Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan

nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta

ditujukan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.

Program pemberantasan penyakit menular mempunyai peranan dalam

menurunkan angka kesakitan dan kematian. Tujuan pembangunan di bidang

kesehatan adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,

sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan

nasional. Untuk itu perlu ditingkatkan berbagai upaya guna memperluas dan

mendekatkan cakupan pelayanan kesehatan dengan mutu yang baik dan

biaya yang terjangkau. (Depkes RI, 2004).

TB Paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosa, mycobacterium bovis serta Mycobacyerium avium, tetapi lebih

sering disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa (FKUI, 1998). Pada

tahun 1993, WHO telah mencanangkan. Kedaruratan global penyakit

tuberkulosis di dunia, hal ini dikarenakan pada sebagian besar negara di

dunia, penyakit tuberkulosis menjadi tidak terkendali.

Di negara-negara berkembang kematian TB Paru merupakan 25%

dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah, diperkirakan 95%

penderita TB Paru berada di negara berkembang, 75% penderita TB Paru

adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun). Kematian wanita karena TB

1
2

Paru lebih banyak daripada kematian karena kehamilan, persalinan dan

nifas (WHO). (Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis;2002).

Di Indonesia TB Paru merupakan ketiga terbanyak di dunia setelah

India dan Cina, dengan jumlah pasien sekitar 10 % dari total jumlah pasien

TB di dunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus

baru dan kematian 101.000 orang. Insiden kasus TB BTA positif sekitar 101

per 100.000 penduduk. Sebagian besar penderita termasuk dalam kelompok

usia prodiktif yaitu 15-50 tahun (Depkes RI. 2004. Pedoman

penanggulangan Tubercolusis edisi II, 2008).

Penyakit TB Paru merupakan masalah utama kesehatan

masyarakat, tahun 1995 hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

menunjukkan bahwa penyakit TB Paru merupakan penyebab kematian

nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan

pada semua kelompok usia, dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi.

Penyakit TB Paru menyerang sebagian besar kelompok usia kerja, program

penanggulangan TB Paru dengan strategi DOTS (Directly Observed

Treatment, Shorcourse chemotherapy) belum dapat menjangkau seluruh

puskesmas, demikian juga Rumah Sakit Pemerintah, swasta dan unit

pelayanan kesehatan lainnya. Penatalaksanaan penderita dan sistem

pencatatan pelaporan belum seragam di semua unit pelayanan kesehatan

baik pemerintah maupun swasta. Pengobatan yang tidak teratur dan

kombinasi obat yang tidak lengkap di masa lalu, diduga telah menimbulkan

kekebalan ganda kuman TB Paru terhadap Obat Anti-Tuberkulosis (OAT)

atau Multi Drugs Resistance (MDR).


3

Pembahasan selama 2 tahun lebih telah menghasilkan kebijakan

dasar puskesmas, yang telah tertuang dalam Surat Menteri Kesehatan No:

128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar Pusat Kesehatan

Masyarakat yang diantaranya puskesmas sebagai unit pelaksana teknis,

penyelenggaraan upaya kesehatan, membahas tentang pertanggung

jawaban penyelenggaraan wilayah kerja Puskesmas serta Visi dan Misi.

Perubahan mendasar pada paradigma sehat menyebutkan bahwa

puskesmas akan melakukan intervensi bukan hanya pada keluarga yang

sakit, tetapi keluarga yang sehat untuk dijaga dan ditingkatkan

kesehatannya, salah satu indikator kecamatan sehat ialah Mutu Pelayanan

Kesehatan (Trihono, 2005 dalam R, Fauzi. 2008).

Menurut Azrul Azwar (2004), bahwa mutu pelayanan kesehatan

adalah menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan

dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien, sehingga semakin

sempurna kepuasan pasien, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan.

Dengan demikian puskesmas harus senantiasa mengadakan perbaikan-

perbaikan yang berfokus kepada kepentingan konsumen, melalui suara

konsumen agar puskesmas memiliki kemampuan, memberikan respon

terhadap setiap keinginan dan harapan konsumen.

Kepuasan dan kualitas tidak dapat dipisahkan, karena untuk

memenuhi tuntutan pasien akan kepuasan, perawat harus meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan. Dengan meningkatkan kualitas pelayanan,

perawat akan dapat mencegah kehilangan pelanggan atau pasien. Rasa

puas akan tepenuhi apabila pasien/klien mendapatkan pelayanan yang baik

dari perawat dan memenuhi harapannya. Tingkat kepuasan dapat berubah


4

dari waktu ke waktu tetapi sepanjang kita dapat memuaskan pasien, mereka

akan tetap datang mengunjungi dan membeli pelayanan yang di tawarkan

(repeat buying).(Suryadi, 2002, ¶ 5, http://www.pdpersi.co.id/, diperoleh

tanggal 4 januari 2011 dalam yuliani 2009).

Penelitian-penelitian yang telah dan terus menerus dilakukan banyak

difokuskan pada sejauh mana arti pelayanan yang diharapkan semakin

memenuhi keinginan pasien. Sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

kesehatan kabupaten/kota, puskesmas berperan menyelenggarakan

sebagian tugas teknis operasional Dinas Kabupaten/kota dan merupakan

unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan

di Indonesia (Trihono, 2005 dalam R, Fauzi.2008).

Puskesmas merupakan organisasi yang bergerak di bidang jasa,

yang mempunyai ciri khas tersendiri di mana terjadi hubungan yang sangat

erat antara pasien, konsumen dengan dokter dan perawat sebagai pemberi

pelayanan. Jasa pelayanan yang diterima pasien terjadi pada waktu

bersamaan, pada saat jasa tersebut diproduksi oleh dokter, perawat dan

petugas lain. Pasien merasakan secara fisik saat proses pengobatan yang

menimbulkan persepsi mereka terhadap mutu pelayanan dipengaruhi oleh

mutu pelayanan yang diciptakan oleh puskesmas, di mana nilai ini sangat

mempengaruhi terhadap kepuasan pasien dan kemungkinan mereka untuk

kembali mendapatkan layanan kesehatan tersebut. (Kotler, 2007).

Puskesmas Cikalapa merupakan puskesmas perawatan poliklinik

rawat jalan. Dalam penyelenggaraan dengan mengarahkan pada mutu

pelayanan yang lebih baik, manajemen Puskesmas Cikalapa mempunyai

visi: “Menjadikan Puskesmas Cikalapa UTAMA (Unggul, terjangkau,


5

manusiawi). Untuk mewujudkan visi tersebut, Puskesmas Cikalapa harus

meningkatkan mutu pelayanan, meningkatkan mutu dan kuantitas sumber

daya manusia, melengkapi sarana dan prasarana serta melakukan

pemeliharaan dan perbaikan untuk menunjang kelancaran pelayanan

kepada pasien (Laporan tahunan dan profil UPTD Puskesmas Cikalapa,

2009).

Tabel 1.1 Daftar Kunjungan Pasien TB Paru di Puskesmas Cikalapa Tahun


2010

No Tahun Jumlah Kunjungan Pasien TB Paru

1. 2008 626 orang


2. 2009 572 orang
3. 2010 473 orang

Sumber: Laporan Program P2P TB Paru Puskesmas Cikalapa Tahun 2011

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada Januari

2011, didapatkan informasi dari kepala poliklinik rawat jalan maupun petugas

pemegang program TB Paru UPTD Puskesmas Cikalapa bahwa selama ini

belum pernah dilakukan penelitian yang berkaitan dengan Kajian kepuasan

pasien TB Paru. Padahal dari beberapa permasalahan 10 penyakit terbesar,

penyakit TB Paru merupakan penyakit kedua terbesar setelah ISPA.

Berdasarkan laporan tahunan diatas penulis menyimpulkan dari tahun 2008

sampai dengan 2010 pasien TB Paru yang berkunjung ke puskesmas

cikalapa semakin berkurang. Pada tanggal 05 Januari 2011 dilakukan studi

pendahuluan dengan wawancara kepada 7 orang pasien TB di poliklinik

UPTD Puskesmas Cikalapa, di dapatkan keluhan yang menyatakan


6

semuanya merasa kurang puas dengan pelayanan yang telah diberikan, di

tambah lagi dari mulai pendaftaran pasien sudah tidak merasa nyaman

harus antri untuk mendapatkan kartu kontrol, pasien merasa kurang nyaman

dengan ruang periksa pada poliklinik rawat jalan yang masih kurang

memadai, sempit dan tempat yang tidak beraturan, kurangnya informasi

petunjuk/prosedur pelayanan pada poliklinik rawat jalan UPTD Puskesmas

Cikalapa juga petugas yang melayani pun kadang kurang ramah dalam

memberikan pelayanan, dan yang lebih unik ada salah satu pasien yang

mengatakan bahwa dia berobat ke Puskesmas Cikalapa karena terpaksa di

karenakan tidak ada pilihan lain, karena puskesmas yang lain tidak

terjangkau dilihat dari segi waktu, jarak dan biaya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan kualitas pelayanan kesehatan dengan

kepuasan pasien TB Paru di poliklinik UPTD Puskesmas Cikalapa

Kabupaten Subang”

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “ Bagaimana hubungan kepuasan pasien TB paru

dengan kualitas pelayanan kesehatan di poliklinik UPTD puskesmas

Cikalapa Kabupaten Subang.

C. Tujuan Penelitian
7

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan kualitas Pelayanan Kesehatan dengan

Kepuasan Pasien TB Paru di Poliklinik UPTD Puskesmas Cikalapa

Kabupaten Subang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran kualitas Pelayanan Kesehatan di

PoliklinikUPTD Puskesmas Cikalapa Kabupaten Subang.

b. Mengetahui gambaran kepuasan pasien TB Paru di

poliklinik UPTD Puskesmas Cikalapa Kabupaten

Subang.

c. Mengetahui hubungan kualitas pelayanan Kesehatan

dengan kepuasan Pasien TB Paru di Poliklinik UPTD

Puskesmas Cikalapa kabupaten Subang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

a. Penelitian ini merupakan sarana untuk menambah wawasan serta

mengembangkan teori dan ilmu keperawatan sehingga teori ilmu

pengetahuan tentang keperawatan akan berkembang lebih maju.

b. Dengan mengetahui hubungan kualitas pelayanan kesehatan

dengan kepuasan pasien TB Paru pada poliklinik UPTD Puskesmas

Cikalapa, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan di Puskesmas

Cilakapa menjadi lebih baik.

.
8

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Puskesmas Cikalapa Kabupaten Subang

Bagi Instansi (UPTD Puskesmas Cikalapa) sebagai gambaran

persepsi pasien TB Paru terhadap kepuasan pelayanan kesehatan

pada poliklinik rawat jalan UPTD Puskesmas Cikalapa. Selain hal

tersebut di atas, dapat dijadikan pula masukan di dalam usaha

meningkatkan mutu pelayanan di poliklinik rawat jalan UPTD

Puskesmas Cikalapa

b. Bagi Petugas Kesehatan

Bagi petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan motivasi

dan Kinerja untuk meningkatkan kualitas pelayayan di puskesmas.

c. Bagi peneliti lainnya

Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai Faktor-faktor

yang berkontribusi terhadap kualitas pelayanan dan kepusan

pasien.

d. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi dunia

pendidikan keperawatan dalam menciptakan tenaga keperawatan

yang profesional. Sehingga suatu saat dalam bekerja dapat

memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan mutu pelayanan

kesehatan yang diharapkan pasien.


9

Anda mungkin juga menyukai