Anda di halaman 1dari 40

HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANAK, DUKUNGAN KELUARGA

DENGAN KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE ANAK


TUNAGRAHITA DI SLB KEMBAR KARYA
PEMBANGUNAN III KOTA BEKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Keperawatan Anak Profesi Ners
Dosen Koordinator : Sri Wulandari N., M.Kep., Ns.Sp.Kep.An
Dosen Pembimbing : Dewi Umu Kulsum, S.Kep., Ners., M.Kep

DISUSUN OLEH :
FILLIA SITI NURLUTPIAH RUHIYAT
214121022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
A. Pendahuluan

Anak tunagrahita adalah seseorang yang memiliki kapasitas intelektualnya

(IQ) di bawah 70 (rata-rata normal) yang disertai ketidakmapuan dalam

penyesuaian diri dengan lingkungan sehingga memiliki masalah sosial,menjalin

komunikasi untuk itu diperlukan layanan khusus dan perlakuan khusus (Putranto,

2015).Menurut Somantri (2007) tunagrahita merupakan kondisi dimana

perkembangan kecerdasan mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap

perkembangan yang optimal. Karakteristik tunagrahita atau retardasi mental,

American Psychiatric Association, Washington (2005) DSM IV yaitu fungsi

intelektual, gangguan fungsi adaptif, dan terjadi sebelum usia 18 tahun.

Survei Sosial Ekonomi (Susesnas) menunjukkan data bahwa dari

244.919.000 jiwa jumlah penduduk Indonesia terdapat 2,45% atau sekitar

6.515.500 jiwa yang tercatat sebagai penyandang disabilitas. Sedangkan menurut,

Program Perlindungan dan Pelayanan Sosial (PPLS) pada tahun 2012 jumlah

penyandang disabilitas secara nasional adalah 3.838.986 jiwa. Dan diantaranya

terdapat jumlah tunagrahita yaitu sebanyak 213.033 jiwa. Adanya perbedaan

jumlah dalam hal ini disebabkan oleh definisi operasional atau instrument yang

digunakan dalam survei berbeda.

Menurut Friedman (2008) aspek-aspek dukungan orang tua yaitu dukungan

emosional, dukungan instrumental, dukungan informative dan dukungan

penilaian. Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan

orang tua adalah cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga,

suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua dan latar belakang budaya.
Berdasarkan uraian diatas dan beberapa penelitian yang

menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kemandirian

anak dalam personal hygiene adalah kurangnya dukungan orang tua pada

anak tunagrahita tersebut. Menurut Santrock (dalam Pujawati, 2016)

dukungan orang tua merupakan dukungan dimana orang tua memberikan

kesempatan pada anaknya agar dapat mengembangkan kemampuan

yang dimilikinya, belajar mengambil inisatif, mengambil keputusan

mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar

mempertanggungjawabkan segala perbuatan, anak akan mengalami

perubahan dari keadaan yang sepenuhnya tergantung pada orang tua

menjadi mandiri.

B. Landasan Teori

1. Konsep Dukungan Keluarga

a. Dukungan

Dukungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang

didukung, sokongan: bantuan. Dukungan juga dapat diartikan sebagai

memberikan dorongan/motivasi atau semangat dan nasihat kepada orang lain

dalam situasi pembuat keputusan (Chaplin,2011).

b. Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup

dalam satu rumah tangga, berinteraksi dengan satu sama lain dan didalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan keduanya

(Friedman et al., 2014).

c. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga

terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasi, dukungan

penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional (Friedman et al.,

2014).

d. Fungsi Keluarga

Menurut (Friedman et al., 2014), secara umum fungsi keluarga adalah

sebagai berikut:

1) Fungsi Afektif

Fungsi keluarga yang paling utama untuk mengajarkan segala

sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan atau

berinteraksi dengan orang lain.

2) Fungsi Sosial dan Status Sosial

Fungsi sosial memiliki fungsi mengembakan dan tempat

melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan

rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Status

sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi.

3) Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota

keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

4) Fungsi reproduksi
Fungsi Reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan

generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

5) Fungsi Ekonomi

Fungsi Ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Bentuk Dukungan Keluarga

Menurut (Friedman et al., 2014) keluarga memiliki bentuk dukungan yang

dibagi atas 4 dukungan keluarga, yaitu:

1) Dukungan Penilaian

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk

memahami kejadian penderita Skizofrenia dan startegi

penatalaksanaan yang digunakan pada penderita Skizofrenia dan

startegi penatalaksanaan yang digunakan pada penderita Skizofrenia.

Dukungan ini terjadi bila ada ekspresi penelitian positif terhadap

individu. Individu yang dapat diajak bicara mengenai masalah yang

yang terjadi pada penderita berupa harapan positif, penyemangat,

persetujuan ide-ide atau perasaan dan perbandingan positif antara

keluarga dengan penderita. Dukungan keluarga dapat membantu

dalam peningkatan strategi individu dengan strategi-startegi alternatif

berdasarkan pengalaman positif.

2) Dukungan Informasi
Dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab

bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah,

memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang

yang dilakukan. Keluarga juga menyediakan informasi dengan

menyarankan tentang dokter, terapi dan tindakan yang baik dan

spesifik untuk mengontrol emosi keluarga terhadap penderita. Pada

dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan

pemberi informasi.

3) Dukungan Instrumen

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmani seperti

pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata. Suatu

kondisi dimana benda atau jasa membantu dalam pemecahan masalah

secara praktis bahkan bantuan secara langsung. Misalnya: membantu

pekerjaan sehari-hari, menyediakan transportasi, menjaga dan

merawat orang yang sakit dengan membawa ke jasa pelayanan

kesehatan.

4) Dukungan Emosi

Dukungan ini meliputi: memberikan individu merasa nyaman,

merasa dicintai saat mengalami kekambuhan atau proses

penyembuhan, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya,

perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada

dukungan emosional ini keluarga memberikan fasilitas berupa tempat

istirahat untuk individu dan memberikan semangat dalam proses

penyembuhan atau mencegah terjadinya kekambuhan.


2. Konsep Kemandirian

a. Pengertian Kemandirian

Kemandirian (self reliance) adalah kemampuan untuk mengelola semua

yang dimiliki, tahu bagaimana mengelola waktu, berjalan dan berfikir secara

mandiri disertai dengan kemampuan mengambil resiko dan memecahkan

masalah. Individu yang mandiri tidak membutuhkan petunjuk yang detail dan

terus menerus tentang bagaimana mencapai produk akhir, ia bisa bersandar pada

diri sendiri. Kemandirian berkenan dengan tugas dan ketrampilan bagaimana

mengerjakan sesuatu mencapai sesuatu dan bagaimana mengelola sesuatu

(Parker,2005:2226)

b. Aspek-aspek Kemandirian

Menurut Masrun (dalam Widayatie.2009:19) kemandirian ditunjukkan

dalam beberapa bentuk yaitu :

1) Tanggungjawab, yaitu kemampuan memikul tanggungjawab

kemampuan untuk menyelesaikan suatu tugas, mampu

mempertanggungjawabkan hasil kerjanya, kemampuan menjelaskan

peranan baru, memiliki prinsip mengenai apa yang benar dan salah

dalam berfikir dan bertindak.

2) Otonomi, ditunjukkan dengan mengerjakan tugas sendiri, yaitu suatu

kondisi yang ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas

kehendak sendiri dan bukan orang lain dan tidak tergantung pada orang

lain dan memiliki rasa percaya diri dan kemampuan mengurus diri

sendiri.

3) Inisiatif, ditunjukkan dengan kemampuan berfikir dan


bertindak secara kreatif.

4) Control diri, control diri yang kuat ditunjukkan dengan pengendalian

tindakan dan emosi mampu mengatasi masalah dan kemampuan melihat

sudut pandang orang lain.

c. Ciri-ciri Kemandirian

Kemandirian mempunyai ciri-ciri tertentu uang telah digambarkan oleh

pakar-pakar berikut ini, Mustofa (1982:90) menyebutkan cirri-ciri kemandirian

adalah sebagai berikut :

1) Mampu menentukan nasib sendiri, segala sikap dan tindakan yang

sekarang atau yang akan dating dilakukan oleh kehendak sendiri dan

bukan karena orang lain atau tergantung pada orang lain.

2) Mampu mengendalikan diri sendiri, yakni untuk meningkatkan

pengendalian diri atau adanya control diri yang kuat dalam segala

tindakan, mampu beradaptasi dengan lingkungan atas usaha dan mampu

memilih jalan hidup yang baik dan benar.

3) Bertanggungjawab, yakni kesadaran yang ada dalam diri seseorang

bahwa setiap tindakan akan mempunyai pengaruh terhadap prang lain

dan dirinya sendiri. Dan bertanggung jawab dalam melaksanakan segala

kewajiban baik itu belajar maupun melakukan tugas-tugas rutin.

4) Kreatif dan inisiatif, kemampuan berfikir dan bertindak secara kreatif

dan inisiatif dalam menghasilkan ide-ide baru.

5) Mengambil keputusan dan mengatasi masalah sendiri. Memiliki


pemikiran, pertimbangan, pendapat sendiri dalam mengambil keputusan

yang dapat mengatasi masalah sendiri, serta berani menghadapi resiko

terlepas dari pengaruh atau bantuam dari pihak lain.

d. Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

Sebagaimana aspek-aspek psikologi lainnya, kemandirian juga bukanlah

semata-mata merupakan pembawa yang melekat pada diri individu sejak lahir.

Perkembangan juga dipengaruhi okeh berbagai stimulasi yang didapat dari

lingkungannya, selain potensi yang dimiliki sejak lahir sebagai korelat bagi

perkembangan kemandirian yaitu sebagai berikut (Ali & Asrori, 2008:118):

1) Gen atau keturunan orang tua

Orangtua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan

anak yang memiliki kemandirian juga. Namun faktor keturunan ini masih

menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya

bukan sifat kemandirian yang diturunkan kepada anaknya melainkan

sifat orangtuanya yang muncul berdasarkan cara orangtua mendidik

anaknya.

2) Pola Asuh Orang Tua

Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi

perkembangan kemandirian anak, orangtua yang menciptakan suasana

aman dalam interaksi keluarganya akan dapat mendorong kelancaran

perkembangan anak. Namun orang tua yang sering mengeluarkan kata-

kata “jangan” tanpa disertai denagn penjelasan yang rasional akan

menghambat perkembangan anak.


3) System Pendidikan di Sekolah

Proses pendidikan disekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi

tanpa argumentasi serta adanya tekanan punishment akan menghambat

kemandirian seseorang. Sebaliknya, adanya penghargaan terhadap

potensi anak, pemberian reward dan penciptaan kompetirif positif akan

memperlancar oerkembangan kemandirian anak.

4) System Kehidupan di Masyarakat

Lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi anak

dalam bentuk berbagai kegiatan dan tidak terlalu hirarkis akan

merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian anak.

3. Konsep Perawatan Diri

a. Pengertian Perawatan Diri

Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani, berasal dari kata personal

yang artinya perorangan, dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan

adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan setiap orang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Watonah, 2010).

b. Tujuan Perawatan Diri

Sesuai dengan kondisi anak retardasi mental atau tunagrahita maka

tujuan merawat diri adalah sebagai berikut (Istiqomah, 2013) :

1) Agar anak dapat menjaga kebersihan badan dan kesehatan dirinya

dengan kemampuan merawat diri.

2) Agar anak memiliki keterampilan dalam mengurus dirinya sendiri

3) Agar anak tidak canggung dalam beradaptasi dengan kemampuan

mengurus kepentingannya sendiri.


4) Agar anak mempunyai rasa percaya diri karena telah mampu

mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.

b. Macam-macam Personal Hygine

Wartonah, 2010 macam-macam personal hygiene antara lain:

a. Kebersihan Kulit

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling

pertama member kesan.Oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-

baiknya.Pemeliharaan kulittidak dapat terlepas dari kebersihan

lingkungan, makanan yang makan serta kebiasaan hidup sehari-hari.

Dalam memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang harus

selalu diperhatikan adalah menggunakan barang-barang keperluan

sehari-hari memiliki sendiri, minimal mandi 2 kali sehari, mandi

memakai sabun, menjaga kebersihan pakaian, makan yang bergizi

terutama sayur dan buah, dan menjaga kebersihan lingkungan.

b. Kebersihan Rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat rambut

bersih dan indah sehingga akan menimbulkan kesan bersih dan tidak

berbau. Dengan selalu memelihara rambut dan kulit kepala, maka perlu

memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-

kurangnya 2 kali seminggu, mencuci rambut memakai shampo/sabun

pemcuci rambut lainnya dan sebaiknya menggunakan alat-alat

pemeliharaan rambut lainnya.

c. Kebersihan Gigi

Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menggunakan


dan membersihkan gigi sehingga terlihat bersih. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam menjaga kesehatan gigi adalah menggosok gigi

secara teratur dan teratur dianjurkan setiap habis makan, memakai

sikat gigi sendiri,mengindari makanan-makanan yang merusak gigi,

membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi dan

memeriksa gigi secara teratur.

d. Kebersihan Telinga

Hal yang diperhatikan kebersihan telinga adalah membersihkan

telinga secara teratur, dan tidak mengorek-ngorek telinga dengan

benda tajam.

e. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku

Seperti halnya kulit, tangan kaki, dan kuku harus diperhatikandan ini

tidak terlepas dari kebersihan lingkungan dan sekitar kebiasaan hidup

sehari-hari.Tangan, kaki, dan kuku yang bersih menghindarkan kita

dari berbagai penyakit.Kuku dan tangan kotor dapat mmenyebabkan

bahaya kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit

tertentu.Untuk menghindarkan bahaya kontaminasi maka perlu harus

membersihkan tangan sebelum makan, memotong kuku secara teratur,

membersihkan lingkungan dan mencuci kaki sebelum tidur.

4. Anak Tunagrahita

a. Pengertian Anak Tunagrahita

Istilah tunagrahita sering juga disertai dengan istilah keterbelakangan

mental, harfiah dari kata tuna adalah merugi, sedangkan grahita adalah pikitan.

Seperti namanya tunagrahita ditandai oleh ciri-ciri utama adalah kelemahan


dalam berfikir atau bernalar. Akibat dari kelemahan-kelemahan tersebut anak

tunagrahita memiliki kemampuan belajar dan beradaptasi sosial di bawah rata-

rata (intelegasi 31- 49).Menurut Sutjihati tunagrahita adalah istilah yang

digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual

dibawah rata- rata. Bratanata menjelaskan bahwa seseorang yang dikategorikan

tunagrahita jika memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya atau

di bawah rata-rata sehingga untuk meneliti tugas perkembangannya

memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik termasuk dakam program

pendidikan (Somantri,2006).

Ciri-ciri fisik dari penampilan anak tunagrahita :

1. Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar.

2. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesai usia.

3. Perkembangan bicara/bahasa terlambat.

4. Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan

(pandangan kosong).

5. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali).

6. Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).

Pengertian lain mengenai tunagrahita adalah cacat ganda. Seseorang

yang mempunyai kelainan mental atau tingkah laku akibat kecerdasan yang

terganggu. Istilah cacat ganda yang digunakan karena adanya cacat mental

yang dibarengi dengan cacat fisik.Cacat intelegasi yang mereka alami disertai

dengan keterbelakangan penglihatan (cacat mata).Secara global pengertian

tunagrahita adalah anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterbelakangan

dalam intelegensi, fisik, emosional dan sosial yang membutuhkan perlakuan


khusus supaya dapat berkembang pada kemampuan yang maksinal.Ada yang

disertai dengan gangguan pendengaran.

b. Faktor Penyebab Anak Tunagrahita

Penyebab yang khas (biasanya biologic) diidentifikasi pada kurang lebih

50% paisen, sebagian besar terdapat pada pasien retardasi mental sedang-

sangat berat. Penyebab lain termasuk faktor-faktor lingkungan (misalnya

problem prenatal dan perinatal, penyakit pada masa bayi, penelantaran

psikososial, malnutrisi), faktor keturunan, metabolism, infeksi,dan keracunan,

tauma dan zat radioaktif serta masalah pada kelahiran, dengan suatu kesatuan

keterlibatan poligenik yang belum jelas pada beberapa kasus. (Efendi,2006)

d. Hubungan Karakteristik Anak, Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian

Personal Hygiene Anak Tunagrahita di SLB Kembar Karya Pembangunan

III Kota Bekasi

Anak tunagrahita adalah seseorang yang memiliki kapasitas intelektualnya

(IQ) di bawah 70 (rata-rata normal) yang disertai ketidakmapuan dalam

penyesuaian diri dengan lingkungan sehingga memiliki masalah sosial,menjalin

komunikasi untuk itu diperlukan layanan khusus dan perlakuan khusus (Putranto,

2015).

Karakteristik tunagrahita atau retardasi mental, American Psychiatric

Association, Washington (2005) DSM IV yaitu fungsi intelektual, gangguan

fungsi adaptif, dan terjadi sebelum usia 18 tahun. Menurut Slameto (2003) faktor-

faktor yang mempengaruhi dukungan orang tua adalah cara orang tua mendidik,
hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian

orang tua dan latar belakang budaya.

Bertambahnya usia anak tunagrahita memiliki pengalaman yang semakin

banyak yang didapatkan dari pengaruh lingkungan dan pengaruh dukungan

orang tua dalam memandirikan anak tunagrahita. Kemampuan pada usia anak

sekolah khususnya anak tunagrahita, mampu merawat dirinya sendiri dalam

melakukan personal hygiene. Meskipun anak tersebut harus tetap diajarkan

terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas perawatan diri (Rosmaya, 2019).

Peran orang tua kepada anak tunagrahita sangat berperan penting.

Dalam meningkatkan kemandirian dibutuhkan pelatihan atau bimbingan

dukungan orang tua kepada anak tunagrahita dalam melakukan kemandirian

personal hygiene secara mandiri (Puspita, 2016). Kemandirian bukanlah suatu

hal atau keterampilan yang muncul secara tiba-tiba, namun harus diajarkan

kepada anak-anak sejak usia dini untuk melatih pribadi anak lebih berani

mandiri, agar tidak menghambat perkembangan anak dalam melakukan tugas-

tugasnya (Alfita, 2017). Menurut Pursitasari, 2019 dukungan keluarga yang

diberikan orang tua sangat mempengaruhi kemandirian anak tunagrahita

dalam melakukan perawatan diri personal hygiene.

C. Telaah Jurnal

Penelitian yaitu ibu yang memiliki anak tunagrahita pada anak SLB

Kembar Karya Pembangunan III Kota Bekasi. Jumlah sampel sebanyak 39

responden yang diambil dengan total sampling. Alat pengumpulan data penelitian

menggunakan kuesioner. Hasil uji validitas dan reliabilitas didapatkan nilai Alpha
Cronbach’s (0,700) > r tabel (0,374) pada variabel dukungan keluarga dan

variabel kemandirian personal hygiene. Metode penelitian dengan melakukan

analisa univariat terhadap distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan uji

Chi Square dengan ketentuan p value < 0,05. Hasil penelitian menyatakan

ketidakmandirian personal hygiene anak tunagrahita 35,9%. Tidak ada hubungan

yang bermakna antara usia p value=0,475, jenis kelamin p value=0,584, dukungan

informasional p value=0,754, dukungan emosional p value=0,986 dan

kemandirian personal hygiene anak tunagrahita.

Dukungan informasional merupakan dukungan keluarga yang memberikan

pengarahan, nasihat, dan informasi lainnya pada individu dalam menyelesaikan

suatu persoalan (Friedman, 2010). Hal ini peneliti berasumsi salah satu yang

menghambat kemandirian personal hygiene anak tunagrahita yaitu kurangnya

diberikan dukungan informasional dikarenakan orang tua kesulitan tentang

mengatur waktu aktivitas anak tunagrahita seperti orang tua lupa mengingatkan

anak untuk mengulang dan melakukan pelatihan khusus yang telah diajarkan oleh

guru setelah pulang sekolah. Dukungan yang tidak baik bisa terjadi juga karena

kurangnya rasa ingin tahu orang tua dalam memberikan nasehat, ide-ide atau

mencari informasi khusus untuk melatih anak tunagrahita.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa anak

tunagrahita dari kelas 1 sampai 6 sekolah dasar sebanyak 39 orang dan tidak ada

hubungan antara usia p value = 0,475 (p > 0,05), jenis kelamin p value = 0,584 (p

> 0,05), dukungan keluarga secara keseluruhan p value = 0,546 (p > 0,05) dan

kemandirian personal hygiene anak tunagrahita di SLB Kembar Karya

Pembangunan III Kota Bekasi.


Dari hasil penelitian di atas, diharapkan anak tunagrahita mendapatkan

pelajaran khusus tentang pentingnya kemandirian personal hygiene. Keluarga

dapat terus memantau, memberikan informasi baru dan memberikan dukungan

keluarga kepada anak tunagrahita dalam melatih perkembangan kemandirian

personal hygiene anak tunagrahita secara mandiri.

Pendapat peneliti yang pertama adalah pentingnya peranan orang tua atau

dukungan keluarga terhadap anak dengan berkebutuhan khusus (tunagrahita) dan

perhatian lebih terhadap anak, yang sangat membantu akan proses berkembangnya

anak walaupun harus dengan sabar dalam membimbing, memberi perhatian, dan

khususnya kasih sayangnya, serta orang tua harus selalu sabar dan diusahakan

untuk tidak terpancing emosinya bila terjadi emosional anak yang tidak terkendali.

Selanjutnya biarkan anak melakukan aktivitas yang disukainya dan selalu

mendukung apa yang mereka lakukan, tetapi harus selalu dalam jangkauan orang

tua. Pendapat ini didukung oleh Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu

yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan

dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi dengan satu sama lain dan

didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan keduanya

(Friedman et al., 2014). (Kemendikbud, 2017) Kemandirian adalah kemampuan

anak untuk bisa melakukan berbagai kegiatan, mengatur dan memilih serta

memutuskan dengan percaya diri dan bertanggung jawab.

Peneliti berpendapat bahwa hubungan anak yang retardasi mental dengan

kemandirian, oleh karena itu orang tua harus tetap memberikan kebebasan terhadap

anak dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari dan hobi yang disukainya,

terkadang orang tua menutup identitas anak yang biasanya karena malu dengan
lingkungan masyarakat, oleh karena itu hal ini harus dihindari karena demi

keberlangsungan anak tunagrahita yang memiliki kebutuhan khusus, serta orang tua

harus percaya terhadap anaknya dalam melakukan aktivitas apapun agar

kemandiriannya pun tercipta dengan baik. Pendapat ini didukung oleh (Parker,

2005:2226) Kemandirian (self reliance) adalah kemampuan untuk mengelola semua

yang dimiliki, tahu bagaimana mengelola waktu, berjalan dan berfikir secara

mandiri disertai dengan kemampuan mengambil resiko dan memecahkan masalah.

Peneliti berpendapat bahwa anak berkebutuhan khusus akan sangat

bergantung pada peran serta dan dukungan keluarga terutama dengan proses

kemandiriannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, BAB dan

BAK (Personal Hygine). Pendapat ini didukung oleh teori Wartonah (2010) oleh

karena itu perlu memelihara kulit sebaik- baiknya.Pemeliharaan kulit tidak dapat

terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang makan serta kebiasaan hidup

sehari-hari. Dalam memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang harus

selalu diperhatikan adalah menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari

memiliki sendiri, minimal mandi 2 kali sehari, mandi memakai sabun, menjaga

kebersihan pakaian, makan yang bergizi terutama sayur dan buah,.

D. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa anak


tunagrahita dari kelas 1 sampai 6 sekolah dasar sebanyak 39 orang dan tidak
ada hubungan antara usia p value = 0,475 (p > 0,05), jenis kelamin p value =
0,584 (p > 0,05), dukungan keluarga secara keseluruhan p value = 0,546 (p >
0,05) dan kemandirian personal hygiene anak tunagrahita di SLB Kembar Karya
Pembangunan III Kota Bekasi.
E. Daftar Pustaka.

Ali & Asrori. (2008). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik.


Jakarta: PT.Bumi Aksara
Ali, Muhammad dan Asrori,Mohammad.(2011).Psikologi Remaja
(Perkembangan Peserta Didik). Salemba Medika

Chaplin. (2011). Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan Kartini Kartono). Jakarta : PT.

RajaGrafindo Persada.

Friedman M. (2014). Buku Ajar Keperawatan Kerluarga :Riset Teori & Praktek. Alih

bahasa oleh Achir Yani S. Jakarta : EGC.

Kebudayaan, K. P. dan. (2017). Menumbuhkan Kemandirian pada Anak. Kemendikbud.

Jakarta

Kemenkes RI. (2017). Pedoman Pelaksanaan Pelayan Kesehatan Reproduksi

Bagi Penyandang Disabilitas Usia Dewasa. Retrieved from

http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Pedoman Pelaksanaan Pelayanan

Kespro Bagi Penyandang Disabilitas Usia Dewasa.pdf

Setiadi,(2010). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga, Yogyakarta, Graha


Ilmu
Soetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC

Somantri, (2006).Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung, Refika

Utama Supartini, (2004).Konsep Dasar Keperawatan Anak,

Jakarta, EGC.

F. Lampiran

ISSN 2654-6191 (Print)


Carolus Journal of Nursing
Tersedia online pada

HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANAK, DUKUNGAN KELUARGA


DENGAN KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE ANAK
TUNAGRAHITA

Kristianty Rointan Parulian1, Sri Indiyah Supriyanti2, Sudibyo Supardi3


1
STIK Sint Carolus, Mahasiswa S-1 Keperawatan
2,3
STIK Sint Carolus, Dosen Keperawatan
E-mail: kristiantyrointan1@gmail.com

ABSTRAK
Anak tunagrahita merupakan anak yang memiliki tumbuh kembang yang berbeda
dengan anak normal lainnya dari aspek mental, fisik, intelektual, sosial dan
emosional Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik anak,
dukungan keluarga dengan kemandirian personal hygiene anak tunagrahita di SLB
Kembar Karya Pembangunan III Kota Bekasi. Pengumpulan data dilakukan bulan
Februari – Maret 2020. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif
korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian yaitu ibu yang
memiliki anak tunagrahita pada anak SLB Kembar Karya Pembangunan III Kota
Bekasi. Jumlah sampel sebanyak 39 responden yang diambil dengan total sampling.
Alat pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner. Hasil uji validitas dan
reliabilitas didapatkan nilai Alpha Cronbach’s (0,700) > r tabel (0,374) pada
variabel dukungan keluarga dan variabel kemandirian personal hygiene. Metode
penelitian dengan melakukan analisa univariat terhadap distribusi frekuensi dan
analisa bivariat menggunakan uji Chi Square dengan ketentuan p value
< 0,05. Hasil penelitian menyatakan ketidakmandirian personal hygiene anak
tunagrahita 35,9%. Tidak ada hubungan yang bermakna antara usia p value=0,475,
jenis kelamin p value=0,584, dukungan informasional p value=0,754, dukungan
emosional p value=0,986 dan kemandirian personal hygiene anak tunagrahita.
Penelitian ini merekomendasikan agar orang tua yang memiliki anak tunagrahita
dapat terus memberikan dukungan keluarga seperti pelatihan khusus dalam melatih
kemandirian personal hygiene anak tunagrahita.

Kata kunci: Anak tunagrahita, dukungan keluarga, kemandirian personal


hygiene, jenis kelamin dan usia anak
THE RELATIONSHIP OF CHILDREN’S CHARACTERISTICS, FAMILY SUPPORT
WITH THE AUTONOMY OF PERSONAL HYGIENE OF MENTALLY RETARDED
CHILDREN

ABSTRACT
Mentally retarded children are children who have different growth and development in
mentally, physical, intellectual, social, and emotional compared to other normal children.
The purpose of research to investigate the relationship of child characteristics, family
support with the autonomy of personal hygiene mentally retarded children at SLB Kembar
Karya Pembangunan III Bekasi. The data was collected during February – March 2020.
The research’s design was a descriptive correlation with the cross-sectional approach. The
research population was mothers who have mentally retarded children. The number of
samples was 39 respondents taken by total sampling. These research use questionnaires to
collect data. The results of the validity and reliability test obtained the Alpha Cronbach’s
(0.700) > R table (0.374) on the family support variable and the self-reliance personal
hygiene variable. Research method by conducting a univariate analysis of frequency
distribution and analysis of bivariate using the Chi-Square test with the provisions of a P-
value of < 0.05. The results of the study expressed the lack of personal hygiene of mentally
retarded children 35.9%. There is no relation between the age (p-value = 0,475), gender
(p-value = 0,584), information support (p-value = 0,754), emotional support (p-value =
0,986) to the autonomy of personal hygiene of the mentally retarded children. Researchers
suggested that mothers with mentally retarded children may continue to provide family
support such as special training in the exercise of autonomy personal hygiene for mentally
retarded children.

Keywords: Age of the child, gender, family support, autonomy of personal hygiene,
mentally retarded children

PENDAHULUAN
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang memiliki proses tersendiri
dalam tumbuh kembangnya yang berbeda dengan anak normal lainnya seperti memiliki
perbedaan atau kelainan kondisi mental, fisik, intelektual, sosial dan emosional diri pada
proses perkembangan serta pertumbuhannya (Saidatul, 2018). Peraturan Menteri
Perlindungan Anak Nomor 4 Pasal 1 (2017) Anak penyandang disabilitas atau anak
berkebutuhan khusus merupakan anak yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual,
mental dan sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berintegerasi dengan
lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh
dan efektif dengan anak lainnya.
Salah satu ciri-ciri yang masuk dalam anak berkebutuhan khusus diantaranya
penyandang cacat fisik yaitu tunanetra, tunarungu, tunawicara, dan tunadaksa dan
penyandang cacat mental yaitu tunagrahita, tunalaras, anak dengan gangguan kesehatan
dan autisme (Supriyatna, 2017). Penelitian ini memfokuskan pembahasan tentang anak
tunagrahita
dimana anak tunagrahita mempunyai keterlambatan dan keterbatasan pada seluruh area dalam
tumbuh kembangnya, sehingga mengalami kesulitan untuk menerima kemampuan yang
ada dilingkungannya (Apriliyanti, 2016).
Tunagrahita merupakan gangguan mental dengan karakteristik penderitanya
memiliki IQ kurang dari 70 (Raisasari, 2017). Salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yang
memiliki jumlah anak tunagrahita berada di kota Bandung dengan jumlah anak 1.064 anak
yang bersekolah di 39 sekolah yang berada di wilayah Kota Bandung (Septiani, 2016).
Sebagian besar anak tunagrahita bergantung pada lingkungan seperti keluarganya,
sehingga penanganan pada anak tunagrahita dalam mengurangi ketergantungan dalam
aktivitasnya dibutuhkannya pelatihan khusus seperti memberikan pengetahuan dan
keterampilan dalam setiap melakukan kegiatannya. (Maisa, 2018)
Hal tersebut dapat mempertahankan kesehatan diri anak. Penerapan personal
hygiene tersebut juga meningkatkan hal yang positif dalam tumbuh kembang anak
tunagrahita seperti kebersihan tangan, kaki, rambut, gigi, telinga, dan rambut (Maisa,
2018). Orang tua yang memiliki anak tunagrahita sangat berperan penting mengikuti
kegiatan sehari-hari anaknya untuk melatih dan memberi dukungan kepada anaknya supaya
lebih mandiri. Dalam meningkatkan kemandirian dibutuhkan pelatihan atau bimbingan
supaya tidak menghalangi tumbuh kembang pada anak tunagrahita. Orang tua harus bisa
mendampingi anak untuk melakukan apa yang bisa anak lakukan secara mandiri (Puspita,
2016).
Kemandirian bukanlah suatu hal atau keterampilan yang muncul secara tiba-tiba,
namun harus diajarkan kepada anak-anak sejak usia dini untuk melatih pribadi anak lebih
berani mandiri, agar tidak menghambat perkembangan anak dalam melakukan tugas-
tugasnya (Alfita, 2017). Salah satu faktor kemandirian anak tunagrahita yang bisa
dilakukan seperti menjaga kebersihan badan, mencuci tangan, cuci muka, cuci kaki, sikat
gigi, dan buang air kecil, makan dan minum secara mandiri, berpakaian, dan berinteraksi
sosial (Ayu, 2018).
Dukungan keluarga pada anak tunagrahita sangat dibutuhkan dibandingkan anak
yang normal dengan orang tuanya, supaya anak tunagrahita mampu melakukan sesuatu
segala keinginannya setelah diberi dukungan keluarga (Septiani, 2016). Dukungan
keluarga terbagi menjadi 4 yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan
intrumental, dan dukungan emosional (Arfandi, 2014).
Hasil observasi peneliti didapatkan data sekolah jumlah siswa anak tunagrahita dari
kelas 1 sampai dengan kelas 6 sekolah dasar berkisar 42 siswa dan masih banyak anak
tunagrahita yang belum mandiri dalam melakukan personal hygiene, seperti mencuci
tangan
sebelum makan, BAK, kurang bersihnya di bagian kuku tangan dan adanya bau badan,
sehingga anak tunagrahita masih dibantu dan di didampingi oleh ibunya yang menunggu di
sekolah. Jika tidak ada ibu yang menunggu pada saat anak sekolah, anak tunagrahita
tersebut kurang mandiri, hanya terdiam duduk dan tidak melakukan aktivitas atau dibantu
oleh orang lain seperti guru. Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang telah
diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui dukungan keluarga yang memiliki
anak tunagrahita dalam meningkatkan kemandirian personal hygiene yang dimiliki anak
tunagrahita.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan deskriptif
korelasi dan metode cross sectional untuk melihat hubungan karakteristik anak, dukungan
keluarga dengan kemandirian personal hygiene anak tunagrahita di SLB Kembar Karya
Pembangunan III Kota Bekasi. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua ibu yang
memiliki anak tunagrahita dari kelas 1 sampai kelas 6 SD sebanyak 42 responden. Jumlah
sampel minimal sebanyak 38 responden dengan menggunakan rumus slovin. Teknik
pengambilan sampel menggunakan total sampling sebanyak 39 responden dengan kristeria
eksklusi dan inklusi. Instrumen alat pengumpulan data menggunakan kuesioner yang
sebelumnya sudah dibuat sesuai dengan kerangka konsep penelitian dan pernyataannya
sesuai dengan teori variabel dukungan keluarga dan kemandirian personal hygiene. Dari 30
pernyataan kuesioner yang sudah dibuat sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas didapatkan nilai Alpha Cronbach’s (0,700) > r tabel (0,374) pada variabel
dukungan keluarga dan variabel kemandirian personal hygiene.
Hasil uji tersebut pernyataan yang sudah validitas sebanyak 17 pernyataan (4
pernyataan pada dukungan informasional, 4 pernyataan dukungan emosional dengan
menggunakan skala likert dan 9 pernyataan pada kemandirian personal hygiene
menggunakan skala guttman). Sehingga dari hasil uji validitas ini peneliti hanya
menggunakan 2 variabel dukungan keluarga yaitu dukungan informasional dan dukungan
emosional dan variabel kemandirian personal hygiene.
Penelitian telah dilakukan bulan Februari sampai Maret 2020 dengan membagikan
kuesioner kepada responden. Setelah mendapatkan data secara lengkap, peneliti melakukan
uji univariat (distribusi frekuensi usia, jenis kelamin, dukungan keluarga dan kemandirian
personal hygiene anak tunagrahita) dan uji bivariat menggunakan uji Chi – Square. Selama
pengumpulan data, peneliti menerapkan etika penelitian untuk melindungi hak dan
kewajiban
responden. Peneliti telah melakukan uji etik penelitian di STIK Sint Carolus pada 28 Oktober
2019 dengan nomor 034/KEPPKSTIKSC/X/2019.

HASIL PENELITIAN
Uji univariat yang diteliti yaitu distribusi frekuensi usia, jenis kelamin, dukungan
keluarga dan kemandirian personal hygiene anak tunagrahita di SLB Kembar Karya
Pembangunan III Kota Bekasi.

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik anak tunagrahita (n:39)


Karakteristik Anak Frekuensi Presentase (%)
Usia
Usia sekolah (7 – 12 tahun) 25 64,1 %
Usia remaja (13 – 18 tahun) 14 35,9 %
Jenis kelamin
Laki – laki 20 51,3 %
Perempuan 19 48,7 %

Distribusi frekuensi karakteristik anak tunagrahita didapatkan hasil penelitian pada


tabel 1 bahwa persentase terbesar anak tunagrahita berusia sekolah (7 sampai 12 tahun)
sebanyak (64,1%) dan jenis kelamin laki laki (51,3%).

Tabel 2. Distribusi frekuensi dukungan keluarga pada anak tunagrahita (n:39)


Dukungan orang tua Frekuensi Presentase (%)
Dukungan Informasional
Kurang baik 10 25,6 %
Baik 29 74,4 %
Dukungan emosional
Kurang baik 14 35,9 %
Baik 25 64,1 %
nN 39 100%

Distribusi dukungan keluarga Dukungan keluarga terdiri dari 4 yaitu dukungan


informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional
(Harnilawati, 2013). Namun dalam penelitian ini dukungan yang diteliti hanya 2 dukungan
yaitu dukungan informasional dan dukungan emosional. Pada tabel 2 didapatkan nilai
presentase dukungan informasional yang baik sebanyak 74,4% dan nilai presentase pada
dukungan emosional yang baik sebanyak 64,1%. Dukungan keluarga di SLB ini sebagian besar
orang tua sudah memberikan dukungan yang baik kepada anak tunagrahita.

Tabel 3. Distribusi frekuensi kemandirian personal hygiene anak tunagrahita (n:39)

% %
NO. Pernyataan
Ya Tidak
1 Anak mampu mencuci tangan sendiri setelah memegang benda kotor 100% 0%
2 Anak mampu membersihkan kuku jari tangan dan jari kaki sendiri 77% 33%
3 Anak mampu mandi dengan sabun sendiri 100% 0%
4 Anak mampu buang air kecil dan cebok sendiri di toilet 97,% 3%
5 Anak mampu buang air besar dan cebok sendiri di toilet 64% 36%
6 Anak mampu menyisir rambut sendiri dengan rapih 82% 18%
7 Anak mampu menggosok gigi 95% 5%
8 Anak mampu memakai pakaian sendiri 90% 10%
9 Anak mampu membersihkan diri secara mandiri 85% 15%

Pada tabel 3 didapatkan nilai presentase yang tidak mandiri yaitu pada kategori
pernyataan anak tidak mampu buang air besar dan cebok sendiri di toilet sebanyak 36%
dan anak tidak mampu membersihkan kuku jari tangan dan jari kaki sendiri sebesar 33%.
Ciri fisik pada anak tunagrahita yaitu mengalami kelemahan dalam motorik, sehingga
kemampuan kemandirian personal hygiene pada anak tunagrahita menjadi terganggu.
Keterbatasan fisik yang dimiliki anak tunagrahita ini terjadi karena kurangnya koordinasi
dalam gerakan motorik halus dan kasar yang tidak optimal, kurangnya sensitivitas dan
kelaianan fisik pada tangan (gemuk dan pendek). Kondisi fisik lainnya juga anak
tunagrahita mengalami telapak tangan yang pendek, jari yang tampak besar, tubuh pendek,
kurus, dan gemuk. Dari hal ini kemampuan anak tunagrahita sangat terbatas (Astuti, 2018).
Menurut Prawestri (2019) anak tunagrahita akan mengalami hambatan persepsi
sensorik seperti kurang memahami bagaimana cara mencebok ketika buang air. Hal yang
terjadi pada anak tunagrahita juga ternyata masih banyak yang belum menggunakan kamar
mandi secara baik. Salah satunya anak tunagrahita tidak mampu menjaga kebersihan di
sekitaran kloset dan sulit memahami instruksi pelatihan yang diberikan oleh orang tua
(Pratiwi, 2017). Anak tunagrahita yang tidak mampu membersihkan kuku jari tangan dan
jari kaki sendiri ini juga terjadi karena keterbatasan fisik yang dimiliki anak tunagrahita
ataupun anak harus dilatih secara mandiri dengan pengasawan orang tua dalam melakukan
kebersihan kuku jari tangan dan jari kaki anak tunagrahita.

Tabel 4. Total kemandirian personal hygiene pada anak tunagrahita (n:39)

Kemandirian personal hygiene Frekuensi Presentase (%)


Kurang mandiri 14 35,9 %
Mandiri 25 64,1 %
Nn 39 100%

Tabel 4 didapatkan bahwa nilai presentase terbesar pada total kemandirian personal
hygiene anak tunagrahita yaitu sebagian besar anak sudah mandiri dalam melakukan
personal hygiene 64,1%.

Tabel 5. Hubungan karakteristik anak dengan kemandirian personal hygiene anak


tunagrahita (n:39)
kemandirian
p
variabel personal hygiene Total
value
Kurang mandiri Mandiri
Usia anak sekolah n 10 15 25
usia anak (7 – 12 tahun) % 40% 60% 100%
0,475
tunagra hita Usia anak remaja Nn 4 10 14
(13 – 18 tahun) % 28,6% 71,4% 100%
Nn 8 12 20
Laki – laki
jenis kelamin % 40% 60% 100%
0,584
anak Nn 6 13 19
Perempuan
% 31,6% 68,4% 100%

Tabel 6. Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian personal hygiene anak


tunagrahita (n:39)
kemandirian
personal hygiene P
Total
Kurang mandiri Mandiri Value

Nn 4 6 10
Kurang baik
dukungan % 40% 60% 100%
informasional Nn 10 19 29 0,754
Baik % 34,5% 65,5% 100%
Nn 5 9 14
Kurang baik
dukungan % 35,7% 64,3% 100%
0,986
emosional Baik N 9 16 25
% 36% 64% 100%

Uji analisis data selanjutnya yang digunakan yaitu uji bivariat dengan menggunakan
uji Chi – Square.

1. Hubungan karakteristik anak dengan kemandirian personal hygiene anak


tunagrahita.
Pada tabel 5 didapatkan hasil bahwa pada kategori usia anak sekolah tunagrahita
7 sampai 12 tahun yang tidak mandiri terhadap personal hygiene (40%), sedangkan usia
anak remaja 13 sampai 18 tahun yang tidak mandiri terhadap personal hygiene
(28,6%). Hasil uji chi – square didapatkannya p value 0,475 (p > 0,05) yang berarti
tidak ada hubungan usia anak dengan kemandirian personal hygiene pada anak
tunagrahita. Karakteristik selanjutnya yaitu kategori jenis kelamin. Hasil uji yang telah
dilakukan bahwa kategori jenis kelamin laki-laki yang tidak mandiri terhadap personal
hygiene (40%) dan jenis kelamin perempuan yang tidak mandiri terhadap personal
hygiene (31,6%). Hasil uji Chi square didapatkannya p value 0,584 (p > 0,05) yang
berarti tidak adanya hubungan jenis kelamin anak dengan kemandirian personal
hygiene pada anak tunagrahita.

2. Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian personal hygiene anak


tunagrahita
Berdasarkan tabel 6 hasil presentase pada dukungan keluarga yaitu dukungan
informasional yang kurang baik pada anak tunagrahita yang tidak mandiri personal
hygiene sebesar 40% dan dukungan informasional yang baik pada anak tunagrahita
yang tidak mandiri personal hygiene sebesar 34,5%. Berdasarkan tabel di atas hasil uji
chi - square didapatkannya p value 0,754 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan
dukungan informasional dengan kemandirian personal hygiene.
Dukungan keluarga yang kedua yaitu dukungan emosional. Didapatkan hasil
presentase dukungan emosional yang kurang baik pada anak tunagrahita yang tidak
mandiri personal hygiene sebesar 35,7% dan dukungan emosional yang baik pada anak
tunagrahita yang tidak mandiri personal hygiene sebesar 36%. Hasil uji chi - square
didapatkannya p value 0,986 (p value < 0,05) dinyatakan bahwa tidak ada hubungan
dukungan emosional dengan kemandirian personal hygiene pada anak tunagrahita. Dari
hasil uji Chi – Square di atas didapatkan bahwa tidak adanya hubungan karakteristik
anak, dukungan keluarga dengan kemandirian personal hygiene anak tunagrahita di
SLB Kembar Karya Pembangunan III Kota Bekasi, 2020.

PEMBAHASAN

1. Hubungan Karakteristik Anak Dengan Kemandirian Personal Hygiene Anak


Tunagrahita
Faktor usia anak tunagrahita memiliki usia kronologis dimana memiliki usia
mental yang mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembang. Usia sekolah
merupakan usia paling penting dalam tumbuh kembang anak tunagrahita dalam melatih
kemandirian personal hygiene (Astuti, 2018). Menurut Prawestri, 2019 usia menjadi
salah satu faktor karakteristik dalam melakukan perawatan diri.
Bertambahnya usia anak tunagrahita memiliki pengalaman yang semakin
banyak yang didapatkan dari pengaruh lingkungan dan pengaruh dukungan orang tua
dalam memandirikan anak tunagrahita. Kemampuan pada usia anak sekolah khususnya
anak tunagrahita, mampu merawat dirinya sendiri dalam melakukan personal hygiene.
Meskipun anak tersebut harus tetap diajarkan terlebih dahulu sebelum melakukan
aktivitas perawatan diri (Rosmaya, 2019).
Peneliti berasumsi meskipun dari hasil penelitian ini didapatkan usia sekolah
paling banyak ditemukan terhadap kemandiriannya dibandingkan usia remaja akan
tetapi semakin bertambahnya usia anak tunagrahita pada masa sekolah akan mengalami
perkembangan yang cepat, baik dalam kemampuan motorik dan kemampuan
kemandirian dalam melakukan personal hygiene pada anak tunagrahita. Usia yang akan
terus bertambah juga dapat membantu dan melatih kemampuan dirinya. Sehingga anak
tunagrahita mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar dan dorongan orang
tua akan kemandirian dalam melakukan personal hygiene.
Penelitian Maidartati, 2019 dikatakan bahwa jenis kelamin laki – laki (57,5%)
paling banyak didapatkan dibanding jenis kelamin perempuan, sehingga hasil distribusi
frekuensi ini memiliki hasil yang setara dengan distribusi jenis kelamin penelitian
ini. Menurut Astuti (2018) didapatkan hasil yang sama dengan penelitian ini bahwa
tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kemampuan perawatan diri anak
tunagrahita. Dalam penelitian Astuti bahwa anak tunagrahita berjenis kelamin laki-laki
lebih mempunyai peluang 1,23 kali dalam melakukan kemampuan perawatan diri
dengan baik.

2. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Personal Hygiene Anak


Tunagrahita
Peran orang tua kepada anak tunagrahita sangat berperan penting. Dalam
meningkatkan kemandirian dibutuhkan pelatihan atau bimbingan dukungan orang
tua kepada anak tunagrahita dalam melakukan kemandirian personal hygiene secara
mandiri (Puspita, 2016). Kemandirian bukanlah suatu hal atau keterampilan yang
muncul secara tiba-tiba, namun harus diajarkan kepada anak-anak sejak usia dini untuk
melatih pribadi anak lebih berani mandiri, agar tidak menghambat perkembangan anak
dalam melakukan tugas-tugasnya (Alfita, 2017). Menurut Pursitasari, 2019 dukungan
keluarga yang diberikan orang tua sangat mempengaruhi kemandirian anak tunagrahita
dalam melakukan perawatan diri personal hygiene.
Dukungan informasional merupakan dukungan keluarga yang memberikan
pengarahan, nasihat, dan informasi lainnya pada individu dalam menyelesaikan suatu
persoalan (Friedman, 2010). Hal ini peneliti berasumsi salah satu yang menghambat
kemandirian personal hygiene anak tunagrahita yaitu kurangnya diberikan dukungan
informasional dikarenakan orang tua kesulitan tentang mengatur waktu aktivitas anak
tunagrahita seperti orang tua lupa mengingatkan anak untuk mengulang dan melakukan
pelatihan khusus yang telah diajarkan oleh guru setelah pulang sekolah. Dukungan
yang tidak baik bisa terjadi juga karena kurangnya rasa ingin tahu orang tua dalam
memberikan nasehat, ide-ide atau mencari informasi khusus untuk melatih anak
tunagrahita.
Menurut Friedman (2010) dukungan emosional adalah suatu bentuk dukungan
simpatik dan empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan dalam suatu individu
sehingga individu sendiri merasakan ketenangan dalam mendapatkan dukungan
tersebut. Orang tua dalam penelitian ini sebagian besar sudah baik dalam memberikan
dukungan emosional sehingga, anak lebih merasa di cintai dan mendapatkan kasih
sayang dari orang tua.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita dari
kelas 1 sampai 6 sekolah dasar sebanyak 39 orang dan tidak ada hubungan antara usia p
value = 0,475 (p > 0,05), jenis kelamin p value = 0,584 (p > 0,05), dukungan keluarga secara
keseluruhan p value = 0,546 (p > 0,05) dan kemandirian personal hygiene anak tunagrahita
di SLB Kembar Karya Pembangunan III Kota Bekasi.
Dari hasil penelitian di atas, diharapkan anak tunagrahita mendapatkan pelajaran
khusus tentang pentingnya kemandirian personal hygiene. Keluarga dapat terus memantau,
memberikan informasi baru dan memberikan dukungan keluarga kepada anak tunagrahita
dalam melatih perkembangan kemandirian personal hygiene anak tunagrahita secara
mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Alfita. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Personal
Hygiene Anak Tunagrahita Di SLB Tunas Mulya Kelurahan Sememi Kecamatan
Benowo. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10 (2), 165-166.
Apriliyanti, D. (2016). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian
Personal Hygiene Pada Anak Tunagrahta Di SLBN 1 Palangkaraya. Jurnal
Kebidanan dan Keperawatan, 7 (2), 44-46.
Arfandi, Z. (2014). Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kemampuan
Perawatan Diri Pada Anak Retardasi Mental Di SLB Negeri Ungaran. Jurnal
Keperawatan, 3-4.
Astuti, D. (2018). Usia, Jenis Kelamin, Kondisi Fisik Dan Status Gizi Dengan Kemampuan
Perawatan Diri Pada Anak Tunagrahita. Jurnal Proceeding Of The Urecol, 879-
884.
Ayu, N. (2018). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Personal Hygiene
Anak Retardasi Mental Sedang Di SDLB 1 Negeri Denpasar. Bali Medika Jurnal,
5 (2), 132-133.
Friedman, M. M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori & Praktik.
Jakarta: EGC.

Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga . Sulawesi Selatan:


Pustaka As Salam.

Maidatarti. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Perawatan Diri


Anak Retardasi Mental Ringan - Sedang Di SLB Cicalengka. Jurnal
Keperawatan Galuh, 1 (2), 90.
Maisa, D. (2018). Kebutuhan Masyarakat Sekolah Tentang Media Edukasi Dalam
Meningkatkan Personal Hygiene Pada Anak di SD Sukagalih. Jurnal
Keperawatan Komperhensif, 4 (1), 14-15.
Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia. (2017). Peraturan Nomor 4 tahun 2017
Tentang Perlindungan

Khusus Bagi Anak Penyandang Disabilitas.


Pratiwi, D. A. (2017). Pembelajaran Toilet Training Bagi Siswa
Tunagrahita. Jurnal Ortopedagogia, 3 (2), 91-95.
Prawestri, G. (2019). Gambaran Mengenal Status Kebersihan Gigi Dan
Mulut Serta Kemandirian Toilet Training Pada Anak Tunagrahita.
Jurnal Ilmu Keperawatan Komunitas, 2 (2), 11-12.
Pursitasari, I. (2019). Kemampuan Anak Berkebutuhan Khusus Melakukan
Kebersihan Diri.
Jurnal Kesehatan, 10 (2), 308-309.
Puspita, J. (2016). Hubungan Status Sosio Demografi Dan Status Akademik
Anak Dengan Kemandirian Anak Retardasi Mental Di SLB
Yayasan Pembinaan Anak Cacat Manado. Jurnal Keperawatan, 4
(2), 2-3.
Raisasari, I. (2017). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Ibu
Dalam Personal Hygiene Anak Retardasi Mental Di Sekolah Dasar
Luar Biasa (SDLB) Negeri Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 5 (3), 569-570.
Rosmaya, I. (2019). Pengaruh Video Interaktif Dan Media Gambar Terhadap
Kemampuan Merawat Diri Pada Anak Tunagrahita. Journal of
Telenursing, 1 (1), 21-22.
Saidatul, D. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian
Oral Hygiene Anak Tunagrahita Di Sekolah Luar Biasa Negeri
Kaliwungu Kudus. Jurnal Keperawatan, 2 (2), 89-97.
Septiani, A. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan
Perawatan Diri Anak Tunagrahita. Jurnal Ilmiah STIKES Kendala,
58-62.

Supriyatna, T. (2017). Perancangan Dan Implementasi Sistem Informasi


Pemantauan Perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus Pada
Sekolah Luar Biasa Abdi Pratama. Jurnal Teknologi Informasi, 5
(2), 305-307.

Anda mungkin juga menyukai