a/
pernpasan. membesar
.
Menekan struktur di
leher dan dada
Disfagia gangguan
respirasi
Depresi ventilasi
Pola napas tidak efektif

3. Subjektif (S) Defisit Defisiensi lodium, Defisit nutrisi kurang


Objektif (O) nutrisi disfungsi hipofisis, dari kebutuhan
1.Nafsu makan menurun kurang dari disfungsi THR berhubungan dengan
2.ketidakmampuan untuk kebutuhan. ketidakmampuan
menelan makan Laju BMR lambat menelan makanan

Penurunan produksi
panas

Deficit nutrisi

4. Subjektif (S) Intoleransi Kekurangan vit. B12 Intoleransi aktivitas


1. Keletihan/kelemahan, aktivitas dan asam folat berhubungan dengan
kelelahan selama kelemahan.
aktivitas Perawatan diri. Pembentukan eritrosit
Objektif (O) tidak optimal
1. Keletihan/kelelahan terus Produksi SDM
menerus sepanjang hari,
insomnia, nyeri dada menurun
dengan aktivitas, dispnea
pada saat istirahat.
2. Perubahan tanda vital, Anemia
dan adanya disrirmia,
Dispnea,
Kelemahan

Intoleransi aktivitas

Intervensi Keperawatan
No DIAGNOSA TUJUAN dan INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Penurunan curah Tujuan : Setelah Mandiri : Mandiri :
1. Auskultasi nadi apical ; 1. Biasnya terjadi
jantung dilakukan tindakan
kaji frekuensi, iram takikardi
berhubungan keperawatan selama 3x24 jantung (meskipun pada
saat istirahat)
dengan penurunan jam, diharapkan fungsi
untuk
volume sekuncup kardiovaskuler tetap 2. Catat bunyi jantung mengkompensasi
akibat bradikardi optimal yang ditandai penurunan
kontraktilitas
dan arteriosklerosi dengan tekanan darah, ventrikel.
arteri koronia. irama jantung dalam 2. S1 dan S2
mungkin lemah
batas normal. karena
Kriteria hasil : menurunnya kerja
3. Palpasi nadi perifer pompa. Irama
1.Menunjukkan tanda vital
Gallop umum (S3
dalam batas yang dapat dan S4)
diterima (disritmia dihasilkan sebagai
terkontrol atau hilang) dan aliran darah
keserambi yang
bebas gejala gagal jantung disteni. Murmur
2. Melaporkan 4. Pantau TD dapat
penurunan epiode menunjukkan
Inkompetensi/sten
dispnea, angina,
osis katup
3. Ikut serta dalam aktivitas
yang mengurangi beban 3. Penurunan curah
jantung dapat
kerja jantung.
Kolaborasi : menunjukkan
Berikan oksigen tambahan menurunnya nadi
dengan kanula radial, popliteal,
nasal/masker dan obat dorsalis, pedis dan
sesuai indikasi posttibial. Nadi
(kolaborasi) mungkin cepat
hilang atau tidak
teratur untuk
dipalpasi dan
pulse alternan.
4. Meningkatkan
sediaan oksigen
untuk kebutuhan
miokard untuk
melawan efek
hipoksia/iskemia.

Kolaborasi :
Banyak obat dapat
digunakan untuk
meningkatkan volume
sekuncup, memperbaiki
kontraktilitas dan
menurunkan kongesti.
2. Pola napas tidak Tujuan : Mandiri : Mandiri :
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi pernafasan 1. Frekuensi nafas
efektif
keperawatan selama 1 x 24 (frekuensi, irama dan biasanya
berhubungan jam maka klien dapat kedalaman) meningkat dan
dengan depresi bernafas dengan efektif kedalaman nafas
Kriteria hasil : berfariasi
pusat pernapasan 1. Menunjukakan pola tergantung
nafas yang efektif ekspansi paru.
dengan frekuensi dan 2. Auskultasi bunyi paru 2. Bunyi nafas
kedalaman dalam rentan menurun apabila
normal. terdapat obstruksi
2. RR : 16 – 22 permenit atau saat ekspansi
paru menurun.
3. Beri posisi yang 3. Posisikan klien
nyaman dengan posisi
yang nayaman
akan
memungkinkan
ekpansi paru dan
empermudah
pernafasan.
Kolaborasi : Kolaborasi :
Berikan oksigen tambahan Maksimalkan pernapasan
dan memmenurunkan
kerja nafas
3. Deficit nutrisi Tujuan : Setelah 1. Pantau presentase 1. Agar mengetahui
berhubungan dilakukan tindakan makanan yang klien
dengan keperawatan selama 1x24 dikonsumsi pada mengkonsumsi
berhubungan jam, diharapkan setiap makan. nutrisi yang cukup
dengan (factor kebutuhan nutrisi klien setiap harinya
psikologis) adekuat. 2. Pantau berat badan 2. Agar mengetahui
ketidakmampuan Kriteria hasil : setiap minggu. peningkatan berat
menelan makanan 1. Tidak terjadi badan setiap
faktor penurunan penurunan berat minggu nya .
metabolisme badan,
3. Pertahankan
sekunder terhadap 2. Maporkan 3. Agar klien tidak
ruangan tetap
hipotiroidisme. peningkatan masukan mengalami
hangat agar tidak
makanan, penurunan suhu
mengalami tubuh secara tiba-
hipotermi. tiba.

4. agar pasien
4. Jelaskan pada
mengetahui bahwa
klien untuk
toleransi dingin
mengetahui
berkurang setalah
efeknya setelah
obat-obatan
obat-obatan
hormon tiroid
hormon tiroid .
mulai
menunjukkan
efeknya, biasanya
2-3 minggu.
5.
4. Intoleran aktivitas Tujuan
berhubungan dengan Setelah di lakukan tindakan 1. Evaluasi peningkatan
1. Dapat menujukkan
: Ketidak keperawatan selama 2 x 24
intoleran aktivitas.
seimbangan antar jam klien dapat melakukan peningkatan
suplai okigen. aktivitas secara mandiri aktivitas pada klien.
Kelemahan umum, kriteria hasil :
Tirah baring 1. Berpartisipasi pad
2. Pantau Hasil laporan
lama/immobilisasi. ktivitas yang diinginkan, 2. Untuk menunjukkan
Ditandai dengan memenuhi perawatan JDL, khususnya JDL,
keletihan/kelemahan, diri sendiri, jumlah presentase
dan hematokrit.
kelelahan selama 2. Mencapai peningkatan dalam batas normal
aktivitas Perawatan toleransi aktivitas yang
diri, dapat diukur, dibuktikan
Keletihan/kelelahan oleh menurunnya 3. Anjurkan aktivitas- 3. Agar klien bias
terus menerus kelemahan dan kelelahan. memilih aktivitas
aktivitas sesuai
sepanjang hari,
insomnia, nyeri dada toleransi. apa yang
dengan aktivitas, disukainya, tetapi
dispnea pada saat
istirahat, perubahan masih dalam
tanda vital. jangkauan keluarga.

4. Agar klien
4. Jelaskan bahwa
mengetahui dan
penggantian hormon
mendapatkan
tiroid mulai
menunjukkan edukasi (mis. Pada
efeknya. perempuan
mengaami
perubahan pada
mesntruasi).
DAFTAR PUSTAKA

Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :


EGC.
Hartono, Andri. 2012. Medikal Bedah Buku Saku Keperawatan Pasien dengan
Gangguan Fungsi Endokrin. Tangerang Selatan : BINAPURA
AKSARA publisher.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Media
Action.
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Bandung : EGC.

Anda mungkin juga menyukai