DISUSUN OLEH:
RUSLANDI, S. Kep
NIM. J. 0105. 20.066
2. Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
a. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi,
kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
b. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan,
misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan
kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
3. Rentang Respon Kehilangan
Denial—–> Anger—–> Bergaining——> Depresi——> Acceptance
a. Fase denial
1) Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
2) Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.
3) Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak
jantung cepat, menangis, gelisah.
b. Fase anger / marah
1) Mulai sadar akan kenyataan
2) Marah diproyeksikan pada orang lain
3) Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepali
4) Perilaku agresif.
c. Fase bergaining / tawar- menawar.
Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan
saya “ seandainya saya hati-hati “.
d. Fase depresi
1) Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
2) Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
e. Fase acceptance
1) Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
2) Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah,
akhirnya saya harus operasi “
B. Pengkajian
Data yang dapat dikumpulkan adalah:
1. Perasaan sedih, menangis.
2. Perasaan putus asa, kesepian
3. Mengingkari kehilangan
4. Kesulitan mengekspresikan perasaan
5. Konsentrasi menurun
6. Kemarahan yang berlebihan
7. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
8. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
9. Reaksi emosional yang lambat
10. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping
individu tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis
Tujuan :
a. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
b. Klien dapat membina hubungan saling perbaya dengan perawat.
c. Klien dapat memahami penyebab dari harga diri : rendah.
d. Klien menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.
e. Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan tepat, jujur dan terbuka.
f. Klien mampu mengontrol tingkah laku dan menunjukkan perbaikan komunikasi
dengan orang lain
Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
b. Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan fikiran dan perasaannya.
c. Jelaskan penyebab dari harga diri yang rendah.
d. Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon dan tidak menghakimi.
e. Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.
f. Beri dukungan, Support dan pujian setelah klien mampu melakukan
aktivitasnya.
E. Hasil Pasien yang Diharapkan/Kriteria Pulang
1. Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses berduka yang
normal dan perilaku yang berhubungan debgab tiap-tiap tahap.
Kozier, dkk. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik Volume 2, Edisi 7. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI