TINDAKAN KEPERAWATAN
Disusun Oleh :
1. Diagnosa keperawatan
KETIDAKBERDAYAAN
Data :
Nn. M 26 tahun, mengalami kecelakaan yang mengakibatkan tangan kanan dan kaki
kanannya patah sehingga harus bedrest untuk waktu yang cukup lama guna penyembuhan
sedangkan ia adalah mahasiswa semester 10 yang tengah menyelesaikan tugas skripsinya.
Dengan kondisi yang demikian ia tidak dapat melakukan bimbingan skripsi dengan dosen
pembimbingnya sedangkan ini adalah semester terakhirnya untuk menyelesaikan
kuliahnya karena akan di drop out bila melebihi 10 semester. Nn.M mengatakan
sepertinya tidak mampu menyelesaikan skripsinya, bingung, jarang mandi, sering
menangis saat ditanya-tanya tentang skripsi, sering melamun, tidak punya selera makan,
sering menolak orang yang ingin menjenguk keadaanya, dan sering menyalahkan dirinya
tentang kecelakaan itu.
2. Proses terjadinya
a. Pengertian
Ketidakberdayaan adalah presepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan di mana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (NANDA,2014).
Menurut Townsend (2009), ketidakberdayaan di mana individu dengan kondisi
depresi, apatis dan kehilangan kontrol yang diekspresikan oleh individu baik verbal
maupun non verbal. Kondisi depresi merupakan salah satu masalah yang berakibat
pada konsisi psikososial dengan ketidakberdayaan. Kondisi ketidakberdayaan pada
individu terjadi bila individu tidak dapat mengatasi solusi dari masalahnya, sehingga
individu percaya hal tersebut diluar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut.
Dianalisa dari proses terjadinya, ketidakberdayaan bersal dari
ketidakmampuan individu dalam mengatasi masalah sehingga menimbulkan stres
yang diawali dengan perubahan respon otak dalam menafsirkan perubahan yang
terjadi. Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan sinyal menuju
hipotalamus, kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian
pentingnya adalah amigdala yang akan bertanggung jawab terhadap status emosional
individu terhadap akibat dari pengaktifan sistem hipotalamus pitutary adrenal (HPA)
dan menyebabkan kerusakan pada hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood
dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan malas melakukan sesuatu, hambatan
emosi pada klien dengan ketidakberdayaan, kadang berubah menjadi sedih atau
murung, sehingga merasa tidak berguna atau merasa gagal terus menerus. Dampak
pada hormon glucocorticoid pada lapisan luar adrenal sehingga berpengaruh pada
metabolisme glukosa, selain gangguan pada struktur otak, terdapat ketidakseimbangan
neurotransmiter di otak. Neurotransmiter merupakan zat kimiawi otak yang akan
ditransmisikan oleh satu neuron ke neuron lain dengan rangsang tersebut (Struart &
Laraia,2005).
Tanda dan gejala
Data subyektif :
a) Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan atau mempengaruhi situasi.
b) Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
c) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
d) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
e) Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
Data obyektif :
a) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan.
b) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan.
c) Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya.
d) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah.
e) Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan.
f) Apatis dan pasif.
g) Ekspresi muka murung.
h) Bicara dan gerakan lambat.
i) Tidak berlebihan.
j) Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
k) Menghindari orang lain.
b. Faktor predisposisi dan presipitasi
a) Biologis
1) Adanya perubahan status kesehatan yang mendadak atau kondisi fisik yang
menyebabkan ancaman terhadap integritas diri (misalnya: ketidakmampuan
fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar).
2) Mengalami hospitalisasi.
3) Cidera fisik yang mengharuskan immobilisasi dan menyebabkan intoleransi
aktivitas sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari (misalnya : tidak bisa
berjalan pergi ke kampus untuk bimbingan skripsi, tidak bisa mengetik dengan
maksimal karena tangan kanannya patah).
b) Psikologis
1) Pengalaman traumatis (khususnya dalam enam bulan terakhir) : cidera fisik
yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
2) Gangguan konsep diri karena menganggap dirinya terancam oleh kegagalan
dalam mencapai tujuan sehingga menimbulkan perasaan frustasi.
3) Adanya ancaman terhadap konsep diri (harga diri dan perubahan peran).
4) Mengalami stres psikologis akibat tidak mampu mengontrol stimulus yang
ada.
5) Kemampuan melakukan komunikasi verbal, berinteraksi dengan orang lain.
6) Kemampuan mengungkapkan masalah pada orang lain.
7) Tipe kepribadian yang dimiliki.
8) Adanya pengalaman tidak menyenangkan yang menyebabkan trauma
9) Motivasi: kurangnya dukungan dari orang lain.
10) Self kontrol rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika
mengalami kegagalan (terlalu sedih).
11) Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan mudah
menyerah/pesimis.
12) Persepsi individu yang buruk tentang dirinya sendiri dan orang lain.
13) Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu berkonsentrasi.
c) Sosial budaya
1) Usia: Pada usia tersebut individu memiliki tingkat produktifitas yang tinggi,
namu ketika tekanan dan fungsinya tidak terjalani maka akan memberikan
dampak yang besar pada keputusan yang diambilnya.
2) Pembatasan aktifitas oleh tim medis/keluarga akibat penyakit/trauma yang
diderita.
3) Kondisi pasien yang belum mampu menyelesaikan skripsinya.
4) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi
lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina hubungan interpersonal
dengan orang lain,(mengungkapkan respon ketidakberdayaan dengan kesulitan
dalam hubungan interpersonal yang berakar dari keterbatasan fisiknya).
5) Agama dan keyakinan: kurangnya rasa percaya atas hal positif dari hikmah
kejadian yang diberikan Tuhan.
A. Kognitif
1) Lapang pandang menjadi sempit.
2) Kurang mampu menerima rangsang dari luar.
3) Waspada dengan gejala fisiologis.
4) Bingung.
5) Takut akan konsekuensi yang abstrak.
6) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
7) Berfokus pada diri sendiri.
8) Kurang konsentrasi.
9) Gangguan perhatian.
10) Mengungkapkan ketidakmampuan karena perubahan dalam fungsi tubuh yang
mengalami gangguan.
11) Mengungkapkan keluhan karena perubahan pada kejadian kehidupan.
12) Sulit mengambil keputusan.
13) Mengatakan takut kehilangan kontrol.
B. Afektif
1) Gelisah.
2) Sedih yang mendalam hingga mengalami frustasi.
3) Menangis.
4) Mengalami penyesalan.
5) Merasa tidak berdaya.
6) Berfokus pada diri sendiri.
7) Merasa bingung.
8) Ragu dan tidak percaya diri.
9) Merasa khawatir.
10) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
11) Apatis.
12) Pesimis.
13) Mudah marah.
C. Fisiologis
1) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, suhu badan.
2) Berat badan.
3) Wajah murung dan muka berkerut.
4) Suara bergetar dan kadang melemah / pelan.
5) Gangguan pola tidur (tidur berlebihan).
6) Nafsu makan menurun/ hilang sama sekali.
7) Simpatik:
a) Anoreksia.
b) Mulut kering.
c) Wajah pucat.
d) Nadi dan tekanan darah turun.
e) Pupil menyempit.
f) Lemah.
g) Nafas pelan sesekali nafas dalam.
8) Parasimpatik:
a) Nyeri kepala (pusing).
b) Penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut nadi.
c) Letih.
d) Tidur berlebihan.
e) Lesu.
D. Perilaku
1) Gerakan pelan dan lemas.
2) Penurunan produktivitas.
3) Gelisah dan melihat hanya sepintas.
4) Kontak mata buruk.
5) Apatis.
6) Melamun.
7) Menunduk.
8) Memalingkan wajah.
E. Sosial
1) Bicara pelan dan lirih.
2) Menarik diri dari hubungan interpersonal.
3) Kurang inisiatif.
4) Menghindari kontak sosial dengan orang lain.
5) Menunjukkan sikap apatis.
F. Sumber Koping
a) Personal ability
1) Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
2) Kemampuan klien mengatasi masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
3) Jenis upaya klien mengatasi masalah yang dirasakan (ketidakberdayaan).
4) Kemampuan dalam memecahkan masalah.
b) Sosial support
1) Caregiver utama dalam keluarga.
2) Kader kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
3) Peer group yang ada turut serta dalam memberi dukungan.
c) Material asset
1) Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah,
rumah, tabungan) serta fasilitas yang membantunya selama proses gangguan
fisiologis.
2) Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
3) arak/ akses pelayanan kesehatan yang dikunjungi
d) Positive belief
1) Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang dirasakan: tidak
ada.
2) Keyakinan dan nilai positif tentang pelayanan kesehatan yang ada.
G. Mekanisme Koping
a. Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup yang realistis.
2) Kreatif dalam mencari informasi terkait perubahan status kesehatannya
sehingga dapat beradaptasi secara normal.
3) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan perubahan status
kesehatan dan peran yang telah dialami.
4) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami perubahan
kondisi kesehatan.
b. Destruktif
1) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau meminta
bantuan.
2) Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai.
3) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan (mengalami ketegangan
peran, konflik peran).
4) Mengungkapkan kesulitan dalam berkeinginan mencapai tujuan.
5) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makan minum, kebersihan
diri, istirahat dan tidur dan berdandan
6) Perubahan dalam interaksi sosial (menarik diri, bergantung pada orang lain).
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.
3. Pohon Masalah
ketidakberdayaan
Kurang pengetahuan
Diagnosa Data yang telah ditemukan
Kurang pengetahuan Klien tidak menemukan cara alternatif untuk
menangani masalahnya, klien mengatakan
bingung.
Koping individu tidak efektif Klien menyalahkan dirinya sendiri dan enggan
bertemu dengan orang yang akan menjenguknya
(membatasi hubungan interpersonal).
4. Tindakan keperawatan
Klien dengan ketidakberdayaan dilakukan tindakan sesuai asuhan keperawatan sesuai
dengan standar asuhan keperawatan psikososial yang dikembangkan generalis
keperawatan jiwa terdiri dari dua strategi pelaksanaan:
1. Tindakan keperawatan untuk klien dengan ketidakberdayaan yaitu dengan latihan
berpikir positif
2. Evaluasi ketidakberdayaan, berusaha mengembangkan harapan positif dan latihan
mengontrol perasaan ketidakberdayaan.
Sesuai dengan standar asuhan keperawatan intervensi pertama pada ketidakberdayaan
adalah melakukan pendekatan untuk mengkaji masalah ketidakberdayaan. Dalam
melakukan pendekatan perawat menggunakan:
a. Lakukan pendekatan yang hangat, bersifat empati, tunjukkan respon emosional dan
menerima pasien apa adanya.
b. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri
(misalnya ; rasa marah, frustasi dan simpati).
c. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya supportif, beri
waktu klien untuk berespon.
d. Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi dan klarifikasi.
e. Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi area-area situasi
kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol.
f. Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap
ketidakberdayaan.
g. Diskusi tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk menyimpulkan.
h. Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi
atau substitusi.
i. Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran positif.
j. Evaluasi ketetapan presepsi, logika, dan kesimpulan yang dibuat klien.
k. Identifikasi presepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang
tidak rasional.
l. Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya.
m. Bantu untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan perubahannya
yang terjadi.
n. Libatkan klien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatan yang ingin dicapai.
Motivasi klien untuk membuat jadwal aktivitas perawatan dirinya.
o. Berikan klien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan.
p. Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat dan jika klien berhasil
melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus. Motivasi untuk mempertahankan
penampilan / kegiatan tersebut.
q. Diskusikan dengan klien pilihan yang realistis dalam perawatan, berikan penjelasan
untuk pilihan ini. Bantu klien untuk mendapatkan tujuan yang realistis. Fokuskan
kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu.
r. Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya.
Dukung kekuatan-kekuatan diri yang dapat diidentifikasi oleh klien.
s. Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh klien. Dorong untuk berpartisipasi
dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan berikan penguatan positif untk partisipasi dalam
pencapaian.
t. Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu klien menurunkan perasaan
ketidakberdayaan.
u. Dorong kemandirian, tetapi bantu klien jika tidak melakukan.
v. Libatkan klien dalam pembuatan keputusan tentang rutinitas keperawatan. Jelaskan
alasan setiap perubahan perencanaan perawatan kepada klien.
w. Adakan suatu konferensi multidisiplin untuk mendiskusikan dan mengembangkan
perawatan rutin klien.
Tindakan keperawatan untuk keluarga yaitu penjelasan kondisi pasien dan cara
merawat serta evaluasi peran keluarga merawat pasien, dengan cara latihan mengontrol
perasaan ketidakberdayaan (FIK UI-RSMM, 2012).
Antara lain :
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Data subjektif:
a. Klien mengatakan sulit untuk tidur di malam hari setelah minum obat
b. Klien mengatakan di siang hari juga tidak bisa tidur siang karena efek minum obat
c. Klien mengatakan nyeri di area payudara bekas operasi di sebelah kiri
d. Klien mengatakan aktifitas tidak seperti waktu sehat
e. Klien mengatakan hanya melakukan aktifitas yang bisa dilakukannya saja
f. Klien mengatakan dulu bekerja jadi pembantu di tiga tempat dan sekarang hanya
di satu tempat dan itupun saya jarang masuk dan di gantikan oleh anaknya
Data objektif:
a. Nyeri skala 4
b. Klien terlihat kooperatif
c. Klien terlihat lemas
d. Kontak mata ada
2. Diagnosa keperawatan
Ketidakberdayaan
3. Tujuan khusus
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengenal masalah yang dialami
c. Mengidentifikasi kemampuan/aspek positif
d. Mealkukan kegiatan aspek positif yang telah disetujui
4. Tindakan keperawatan
a. Membantu klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan
ketidakberdayaan
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, serta
memperluas kesadaran diri
c. Membantu klien menilai kemampuan klien yang dapat dilakukan saat ini
d. Membantu klien memilih kegiatan saat ini yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan klien
e. Melatih kegiatan yang dipilih
Kerja
“Saya liat dari tadi ibuk terlihat sedih dan merenung, memangnya apa yang sedang
dirasakan saat ini buk ? Oya gitu ibu merasa tidak mampu lagi bekerja seperti dulu
lagi. Pada saat apa biasanya ibuk merasa tidak mampu dengan diri sendiri ?
Bagaimana dengan lingkungan sekitar ibu, misalnya dari keluarga ibu, adakah hal-
hal yang ibu sukai dari mereka ?baiklah kalau begitu, sekarang bisakah ibu sebutkan
kepada saya hal apa saja yang ibu sukai dalam diri ibu ? coba ibu ingat-ingat
kembali kemampuan apa saja yang dapat ibu lakukan ?
Sekarang bagaimana kalau saya bantu ibu untuk membuat daftar hal-hal positif dan
kemampuan apa saja yang ibu miliki. Baiklah, tadi ibu sudah menuliskan dan
menyebutkan hal positif dan kemampuan yang dimiliki. Iya bagus sekali buk. Disini,
ibu dapat melihat sendiri ibu memiliki kelebihan seperti orang lain, tetapi tergantung
ibu juga, apakah ingin mengembangkan kemampuan tersebut atau tidak. Menurut ibu
kemampuan-kemampuan tersebut perlu dikembangkan atau tidak ?
Nah, setelah tadi kita menuliskan hal positif dan kemampuan yang ibu miliki, menurut
ibu kemampuan yang mana yang mampu untuk ibulakukan saat ini ? Wah iya bagus
sekali merapikan dapur.”
Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan (Subjektif dan Objektif)
”Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berbincang-bincang buk ?
1. Masalah Utama
Keputusasaan
a. Definisi
Kondisi subjektif ketika individu melihat keterbatasan atau ketiadaan
alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat
memobilisasi energi untuk kepentingan individu (Wilkinson & Ahern,
2011).
Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan harapan, ketidakmampuan ,
keraguan, duka cita, apati, kesedihan, depresi, dan bunuh diri ( Cotton
dan Range, 1996 ).
keputusasaan
Kemiskinan
Faktor kehilangan
Kegagalan yang terus menerus
Faktor Lingkungan
Orang terdekat ( keluarga )
Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
Adanya tekanan hidup
Kurangnya iman
4. Klien menggunakan
keluarga sebagai sistem
pendukung
Bina hubungan saling
percaya dengan keluarga:
1) Ucapkan salam
2) Perkenalkan diri:
sebutkan nama dan
panggilan yang disukai
3) Tanyakan nama
keluarga, panggilan
yang diisukai dan
hubungan dengan klien
4) Jelaskan tujuan
pertemuan
5) Buat kontrak
pertemuan
Identifikasi masalah yang
dialami keluarga terkait
kondisi putus asa klien
Diskusikan upaya yang telah
dilakukan keluarga untuk
membantu klien atasi masalah
dan bagaimana hasilnya
Tanyakan harapan keluarga
untuk membantu klien atasi
masalahnya
Diskusikan dengan keluarga
tentang keputusasaan:
1) Arti, penyebab, tanda-
tanda, akibat lanjut bila
tidak diatasi
2) Psikofarmaka yang
diperoleh klien: manfaat,
dosis, efek samping, akibat
bila tidak patuh minum
obat
3) Cara keluarga merawat
klien
Askes bantuan bila
keluarga tidak dapat
mengatasi kondisi klien
(puskesmas, RS)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KEPUTUSASAAN
1. Orientasi
2. Kerja
“Coba Ibu/Bapak ceritakan kepada saya tentang perasaan sedihyang Ibu/Bapak
rasakan saat ini”. “ (Pasien : saya sedih sekali sejak jari tangan kanan saya
diamputasi, rasanya saya
tidak bisa berbuat apa-apa lagi. apalagi menghidupi keluarga,untuk minum saja
saya masih butuh bantuan orang lain).
Ya……saya mengerti perasaan Ibu/Bapak. Sudah berapa lama perasaan itu Ibu/Bapak
rasakan?
“Kalau saya boleh simpulkan, Bapak/Ibu saat ini mengalami hal yang disebut dengan
keputusasaan. Keputusasaan adalah suatu keadaan dimana seseorang itu merasa tidak
ada pilihan lain lagi untuk menyelesaikan masalahnya walaupun sebenarnya masih
memiliki potensi/kemampuan untuk menyelesaikan masalah. “Pak/Bu, bagaimana
kalau saya memberitahukan tentang cara yang baik untuk menyelesaikan masalah?”
“Ada beberapa hal yang Bapak/Ibu bisa lakukan, misalnya, menceritakan masalah
Bapak/Ibu kepada orang lain yang Bapak/Ibu percaya. Dengan demikian beban yang
Bapak/Ibu rasakan setidaknya bisa berkurang. Selain itu, Bapak/Ibu juga bisa
mengingat atau menuliskan kemampuan atau aspek positif yang dulu pernah
Ibu/Bapak lakukan. Coba ingat kembali apa saja hal baik yang dulu pernah bapak/ibu
lakukan. Wah. dulu ternyata bapak/ibu bisa membuat es krim yang
lezat ya. Nah buat daftar sebanyak-banyaknya kemampuan lainnya. Kegiatan seperti
ini berguna untuk membantu membangkitkan semangat dan harapan Ibu/Bapak
kembali dalam menjalani kehidupan”. Meskipun tidak dapat membuatnya sendiri tapi
ibu/bapak masih bisa mengajarkannya ke orang lain. Tulis dan buat daftar tersebut, ini
akan membuktikan bahwa ibu/bapak masih punya banyak kemampuan yang
bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Hebat..
3. Terminasi
Nah... Pak/Bu, bagaimana rasanya setelah kita berbincang-bincang tentang masalah
Ibu/Bapak tadi?”.
“ Coba Ibu/Bapak menyebutkan apa sebenarnya yang Bapak/Ibu alami saat ini ? ”.
“ CobaIbu/bapak ulangi, hal baik apa saja yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan
masalah?”.
“Bagus sekali Pak/Ibu”.
“Baiklah Ibu/Bapak,sesuai dengan janji kita telah berbincang-bincang selama 30
menit. Dan tadi Bapak/Ibu telah mengetahui cara untuk menyelesaikan masalah,
setelah ini Bapak/Ibu bisa mencoba untuk mulai menerapkannya. Bagaimana,
apa Bapak/Ibu bersedia melakukannya?”.” Bagus sekali Pak/Bu”. Ibu/Bapak,
bagaimana kalau besok kita berlatih kegiatan membuat atau menuangkan air
minum dari teko air, disini jam 9 pagi? Baiklah bu....
Saya permisi dulu. Assalamualaiku. SelamatPagi.
Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda. (2014). Nursing care plans: Transitional patient and family centered care.
6th Ed. USA : Lippincott Williams and Wilkins.
Cotton, C., Range, M. (1996). Suicidality, hopelessness, and attitudes toward life and death in
clinical and nonclinical adolescents. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10169709 diakses
pada 15/10/2014 pukul 19:34 WIB
Keliat, B.A., Akemat, Helena, N., Susanti, H., Panjaitan, R.V., Wardani, I, Y., dkk. (2006).
Modul praktek keperawatan profesional jiwa (MPKP Jiwa). Jakarta: FIK UI dan
WHO Wilkinson, J.M & Ahern, N.R. (2011). Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook :
NANDA
Diagnosis, NIC Interventions, NOC Outcome. Terj Esti Wahyuningsih & Dwi Widiarti.
Jakarta : EGC