Anda di halaman 1dari 8

A.

KASUS KEPUTUSASAAN
1. DEFINISI
Keputusasaan merupakan kondisi individu memandang adanya keterbatasan atau
tidak tersedianya alternatif pemecahan pada masalah yang dihadapi (SDKI, 2018).
Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa bahwakehidupannya
terlalu berat untuk dijalani ( dengan kata lain mustahil ). Seseorangyang tidak memiliki
harapan tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaikikehidupannya dan tidak
menemukan solusi untuk permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau
siapapun tidak akan bisa membantunya. Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan
harapan, ketidakmampuan, keraguan, duka cita, apatis, kesedihan, depresi, dan bunuh
diri. (Cotton dan Range,1996). Keputusasaan merupakan status emosional yang
berkepanjangan dan bersifatsubyektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya
alternatif lain atau pilihan pribadi untuk mengatasi masalah yang muncul atau untuk
mencapai apa yangdiiginkan serta tidak dapat mengerahkan energinya untuk mencapai
tujuan yangditetapkan

2. TANDA DAN GEJALA


Adapun tanda dan gejala dari gangguan psikososial keputusasaan menurut Keliat
(2005) sebagai berikut :
a. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (“saya
tidak dapat melakukan”)
b. Sering mengeluh dan Nampak murung.
c. Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
d. Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul.
e. Menarik diri dari lingkungan.
f. Kontak mata kurang.
g. Mengangkat bahu tanda masa bodoh.
h. Nampak selalu murung atau blue mood.
i. Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takipneu)
j. Menurun atau tidak adanya selera makan
k. Peningkatan waktu tidur.
l. Penurunan keterlibatan dalam perawatan.
m. Bersikap pasif dalam menerima perawatan.
n. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna.

3. RENTANG RESPON

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Reaksi Reaksi
kehilangan Mania/
Responsif kehilangan Supresi yang Depresi
yang wajar memanjang

4. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Faktor genetik, transimisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan
b. Berbalik pada diri sendiri, perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri.
(kehilangan obyek atau orang ) sehingga menyalahkan diri sendiri
c. Faktor perkembangan, individu tidak berdaya mengatasi kehilangan
d. Akibat gangguan perkembangan terhadap penilaian diri (pesimis, tidak berharga,
tidak ada harapan)
e. Modal belajar ketidakberdayaan adanya pengalaman kegagalan, menjadi pasif dan
tidak mampu menghadapi masalah
f. Modal perilaku karena kurang penguatan positif selama bereaksi dengan lingkungan
g. Modal biologi, perubahan kimiawi, defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya
endokrin dan hipersekresi kortisol

5. FAKTOR PRESIPITASI
a. Faktor biologis
Ketidak seimbangan metabolisme, kususnya obat anti hipertensi dan zat adiktif
b. Faktor Psikologis
1) Kehilangan kasih sayang (kehilangan cinta, harga diri )
2) Faktor sosiokultural
3) Kejadian penting dalam kehidupan
4) Banyak peran dan konflik peran

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA FOKUS PENGKAJIAN


1. PENGKAJIAN
a. Status emosional
1) Apakah emosi sesuai perilaku?
2) Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
3) Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5) Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b. Konsep diri
1) Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2) Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3) Apakan klien suka akan dirinya?
c. Cara komunikasi
1) Apakah klien mudah merespon?
2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3) Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?
4) Apakah klien menolak untuk memberi respons?
d. Pola interaksi
1) Kepada siapa klien mau berinterkasi?
2) Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?
3) Bagaimana sifat asli klien: mendominasi atau positif?
e. Pendidikan dan pekerjaan
1) Pendidikan terakhir
2) Keterampilan yang mampu dilakukan
3) Pekerjaan klien
4) Status keuangan
f. Hubungan sosial
1) Teman dekat klien
2) Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
3) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
g. Faktor kultur sosial
1) Apakah agama dan kebudayaan klien?
2) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
3) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?
h. Pola hidup
1) Dimana tempat tinggal klien?
2) Bagaimana tempat tinggal klien?
3) Dengan siapa klien tinggal?
4) Apa yang klien lakukan untuk meyenangkan diri?
i. Keluarga
1) Apakah klien sudah menikah?
2) Apakah klien sudah mempunyai anak?
3) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
4) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
5) Bagaimana tingkat kecemasaan klien?

2. DATA FOKUS PENGKAJIAN


a. Data Mayor
1) Data Subjektif
Mengungkapkan keputusasaan
2) Data Objektif
Berperilaku pasif
b. Data Minor
1) Data Subjektif
(a) Sulit tidur
(b) Selera makan menurun
2) Data Objektif
(a) Afek datar
(b) Kurang inisiatif
(c) Meninggalkan lawan bicara
(d) Kurang terlibat dalam aktivitas perawatan
(e) Mengangkat bahu sebagai respon kepada lawan bicara

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Keputusasaan

4. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


N STRATEGI PELAKSANAAN KETERANGAN
O
SP 1 PASIEN: Assesmen keputusasaan dan latihan berfikir positif melalui
penemuan harapan dan makna hidup
1. Bina hubungan saling percaya a. Mengucapkan salam terapeutik,
memperkenalkan diri, panggil pasien
sesuai nama panggilan yang disuka
b. Menjelaskan tujuan interaksi: melatih
pengendalian perasaan putus asa agar
proses penyembuhan lebih cepat

2. Membuat kontrak (Inform


Consent) dua kali pertemuan
latihan pengendalian putus asa

3. Bantu pasien mengenal a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi


keputusasaan dan menguraikan perasaan sedih/
kesendirian/ keputusasaannya
b. Bantu pasien mengenal penyebab putus
asa
c. Diskusikan perbedaan antara perasaan
dan pikiran klien terhadap kondisinya
dengan kondisi real kondisi klien
d. Bantu pasien menyadari perilaku
akibat putus asa
e. Dukung klien untuk mengungkapkan
pengalaman yang mendukung pikiran,
perasaan dan perilaku positif

4. Latih restrukturisasi pikiran


melalui latihan berpikir positif
dengan mengidentifikasi harapan
dan penemuan makna hidup

SP 2 PASIEN: Evaluasi assesmen keputusaan, manfaat berfikir positif, dan latihan


melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup
1. Pertahankan rasa percaya pasien a. Mengucapkan salam dan memberi
motivasi
b. Asesmen ulang keputusasaan dan
kemampuan melakukan restrukturisasi
pikiran
2. Membuat kontrak ulang: cara
mengatasi keputusaaan

3. Diskusikan aspek positif diri


sendiri, keluarga, dan
lingkungan

4. Diskusikan kemampuan positif


diri sendiri

5. Latih satu kemampuan positif

6. Tekankan bahwa kegiatan


melakukan kemampuan positif
berguna untuk menumbuhkan
harapan dan makna hidup

SP 1 KELUARGA: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat


1. Bina hubungan saling percaya a. Mengucapkan salam terapeutik,
memperkenalkan diri
b. Menjelaskan tujuan interaksi:
menjelaskan keputusasaan pasien dan
cara merawat agar proses
penyembuhan lebih cepat

2. Membuat kontrak (inform


consent) dua kali pertemuan
latihan cara merawat pasien
dengan keputusasaan

3. Bantu keluarga mengenal putus a. Menjelaskan keputusasaan, penyebab,


asa pada pasien proses terjadi, tanda dan gejala, serta
akibatnya
b. Menjelaskan cara merawat pasien
dengan putus asa: menumbuhkan
harapan positif melalui restrukturisasi
pikiran melalui penemuan harapan dan
makna hidup serta melatih kemampuan
positif
c. Sertakan keluarga saat melatih
restrukturisasi pikiran dan latihan
kemampuan positif

SP 2 KELUARGA : evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan


follow up
1. Pertahankan rasa percaya
keluarga dengan mengucapkan
salam, menanyakan peran
keluarga merawat pasien &
kondisi pasien

2. Membuat kontrak ulang: latihan


lanjutan cara merawat dan
follow up

3. Menyertakan keluarga saat


melatih pasien melatih
kemampuan positif
4. Diskusikan dengan keluarga
follow up dan kondisi pasien
yang perlu dirujuk (muncul ide
bunuh diri atau perilaku
pengabaian diri) dan cara
merujuk pasien.

Anda mungkin juga menyukai