Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

KEHILANGAN DAN BERDUKA

DISUSUN OLEH:
RUSLANDI, S. Kep
NIM. J. 0105. 20.066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
2020
A. KEHILANGAN DAN BERDUKA
1. DEFINISI KEHILANGAN DAN BERDUKA
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum
berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat
disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang
bersangkutan atau disekitarnya.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien
dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat
memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat
juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir
karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi,
nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat
mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry,
2005).
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur,
dan lain-lain.

2. Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
a. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi,
kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
b. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan,
misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan
kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
3. Rentang Respon Kehilangan
Denial—–> Anger—–> Bergaining——> Depresi——> Acceptance
a. Fase denial
1) Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
2) Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.
3) Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak
jantung cepat, menangis, gelisah.
b. Fase anger / marah
1) Mulai sadar akan kenyataan
2) Marah diproyeksikan pada orang lain
3) Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepali
4) Perilaku agresif.
c. Fase bergaining / tawar- menawar.
Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan
saya “ seandainya saya hati-hati “.
d. Fase depresi
1) Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
2) Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
e. Fase acceptance
1) Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
2) Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah,
akhirnya saya harus operasi “

B. Pengkajian
Data yang dapat dikumpulkan adalah:
1. Perasaan sedih, menangis.
2. Perasaan putus asa, kesepian
3. Mengingkari kehilangan
4. Kesulitan mengekspresikan perasaan
5. Konsentrasi menurun
6. Kemarahan yang berlebihan
7. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
8. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
9. Reaksi emosional yang lambat
10. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping
individu tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.

D. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Gangguan konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan koping
individu tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
Tujuan :
a. Klien merasa harga dirinya naik.
b. Klien mengunakan koping yang adaptif.
c. Klien menyadari dapat mengontrol perasaannya.
Intervensi
a. Merespon kesadaran diri dengan cara :
1) Membina hubungan saling percaya dan keterbukaan.
2) Bekerja dengan klien pada tingkat kekuatan ego yang dimilikinya.
3) Memaksimalkan partisipasi klien dalam hubungan terapeutik.
b. Menyelidiki diri dengan cara :
1) Membantu klien menerima perasaan dan pikirannya.
2) Membantu klien menjelaskan konsep dirinya dan hubungannya dengan
orang lain melalui keterbukaan.
3) Berespon secara empati dan menekankan bahwa kekuatan untuk berubah
ada pada klien.
c. Mengevaluasi diri dengan cara :
1) Membantu klien menerima perasaan dan pikiran.
2) Mengeksplorasi respon koping adaptif dan mal adaptif terhadap masalahnya.
d. Membuat perencanaan yang realistik.
1) Membantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah.
2) Membantu klien menkonseptualisasikan tujuan yang realistik.
e. Bertanggung jawab dalam bertindak.
1) Membantu klien untuk melakukan tindakan yang penting untuk merubah
respon maladaptif dan mempertahankan respon koping yang adaptif.

2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis
Tujuan :
a. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
b. Klien dapat membina hubungan saling perbaya dengan perawat.
c. Klien dapat memahami penyebab dari harga diri : rendah.
d. Klien menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.
e. Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan tepat, jujur dan terbuka.
f. Klien mampu mengontrol tingkah laku dan menunjukkan perbaikan komunikasi
dengan orang lain
Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
b. Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan fikiran dan perasaannya.
c. Jelaskan penyebab dari harga diri yang rendah.
d. Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon dan tidak menghakimi.
e. Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.
f. Beri dukungan, Support dan pujian setelah klien mampu melakukan
aktivitasnya.
E. Hasil Pasien yang Diharapkan/Kriteria Pulang
1. Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses berduka yang
normal dan perilaku yang berhubungan debgab tiap-tiap tahap.

2. Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka dan


mengekspresikan perasaan-perasaannya yang berhubungan denga konsep
kehilangan secara jujur.
3. Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-perilaku yang
berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan mampu melaksanakan
aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Kozier, dkk. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik Volume 2, Edisi 7. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai