Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan suatu proses, proses yang melibatkan source atau


komunikator, message atau pesan, dan receiver atau komunikan. Pesan ini
mengalir melalui suatu media yang kemudian dalam prosesnya bisa terjadi
berbagai hambatan, inilah yang dikenal dengan noise.

Suasana yang menggambarkan komunikasi yang terapeutik adalah ketika


dalam berkomunikasi dengan klien, perawat mendapatkan gambaran yang jelas
dan alami tentang kondisi klien yang sedang dirawat mengenai tanda dan
gejala yang ditampakkan serta keluhan yang dirasakan. Gambaran tersebut
dapat dijadikan acuan dalam menentukan masalah keperawatan dan tindakan
keperawatan yang akan dilakukan, dengan harapan tindakan yang akan
dilakukan sesuai dengan keluhan dan masalah keperawatan yang sedang
dialami klien atau bisa dikatakan bahwa tindakan keperawatan yang sedang
dialami klien atau bisa dikatakan tindakan keperawatan tepat sasaran sehingga
membantu mempercepat proses kesembuhan.

Berdasarkan uraian diatas perawat seharusnya dapat mengetahui


bagaimana teknik-teknik komunikasi terapeutik dengan klien sesuai keadaan
klien.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Teknik Komunikasi Terapeutik?

2. Bagaimana teknik komunikasi terapeutik kepada anak ?

3. Bagaimana teknik komunikasi terapeutik kepada remaja ?

4. Bagaimana teknik komunikasi terapeutik kepada orang dewasa ?

5. Bagaimana teknik komunikasi terapeutik kepada Lansia (lanjut usia)?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Teknik Komunikasi Terapeutik

2. Untuk mengetahui teknik komunikasi terapeutik kepada anak

3. Untuk mengetahui teknik komunikasi terapeutik kepada remaja

4. Untuk mengetahui teknik komunikasi terapeutik kepada orang dewasa

5. Untuk mengetahui teknik komunikasi terapeutik kepada Lansia (lanjut usia)

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teknik Komunikasi Terapeutik

Dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat dapat


menggunakan berbagai teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut (
Stuard,dkk, 1987 dalam Muhith dkk. 2018)

a. Mendengarkan (Listening)
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang
disampaikan oleh klien denhan penuh empati dan perhatian. Ini dapat
ditunjukkan dengan memandang ke arah klien selama berbicara,
menjaga kontak pandang yang menujukkan keingintahuan, dan
menganggukkan kepala pada saat berbicara tentang hal yang dirasakan
penting atau memerlukan umpan balik. Teknik dimaksudkan untuk
memberikan rasa aman kepada klien dalam mengungkapkan perasaan
dan menjaga kestabilan emosi klien.
b. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukka sikap ragu atau
penolakkan. Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak menunjukkan
ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan.
Selama klien berbicara sebaiknya perawat tidak menyela atau
membantah. Untuk menunjukkan sikap penerimaan sebaiknya perawat
menganggukkan kepala dalam merespon pembicaraan klien.
c. Mengulang Pernyataan Klien
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan
balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an
berhadap komunikasi dapay berlanjut. Mengulang pkok pikiran klien
menunjukkan indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraa klien.
d. Klarifikasi

3
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu mnghentikan
pembicaraan nutk meminta penjelasan dengan menyamakan
pengertian. Ini berkaitan dengan pentingnya informasi dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk
memperoleh kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi.
e. Memfokuskan Pembicaraan
Tujuan penerapan metode ini untuk membatasi materi pembicaraan
agar lebih spesifik dan mudah dimengerti. Perawat tidak perlu menyela
pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah penting kecuali
apabila tidak membuahkan informasi baru.
f. Menyampaikan Hasil Pengamatan
Perawat perlu menyampaikan pengamatan terhadap klien untuk
mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat
menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan
oleh klien. Dengan demikian akan menjadikan klien berkomunikasi
dengan lebih baik dan berfokus pada permasalahan yang sedang
dibicarakan.
g. Menawarkan Informasi.
Penghayatan kondisi klien akan lebih apabila ia mendapat informasi
yang cukup dari perawat. Memberikan informasi yang lebih lengkap
merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Apanila ada informasi
yang tidak disampaikan oleh dokter, perawat perlu meminta penjelasan
alasannya. Perawat dimungkinkan untuk memfasilitasi klien dalam
pengambilan keputusan, bukan menasihatinya.
h. Diam
Dengan diam akan terjadi proses pengorganisasian pikiran dipihak
perawat dan klien. Penerapan metode ini memerlukan keterampilan
dan ketetapan waktu agar tidak menimbulkan keterampilan dan
ketetapan waktu agar tidak menimbulkan perasaan tidak enak. Diam
memungkinkan klien berkomunikasi dengan dirinya sendiri,
menghimpun pikirannya, dan memproses informasi.

4
i. Menunjukkan Penghargaan
Menunjukkan penghargaan dapat dinyatakan dengan mengucapkan
salam kepada klien, terlebih disertai menyebutkan namanya. Hal ini
akan diterima oleh klien sebagai suatu penghargaan yang tulus.
Dengan demikian klien merasa keberadaannya dihargai.
j. Refleksi
Reaksi yang muncul dalam komunikasi antara perawat dan klien
disebut refleksi.
Refleksi dibedakan dalam dua klasifikasi:
1. Refleksi isi bertujuan mensahkan sesuatu yang didengar.
Klarifikasi ide yang ungkapkan oleh klien dan pemahaman
perawat tergolong dalam klasifikasi refleksi ini.
2. Ungkapan yang bertujuan memberi respon terhadap ungkapan
perasaan klien tergolong dalam refleksi perasaan perasaan.
Refleksi ini bertujuan agar klien dapat menyadari eksistensinya
sebagai manusia yang mempunyai potensi sebagai manusia
yang mempunyai potensi sebagai individu yang berdiri sendiri.
k. Saran
Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada
fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.

B. Teknik komunikasi pada anak

Teknik komunikasi verbal dapat berupa menulis, menggambar, gerakan


gambar keluarga, sociogram, menggambar bersama dalam keluarga, dan teknik
bermain. Komunikasi verbal bagi kebanyakan anak dan orang tua sering
mendapat kesulitan karena harus membicarakan perasaan-perasaannya
(Mundakir, 2006). Secara umum ada dua teknik berkomunikasi yang
digunakan pada anak, yaitu teknik komunikasi verbal dan nonverbal. (Muhith,
dkk. 2018)

5
a. Teknik Verbal

1) Menulis

Menulis adalah suatu alternatif pendekatan komunikasi bagi


anak, remaja muda dan pra remaja. Untuk memulai suatu percakapan
perawat dapat memeriksa/ menyelidiki tentang tulisan dan mungkin
juga meminta untuk membaca beberapa bagian dari tulisannya.
Dengan menulis anak-anak lebih rill dan nyata.

2) Menggambar

Menggambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang


berharga melalui pengamatan gambar. Dasar asumsi dengan
menginterperestasi gambar adalah bahwa anak-anak mengungkapkan
tentang dirinya. Untuk mengevaluasi sebuah gambar fokuskan pada
unsur-unsur berikut :

a) Ukuran dari bentuk badan individu, ini mengekspresikan orang


penting.

b) Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan.

c) Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan


perasaan anak terhadap status dalam keluarga atau ikatan
keluarga.

d) bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang,


mengekspresikan ambivalen / pertentangan, keprihatinan atau
kecemasan pada hal-hal tertentu.

3) Gerakan gambar keluarga

Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan


anak-anak dan respons emosi, dia akan menggambarkan pikirannya

6
tentang dirinya dan anggota keluarga lainnya. Gambar kelompok yang
paling berharga bagi anak adalah gambar keluarga

4) Sosiogram

Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis


gambar yang berguna bagi anak-anak seusia 5 tahun adalah sosiogram
( Gambar ruang kehidupan) atau lingkaran keluarga. Menggambar
suatu lingkaran adalah untuk melambangkan orang-orang yang hampir
mirip dalam kehidupan anak, dan gambar bundaran di dekat lingkaran
menunjukan keakraban/ kedekatan.

5) Menggambar bersama dalam keluarga

Salah satu teknik yang berguna dapat diterapkan pada anak-anak


adalah menggambar bersama dalam keluarga. Menggambar bersama
dalam keluarga merupakan salah satu alat yang berguna untuk
mengungkapkan dinamika dan hubungan keluarga.

6) Bermain

Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang sangat


penting dan dapat menjadi teknik yang paling efektif untuk
berhubungan dengan mereka. Melalui kegiatan bermain dapat
dikumpulkan petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik, intelektual,
dan sosial. Therapeutic play sering digunakan untuk mengurangi
trauma akibat sakit atau masuk rumah sakit atau mempersiapkan anak
sebelum dilakukan prosedur medis/perawatan.

b. Teknik Nonverbal

1) Bercerita (story telling)

Bercerita menggunakan bahasa anak dapat menghindari


ketakutan-ketakutan yang yang terjadi selama anak dirawat. Teknik
strory telling dapat dilakukan dengan cara meminta anak menceritakan

7
pengalamannya ketika sedang diperiksa dokter. Teknik ini juga dapat
menggunakan gambar dari suatu peristiwa (misalnya gambar perawat
waktu membantu makan) dan meminta anak untuk menceritakannya
dan selanjutnya perawat masuk dalam masalah yang dihadapi anak.
Tujuan dari teknik ini adalah membantu anak masuk dalam
masalahnya. Contohnya, anak bercerita tentang ketakutannya saat
diperiksa oleh perawat. Kemudian, perawat cerita bahwa pasien anak
di sebelah juga diperiksa, tetapi tidak merasa takut karena perawatnya
baik dan ramah-ramah. Dengan demikian, diharapkan perasaan takut
anak akan berkurang karena semua anak juga diperiksa seperti dirinya

2) Bibliotheraphy

Bibliotheraphy (biblioterapi) adalah teknik komunikasi


terapeutik pada anak yang dilakukan dengan menggunakan buku-buku
dalam rangka proses therapeutic dan supportive. Sasarannya adalah
membantu anak mengungkapkan perasaan-perasaan dan perhatiannya
melalui aktivitas membaca. Cara ini dapat memberi kesempatan pada
anak untuk menjelajahi suatu kejadian yang sama dengan keadaannya,
tetapi sedikit berbeda. Pada dasarnya, buku tidak mengancam karena
anak dapat sewaktuwaktu menutup buku tersebut atau berhenti
membacanya saat dia merasa tidak aman atau tidak nyaman.

3) Mimpi

Mimpi adalah aktivitas tidak sadar sebagai bentuk perasaan dan


pikiran yang ditekan ke alam tidak sadar. Mimpi ini dapat digunakan
oleh perawat untuk mengidentifikasi adanya perasaan bersalah,
perasaan tertekan, perasaan jengkel, atau perasaan marah yang
mengganggu anak sehingga terjadi ketidaknyamanan.

4) Meminta untuk menyebutkan keinginan

8
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak. Dengan
meminta anak untuk menyebutkan keinginan, dapat diketahui berbagai
keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan
perasaan dan pikiran anak pada saat itu.

5) Bermain dan permainan

Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling


penting dan dapat menjadi tehnik yang paling efektif untuk
berhubungan dengan anak. Dengan bermain dapat memberikan
petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik, intelektual dan sosial.
Terapeutik Play sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit
atau masuk rumah sakit atau untuk mempersiapkan anak sebelum
dilakukan prosedur medis/perawatan. Perawat dapat melakukan
permainan bersama anak sehingga perawat dapat bertanya dan
mengeksplorasi perasaan anak selama di rumah sakit.

6) Melengkapi kalimat (sentences completion)

Teknik komunikasi ini dilakukan dengan cara meminta anak


menyempurnakan atau melengkapi kalimat yang dibuat perawat.
Dengan teknik ini, perawat dapat mengetahui perasaan anak tanpa
bertanya secara langsung kepadanya, misalnya terkait dengan
kesehatannya atau perasaannya. Pernyataan dimulai dengan yang netral
kemudian dilanjutkan dengan pernyataan yang difokuskan pada
perasaannya.

Contohnya sebagai berikut. “Apa yang menyenangkan waktu di


rumah?” “Kalau di rumah sakit ini, apa yang menyenangkan?”

7) Pro dan kontra

Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam


menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak. Anak diminta
mengajukan pilihan positif atau negatif sesuai dengan pendapat anak.

9
Teknik komunikasi ini dilakukan dengan tujuan mengeksplorasi
perasaan-perasaan anak, baik yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan. Teknik ini penting diterapkan untuk menciptakan
hubungan baik antara perawat dan anak. Teknik ini dimulai dari hal-hal
yang bersifat netral, selanjutnya hal yang serius. Perhatikan contoh
berikut.

Topik netral: anak diminta menceritakan hobinya, selanjutnya


anak diminta menyebutkan kebaikan-kebaikan dari hobinya dan
keburukan-keburukan dari hobinya.

Topik khusus: anak diminta menceritakan pengalamannya di


rawat di rumah sakit, selanjutnya anak diminta menyebutkan kebaikan-
kebaikan dan keburukankeburukan dirawat di rumah sakit.

C. Teknik Komunikasi pada Remaja


Komunikasi dengan remaja merupakan sesuatu yang pentig dalam
menjaga hubungan dengan remaja, melalui komunikasi pula perawat dapat
mudah mengambil berbagai data yang terdapat pada remaja yang selanjutnya
dapat diambil dalam menentukan masalah keperawatan. Beberapa cara yang
digunakan dalam berkomunikasi dengan remaja, antara lain:
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh remaja dalam
menumbuhkan kepercayaan diri remaja, yaitu dengan menghindari
berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang
berada di samping anak. Selain itu dapatkan digunakan dengan cara
memberikan komentar tentang sesuatu.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak remaja dapat
mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi

10
cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan
disampaikan, dan yang ekan diekspresikan melalui tulisan.
3. Memfasilitasi
Memfasilitasi adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ekspresi anak
atau respons anak remaja terhadap pesan dapat diterima, dalam
memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak
boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yaang
disampaikan melalui mendengakan dengan penuh perhatian dan jangan
merefleksikan ungkapkan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek
pada anak remaja tersebut.
4. Meminta untuk menyebutkan keringanan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak dan meminta
untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang
dirasakan anak dan keinginan tersesbut dapat menunjukkan perasaan dan
pikiran anak pada saat itu.
5. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komun ikasi ini sangat penting dalam menentukan dan
mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pada sesuai
yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif yang sesuai dengan
pelayanan untuk remaja.
6. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan
perasaan sakit anak seperti penguapan perasaan nyeri, cemas, sedih, dan
lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan
sakitnya
7. Menulis
Melalui cara ini remaja akan dapat mengekespresikan dirinya baik pada
keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasa banyak dilakukan pada
remaja yang jengkel, marah dan diam.

11
D. Teknik Komunikasi terapeutik pada Orang Dewasa

Berikut ini teknik komunikasi yang secara khusus yang harus Anda
terapkan saat berkomunikasi dengan orang dewasa :

a. Penyampaian pesan langsung kepada penerima tanpa perantara.


Dengan penyampaian langsung, klien akan lebih mudah untuk
menerima penjelasan yang disampaikan. Penggunaan telepon atau
media komunikasi lain, misalnya tulisan akan dapat menimbulkan
salah persepsi karena tidak ada feedback untuk mengevaluasi secara
langsung.

b. Saling memengaruhi dan dipengaruhi, maksudnya komunikasi antara


perawat dan pasien dewasa harus ada keseimbangan dan tidak boleh
ada yang mendominasi. Perawat jangan selalu mendominasi peran
sehingga klien ditempatkan dalam keadaan yang selalu patuh.
Teknik ini menekankan pada hubungan saling membantu a (helping-
relationship).

c. Melakukan komunikasi secara timbal balik secara langsung,


maksudnya komunikasi timbal balik dapat meminimalkan
kemungkinan terjadinya salah persepsi. Hubungan dan komunikasi
secara timbal balik ini menunjukkan pentingnya arti hubungan
perawat-klien.

d. Komunikasi secara berkesinambungan, tidak statis dan bersifat


dinamis.

E. Teknik Berkomunikasi Terapeutik dengan Pasien Lanjut Usia


a. Menunjukkan Hormat dan Keprihatinan
Komunikasi pasien yang baik didasarkan pada respect atau hormat
kepada pasien dan memahami serta mengapresiasi setiap pasien
sebagai sosok manusia yang unik. Untuk menunjukkan rasa hormat.

12
Anda harus menghadapi pasien secara formal dan menyapa dengan
“Bapak” atau “Ibu”, kecuali pasien sebelumnya telah meminta Anda
untuk memanggil dengan nama pertamanyam dan hindarkan
menggunakak istilah yang merendahkan seperti “manisku”,
“sayangku”, “cintaku”. Berkomunikasi yang saling bertatap mata
dengan duduk di kursi dan langsung menatap pasien. Dengan
melakukan hal ini, Anda menunjukkan perhatian sejati dan aktif
mendengarkan, serta membantu pasien untuk mendengar dan
memahami Anda secara lebih baik. Sentuhan lembut di tangan, lengan,
atau pundak pasien akan menyampaikan rasa turut prihatin dan
perhatian (Adelman et al, 2000)
b. Memastikan bahwa Pasien didengar dan Dipahami
Mempertahankan langkah yang tidak tergesa-tergesa-gesa dan
mendengarkan adalah kunci komunikasi efektif antara pasien lanjut
usia dan dokter (Adolman et al,2000 : ory et al,2003). Membiarkan
pasien lanjut usia untuk berbicara beberapa menit, tentang masalahnya
tanpa interupsi akan memberikan lebih banyak informasi daripada
riwayat pendukung yang terstruktur cepat. Merasa sedang diburu-buru
akan menyebabkan mereka merasa bahwa mereka sedang tidak
didengarkan atau dipahami (Adelman et al, 2000). Penelitian
menunjukkan bahwa pasien lanjut usia dan dokter sering tidak
sepaham tentang tujuan dan masalah medis yang dihadapi.
Komunikasi yang buruk dapat mengganggu pertukaran informasi serta
menurunkan kepuasan pasien (Greene et al, 1989). Pada umumnya,
Anda harus berbicara pelan, jelas, dan keras berteriak, mengguanakan
bahasa dan kalimat yang singkat dan sederhan. Karena pasien lanjut
usia umumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu untuk ditanya
sesuai kewenangan dokter, maka penting bagi perawat untuk sering
merangkum dan mmancing pertanyaan (Adelman et al, 2006).
Strategi umum tambahan untuk memperbaiki komunikasi dengan
pasien kanjut usia, antara lain :

13
1. Menggabungkan data pendahuluan sebelum perjanjian untuk
bertemu, karena pasien lanjut usia khas memiliki berbagai masalah
kesehatan yang kompleks.
2. Meminta pasien menceritakan keluhannya hanya sekali (yaitu tidak
bercerita dulu kepada peraat atau asisten kemudian baru kepada
Anda) untuk meminimalkan frustasi dan kelelahan pasien.
3. Menghindarkan jargon medis.
4. Menyederhanakan dan menuliskan instruktuksi.
5. Menggunakan diagram, model, dan gambar.
6. Menjadwalkan pasien lanjut usia terlebih dahulu, karena mereka
umumnya lenih siap dari segi waktu dan secara klinis cenderung
kurang.
c. Menghindari Ageism
Salah satu hal terpenting yang harus diingat ketika berkomunikasi
dengan pasien lanjut usia adalah menghindari ageism. Ageism, suatu
istilah yang pertama disampaikan oleh Robert Butler, direktur pertama
the National Institute on Aging adalah systematic stereotyping dan
diskriminasi terhadap seseorang karena mereka berusia lanjut (Butler,
1969). Ageism adalah hal yang lazim pada perawatan kesehatan dan
dapat direfleksikan dalam tindakan seperti meremehkan, hanya
memberikan sedikit edukasi tentang regimen preventif, menawarkan
sedikit pengobatan untuk masalah kesehatan mental, menggunakan
panggilan yang bernada menghina, menghabiskan lebih sedikit
masalah psikososial, dan membuat stereotipe orang tua (Ory et al,
2003). Untuk menghindarkan ageism, mulailah mengenal pasien lanjut
usia sebagai satu pribadi dengan riwayat dan penyelesaian yang jelas.
Pendekatan ini memungkinkan Anda untk menemui setiap pasien
lanjut usia sebagai individu yang unik dengan pengalaman seumur
hidup yang berharga bukan orang tua yang tidak produktif dan lemah
(Roter, 2000). Juga penting untuk tidak mengasumsikan bahwa semua
pasien lanjut usia adalah sama. Bisa saja dijumpai “orang berjiwa

14
muda” dengan usia 85 tahun serta “orang berjiwa tua” dengan usia 60
tahun. Setiap pasien dan setiap masalah harus diperlakukan dengan
baik.
d. Mengenal Kultur dan Budaya
Mengenal latar belakang kultur dan budaya pasein untuk kemudian
mengaplikasikannya dalam komunikasi dokter-pasien lanjut usia juga
merupakan hal penting dalam mempengaruhi persepsi pasien terhadap
baik dan berkualitasnya pelayanan kesehatan yang diberikan dokter
(Ong et al, 1995)

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawat perlu menganalisa teknik komunikasi yang tepat setiap kali ia


berhubungan dengan klien. Melalui komunikasi verbal, dapat disampaikan
informasi yng akurat tetapi aspek emosi dan perasaan tidak diungkapkan
seluruhnya secar verbal namun dilakukan dengan cara non verbal seperti
ekspresi wajah, mimik wajah. Dengan mengerti proses komunikasi dan
menguasai berbagai keterampilan berkomunikasi, diharapkan perawat dapat
memakai keterampilannya secara utuh (verbal dan nonverbal) untuk memberi
efek terapeutik kepada klien.

B. Saran

Sebagai perawat kita diharuskan untuk mengatahui bagaimana komunikasi


terapeutik kepada klien sesuai keadaan klien agar tercipta hubungan saling
percaya dan asuhan keperawatan yang baik dan sesuai dengan prosedur tanpa
adanya miskomunikasi antara perawat dengan klien maupun dengan tenaga
kesehatan lainnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anjaswarni.Tri, 2016 “ Komunikasi dalam keperawatan” Kementrian


kesehatan Republik Indonesia : Jakarta Selatan.

Muhith.Abdul, Siyoto.Sandu, 2018 “ Aplikasi komunikasi terapeutik


Nursing & Health” Penerbit Andi : Yogyakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai