Anda di halaman 1dari 9

PENINGKATAN SOFTSKILL PERAWAT MELALUI KEPEMIMPINAN

TRANSFORMASIONAL KEPALA RUANG PADA RS SWASTA DI


SEMARANG

Tri Hartiti*

*) Staf Dosen di Universitas Muhammadiyah Semarang Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan

ABSTRAK

Kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang dapat diterapkan dengan karakteristik


kharismatik, pengaruh idealis, motivasi inspirasional, stimulasi intelektual, serta konsiderasi individu.
Softskill adalah keterampilan kecakapan hidup baik untuk diri sendiri, berkelompok atau bermasyarakat
yaitu berupa keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skill) maupun
keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intra personal skill) agar mampu mengembangkan
produktifitas kerja secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kepemimpinan
transformasional kepala ruang dan kemampuan softskill dari perawat pelaksana serta hubungan keduanya.
Penelitian ini dilakukan pada Rumah Sakit Swasta di Semarang, terhadap 18orang perawat sebagai kepala
ruang, dan 80 orang perawat pelaksana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
korelasi dengan pendekatan crossectional. Hasil dari penelitian ini didapatkan 4 orang (22%) kepala
ruang yang telah memiliki kemampuan kepemimpinan transformasional baik , sedangkan 14 orang (78%)
belum baik, didapatkan 20 orang (25%) perawat pelaksana yang telah memiliki softskill yang baik,
sedangkan 60 orang (75%) memiliki softskill yang kurang baik. Terdapat hubungan antara kepemimpinan
transformasional kepala ruang dengan softskill perawat pelaksana dengan p=0,018
Kata kunci : kepemimpinan Transformasional, softskill

Peningkatan Softskill Perawat Melalui Kepemimpinan Transformasional Kepala Ruang 115


Pada RS Swasta Di Semarang
Tri Hartiti
PENDAHULUAN kepuasan atas kualitas kehidupan kerja
Kepemimpinan transformasional sebagai mediator “penguat” terhadap
sudah banyak dilaporkan sebagai salah satu perilaku ekstra peran para Guru Sekolah
kepemimpinan yang dapat memperbaiki atau dapat disimpulkan bahwa semakin baik
sumber daya manusia. Seperti hasil penerapan kepemimpinan transformasional
penelitian yang dilakukan oleh Sumadi oleh kepala sekolah akan semakin baik pula
(2005), dengan metode sampel sensus yaitu kepuasan kerja guru sebagai bawahannya
seluruh populasi dijadikan sampel dengan sehingga kualitas kehidupan kerjanya juga
jumlah 55 orang perawat di Rumah Sakit semakin baik.
Umum Nirmala Suri Sukoharjo Hartiti, 2010 dalam studi diskriptif
memperoleh hasil perilaku kepemimpinan terhadap kemampuan kepemimpinan
transformasional mempunyai pengaruh Transformasional kepala ruang di RS
yang positif dan signifikan terhadap kinerja Roemani didapatkan kesimpulan hasil
perawatnya, dan kepercayaan terhadap bahwa kepala ruang yang memiliki
pemimpin memperkuat pengaruh perilaku kemampuan kepemimpinan
kepemimpinan transformasional terhadap transformasional yang baik memiliki
kinerja perawatnya. persepsi softskill yang baik pula terhadap
Menurut Nurrachmat (2004), perawat pelaksana sebagai bawahannya.
dengan hasil penelitiannya Peran Soft skill mempunyai porsi besar
Kepemimpinan Transformasional, dalam mendukung kesuksesan seseorang
Kepemimpinan Transaksional, Komunikasi dalam memasuki dunia kerja. Mempunyai
Internal, Dan Pengembangan Karir kemampuan hard skill yang baik, namun
Terhadap Kepuasan Kerja di PT Sumber tidak didukung dengan kepribadian atau
Bengawan Plasindo Karanganyar kemampuan soft skill yang baikpun akan
didapatkan hasil bahwa variable sia-sia saja (Ismail, 2007). Pengkajian
independen yang terdiri dari kepemimpinan masalah Sumber Daya Manusia (SDM)
transformasional, kepemimpinan pada dekade terakhir dilakukan oleh sebuah
transaksional, komunikasi internal, dan lembaga Emotional Quality Inventory
pengembangan karir berpengaruh positif (EQI) menyatakan bahwa para professional
dan signifikan terhadap kepuasan kerja, hal dari berbagai penjuru dunia yang dijadikan
ini ditunjukkan dengan nilai hosmer and sample menunjukkan bahwa IQ hanya
lemeshow test menunjukkan besarnya sig memberikan kontribusi maksimal 20%
0,816 yang berarti lebih besar dari 0,05, bahkan rata-ratanya hanya berkisar 6% saja
dengan kata lain semakin baik penerapan bagi sukses seseorang, dibanding EQ.
kepemimpinan transformasional akan Bahkan Institut Teknologi Carnegie
semakin baik pula kepuasan kerja menemukan bukti lain lagi yaitu dari
bawahannya. 10.000 orang yang sukses 15%
Demikian juga hasil Studi pada keberhasilan mereka ditentukan oleh
Guru-Guru SMU di Kota Surabaya tahun keterampilan teknis, sedangkan 85%
2007 yang dilaporkan oleh Thomas didominasi oleh faktor kepribadian atau soft
Stefanus Kaihatu dan Wahju Astjarjo Rini skill. Edward Wiggam menemukan 400
dengan sampel sebanyak 190 orang, orang atau 10% dari 4000 orang yang
diperoleh bahwa Kepemimpinan kehilangan pekerjaan adalah akibat ketidak
transformasional mempunyai pengaruh mampuan teknis, artinya 90% mereka
yang signifikan terhadap perilaku ekstra menganggur karena memiliki masalah
peran, dengan kata lain kepemimpinan kepribadian (Christian 2008)
transformasional melalui kepuasan atas Keperawatan sebagai profesi tidak
kualitas kehidupan kerja dengan koefisien terlepas dari kebutuhan sumber daya
jalur pengaruh total sebesar 0,241. yang manusia keperawatan yang berkualitas.
mengandung arti bahwa kepemimpinan Manajemen sumber daya manusia
transformasional secara signifikan keperawatan yang berkualitas identik
mempunyai pengaruh langsung maupun dengan kecerdasan emosional atau
tidak langsung dan bersifat positif melalui kecerdasan sosial yaitu kemampuan

116 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 2, November 2013; 115-123


mengelola emosionalitas dalam merespon pelaksana yang berjumlah 242 orang yang
stimulasi sosial secara akurat, oleh karena diambil secara Proportional Random
kesuksesan seseorang 70% dipengaruhi Sampling dikarenakan jumlah perawat di
oleh kecerdasan emosionalnya dari pada masing-masing ruangan tidak merata.
kecerdasan intelegensinya. Adapun Sampel dihitung dengan
Pelaksanaan pengelolaan manajemen menggunakan Rumus sepertiga dari jumlah
perawat pelaksana di unit pelayanan populasi (Nursalam, 2008).
perawatan agar dapat mencapai kompetensi Sampel penelitian ini adalah 18
inti yang dominan seperti soft skill menurut orang perawat sebagai kepala Ruang dan 80
Balke 2006, merupakan peran dan tanggung orang perawat pelaksana yang ada di unit
jawab kepala ruang Agar dapat memberikan perawatan RS Islam Sultan Agung, yang
pelayanan keperawatan yang berkualitas diambil secara proportional random
sehingga dapat mewujudkan kepuasan sampling.
kepada penerima pelayanan, maka Alat ukur yang digunakan dalam
diperlukan proses manajerial yang baik. penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri
Kepala ruang sebagai manajer tingkat dari Kuesioner untuk mengukur
bawah yang bertanggung jawab terhadap Kepemimpinan Transformasional Kepala
pelaksanaan manajemen di unit pelayanan Ruang (Transformational Leadership
perawatan diharapkan mempunyai Quetionnaire TLQ) dari kepala ruang,
kompetensi sebagai pemimpin. kuesioner untuk mengukur softskill perawat
pelaksana ( Nurse Softskill Quetionnaire
METODE PENELITIAN NSQ), yang semua diuji validitas maupun
Populasi dan sampel Penelitian reliabilitasnya baik content validity dengan
Populasi pada penelitian ini adalah ekspert maupun construc validity dengan
seluruh perawat kepala ruang yang ada pilot study pada 20 orang perawat yang ada
pada Rumah Sakit Swasta di Semarang di Rumah sakit Roemani PKU
yang berjumlah 18 orang dan perawat Muhammadiyah.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan Karakteristik kepala dan perawat pelaksana pada RS
swasta di Semarang tahun 2012

No Variabel Kepala Ruang Perawat pelaksana p


(x±SD) f (%) (x±SD) f (%)
1 Umur 34,61 ± 24,49 ± 2,19
4,340 0,000
2 Masa kerja 4,17 ± 3,01 ± 1,33
2,065 0,035
3 Jenis Kelamin :
Laki-laki 3 (48) 19(23,8) 0,058
Perempuan 15 (52) 61(76,2)
4 Pendidikan :
D3 9 (50) 80(100) 0,003
S1 7 (39)
Ners 2 (11)

Rerata umur kepala ruang 34,61 tahun, dengan masa kerja rata-rata 3,01
tahun, dengan masa kerja rata-rata 4,17 tahun, dan mayoritas berjenis kelamin
tahun,dan mayoritas berjenis kelamin perempuan 76,2%, dengan tingkat
perempuan 52%, dengan tingkat pendidikan pendidikan semua 100% D3 keperawatan.
tertinggi Ners 11 %, pendidkan terendah D3 Terdapat perbedaan karakteristik pada
50%. Rerata umur perawat pelaksana 24,49 umur, masa kerja dan tingkat pendidikan

Peningkatan Softskill Perawat Melalui Kepemimpinan Transformasional Kepala Ruang 117


Pada RS Swasta Di Semarang
Tri Hartiti
antara kepala ruang dengan perawat oleh masa kerja/pengabdian yang relative
pelaksana dengan masing-masing p=0,000, panjang, senioritas, pengalaman dalam
p=0,035 dan p=0,003, dan tidak ada karier jabatan dan potensi individual
perbedaan jenis kelamin antara kepala (charisma), sehingga penulis tepat memilih
ruang dengan perawat pelaksana. responden kepala ruang sebagai kelompok
Menurut Soegito (2010) orang yang perlakuan, dikarenakan model
umurnya masih relative muda maka kepemimpinan transformasional berbasis
pengalaman hidupnya juga demikian softskill ini dapat diterapkan, bahkan
sehingga untuk mencapai kepemimpinan memberikan dampak yang baik terhadap
transformasional masih sangat jauh dari peningkatan softskill perawat pelaksana,
memungkinkan untuk dapat dimiliki. sebagai obyek penerapan kepemimpinan
Kepemimpinan transformasional sangat transformasional kepala ruang berbasis
tepat dengan gender perempuan, dengan softskill tersebut
alasan perempuan lebih dapat memotivasi Pendapat tersebut tidak sejalan
dengan kesabaran dan sifat emosional yang dengan yang dikemukakan oleh Sidiq
lebih baik dibanding laki-laki, Andre (2008), bahwa kepemimpinan akan berjalan
(2008) lebih baik jika dipimpin oleh seseorang
Menurut Marquis (2000) dan Gibson yang usianya masih produktif (relative
(1994) sejak masa pendidikan keperawatan muda), sehingga ada pembatasan umur
baik perempuan maupun laki-laki untuk menjadi seorang pemimpin agar tidak
mempunyai pengalaman belajar yang sama memasuki usia tua, mengingat usia muda
dalam mencapai kompetensi dan tujuan lebih energik dan kreatif,meskipun
kurikulum pendidikan keperawatan. Dalam pengalaman kerjanya belum banyak.
menjalankan tugasnya perawat perempuan
dan laki-laki mempunyai tanggung jawab Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik
dan akontabilitas yang sama, sehingga kepemimpinan Transformasional kepala
dalam pelaksanaan kepemimpinan ini tidak ruang pada RS Swasta di Semarang Tahun
ada perbedaan antara kepala ruang 2011 (n=18)
perempuan dengan kepala ruang laki-laki.
Tingkat pendidikan mempunyai No Kepemimpinan Memiliki Tidak
Transformasional memiliki
hubungan yang bermakna terhadap kinerja
F % f %
pemimpin seperti dikemukakan oleh 1 Kharismatik 6 34 12 66
beberapa pakar Marquis (2000) dan Gibson 2 Pengaruh idealis 9 50 9 50
(1994), kepala ruang sebagai pemimpin 3 Motivasi inspirasional 6 34 12 66
bagi pelaksana keperawatan dalam 4 Stimulasi intelektual 5 28 13 72
melakukan pemberian asuhan keperawatan 5 Konsiderasi individual 14 78 4 22
yang holistic kepada pasien dan Overall 4 22 14 78
keluarganya maka, perawat pelaksana harus
bertanggung jawab, mampu memecahkan Pada tabel 2 diatas didapatkan 4
masalah, sesuai perkembangan jaman, orang (22%) kepala ruang yang telah
untuk itu kepala ruang dituntut untuk memiliki kemampuan kepemimpinan
memiliki ilmu pengetahuan, sikap, dan transformasional, sedangkan 14 orang
keterampilan memimpin yang professional (78%) kepala ruang tidak memiliki
dan etis. kemampuan kepemimpinan
Menurut Soegito (2011), pola transformasional.
kepemimpinan transformasional ditentukan

118 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 2, November 2013; 115-123


Tabel 3. Distribusi frekuensi softskill perawat pelaksana di rumah Sakit Swasta di Semarag tahun
2012 (n=80)

No Softskill perawat pelaksana Baik Kurang


Baik
F % F %
1 Kemampuan Beradaptasi 24 30,0 56 70,0
2 Kemampuan berkomunikasi 18 22,5 62 77,5
3 Kerjasama tim 40 50,0 40 50,0
4 Memecahkan masalah 10 12,5 70 87,5
5 Percaya diri 36 45,0 44 55,0
6 Kedisiplinan 44 55,0 36 45,0
7 Ketelitian 16 20,0 64 80,0
overall 20 25,0 60 75,0

Pada tabel 3 diatas didapatkan 24 baik. Terdapat 36 orang (45%) perawat


orang (30%) perawat pelaksna memiliki pelaksana memiliki kemampuan percaya
kemampuan beradaptasi baik, sedangkan 56 diri baik, sedangkan 44 orang (55%)
orang (70%) perawat pelaksna memiliki perawat pelaksana memiliki kemampuan
kemampuan beradaptas kurang baik. percaya diri kurang baik. Terdapat 44 orang
Didapatkan 18 orang (22,5%) perawat (55%) perawat pelaksna memiliki
pelaksana memiliki kemampuan kedisiplinan baik, sedangkan 36 orang
berkomunikasi baik, sedangkan 62 orang (45%) perawat pelaksana memiliki
(77,5%) memiliki kemampuan kemampuan kedisiplin kurang baik.
berkomunikasi kurang baik. Untuk Terdapat 16 orang (20%) perawat pelaksana
kemampuan bekerjasama tim didapatkan memiliki ketelitian baik, sedangkan 74
masing-masing 40 orang (50%) perawat orang (83%) perawat pelaksana memiliki
pelaksana memiliki kemampuan ketelitian kurang baik. Secara keseluruhan
bekerjasama tim baik, dan 40 orang (50%) perawat pelaksana yang memiliki
perawat pelaksana memiliki kemampuan kemampuan softskill yang baik adalah 20
bekerjasama tim kurang baik. orang (25%), sedangkan yang memiliki
Terdapat 10 orang (12,5%) perawat softskull yang kurang baik 60 orang (75%)
pelaksana memiliki kemampuan Hasil analisis hubungan antara
memecahkan masalah baik, sedangkan 70 kepemimpinan transformasional kepala
orang (87,5%) perawat pelaksana memiliki ruang terhadap softskill perawat dapat
kemampuan memecahkan masalah kurang dilihat pada tabel 3 berikut ini

Tabel 4. Tabel hubungan kepemimpinan transformasional kepala ruang Dengan softskill perawat
pelaksana di RS Swasta di Semarang tahun 2012

Kepemimpinan Softskill perawat pelaksana Total p-value


transformasional Baik Tidak baik
f % f %
Baik 6 33 3 17 9 (50%) 0,018
Tidak baik 1 6 8 44 9(50%)
Total 7 39 11 61

Dari tabel.4 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara kepemimpinan


transformasional dengan softskill perawat pelaksana dengan p=0,018.

Peningkatan Softskill Perawat Melalui Kepemimpinan Transformasional Kepala Ruang 119


Pada RS Swasta Di Semarang
Tri Hartiti
Tabel 5. Tabel hubungan kepemimpinan transformasional kepala ruang dengan masing-masing
variabel softskill perawat pelaksana pada rumah Sakit Swasta di Semarang tahun 2012

No Kepemimpinan p-value Keterangan


Transformasional

Softskill perawat
1 Kemampuan beradaptasi 0,000 Ada hubungan antara kepemimpinan transformasional
kepala ruang dengan kemampuan beradaptasi
2 Kemampuan berkomunikasi 0,000 Ada hubungan antara kepemimpinan transformasional
kepala ruang dengan kemampuan berkomunikasi
3 Kemampuan bekerjasama 0,000 Ada hubungan antara kepemimpinan transformasional
kepala ruang dengan kemampuan bekerjasama tim
4 Kemampuan memecahkan 1.000 Tidak ada hubungan antara kepemimpinan
masalah transformasional kepala ruang dengan kemampuan
memecahkan masalah
5 Percaya diri 0,371 Tidak ada hubungan antara kepemimpinan
transformasional kepala ruang dgn percaya diri
6 Disiplin 0,371 Tidak ada hubungan antara kepemimpinan
transformasional kepala ruang dgn disiplin
7 Teliti 0,000 ada hubungan antara kepemimpinan transformasional
kepala dgn ketelitian

Silvi (2007) bahwa kepemimpinan Kepemimpinan transformasional


merupakan salah satu cara untuk mencapai yang diterapkan oleh kepala ruang mampu
softskill perawat, hal ini dipengaruhi pula membuat perawat pelaksana meningkat
oleh kejelasan tugas yang diberikan oleh kemampuan berkomunikasinya, menurut
kepala ruang. Kepala ruang yang Soegito (2010) kepala ruang dapat
kharismatik yaitu yang memiliki dan memberikan pengaruh idealis kepada
menerapkan visi misi yang sarat dengan perawat pelaksana sebagai bawahan.
pesan moral bagi perawat, kepala ruang Menurut penulis Penerapan pengaruh
yang memiliki pengaruh idealis dengan idealis pada penelitian ini dengan
kemampuan menggerakkan perawat memberikan suri tauladan dan menjadi role
pelaksana dalam menerapkan SOP, dan model pada kegiatan sehari-hari perawat
kemampuan memotivasi serta jadwal tugas pelaksana, pada kepala ruang sudah
kegiatan perawat yang jelas merupakan dijalankan, masih banyak contoh suri
kemampuan motivasi insirasional bagi tauladan yang diberikan oleh para
kepala ruang. pemimpin perawat ini yang baik seperti
Hal tersebut sesuai dengan hasil ketepatan waktu kerja, evaluasi atau
penelitian Burt dan Nanus, (1992) telah memberikan feedback pencapaian kerja
memberikan suatu kejelasan tentang cara perawat pelaksana, melalui komunikasi
pemimpin transformasional mengubah langsung.
budaya dan strategi sebuah organisasi. Pada Kepala ruang sebagai pemimpin di
umumnya, para pemimpin transformasional unit keperawatan merupakan seseorang
memformulasikan sebuah visi, perawat yang mampu mengupayakan agar
mengembangkan sebuah komitmen segala pekerjaan asuhan keperawatan
terhadapnya, melaksanakan strategi untuk terselesaikan dengan memanfaatkan orang
mencapai visi tersebut, dan menanamkan lain dalam hal ini adalah perawat pelaksana,
nilai baru. serta membuat pesan mingguan sehingga kepala ruang perlu mengetahui
yang ditempelkan di ruang perawat dan dengan pasti kondisi dan tingkat
dilaksanakan , yang berisi pesan untuk perkembangan tim kerja yang ada di unit
meningkatkan softskill perawat, menurut keperawatan. Untuk itu tergantung pada
Silvi (2007) salah satu cara untuk dapat kerjasama dan komitmen dari perawat
mempercepat proses adaptasi. sebagai anggota tim serta harus mampu

120 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 2, November 2013; 115-123


menjalin hubungan kerjasama dengan ketelitian, melalui pendokumentasian yang
orang-orang tersebut, baik sebagai individu tertib.
maupun sebagai tim.
Pemecahan masalah (problem SIMPULAN
solving) adalah upaya individu atau Kepemimpinan transformasional
kelompok untuk menemukan jawaban secara umum mempunyai korelasi terhadap
berdasarkan pemahaman yang telah softskill perawat pelaksana, kepemimpinan
dimiliki sebelumnya dalam rangka transformasional mempunyai korelasi
memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah terhadap softskill perawat pelaksana dalam
(Krulik & Rudnick, 1996 dalam Santyasa hal kemampuan beradaptasi, kemampuan
2005). berkomunikasi, kemampuan bekerjasama
Percaya diri merupakan salah satu tim, dan ketelitian, kepemimpinan
softskill yang diharapkan sebagai perawat transformasional tidak mempunyai korelasi
ideal, sesuai hasil penelitian Ivan MA terhadap softskill perawat pelaksana dalam
(2008), bahwa salah satu criteria dari hal kemampuan memecahkan masalah,
perawat ideal yang diharapkan adalah percaya diri, dan kedisiplinan
percaya diri. Hasil penelitian Sumbada
(2003), menunjukkan bahwa percaya diri SARAN
dapat meningkatkan prestasi kerja pada Kepemimpinan Transformasional
perawat di RSUD Yogyakarta. Dalam perlu dikembangkan dan ditanamkan
penelitian ini peneliti memberikan stimulus kepada pemimpin keperawatan diunit
kepada perawat untuk selalu berinteraksi perawatan untuk meningkatkan softskill
sehingga dapat mencapai satu keterampilan perawat pelaksana, diperlukan
dari softskill tersebut, melalui Komunikasi, pengembangan Model Kepemimpinan
informasi dan edukasi yang dilakukan Transformasional Kepala Ruang berupa
secara terus menerus dan aktivitas sehari-hari
berkesinambungan.
Tanggung jawab tersebut UCAPAN TERIMAKASIH
membutuhkan suatu etos kerja dan Ucapan terimaksih ditujukan kepada
kedisiplinan pada diri perawat, sehingga Direktur dan kabid diklat serta seluruh
diperlukan suatu pemantauan kedisiplinan perawat yang ada di RS Swasta di
dari pimpinan rumah sakit. Pimpinan Semarang, kepala ruang dan perawat
bertanggung jawab terhadap pengelolaan pelaksana yang ada di RS Swasta di
ukuran kedisiplinan (peraturan, sanksi dan Semarang khusus sebagai responden,
penghargaan) yang diberlakukan secara berbagai pihak yang tidak dapat peneliti
seragam, pantas, konsisten, dan tidak sebutkan satu persatu
diskriminatif untuk mencapai sasaran-
sasaran Gillies (1996). KEPUSTAKAAN
Monitoring merupakan bentuk Ahmad Fauzi Dodi 2007, Kepemimpinan
perhatian individual yang ditunjukkan Efektif, Restu Agung Jakarta
melalui tindakan konsultasi, nasehat dan Ambarwati Sri DA 2003, Mengelola
tuntutan yang diberikan oleh senior kepada Perubahan Organisasional: Isu
yunior yang belum berpengalaman bila Peran Kepemimpinan
dibandingkan dengan seniornya. Pengaruh Transformasional Dan Organisasi
terhadap bawahan antara lain, merasa Pembelajaran Dalam Konteks
diperhatikan dan diperlakukan manusiawi Perubahan Jurnal Siasat Bisnis No.
dari atasannya, serta sebagai monitoring 8 Vol. 2 Desember 2003
adanya kesalahan sebagai akibai dari Balke M.Janet 2006, Nurse Executives: A
ketidak telitian (Burn dalam Sumabi 2008). Grounded Theory Study Of
Penerapan aspek role modeling Dynamic Competencies Disertasi
dalam setiap kegiatan keperawatan Nursing University of Capela
merupakan salah satu upaya menciptakan Bass B.M. & Avolio B.J. (2002).
Multifactor Leadership Quesionare

Peningkatan Softskill Perawat Melalui Kepemimpinan Transformasional Kepala Ruang 121


Pada RS Swasta Di Semarang
Tri Hartiti
Sampler Set (2nd.ed).Redwood Style.Drake University Does
City, California : Mind Garden Inc Moines IA
Bass B.M.,& Avolio B.J.,Berson Jatmiko Wisnu Eng 2007 Seminar robotika
Y.,Jung.D.I, (2003) Predicting Unit tidak dapat menggantikan soft skill
performance by Assesing Gunadarma free magazine Nov
Transformational and 2007
Transactional Leadership. Journal Junaidi Wawan 2010 Model
of Applied Psycology, 88(2) 207- Kepemimpinan Transformasional
218 (Model of Transformational
Bowles & Bowles 2000 A Comparative Leadership) Jurnal manajemen dan
Study Of Transformational Kewirausahaan
Leadership In Nursing Kandani Haryanto 2009, Pengembangan
Development Units And Kepemimpinan http://www.gsn-
Conventional Clinical Settings soeki.com/wouw/
Journal Of Nursing Management 8, Nazarko Linda 2007, Developing
69–76 Leadership skill : Managing and
Budiman Rasyid 2004, Pengaruh Leading Nursing & Residential
kepemimpinan transformasional Care January 2007 Vol 9 No 1
pada organisasi citizenship dengan No name 2009 Soft Skills: The Competitive
kecerdasan emosional karyawan Edge http://www.ncwd-
PT Widia Duta Grafika youth.info/resources_&_Publicatio
Burn J.M.(1978) Leadership ns/411.html
Oxford.England Harper & Row NoName 2008 Training karyawan Softskill
Casida, Jessie PhD, RN, CCRNCSC, atau Hardskill lebih penting?
Leadership-Organizational Culture Indonesian Human Capital
Relationship in Nursing Units of Resource management edisi 48
Acute Care Hospitals Nursing Maret 2008
Economic/January- Omer Tagwa Yousif 2005, Leadership Style
February2008/Vol. 26/No. 1 of Nurse Manager at the Saudi
Elfindri 2009, Softskill Panduan bagi Bidan National Hospitals Disertasi
dan Perawat, Badous Media Nursing Science University Of
Elqorni Ahmad 2008 Kepemimpinan Abad George Mason Fairfax Virginia
21, www.Ahmad Elqorni.co.id Palan 2008, Competency Management,PPM
Fauzi Ahmad Dodi 2007, Kepemimpinan Phillips J (2005) Knowledge is power:
Efektif, Restu Agung Jakarta using nursing information
Hartiti, 2009, studi fenomenologi softskill management and leadership
perawat pelaksana di RS Roemani interventions to improve services
(belum dipublikasikan) to patients, clients and users
Hartiti, 2010, studi deskriptif Journal of Nursing Management
kepemimpinan transformasional 13, 524–536
Kepala Ruang dan persepsinya Sastroasmoro Sudigdo 2008, Dasar-Dasar
terhadap softskill perawat Metodologi Klinis Sagung Seto
pelaksana, di RS Semarang Jakarta
proseding hasil penelitian pada Sharon Kaye Rose 2009, Assessing
seminar internasional, Bandung Emotional Intelligence Among
Ismail G 2007 Soft Skill Untuk menjual diri Information Technology and Non-
di Dunia Kerja, Berita Universitas Information Technology
muhammadiyah yogyakarta 26 Professionals Disertasi Nursing
desember 2007 University of Prescott Valley,
Jannsen L.T.(2004) Leadership Arizona
Caracteristic of Hospital CEOS : Silaban Okto,dkk 2008 IPK vs Soft skill
Factor that Influence Leadership www.iatt.web.id

122 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 2, November 2013; 115-123


Silvi 2007 Cara Mengembangkan Soft transaksional terhadap kinerja
Skills Berita Fakultas Psikologi karyawan lini depan perusahaan
UGM jasa
Subroto Budiarto dan Andira 2005, Sumadi 2004, Pengaruh kepemimpinan
Pengaruh perilaku kepemimpinan transformasional terhadap kinerja
transformasional dan Perawat

Peningkatan Softskill Perawat Melalui Kepemimpinan Transformasional Kepala Ruang 123


Pada RS Swasta Di Semarang
Tri Hartiti

Anda mungkin juga menyukai