Home/
Documents
Post on 08-Feb-2016
173 Views5 download
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu terapi yang berfokus
untuk memodifikasi atau
mengubah perilaku.
Seperangkat perilaku atau respon
yang dilakukan dalam suatu
lingkungan dan
menghasilkan konsekuensi-
konsekuensi tertentu. Terapi
perilaku berusaha
menghilangkan masalah
perilaku khusus secepat-
cepatnya dengan
mengawasi perilaku belajar si
pasien. Operan conditioning
adalah modifikasi
perilaku yang dipertajam atau
ditingkatkan frekuensi
terjadinya melalui
pemberian reinfo rcement.
Lingkungan sosial digunakan
untuk membantu
seseorang dalam meningkatkan
kontrol terhadap perilaku yg
berlebihan atau
berkurang .
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas bagaimana tinjauan
pustaka dan
asuhan keperawatan pada pasien
dengan melakukan terapi perilaku
?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Setelah membaca makalah ini
di harapkan semua penbaca
mengetahui dan memahami
materi keperawatan jiwa
mengenai terapi
perilaku
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah ini
diharapkan pembaca mampu
memahami :
1. Definisi terapi perilaku
2. tujuan di lakukan terapi
perilaku .
3. kritikan terapi perilaku
4. janis – jenis terapi perilaku
5. gambaran terapi perilaku .
1
6. indikasi terapi perilaku .
7. prinsip-prinsip terapi perilaku
8. aplikasi teoritis terapi perilaku
9. fungsi dan peran terapis
10. hubungan antara terapis dan
klien
11. aplikasi teoritis terapi
perilaku
12. penyusunan jadwal
reinforcement
13. perubahan penerapan terapi
perilaku
14. prinsip penggunaan
pendekatan CBT
15. pengajaran ABC
SHARE
TRANSCRIPT
BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Suatu terapi yang berfokus untuk memodifikasi atau
mengubah perilaku. Seperangkat perilaku atau respon yang dilakukan dalam suatu lingkungan
Operan conditioning adalah modifikasi perilaku yang dipertajam atau ditingkatkan frekuensi
terjadinya melalui pemberian reinfo rcement. Lingkungan sosial digunakan untuk membantu
seseorang dalam meningkatkan kontrol terhadap perilaku yg berlebihan atau berkurang .1.2
Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas bagaimana tinjauan pustaka dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan melakukan terapi perilaku ?1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan
umumSetelah membaca makalah ini di harapkan semua penbaca mengetahui dan memahami
materi keperawatan jiwa mengenai terapi perilaku1.3.2 Tujuan Khusus Setelah membaca
makalah ini diharapkan pembaca mampu memahami :1. Definisi terapi perilaku 2. tujuan di
lakukan terapi perilaku .3. kritikan terapi perilaku4. janis jenis terapi perilaku 5. gambaran terapi
perilaku .6. indikasi terapi perilaku .7. prinsip-prinsip terapi perilaku8. aplikasi teoritis terapi
perilaku 9. fungsi dan peran terapis 10. hubungan antara terapis dan klien11. aplikasi teoritis
terapi perilaku 12. penyusunan jadwal reinforcement 13. perubahan penerapan terapi perilaku
14. prinsip penggunaan pendekatan CBT 15. pengajaran ABC1.3.3 Tujuan Kelompok Untuk
mahasiswa khususnya dalam format asuhan keperawatan jiwa 2 tentang terapi perilaku1.1.2
daya piker kritis mahasiswa dalam memecahkan masalah keperawatan asuhan keperawatan
jiwa 2.BAB 2PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI Terapi perilaku adalah terapi psikologis singkat
bertarget yang lebih menangani gambaran terkini berbagai gangguan ketimbangan, mengurusi
perkembangan sebelumnya. Terapi ini didasarkan pada teori pembelajaran perilaku, yang
selanjutnya didasarkan pada classical dan operant conditioning. Penilaian objektif berkelanjutan
mengenai kemajuan pasien dibuat.dalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang
berakar pada berbagai teori tentang belajar. Terpi ini menyertakan penerapan yang sistematis
prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku kea rah cara-cara yang lebih adaptif.
tingkah laku / prilaku adalah pendekatan penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang
berlandaskan pada berbagai teori tentang belajar dalam usaha melakukan pengubahan tingkah
laku. Dalam penyelesaian masalah, kondisi masalah harus dispesifikkan. Saat ini, bentuk
pendekatan ini banyak di gunakan karena penekanannya pada perubahan tingkah laku dimana
tingkah laku tersebut bisa didefinisikan secara operasional, diamati dan diukur. Istilah terapi
prilaku dan konseling behavioristik berasal dari bahasa Inggris Behavior Counseling yang untuk
pertama kali digunakan oleh Jhon D.Krumboln (1964). Krumboln adalah promotor utama dalam
menerapkan pendekatan behavioristik terhadap konseling, meskipun dia melanjutkan aliran yang
sudah dimulai sejak tahun 1950, sebagai reaksi terhadap corak konseling yang memandang
hubungan antar pribadi, antara konselor dan konseling sebagai komponen yang mutlak
informasi ilmiah guna menemukan pemecahan masalah manusia. Jadi tingkah laku berfokus
pada bagaimana orang-orang belajar dan kondisi-kondisi apa saja yang menentukan tingkah
laku mereka.Secara umum terapi perilaku adalah pendekatan penerapan aneka ragam teknik
dan prosedur yang berlandaskan pada berbagai teori tentang belajar dalam usaha melakukan
pengubahan tingkah laku. Dalam penyelesaian masalah, kondisi masalah harus dispesifikkan.
Saat ini, bentuk pendekatan ini banyak di gunakan karena penekanannya pada perubahan
tingkah laku dimana tingkah laku tersebut bisa didefinisikan secara operasional, diamati dan
diukur. 2.2 Tujuan Terapi perilaku Menurut Handojo ada beberapa tujuan terapi yang perlu
ditetapkan dan diingat sebagai berikut:1. komunikasi dua arah yang aktif Mereka dapat
melakukan percakapan pararel, dapat melontarkan hal-hal yang lucu. Tujuan ini harus selalu
diingat, sehingga kecakapan anak dapat terus ditingkatkan sampai seperti atau mendekati
kemampuan orang yang normal. 2. sosialisasi ke dalam lingkungan yang umum Setelah anak
subjek atau orang lain, intruksi, objek, respon anak dan lingkungan yang berbeda-beda. 3.
menghilangkan atau meminimalkan perilaku yang tidak wajar. Perilaku yang aneh perlu segera
dihilangkan sebelum usia 5 tahun, agar tidak mengganggu kehidupan sosial anak setelah
dewasa. Banyak orang tua yang lebih memprioritaskan hal-hal yang akademik, tetapi lalai dalam
menangani perilaku yang tidak wajar.4. mengajarkan materi akademik Kemampuan akademik
sangat bergantung pada intelegensia atau IQ anak. Apabila IQ anak memang tidak termasuk
yang di bawah normal, maka kemampuan akademiknya juga pasti tidak sulit untuk
dikembangkan. Ini adalah kemampuan yang juga diperlukan bagi setiap individu, agar dalam
hal-hal yang pribadi, mampu dikerjakan sendiri tanpa dibantu orang lain. Makan, minum,
memasang dan melepas pakaian dan sebagainya. Di samping itu pada anak yang lebih besar
dapat diajarkan keterampilan lain seperti berenang, melukis, memasak, olag raga dan
sebagainya. Keterampilan ini akan sangat bermanfaat, selain sebagai latihan motorik, juga untuk
memupuk bakat anak, dan dapat mengisi seluruh waktu anak.Sedangkan tujuan dari terapi
tingkah laku menurut Supriadi adalah menciptakan proses baru bagi proses belajar, karena
segenap tingkah laku adalah dipelajari. Ada beberapa kesalahpahaman tentang tujuan terapi
tingkah laku, antara lain : 1. Bahwa tujuan terapi semata-mata menghilangkan gejala suatu
gangguan tingkah laku dan setelah gejala itu terhapus, gejala baru akan muncul karena
penyebabnya tidak ditangani. 2. Tujuan klien ditentukan dan dipaksanakan oleh terapi tingkah
laku. Tujuan Terapi Perilaku Secara Umum Tujuan umum yaitu menciptakan kondisi baru untuk
belajar. Dengan asumsi bahwa pembelajaran dapat memperbaiki masalah perilaku. Sedangkan
terapi perilaku kontemporer menekankan peran aktif klien dalam menentukan tentang
pengobatan mereka.( Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung
Mulia) 2.3 Kritikan untuk terapi perilakuTerapi perilaku tidak menangani penyebab-penyebab,
tetapi lebih manangani ke gejala-gejala Terapi perilaku tidak diterapkan pada orang yang taraf
berfungsinya relatif tinggi tingkah laku bisa diterapkan hanya pada kecemasan-kecemasan yang
spesifik, fobia-fobia dan masalah-masalah yang terbatas Modifikasi tingkah laku tidak berfungsi
Modifikasi tingkah laku bekerja terlalu baik.1. Terapi perilaku bisa mengubah tingkah laku, tetapi
terapis klien dalam terapis3. Terapi perilaku tidak memberikan insight. Karena seringnya, 4.
Terapi perilaku fokus pada masa lalu klien sehingga seringnya 5. terapis tidak membahasnya
meskipun sebenarnya terapis mengetahui masalah tersebut. 2.4 JENIS JENIS TERAPI
PERILAKU Terdapat beberapa jenis terapi perilaku yang banyak digunakan orang, yaitu
aversif, dan biofeedback.1. RelaksasiAda yang berpendapat bahwa relaksasi adalah bukan
termasuk terapi perilaku yang spesifik, karena dalam terapi, latihan relaksasi ini sering pula
digunakan sebagai pengantar. Alasannya sangat jelas, yakni kalau melakukan kegiatan macam
apapun, seandainya dilakukan dalam kondisi dan situasi yang relaks, maka hasil dan prosesnya
akan optimal. Namun, karena menyangkut metode yang sama dengan terapi perilaku, ialah
berupa pengaturan terutama gerakan motorik, maka akan lebih tepat untuk menempatkan dalam
kelompok Terapi Perilaku. Tujuannya sudah jelas, bahwa relaksasi merupakan upaya untuk
mengendurnya ketegangan jiwa. Caranya dapat bersifat respiratoris, yaitu dengan mengatur
aktivitas bernafas, atau bersifat otot. Pelatihan relaksasi pernafasan, dilakukan dengan mengatur
mekanisme pernafasan, ialah tempo/irama dan intensitas yang lebih lambat dan dalam.
Ketentuan dalam bernafas, khususnya dengan irama yang tepat, akan menyebabkan otot makin
lentur dan dapat menerima situasi yang merangsang luapan emosi tanpa membuatnya kaku.
Sangat biasa, dan itulah yang banyak dilakukan orang, yakni dalam bentuk penggabungan
relaksasi pernafasan dan otot. Caranya adalah dengan mengatur nafas yang kemudian
ditambah dan dikombinasikan dengan pengaturan gerakan otot. Jadi : 1. Pertama tama
mengatur irama dan kedalaman pernafasan sampai pada taraf yang paling membuat pasien
merasa nyaman.2. Kemudian otot otot dilatih menegang dan melemas.Kebanyakan pelatih
relaksasi, memulai melemaskan atau menegangkan otot pada bagian tubuh yang terjauh dari
jantung. Alasannya adalah agar kalau terjadi kekejangan pada otot karena mulai melatih, maka
kekejangan itu tidak pada otot jantung atau yang dekat dengan jantung. Jadi, mulai dari ujung
kuku, tungkai kaki, dan seterusnya, serta jari tangan, tangan lengan dan seterusnya. 2.
kecemasan dan kadang kadang juga ketakutan. Jenis teknik ini akan lebih baik kalau obyek
yang menyebabkan menjadi tegang atau takut, relative jelas. Misalnya, takut pada sesuatu
benda (phobia) atau takut kalau harus berpidato di hadapan banyak orang, dengan alasan yang
tidak masuk akan, irasional.Tata laksana teknik terapi ini didasarkan pada desensitisasi, artinya
membuat lebih tidak sensitifnya ia terhadap sesuatu hal, keadaan, atau pendapat; dan
sistematika, yang berarti memiliki urutan tertentu, secara bertahap. Misalnya, menangani
orang/klien yang takut pada binatang tertentu, misalnya ular. Klien diminta untuk memperhatikan
gambar ular yang kecil yang ditempatkan pada tempat yang jauh. Kalau klien tidak menunjukkan
ketegangan, kecemasan atau ketakutan, gambar itu dikedepankan secara bertahap. Kemudian,
gambarnya diperbesar dan dilakukan hal yang sama. Selanjutnya, gambar diganti dengan ular
kecil yang tidak berbahaya. Kemudian dengan ular yang besar dan seterusnya.Terdapat dua hal
yang perlu diperhatikan pada teknik desensitisasi sistematis ini, yakni pertama, pembuatan
program terapi yang dibangun bersama antara klien dan terapis secara tepat, dan Kedua,
menentukan obyek yang menakutkan itu. Kalau takut pada singa liar yang lapar, itu wajar, bukan
fobia. Ukuran fobia atau tidak, akan tergantung pada pendapat ilmu pengetahuan dan
pemahaman umum. Ular sering disebut sebagai obyek fobia, karena menurut ilmu pengetahuan,
ular itu secara disebut sebagai obyek fobia, karena menurut ilmu pengetahuan, ular itu secara
umum bukanlah binatang buas yang memburu manusia untuk dipatuk. Takut pada kecoa pada
kaum wanita pada umumnya, bisa normal, sehingga tidak dapat disebut fobia. Tetapi kalau
operan adalah aplikasi penguatan negative dan positif (negative and positive reinforcement),
atau reinforcement adalah upaya agar apa yang telah dicapai atau dimiliki dapat dipertahankan
atau disebut ditingkatkan (positif). Bisa jadi juga sebaliknya, yaitu dilemahkan atau disebut
extinction, bila kebiasaan yang telah relasi terapeutik antara terapis dank lien (Ford, 1978).
Penguatan negative dilakukan seandainya terdapat tingkah laku yang tidak diharapkan, misalnya
gejala-gejala tics atau gagap. Operan merupakan inisiatif yang dilakukan oleh klien, dalam arti
bahwa ia melakukan pemilihan apa yang sebaliknya dilakukan berdasarkan berbagai opsi, yang
disediakan. Respons cost, reposisi penguat positif berkaitan dengan perilaku negative
insentif bagi klien untuk berpartisipasi secara penuh dalam suatu program terapeutik atau
pendidikan. Misalnya, partisipan dalam program pendidikan keterampilan orang tua bisa diminta
untuk mengajukan suatu simpanan yang sebanding dengan bayarannya, yang akan dibayarkan
kepadanya jika ia telah menyelesaikan seluruh intervensinya. Jika, bagaimanapun, klien gagal
datang pada sesi intervensi, suatu bagian dari tabungan akan datang sebagai denda, sebagai
biaya. Jika terdapat banyak keterampilan harus dimiliki klien dalam proses intervensinya, cara
respons cost ini sering efektif. Misalnya dalam usaha meningkatkan keterampilan sosial.
terhadap manajemen strees dan pendidikan kesehatan. Klien pertama tama dilatih untuk
membedakan antara stress/ketegangan dan relaksasi, dalam arti reaksi badan dan perilaku
kognitifnya. Diskriminasi dapat dikuatkan dengan pelaksanaan stressnya selama seminggu dan
relaksasi dalam pelatihan relaksasi otot progresif. 4. ModelingPrinsip teori yang melandasi teknik
terapi ini adalah teori mengenai belajar melalui pengamatan (observation learning) atau sering
juga disebut belajar sosial (social learning) dari Walter dan Bandura. pada prinsipnya, terapis
memperlihatkan model yang tepat untuk membuat klien dapat meniru bagaimana ia seharusnya
melakukan upaya menghilangkan perasaan dari pikiran yang tidak seharusnya dari orang lain
yang disebut model itu. Terhadap dua konsep yang berbeda yang digunakan dalam modeling ini,
yakni antara coping dan mastery model menampilkan perilaku ideal, contohnya bagaimana
tidak merasa takut untuk menghadapi hal yang semula menakutkan. 5. Pelatihan
AsersiPelatihan ini makin banyak dikembangkan dan digunakan orang karena untuk dapat
membangun kerjasama dan bergaul dengan orang lain diperlukan sikap dan kemampuan asertif.
Kemampuan asertif ini adalah kemampuan untuk mengekspresikan apa ada dalam diri
seseorang secara mandiri dan tegas serta memuaskan, rasional, dan juga tanpa mengagrasi
maupun mengikuti orang lain. Saat ini banyak orang yang mengalami kesukaran dalam
mengambil inisiatif yang positif maupun negative, berpendirian, dengan aturan aturan yang
masuk akal, menolak, permintaan yang tidak masuk akal. Assertion Training (AT) digunakan
saat berpacaran, perilaku agrasif dan eksplosif, dan kelemahan keterampilan sosial. Secara
successive approximations. Teknik ini mungkin merupakan metode yang paling fundamental,
melibatkan provisi penguatan positif kepada klien sebagai pembelajaran untuk menampilkan
perilaku asertif terus menerus. Caranya adalah seperti keterampilan desensitasi, dimana dibuat
suatu urutan bertingkat (hirakhi) dari perilaku yang hanya sedikit nilai asertifnya sampai yang
dinilai sangat asertif. Yang lebih spesifik antara lain adalah: Modelling, dimana klien mencontoh
perilaku asertif yang efektif; kemudian latihan berperilaku (behavior rehearsal), di mana klien
berlatih melakukan tindakan tindakan dalam situasi yang tidak mengancam. Selanjutnya juga
coaching, di mana terapis melatih klien untuk melakukan tindakan tindakan asertif. Selanjutnya
juga pemberian umpan balik (feed back), dimana terapis menyediakan penguat dan saran saran
ketika klien berada dalam situasi pelatihan ; dan pemberian instruksi videotape. Dari penelitian
penelitian disimpulkan bahwa yang paling efektif adalah kombinasi dari teknik-teknik tersebut. 6.
BiofeedbackTeknik ini merupakan teknik yang digunakan untuk pembiasaan perilaku otomatis
perekam yang secara terus menerus memantau respons respons fisik subyek dan tampilan
respons itu kepada subyek. Misalnya peralatan mencatat detak jantung atau tegangan otot
subyek, dan subyek dapat mengamati dan menerima umpan balik.2.5 GAMBARAN
PERILAKUPerilaku adalah respon yang timbul secara eksternal, dipengaruhi oleh stimulus
lingkungan dan dapat dikontrol secara primer oleh konsekuensinya Perilaku dapat diamati,
diukur, dan dicatat oleh diri sendiri maupun orang lain. Observasi yang bersifat subyektif
dilakukan diri sendiri dan observasi yang bersifat obyektif dilakukan orang lain.2.6 INDIKASI
TERAPI PERILAKUIndikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku kompulsif, disfungsi sexual
(misalnya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual (misalnya exhibisionisme). Dapat dicoba
pada pikiran-pikiran obsesif, gangguan kebiasaan atau pengawasan impuls (misalnya gagap,
enuresis, dan berjudio secara kompulsif), gangguan nafsu makan (obesitas dan anorexia) dan
reaksi konversi. Terapi perilaku tidak berguna pada skizofrenia akut, depresi yang hebat dan
pemberian reinforcement. Reinforcement adalah suatu proses, dimana kejadian atau kondisi
lingkungan yang menyertai perilaku dapat mempengaruhi perilaku yang timbul kemudian.a.
Positif reinforcement : Meningkatnya frekuensi sebuah respon, dan respon tersebut diikuti oleh
respon, karena respon tersebut memindahkan beberapa stimulus yang negatif atau menyakitkan
dan tidak menyenangkan. Stimulus yang tidak menyenangkan (konflik) akan meningkatkan
menghasilkan penekanan/penurunan frekuensi tingkah laku yang akan muncul :a) Positive
punishment : Menghadirkan stimulus bertentangan yang mengikuti suatu perilaku dengan tujuan
menggantikan/menurunkan suatu perilaku, ada 2 bentuk yaitu Respon Cost adalah kerugian yg
mengikuti perilaku dan Time out adalah prosedur punishment dalam periode waktu tertentu
dimana selama waktu tersebut pemberian reinforcement tidak sesuai.b. Extinction :Prosedur
yang biasa digunakan oleh pemberi reinforcement untuk menghilangkan perilaku. Extinction
berjalan lebih lambat dari pada reinforcement 3. Desensitisasi Sistemik Desensitisasi sistemik
yang dikembangkan oleh Joseph Wolpe, didasarkn pada prinsip perilaku counterconditioning,
disini seseorang menghadapi ansietas maladaptive yang dicetuskan oleh situasi atau suatu
objek dengan mendekati situasi yang ditakuti secara bertahap dan didalam keadaan
keadaan relaksasi seutuhnya dan kemudian dipajankan pada stimulus yang mencetuskan
respon ansietas. Reaksi negative ansietas dihambat oleh keadaan relaksasi, suatu proses yang
disebut inhibisi resiprokal. Bukannya menggunakan situasi atau objek sebenarnya yang
mencetuskan rasa takut, pasien dan terapis menyiapkan daftar bertingkat suasana mencetuskan
ansietas dan terkait dengan rasa takut pasien. Keadaan relaksasi yang dipelajari dan situasi
berlawanan dengan efek fisiologis ansietas: denyut jantung lambat, meningkatnya aliran darah
keperifer, dan sensibilitas neuromuskular. Beberapa diantaranya, seperti yoga dan zen, telah
dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Sebagian besar metode menggunakan relaksasi progresi
yang dikembangkan oleh psikiater Edmund Jacobson. Pasien merelaksasi kelompok otot utama
dalam rangkaian tetap, dimulai dari kelompok otot kecil kaki terus kearah kepala atau sebaliknya.
Beberapa klinisi memakai hipnosis untuk mempermudah relaksasi atau menggunakan latihan
dengan menggunakan kaset untuk memungkinkan pasien berlatih relaksasi sendiri. Mental
dirinya disuatu tempat yang terkait dengan kenangan yang menyenangkan dan membuat santai.
seperti yang dinamakan oleh Herbert Benson, respon relaksasi.Perubahan fisiologis yang
berlangsung saat relaksasi adalah kebalikan dari perubahan yang dicetuskan oleh respon stress
adrenergic yang merupakan bagian dari banyak emosi. Tegangan otot, frekuensi pernapasan,
denyut jantung, tekanan darah, dan konduktansi kulit menurun. Suhu jari dan aliran darah ke jari
biasanya meningkat. Relaksasi meningkatkan variabilitas denyut jantung respirasi, suatu indeks
semua keadaan yang mencetuskan ansietas, kemudian pasien menciptakan daftar hirarki 10
hingga 12 situasi dalam urutan meningkatnya ansietas. Contohnya, hirarki akrofobik dapat
dimulai dengan pasien membayangkan berdiri didekat jendela dilantai kedua dan diakhiri dengan
berada di atap gedung 20 tingkat, bersandar dipembatas dan melihat ke bawah.c. Desensitisasi
Stimulus Pada langkah terakhir, yang disebut desensitisasi, pasien melanjutkan daftar secara
sistematik dari situasi yang kurang mencetuskan ansietas hingga yang paling mencetuskan
ansietas saat berada dalam keadaan relaksasi dalam. Kecepatan perkembangan pasien melalui
daftar tersebut ditentukan oleh respons mereka terhadap stimulus. Ketika pasien dapat
membayangkan dengan jelas situasi pada hirarki yang paling mencetuskan ansietas dengan
tenang, mereka akan mengalami sedikit ansietas di dalam situasi kehidupan sebenarnya yang
desensitisasi sistematik kecuali bahwa pelatihan relaksasi tidak dilibatkan dan terapi biasa
dilakukan didalam konteks kehidupan sebenarnya. Hal ini berarti bahwa individu tersebut harus
berkontak dengan stimulus peringatan untuk pertama kali belajar bahwa tidak ada akibat
berbahaya yang akan terjadi. Pajanan ditingkatkan sesuai hirarki. Contohnya, pasien yang takut
pada kucing, dapat meningkat dari melihat gambar kucing hingga menggendong kucing.5.
Flooding Flooding serupa dengan pemajanan bertingkat yaitu bahwa flooding memajankan
pasien pada objek yang ditakuti in vivo; meski demikian, tidak ada hirarki. Flooding didasarkan
pada dasar pemikiran bahwa melarikan diri dari pengalaman yang mencetuskan ansietas
mendorong ansietas melalui pembelajaran. Dengan demikian, klinisi dapat mengakhiri ansietas
dan mencegah perilaku menghindar yang dipelajari dengan tidak memungkinkan pasien lari dari
situasi tersebut. Keberhasilan prosedur ini bergantung pada pertahanan pasien didalam situasi
yang menimbulkan takut sampai mereka menjadi tenang dan merasakan sensasi penguasaan.
Menarik diri secara dini dari situasi atau secara dini mengakhiri situasi yang dibayangkan adalah
sebanding dengan pelarian diri, yang kemungkinan mendorong ansietas yang dipelajari serta
perilaku menghindar dan menghasilkan efek berlawanan yang diinginkan. Di dalam suatu varian,
yang disebut imaginal flooding, objek atau situasi yang ditakuti dihadapkan hanya didalam
imajinasi bukannnya dikehiupan nyata.6. Assertivenes Training Untuk menjadi asertif seseorang
perlu memiliki kepercayaan diri di dalam penilaiannya dan harga diri yang cukup untuk
pendapat mereka dengan cara yang dapat diterima, dan memperoleh tujuan mereka. Berbagai
teknik, termasuk role model, desensitisasi, dan dorongan positif, digunakan untuk meningkatkan
keasertifan.7. Terapi Aversi Ketika stimulus berbahaya (hukuman) muncul segera setelah suatu
respons perilaku tertentu, secara teoritis, respon ini akhirnya dihambat dan diakhiri. Banyak
stimulus berbahaya yang digunakan: kejutan listrik, zat yang mencetuskan muntah, hukuman
fisik, dan ketidaksetujuan sosial. Stimulus negatif dipasangkan dengan perilaku, yang kemudian
disupresi. Perilaku tidak diinginkan dapat menghilang setelah rangkaian tersebut. Terapi aversi
telah digunakan untuk penyalahgunaan alcohol, parafilia, dan perilaku lain dengan cirri impulsif
dan kompulsif.8. Desensitisasi dan Pemrosesan Ulang Gerakan Mata (Eye Movement
Desensitization and Reprocessing; EMDR) Gerakan mata sakadik adalah osilasi cepat mata
yang terjadi ketika seseorang mengikuti objek yang bergerak maju-mundur di dalam garis
penglihatan. Jika gerakan ini dicetuskan ketika seseorang sedang membayangkan atau berpikir
mengenai peristiwa yang ditimbulkan ansietas, beberapa studi menunjukkan bahwa pikiran atau
bayangan positif dapat dicetuskan dan menyebabkan penurunan ansietas. EMDR telah
digunakan pada gangguan stress, pascatrauma dan fobia.9. Dialectical Behavior Therapy (DBT)
DBT telah berhasil digunakan pada pasien dengan gangguan kepribadian ambang dan perilaku
parasuicidal. Terapi ini bersifat selektif, dan mengambil metode dari terapi suportif, kognitif dan
perilaku. Fungsi DBT adalah : 1. Meningkatkan dan memperluas daftar pola perilaku terlatih
pasien 2. Meningkatkan matovasi pasien untuk berubah dengan mengurangi dorongan pada
perilaku maladaptif, termasuk disfungsi (kognisi dan emosi) 3. Meyakinkan bahwa pola perilaku
lingkungan sedemikian rupa sehinggaperilaku efektif bukannya perilaku disfungsi yang didorong
5. Meningkatkan motivasi dan kemampuan terapis sehingga diperoleh terapi efektif. 10. Terapi
menampilkan usaha yang relatif baru untuk mengawinkan aspek terapi perilaku yang berguna
dengan terapi kognitif dan memiliki tujuan utama membantu pasien mendapatkan perubahan
yang mereka harapkan dalam kehidupannya. Asumsi dasar yang melatarbelakangi terapi-kognitif
perilaku meliputi: 1. Respons pasien lebih berdasarkan kepada interpretasi ketimbang pada
realitasnya. 2. Pikiran, perilaku, dan emosi saling terkait 3. Tindakan terapeutik perlu diklarifikasi
dan diubah menurut pikiran pasien 4. Manfaat perubahan proses kognitif dan perilaku pasien
lebih besar daripada manfaat perubahan salah satunya saja.2.8 Teknik-Teknik Terapi Perilaku1.
Prosedurnya adalah memasukkan suatu respons yang bertentangan dengan kecemasan, seperti
relaksasi. Individu belajar untuk relaks dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan
kecemasan.2. Flooding adalah prosedur terapi perilaku di mana orang yang ketakutan
memaparkan dirinya sendiri dengan apa yang membuatnya takut, secara nyata atau khayal,
untuk periode waktu yang cukup panjang tanpa kesempatan meloloskan diri.3. Penguatan
sistematis (systematic reinforcement) didasarkan atas prinsip operan, yang disertai pemadaman
respons yang tidak diharapkan. Pengkondisian operan disertai pemberian hadiah untuk respons
yang diharapkan dan tidak memberikan hadiah untuk respons yang tidak diharapkan.4.
ini sangat efektif untuk mengatasi ketakutan dan kecemasan, karena memberikan kesempatan
kepada klien untuk mengamati orang lain mengalami situasi penimbul kecemasan tanpa menjadi
terluka. Pemodelan lazimnya disertai dengan pengulangan perilaku dengan permainan simulasi
(role-playing). 5. Regulasi diri melibatkan pemantauan dan pengamatan perilaku diri sendiri,
mengubah perilaku maladaptif.2.9 Fungsi dan Peran Terapis Terapis tingkah laku harus
memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yakni terapis menerapkan
Terapi tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis
tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang
diharapkan, mengarah pada tingkahlaku yang baru dan adjustive. 2.10 Hubungan antara Terapis
dan Klien Pembentukan hubungan pribadi yang baik adalah salah satu aspek yang esensial
dalam proses terapeutik, peran terapis yang esensial adalah peran sebagai agen pemberi
perkuatan. Para terapis tingkah laku menghindari bermain peran yang dingin dan impersonal
sehingga hubungan terapeutik lebih terbangun dari pada hanya memaksakan teknik-teknik kaku
kepada para klien. 2.11 APLIKASI TEORITIS 1. Penerapan Modifikasi Perilaku Modifikasi
tingkah laku merusak diri b. Merubah tingkah laku yang tidk diharapkan c. Melatih orang tua,
guru, sukarelawan dan perawat agar lebih efisien dalam menjalankan perannya d. Mengurangi
tingkah laku maladaptif yag khusus seperti kurangnya kebersihan diri dll e. Kontrol perilaku
2.Strategi Modifikasi Perilaku Sebelum memulai program, perawat harus melakukan hal-hal
perilaku klien (adaptif/maladaptif), mengerti tentang arti dan maksud dari perilaku yang klien
tampilkan 2. Rencana intervensi :a) Menetapkan tujuan/tingkah laku yang diinginkan dan
Menganalisa faktor pendukung yang ada dan orang-orang yg terlibat dalam terapi tersebut.4.
reward : puji-pujian c. Reward sosial : dukungan di dalam group d. Reward tingkah laku :
kesempatan melakukan aktifitas Burus F. Skinner merupakan seorang yang terkenal dalam
bidang ini. Ada tiga cara utama untuk mengawasi atau mengubah perilaku manusia, yaitu : 1.
membangkitkan bentuk perilaku khusus itu. Misalnya seorang anak yang tidak berprestasi
disekolah dan nakal dikelas, hanya dengan seorang guru tertentu dapat menjadi efektif dan rajin
bila ia dipindahkan ke kelas lain oleh seorang guru yang lain. 2. Suatu jenis perilaku yang timbul
dalam suatu keadaan tertentu dapat diubah atau dimodifikasi. Misalnya seorang anak dapat
diajar untuk melihat dirinya sendiri dalam suatu kegiatan kompromi yang konstruktif dan tidak
menunjukkan ledakan amarah bila ia menghadapi frustasi. 3. Akibatnya suatu perilaku tertentu
dapat diubah dan dengan demikian perilaku tersebut dapat dimodifikasi. Misalnya ia dihukum
bila ia mengganggu orang lain, dengan demikian rasa bermusuhan mungkin dapat diganti
reinforcement adalah pola untuk menguatkan perilaku melalui jadwal, waktu dan respon perilaku
yang tampak, ada 2 cara yaitu : 1. Jadwal reinforcement interval : Pemberian penguatan untuk
perilaku yang telah dibentuk dalam periode waktu tertentu.a. Jadwal interval tetap : pemberian
penguatan berdasarkan waktu yang stabil/tetap.Contoh : setiap 30 menit, hari, minggu, bulan
dsb.Karakteristik : perilaku yang diinginkan meningkat sebelum akhir interval dan akan menurun
setelah diberi reinforcement, ada kecenderungan meningkat secara bertahap sampai akhir
interval.b. Jadwal interval variasi : pemberian penguatan dengan jarak waktu yang bervariasi.
diberikan. d. Jadwal rasio tetap (fixed ratio) : membutuhkan sejumlah perilaku klien yang
relatif stabile. Jadwal rasio variasi (variabel ratio) : pemberian reinforcement untuk sejumlah
tingkat stabilitas tinggif. Pemilihan jadwal reinforcement tergantung pada: a) Berat ringannya
masalah : masalah yang mengancam dapat disusun jadwal ratio tetap dengan jarak yang kecil
dan secara bertahap (rasio variasi).b) Lamanya perilaku tersebut diperlukan : jika perilaku hanya
perlu dilakukan di RS dapat digunakan jadwal interval tetap dengan jarak interval pendek dan
interval variasic) Usia klien : pada anak-anak perubahan atau pembentukan perilaku lebih cepat
menggunakan jadual rasio, interval tetap dan variasid) Jumlah orang yang terlibat : secara umum
membutuhkan lebih banyak orang karena perilaku yang ditampilkan dihitung.2.13 PERUBAHAN
PENERAPAN TERAPI PERILAKU. Selama masa perkembangannya sampai saat ini, terdapat
tiga perubahan besar dalam penerapan terapi perilaku, yaitu : 1. terapi perilaku yang fokus pada
memodifikasi perilaku-perilaku tampak (overt behavior), yakni yang didasarkan pada prinsip dan
prosedur clasical dan operant conditioning. Terdapat dua pendekatan yang terkenal yakni : a.
applied behavior analysis (Skinner) Pada pendekatan ini asumsi yang digunakan adalah perilaku
merupakan fungsi dari konsekuensi (behavior is a function of its consequences). Prosedur yang
Neobehavioristic mediational stimulus response (Mowrer & Miller). Merupakan aplikasi dari
konsep clasical conditioning. Pada pendekatan ini mulai disadari bahwa proses mental
mempunyai pengaruh terhadap hukum belajar yang kemudian membentuk suatu perilaku. Model
berupa systematic desensitization dan flooding. 2. Gerakan ke dua Social-Cognitive theory yang
diprakarsai oleh Bandura (1986). Ada 3 faktor yang terpisah namun saling membentuk sistem
interaksi satu sama lainnya, yang berupa lingkungan (external stimulus event)s, penguatan
Theory beranggapan bahwa ketiga elemen terseut saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh
karena itu, dalam prosedur treatment yang menjadi fokus adalah individu itu sendiri sebagai
agent of change. Aplikasi dari teori ini adalah Cognitive Behavior Therapy (CBT). CBT dapat
membantu merubah cara berfikir cognitve dan bagaimana berperilaku behavior. Perubahan ini
dapat membantu untuk merasa lebih baik .Fokus pada masalah dan penyulit sekarang dan saat
ini here and now. Sebagai pengganti focus penyebab stress di masa lalu, Dimana cara ini adalah
jalan untuk memperbaiki pikiran saat ini.Satu masalah terbesar dalam CBT adalah menentukan
mana fikiran negative atau fikiran disfungsional yang sesuai dengan target dari intervensi
kognitif. Penentuan fikiran utama hot thought merupakan hal yang sangat sulit, karena klien
mempunyai banyak pikiran utama. Target utama kognitif terapi adalah memngidentifikasi pikiran
utama central dari masalah klien, contohnya : terakhir kali merasa sangat depresi/merasa sangat
tertekan. 2.14 Prinsip Penggunaan Pendekatan CBTCBT membantu berfikir dalam mengatasi
masalah dengan cara memecahkannya ke dalam bagian-bagian yang kecil, tujuannya untuk
membuat lebih mudah bagaimana melihat hubungan dan bagaimana hal tersebut mempengauhi
diri seseorang.Bagian-bagian tersebut terdiri dari : a) Situasi : Suatu masalah, kejadian atau
situasi yang sulit. Kemudian dapat dilanjutkan dengan : b) Thought (pikiran ) c) Emotion (emosi)
d) Physical feelling (perasaan fisik) e) Action (tindakan) Setiap area tersebut saling
mempengaruhi. Bagaimana pikiran seseorang terhadap suatu masalah dapat mempengaruhi
perasaan baik secara fisik maupun emosional. Hal itu juga dapat dilakukan untuk merubah diri
sendiri.Terdapat enam komponen esensial dalam CBT, yaitu: a. hubungan kolaboratif yang
terapeutik Ketulusan genuine, menghormati dan hubungan saling percaya antara perawat
terapis dengan klien merupakan komponen utama dalam pencapaian tujuan terapi. Perawat
dank lien bersama-sama merumuskan dan menyetujui yang berkenaan dengan tnggung jawab
dalam melakukan proses perubahan.b. Formulasi kasus kognitif Membuat profil diagnosis,
konseptual masalah klien, perkiraan asset klien untuk terapi, memberikan berbagai strategi
pengobatan yang ditujukan pada masalah klien. Juga memngidentifikasi alas an yang mungkin
keresistenan dalam pengobatan atau terapi awal . c. StrukturisasiPendekatan CBT dalam proses
perkembangan hubungan yag terapeutik dan memberikan arahan dan berfokus pada keduanya,
yaitu perawat dan klien. Struktur sesi CBT terdiri dari lima elemen penting :a. setting agendab.
identifikasi dab sepakati masalah yang terjadic. umpan balik yang periodicd. pemberian
model kognitifAjari metoda ABC akan membantu kejelasan dari konsepsi yang salah terhadap
penyebab masalah serta mengerti bahwa pikiran, emosi dan perilaku saling mempengaruhi.
berubah, motivasi terhadap tanggung jawab atas atas kesembuhan klien, serta mendorong
mereka untuk bekerjasama dengan perawat dalam proses berubah. e. CBTBerbagai teknik
dapat diterapkan berhubungan dengan CBT teknik, seperti pertanyaan sokratik, lembar kerja
core-belief, imagery, cost-benefit analysis, continuum core belief logs,percobaan perilaku atau
yaitu : a. Destigmatisasi : identifikasi dan diskusikan arti negative yang klien miliki tentang
pelabelan gangguan jiwa b. Restoring Positive experience : membantu klien mengganti dari
menghabiskan waktu yang banyak terhadap perasaan khawatir atau merasa tidak mampu
terhadap masalah yang dihadapi menjadi memiliki gambaran yang realistis mengenai pentingnya
pencapaian perasaan seimbang dan proposional dalam kehidupan.c. Indikasi Klien : Kecemasan
, Depresi ,Panic ,Agoraphobia dan phobia lainnya ,Social phobia ,Bulimia ,Gangguan obsesif
penggabungan kognitif Terapi perilaku ( CBT ) dan konseling berpusat pada klien ( CCC ) dalam
pendidikan dan praktek perawat . Saat ini , CBT dan CCC dipraktekkan secara independen dari
satu sama lain dalamperawatan kesehatan mental . Proyek ini berusaha untuk
pendekatan sinergis . diambil dengan cara mengembangkan dan memberikan percontohan tiga
hari belajar lokakarya . Lokakarya pengalaman yang dievaluasi dengan menggunakan dua set
kuesioner terstruktur dan enam wawancara semi - terstruktur dengan dipilih secara acak
peserta . Sebuah kuesioner tindak lanjut digunakan untuk meninjau pendekatan gabungan
dalam praktek . Kedua terapi perilaku kognitif ( CBT ) dan konseling klien cen - Tred ( CCC )
Praktek-praktek berbagai terapi untuk meningkatkan kesejahteraan .untuk itu perlu untuk
pendekatan terpadu untuk CBT dan CCC .(Findlay Collins, MPhil, BA, RNT, RMN, DipEd, and
David Deady, BA, RNT, RCNT, RGN, RMN, DN, DipCouns, DIMN,are lecturers, School of Health
Nursing and Midwifery, University of Paisley.Artikel Cognitive behavioural therapy and client-
centred counseling Di akses pada tanggal 16 sep 2003 ) 3. Acceptance and Commitment
prinsip-prinsip behaviorisme Skinner dengan faktor bahasa dan kognitif serta bagaimana ketiga
faktor tersebut berpengaruh dalam psikopatologi. Terdapat empat konsep utama yakni: a.
Experiential avoidance. Mengacu pada proses mencoba untuk menghindari pengalaman pribadi
negatif atau menyedihkan, b. Acceptance. ACT dirancang untuk membantu klien belajar bahwa
menghindari pengalaman adalah bukan solusi. c. Cognitive Defusion. Konsep ini mengacu
memisahkan pikiran dari orang lain yang dan apa yang kita pikirkan. d. Commitment. ACT
berfokus pada tindakan.2.15 Pengajaran ABC Kognitif terapi difokuskan pada fikiran, emosi,
perilaku dan lingkungan juga aspek penting.Langkah pertama pada kogniif terapi adalah
mengajarkan klien pentingnya pikiran. Terapis harus menunjukan belief, filosofi dan skematik
klien yang dapat menyebabkan kekuatan pada emosi dan perilaku, serta menghambat atau
menurunkan emosi yang negative. Klien harus diubah keyakinannya. Hal ini bukan merupakan
suatu proses penyebab; terapis perlu menggunakan metoda sistemik untuk menjelaskan prinsip-
prinsinya. Sebelum klien dapat memnggunakan teknik kognitif yang efektif, klien harus
yang salah dari orang tua, pengalaman masa kanak-kanak yang traumatic, ketidakberuntungan,
marah kepada orang lain, sakit yang terbentuk karena pebedaan pandangan masyarakat.
Metoda Ajarkan formula dasar : A B C Gambarkan rumus dibawah ini kepada klien A ==> B ==>
singkatan dari belief (kepercayaan), yaitu apa yang anda percayai dari kejadian tersebut. c) C:
merupakan singkatan dari consequence (konsekuensi) yang anda alami sebagai akibat dari apa
yang anda percayai. d) Cognitive therapy mencoba mengubah B, yaitu apa yang anda percayai
dari kejadian tersebut agar anda tidak perlu mengalami C yaitu konsekuensi negatif dari B yang
anda punyai. Bila anda bisa menghindari munculnya B negatif (kepercayaan negatif) dari suatu
kejadian yang sebenarnya (actual event), maka berarti anda sudah berhasil mencegah timbulnya
konsekuensi negatif (marah, sedih, frustasi, dll).Berikut ini teknik atau cara melakukannya: 1.
Periksa apa yang sebenarnya terjadi (evident). Letakkan suatu kejadian dalam konteksnya atau
gambaran besarnya. Bila anda sedih karena suami bilang bahwa anda pemalas karena ketika
tadi malam anda pulang malam dan tidak punya lagi kekuatan untuk membersihkan dapur. Maka
ingat ingat bahwa pada hari hari biasa, ketika tidak terlalu capai, anda biasanya membersihkan
dapur. Tentu saja, bila saat itu sangat capai, bisa dimaklumi bila anda tidur tanpa membersihkan
dapur terlebih dahulu. Dengan kata lain, anda tidak perlu menyalahkan diri anda sendiri sebagai
pemalas. 2. Bicara kepada diri sendiri seperti bila anda bicara kepada teman. Misalnya : ada
seorang teman yang kena pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga teman tersebut merasa
sebagai orang yang tidak berguna lagi, gagal dan tidak dihargai. Apa yang anda katakan
kepadanya? Mungkin anda akan berkata seperti ini: Anda bukan seorang yang gagal dan tidak
berguna. Banyak orang terkena PHK, dan PHK sering tidak berkaitan dengan kinerjamu. Kamu
punya kemampuan dan kreatif. Kamu dulu pernah jatuh dan bangkit lagi. Saya percaya kamu
akanbisa mengatasi hal ini. Bila anda mengalami hal yang sama, katakan hal yang sama kepada
diri anda sendiri. 3. Temukan kesuksesan ataukeberhasilan kecil. Dari pada menilai perkawinan
anda sebagai gagal total, coba lihat pada keberhasilan atau kesuksesan kecil, seperti bahwa
selama ini anda bisa saling mendukung sehingga anda bisa mengambil S2 dan jabatan juga
naikterus. Kita selalu bia mengubah pikiran negatif menjadi pikiran positif dalam segala situasi. 4.
Buat rumusan pengertian atau definisi dari suatu istilah. Bila anda gagal ketika ikut tes
mengemudi (cari SIM-surat ijin mengemudi) kemudain anda berpikir bahwa anda adalah
manusia tidak berguna, maka coba lihat pengertian manusia tidak berguna. Manusia tidak
berguna adalah manusia yang tidak bisa menghasilkan apa apa. Nah, tentu saja anda tidak
termasuk dalam kategori manusia tidak berguna. 5. Lakukan survey kecil-kecilan.Bila ibu anda
ingin berkunjung dan menginap dirumah anda, padahal saat itu anda sangat sibuk dengan
pekerjaan kantor dan anak anak juga sibuk dengan tes di sekolah. Anda sebenarnya agak
keberatan dengan kunjungan ibu anda disaat kondisi seperti itu, namun anda juga ingin menjadi
anak yang berbakti. Bila anda bingung, coba tanya kepada teman teman atau saudara dekat
bagaimana sebaiknya mengatasi hal tersebut. 6. Buat perbandingan. Misalnya bila anda merasa
sedih karena anda merasa jadi ibu yang pemalas (karena anda tidak suka masak, makanan
sering beli makanan jadi), maka bandingkan denganbidang yang lain. Ternyata anda senang
membersihkan rumah, merawat taman, membantu anak anak mengerjakan pekerjaan rumah.
Dengan demikian anda bisa menghilangkan pikiran negatif bahwa anda adalah seorang istri
pemalas karena tidak suka memasak. 7. Pecahkan masalah. Bila anda marah marah setelah
pulang kantor karena melihat rumah kotor dan berantakan. Maka dari pada marah marah tidak
karuan, coba pecahkan masalahnya. Ternyata istri anda hari itu harus memasak untuk kegiatan
sosial sehingga tidak sempat membersihkan rumah. Maka pemecahannya bisa dengan,
misalnya: mencari pembantu kerja paruh waktu, atau beli makanan jadi untuk kegiatan sosial
(tidak harus istri masak sendiri), dll. Intinya dari pada Seperti juga kebiasaan baik (berolah raga,
makan sehat, dll) maka agar bisa menghilangkan pikiran negatif, kita perlu berlatih
melakukannya secara teratur. Hasilnya akan menggembirakan.marah dan punya pikiran negatif,
lakukan saja pemecahan masalahnya. ( di kutip dari artikel TirtoJiwo, Juni 2012,tentang Terapi
Kognitif dan Perilaku Untuk Penderita Depresi ) 4. Gerakan ketiga dalam perkembangan terapi
perilaku didasari oleh argumentasi Hayes (2004) yang mulai menggunakan konsep penerimaan
(acceptance) yg merupakan proses aktif dari self-affirmation, menerima bukan berarti menyerah
bentuk terapi perilaku yang menggunakan konsep acceptance, yakni : a. Dialectical Behaviora
Therapy (DBT) : Terdapat dua konsep penting dalam penerapan DBT, yakni Acceptance and
kemampuan yang harus dikuasai, yakni : b. Mengamati serta memperhatikan emosi yang
Mencoba untuk menjelaskan dan menjabarkan pikiran serta perasaan yang sedang dirasakan. d.
Jangan langsung menghakimi atas pikiran dan perasaan yang sedang dialami, tapi coba untuk
mengidentifikasi dan memahami apa yang menjadi penyebab hal tersebut. e. Stay in the present.
f. Fokus pada satu hal (one mindfully). BAB 3PENUTUP2.10 KESIMPULANTerapi perilaku
adalah terapi psikologis singkat bertarget yang lebih menangani gambaran terkini berbagai
fobik dan perilaku kompulsif, disfungsi sexual (misalnya impotensi dan frigiditas) dan deviasi
kebiasaan atau pengawasan impuls (misalnya gagap, enuresis, dan berjudio secara kompulsif),
gangguan nafsu makan (obesitas dan anorexia) dan reaksi konversi. Terapi perilaku berusaha
Management Programs,Multimodal Terapi. Menurut Handojo ada lima tujuan terapi tingkah laku,
akademik,Kemampuan bantu diri atau bina diri dan keterampilan lain. Namun secara umum
tujuan terapi tingkah laku yaitu menciptakan kondisi baru untuk belajar. Dengan asumsi bahwa
menekankan peran aktif klien dalam menentukan tentang pengobatan mereka. Daftar pustaka
Dolan, D. C., Taylor, D. J., Bramoweth, A. D., & Rosenthal, L. D. (2010). Cognitive-behavioral
Fadlilah, Hj. Lailatul. 2008. Skripsi Kendala Penerapan Terapi ABA (Applied Behavior Analisys)
Terhadap Kemandirian Anak Retardasi Mental (Mahassiswa Fakultas Psikologi UIN MALIKI
Malang).di akses pada hari selasa 09 okt 2013. Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan
Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia. Howland, Rebeka. (1997). Psikiatri. Alih Bahasa: R.F
Maulany. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Purwaningsih, Wahyu & Karlina
Supriadi,2006,BehaviourCounselling,http://www.andragogi.com/document2/Terapi%20tingkah
%20laku.htm, di akses pada minggu , 06 okt 2013. therapy of insomnia.2009 clinical case series
study of patients with co-morbid disorders and using hypnotic medications. Behav Res Ther,
48(4), 321-327. doi: 10.1016/j.brat.2009 YS, Miss. 2011. Terapi Tingkah Laku, (behavioristik),
(http://trueorwrong.wordpress.com/2011/02/23/terapi-tingkah-laku-behavioristik/), Di akses pada
Top Related
Prilaku konsumen 2
Documents
168815644 prilaku-jujur
Documents
Pb 7. prilaku abnormal.
Documents
Lp Prilaku Kekerasan
Documents
prilaku konsumen
Documents
Prilaku Ars
Documents
prilaku konsument.pptx
Documents
Term
DMCA
Cookie Policy
Contact Us
Copyright © 2018 DOKUMEN