(DEMENSIA)
Kelompok:
Ayu Murnila Sari
Firda Rismawati
Lilis Rahmawanti
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena berkat rahmat-
Nya dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep dan
Askep Gangguan Neurologis Degeneratif : Demensia” Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III yang insyaallah tepat waktu. Penulis dapat
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis akan sangat menhargai kritikan dan saran agar makalah ini lebih baik lagi. Semoga
Makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan teman – teman.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Penulisan
3. Manfaat Penulisan
3. MCP Teori/Kasus
4. Asuhan Keperawatan
b. Diagnosa Keperawatan
c. Intervensi Keperawatan
2. Jurnal terkait
3. Analisis jurnal
degenerative : Demensia
5. Trend dan issue,evidence based practice dalam penatalaksanaan terkait gangguan
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui tentang konsep dan askep gangguan neurologis degenerative :
Demensia
3. Manfaat Penulisan
Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ide dan informasi
dibidang keperawatan gerontik tentang asuhan keperawatan pada gangguan
neurologis degenerative : Demensia
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
b. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak neuron
dibandingkan otak secara keseluruhan.Memiliki peran koordinasi yang penting dalam
fungsi motorik yang didasarkan pada informasi somatosensori yang diterima,
inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan output.Cerebellum terdiridari tiga bagian
fungsional yang berbeda yang menerima dan menyampaikan informasi ke bagian lain
dari sistem saraf pusat.Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan
dan tonusotot.Mengendalikan kontraksi otot-otot volunter secara optimal.Bagian-
bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis dan lobus
fluccolonodularis(Purves, 2004).c.
c. Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh proses kehidupan
yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon diatasnya dan medulla spinalis
dibawahnya.Struktur-struktur fungsional batang otak yang penting adalah
jarasasendendan desenden traktus longitudinalis antara medulla spinalis dan bagian-
bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf cranial.Secara garis besar
brainstem terdiri dari tiga segmen, yaitu mesensefalon, pons dan medullaoblongata.
2. Konsep Penyakit
A. Definisi demensia
B. Etiologi
1. Penyakit alzaimer
Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit alzaimer, yang
penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti.Penyakit Alzaimer disebabkan
karena adanya kelainan faktor genetic atau adanya kelainan gen tertentu. Bagian otak
mengalami kemunduran sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon
terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak.Jaringan abnormal
ditemukan di dalam otak (disebut plak senilitis danserabut saraf yang tidak teratur)
dan protein abnormal. (Nugroho,2014)2.
2. Serangan stroke yang berturut-turut.
Stroke tunggal yang ukurannya kecil dan menyebabkankelemahan yang ringan
atau kelemahan yang timbul secara perlahan.Stroke kecil ini secara bertahap
menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan akibat
tersumbatnya aliran darah yang disebut dengan infark. Demensia yang disebabkan
oleh stroke kecil disebut juga demensia multi-infark. Sebagian penderitanya memiliki
tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan kerusakan
pembuluh darah di otak.(Nugroho, 2014)
C. Patofisiologi/WOC
1. Patofisiologi
Demensia sering terjadi pada usia >65 tahun , gejala yang mucul yaitu perubahan
kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari– hari. Lansia
penderita demensia tidak memeperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal,
mereka sebagaimana lansia pada umumnya mengalami proses penuanaan dan
degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri,mereka sulit
mengingat dan sering lupa jika meletakkan suatu barang. Mereka sering kali menutup
– nutupi hal tersebut dan meyakinkan bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia
mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang– orang terdekat yang
tinggal bersama mereka, mereka merasa kawatir terhadap penurunan daya ingat yang
semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin lansia kelelahan
dan perlu banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di
balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada lansia.
Mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat
saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi
lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai
berhalusinasi. Disinilah keluarga membawa lansia penderita demensia ke rumah sakit,
dimana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan. Seringkali
demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua
tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala
demensia.
2. WOC
D. Manifestasi Klinis
Demensia merupakan kondisi yang lama-kelamaan semakin
memburuk.Penurunan fungsi dapat terjadi dalam kurun waktu yang lama sebelum
gejala demensia muncul dan ditemukan. Berikut adalah tanda-tanda demensia:
1. Demensia adalah kondisi yang lama-kelamaan semakin memburuk.Penurunan
fungsi dapat terjadi dalam kurun waktu yang lama sebelum gejala demensia
muncul dan ditemukan. Berikut adalah tanda-tanda demensia:Menurunnya daya
ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, ”lupa”menjadi bagian
keseharian yang tidak bisa lepas (Hurley, 2012).
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,tahun,
tempat penderita demensia berada (Hurley, 2012).
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar,menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mangulang
kataatau cerita yang sama berkali- kali (Hurley, 2012).
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis yang berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang di lakukan orang
lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak
mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul (Hurley,2012).
5. Adanya perubahan tingkah laku seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah
sampai susah mengatur pola tidur (Hurley, 2012).
E. Pemeriksaan Penunjang
F. Komplikasi
a. Peningkatan risiko infeksi di seluruh bagian tubuh :
1. Ulkus Dekubitus
2. Infeksi saluran kencing
3. Pneumonia
b. Thromboemboli, infark miokardium.
c. Kejang
d. Kontraktur sendie.
e. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
f. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan kurang dan kesulitan menggunakan
peralatang
g. Kehilangan kemampuan berinteraksih.
h. Harapan hidup berkurang
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan demensia ada berbagai cara antara lain sebagai
berikut (Turana, 2013) :
1. Farmakoterapia.
a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat – obatan anti
koliesterase seperti Donepezil, Rivastigmine, Galantamine,Memantine
b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin ,
Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah keotak sehingga
memperbaiki gangguan kognitif.
c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati
tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke.
d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi
seperti Sertraline dan Citalopram.
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa
menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakan obat anti-psikotik
(misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone)
3. MCP Teori/Kasus
4. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
1. Aktifitas istirahat
Gejala: Merasa Lelah
Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur,penurunan
minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi,ketidakmampuan untuk
menyebutkan kembali apa yang dibaca/mengikuti acara program
televisi.Gangguan keterampilan motorik,ketidakmampuan untuk melakukan
hal yang telah biasa yang dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat.
2. Sirkulasi
Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi,episode emboli
(merupakan faktor predisposisi).
3. Integritas ego
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi
terhadap lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan orang,
penimbunan Objek : meyakini bahwa objek yang salahpenempatannya telah
dicuri. kehilangan multiple, perubahan citratubuh dan harga diri yang
dirasakan.
Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan (banyak alasan tidak mampu
untuk melakukan kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun
tanpa membacanya) , duduk dan menonton yang lain,aktivitas pertama
mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan emosistabil, gerakan berulang
(melipat membuka lipatan melipat kembalikain), menyembunyikan barang,
atau berjalan-jalan.
4. Eliminasi
Gejala: Dorongan berkemih.Tanda: Inkontinensia urine/feses, cenderung
konstipasi/ imfaksidengan diare.
5. Hygene
Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain
Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang
kurang, kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar mandi, lupa
langkah-langkah untuk buang air, tidak dapat menemukan kamar mandi dan
kurang berminat pada atau lupa pada waktu makan: tergantung pada orang lain
untuk memasak makanan dan menyiapkannya dimeja, makan, menggunakan
alat makan.
6. Neurosensori
Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan
kognitif,dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang
kelelahan, pusing atau kadang-kadang sakit kepala. adanya keluhan dalam
kemampuan kognitif, mengambil keputusan, mengingat yang berlalu,
penurunan tingkah laku (diobservasi oleh orang terdekat).Kehilangan sensasi
propriosepsi (posisi tubuh atau bagian tubuhdalam ruang tertentu). dan adanya
riwayat penyakit serebralvaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang
berlangsung secaraperiodik (sebagai factor predisposisi) serta aktifitas kejang
(merupakanakibat sekunder pada kerusakan otak).
Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan
dalammenemukan kata- kata yang benar (terutama kata benda);
bertanyaberulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata yang
tidakmemiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak
terdengar.Kehilangan kemampuan untuk membaca dan menulis
bertahap(kehilangan keterampilan motorik halus).
7. Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadifactor
predisposisi atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar
dan sebagainya).
Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain.
8. Interaksi social
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. faktor psikososial sebelumnya;pengaruh
personal dan individu yang muncul mengubah pola tingkah laku yang muncul.
Tanda : Kehilangan control sosial,perilaku tidak tepat.
9. Riwayat tidur
Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas (lama tidur) dan kualitas tidur
di siang maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang dilakukan
sebelumnya, kebiasaan sebelum ataupun pada saat tidur,lingkungan tidur,
dengan siapa klien tidur, obat yang dikonsumsi sebelum tidur, asupan dan
stimulan, perasaan klien mengenai tidurnya,apakah ada kesulitan tidur, dan
apakah ada perubahan pola tidur.
Gejala klinis :
Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis,adanya
kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak,konjungtiva merah,
dan mata perih, perhatian tidak fokus, serta sakitkepala.
10. Penyimpangan tidur :
Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan
auditorik,meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visual
danau ditorik, bingung, dan disorientasi tempat dan waktu, ganguan
koordinasi, serta bicara rancu, tidak sesuai, dan intonasinya tidak teratur
b. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan memori b/d distraksi lingkungan
2. Defisit perawatan diri b/d kelemahan muskuloskeletal
3. Gangguan pola tidur b/d halangan lingkungan (disorientasi
waktu,lingkungan, tempat)
c. Intervensi Keperawatan
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
KASUS 1
GANNGUAN NEUROLOGIS DEGENERATIF: DEMENSIA
Seorang laki-laki berusia 85 tahun mempunyai riwayat demensia dirawat di
ruang rawat neurologi. Pasien saat ini mempunyai keterbatasan dalam
merespon dengan tepat pertanyaan yang diberikan dan kadang-kadang tampak
gelisah dan menolak asuhan keperawatan yang diberikan. Pasien menolak
untuk minum obat, memuntahkannya kembali dan mencengkeram pagar
samping tempat tidur ketika perawat mencoba membalikkan badannya. Hasil
pengkajian pasien mengalami inkontinensia, memerlukan komunikasi
terapeutik untuk membantu kegiatan perawatan dan aktivitas sehari-hari.
Perawat yang merawat pasien menggunakan teknik komunikasi dengan
berbicara perlahan dan lembut merupakan komunikasi yang efektif untuk
memfokuskan perhatian dan mendorong pasien mengikuti instruksi yang
diberikan perawat. Saat ini pasien tampak lebih gelisah, perlu sering dilakukan
reorientasi terhadap tempat dan perawat membutuhkan orang lain untuk
memegang lengannya ketika akan dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
Pasien kadang-kadang mengatakan kepada perawat bahwa di ruangannya ada
seorang anak kecil padahal pasien berada sendiri di ruang perawatan. Perawat
mengabaikan pernyataan pasien dan mengalihkan perhatian pasien pada topik
pembicaraan lainnya. Ketika telah selesai melakukan asuhan keperawatan
pasien tampak tidak mengingat perawat tersebut. Perawat merasa sedih dan
bingung serta mengalami kelelahan secara emosional terhadap sikap pasien.
Therapi yang didapatkan pasien Risperidon 1x2 mg, Celexa 1x20 mg.
Pertanyaan:
1. Buatlah asuhan keperawatan berdasarkan kasus!
2. Buatlah MCP berdasarkan kasus tersebut!
3. Jelaskan pendidikan kesehatan yang dapat diberikan dengan menerapkan
hasil-hasil penelitian terkait dan evidance based practice!
4. Jelaskan aspek legal dan etis pada kasus tersebut!
8) Gunakan kata-kata
pendek,
kalimat, dan instruksi
sederhana
2. Perubahan persepsi Tujuan : komunikasi secara Intervensi:
sensorik berhubungan verbal, mengenal situasi. Kriteria 1. Kembangkan lingkungan
dengan stress psikologi hasil : yang suportif dan
(penyempitan pandangan a. Mengalami penurunan hubungan perawat klien
Perseptual disebabkan halusinasi. terapeutik.
kecemasan). b. Mengembangkan strategi 2. Bantu klien untuk
psikososial untuk mengurangi memahami halusinasi.
stress atau mengatur perilaku. 3. Beri informasi tentang
c.bMendemontrasikan respons sifat halusinasi,
yang sesuai stimulusi. hubungannya dengan
d. Perawat mampu stressor/pengalaman
mengidentifikasi faktor eksternal emosional yang traumatic,
yang berperan terhadap pengobatan dan cara
perubahan kemampuan persepsi mengatasi.
sensori. 4.Ajarkan strategi untuk
mengurangi stress.
5. Berikan perhatian dalam
kenangan indah secara
berkala (music dan cerita
peristiwa yang
menyenangkan, foto)
Resiko tinggi terhadap Tujuan : Mengetahui status Intervensi
perubahan nutrisi kurang nutrisi, Berat badan terkontrol 1. Kaji pengetahuan
dari kebutuhan Kriteria hasil : klien/keluarga mengenai
a) Mengubah pola asupan yang kebutuhan makanan.
bener. 2. Usahakan/berikan
b) Mendapatkan diet nutrisi yang bantuan dalam memilih
seimbang. menu.
c)Mempertahankan/mendapat 3. Beri privasi saat
kembali berat badan yang sesuai. kebiasaan makan menjadi
d) Ikut serta dalam aktivitas yang masalah.
mempermudah koping adaptif 4. Terima keadaan klien
makan dengan tangan, dan
sedikit
5. hindari pemisahan klien
dari keluarga nya
Analisa Jurnal
Nama Peneliti : Rita Hadi Widyastuti, Megah Andriany,Sarah Ulliya, Nurullya
Rachma
Jumlah Responden : 20 Orang Responden yang terdiri dari 14 Lansia dan 6
Caregiver
Jenis Tindakan Penanganan : Pelaksanaan ini meliputi dua kegiatan yaitu
pelatihan tentang demensia dan terapi okupasi dalam mencegah progresifitas
demensia pada lansia dan pelaksanaan gardening therapy pada lansia dengan
demensia. Ada pun uraian dari kegiatan tersebut adalah:
Sosialisasi dan pelatihan dilakukan kepada lansia dan caregiver di Panti Wreda
Harapan Ibu. Pelatihan dilakukan selama 7 jam efektif dengan metode
ceramah dan demonstrasi. Materi pelatihan meliputi gejala umum pada
demensia, deteksi dini demensia secara sederhana, terapi oupasi pada lansia
dengan demensia, gardening therapy pada lansia dengan demensia dan terapi
meronce pada lansia dengan demensia. Kegiatan pelatihan dilengkapi dengan
buku panduan yang memuat semua materi yang dilengkapi dengan gambar.
Demostrasi meliputi cara melakukan deteksi dini demensia dengan cara
sederhana dengan mengunakan tes mini cog dan drawing clock.
Gardening Therapy dilakukan pada lansia dengan demensia. Sebelumnya
dilakukan pre test untuk mengetaui status kognitif lansia dengan menggunakan
SPSMQ. Kegiatan dilakukan sebanyak 6 kali. Kegiatan meliputi menanam
tanaman herbal dan sayur mayur seperti jahe, lengkuas, kencur, kunyit, terong,
kangkung dan seledri. Selanjutnya membuat jadwal menyiram dan merawat
tanaman yang disepakati oleh semua lansia yang mengikuti kegiatan. Ada 14
lansia yang mengikuti kegiatan gardening therapy. Evaluasi program juga
dilakukan untuk mengetahui tingkat peningkatan skor SPSMQ sebelum dan
setelah dilakukannya kegiatan gardening therapy. Evaluasi tersebut dilakukan
dengan pre- test dan post-test sebelum dan setelah dilakukannya kegiatan
gardening therapy. Dari data tersebut akan diketahui hasil pelaksanaan
kegiatan gardening therapy, yakni berjalan efektif dan mengenai sasaran atau
sebaliknya
Hasil Tindakan
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan caregiver dan lansia dalam
melakukan deteksi dini demensia dan pelaksanaan gardening therapy.
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan caregiver dan lansia dalam
melakukan deteksi dini demensia dan pelaksanaan gardening therapy.
Kesimpulan
Hasil yang didapatkan adalah adanya buku panduan bagi caregiver tentang
pencegahan progresifitas demensia melalui terapi okupasi dan adanya
peningkatan meningkatkan nilai SPSMQ pada lansia. 6 caregiver dan 14 lansia
terlatih dalam pencegahan progresifitas demensia melalui terapi okupasi.
Diperlukan tindak lanjut untuk memonitoring hasil pelatihan , misalnya
kegiatan gardening therapy dan terapi meronce menjadi salah satu aktivitas
harian yang rutin dilakukan di panti wreda.
DAFTAR PUSTAKA