Anda di halaman 1dari 19

PENKAJIAN KEPERAWATAN DALAM ASPEK BIOLOGIS, PSIKOLOGIS,

SOSIAL, SPIRITUAL DAN KULTUR

Dosen : Nazaruddin.S.kep,.NS,.M.kep

DI SUSUN OLEH :

Nama : Irmawati Tohamba


Nim : P201701118
Kelas : J3 Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MANDALA WALUYA

KENDARI

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang Pengkajian keperawatan dalam
aspek biologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultur sesuai dengan waktu yang telah
diberikan, dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian
penyusun telah berusaha semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang
dari ketentuan-ketentuan yang ada.

Atas dukungan dari berbagai pihak akhirnya penunyusun bisa menyelesaikan makalah
ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen
yang mengajar mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif yang memberikan
pengajaran dan arahan dalam penyusunan makalah ini, dan tidak lupa kepada teman-teman
semua yang telah ikut berpartisipasi membantu penyusun dalam upaya penyusunan makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena tak ada
gading yang takretak, begitu pula dengan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kendari, 20 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................2

A. Konsep Biologis....................................................................................2
1. Definisi Biologis.............................................................................2
B. Konsep Psikologis................................................................................4
1. Definisi Psikologis..........................................................................4
2. Aspek Psikologis............................................................................4
C. Konsep Sosial.......................................................................................5
1. Definisi Sosial.................................................................................5
D. Konsep Spiritual...................................................................................6
1. Definisi Spiritual.............................................................................6
2. Kualitas pelayanan spiritual............................................................7
3. Diagnosa keperawatan....................................................................8
E. Konsep Kultur.......................................................................................9
1. Definisi Kultur................................................................................9
2. Pengkajian Kultur...........................................................................10

BAB III PENUTUP.........................................................................................13

A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan di tunjukan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat,
baik sehat maupun sakit. Perawat melaksanakan tugas sebagai pemberi asuhan
keperawatan berwenang melakukan pengkajian keperawatan holistik (UU RI Nomor
38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan, 2015).
Keperawatan adalah salah satu profesi pemberi pelayanan kesehatan berupa
pemberi asuhan keperawatan yang memiliki peran penting dalam menentukan
keberhasilan untuk meningkatkan kesejahteraan kesehatan secara keseluruhan.
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan yang di berikan secara professional
yang didasarkan pada ilmu dan mempunyai kedudukan penting. Dalam menghasilkan
kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, pelayanan yang di berikan perawat harus
berdasarkan pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual sehingga perlu dilakukan
pengkajian dan mengetahui klasifikasi dari pengkajian itu sendiri sehingga diperoleh
data yang merupakan referensi dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat (
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan konsep bilogis ?
2. Apa yang di maksud dengan konsep psikologis ?
3. Apa yang di maksud dengan konsep sosial ?
4. Apa yang di maksud dengan konsep spiritual ?
5. Apa yang di maksud dengan konsep kultur ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep biologis
2. Untuk mengetahui konsep psikologis
3. Untuk mengetahui konsep sosial
4. Untuk mengetahui konsep spiritual
5. Untuk mengetahui konsep kultur

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Biologis
1. Definisi Biologis
Menurut Perry & Potter, 2005 kebutuhan biologis merupakan hal yang perlu
atau penting untuk bertahan hidup. Manusia memiliki beberapa kebutuhan :
oksigen, cairan, nutrisi, temperature, eliminasi dan seks. Klien yang sangat muda,
sangat tua, sakit dan cacat atau bahkan penurunan kesadaran tergantung pada
orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasar fisiologis. Perawat sering
mempunyai peran dalam membantu klien memenuhi kebutuhan tersebut.
Prespektif dalam konsep biologis di antaranya :
a. Memenuhi kebutuhan oksigen
Contohnya perawat dapat memberikan bantuan nafas bila mengalami
gangguan dalam bernapas atau gagal napas, melakukan pemasangan
ventilator, dll.
b. Kebutuhan cairan
Contohnya pada saat pengkajian keperawatan menunjukkan temuan
konsisten ketidakseimbangan cairan, tindakan keperawatan diarahkan pada
perbaikan keseimbangan kearah yang normal dengan member cairan
melalui infus.
c. Nutrisi
Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya, seorang
perawat harus mengerti proses pencernaan dan proses metabolic tubuh.
Perawat bisa menggunakan beberapa nutrisi tambahan dan teknik untuk
memperbaiki deficit nutrisional. Contoh : pasien yang tidak sadar atau
gangguan menelan, perawat dapat memasang NGT dan memberikan
nutrisi cair melalui selang tersebut.
d. Temperatur
Terpajan panas yang berkepanjangan aktivitas metabolic tubuh dan
meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan. Pemajanan panas yang lama
dan berlebihan juga mempunyai efek fisiologis yang khusus. Dalamhal ini
contoh dan tindakan perawat yang dapat dilakukan antara lain memantau

2
suhu tubuh klien khususnya bagian tubuh yang berada dibawah seperti
punggung yang dapat menimbulkan dekubitus.
e. Eliminasi
Eliminasi merupakan salah satu proses metabolic tubuh. Produk sampah di
keluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Contoh : tugas
perawat dsini lebih ditekankan dalammembantu pasien yang tidak sadar
untuk mengeluarkan materi sampah tersebut. Salah satu cara yang dapat
dilakukan berupa pemberian huknah, baik huknah tinggi atau rendah.
f. Seks
Seks dianggap oleh Masllow sebagai kebutuhan dasar fisiologis yang
secara umum mengambil prioritas di atas tingkat kebutuhan yang lebih
tinggi. Seksualitas melibatkan lebihdari seks fisik. Hal tersebut bisa
melibatkan kebutuhan emosi, sosial, dan spiritual. Contohnya dalamhal ini
perawat dapat sebagai konselor untuk pasien, namun untuk pasien yang
tidak sadar cukup dengan ditemani orang yang berharga bagi pasien.

Masalah fisik yang seringkali muncul merupakan keluhan dari pasien paliatif
yaitu nyeri. Nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat rusaknya jaringan actual yang terjadi secara tiba-
tiba dari intensitas ringan hingga berat yang dapat di antisipasi dan diprediksi,
masalah nyeri dapat di tegakkan apabila data subjektif dan objektif dari pasien
memenuhi minimal tiga kriteria (Ketut Putri Asriani, 2018).

Kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan paling dasar dan memiliki


prioritas tertinggi dalam kebutuhan Maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan hal
yang mutlak harus terpenuhioleh manusia untuk bertahan hidup. Kebutuhan tersebut
terdiri dari pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan (minuman),
nutrisi (makanan), eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh,
dan kebutuhan seksual/ kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer yang
menjadi syarat dasar bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostatis
tubuh. Sebagai syarat dasar, kebutuhan fisiologis ini mutlak terpenuhi.(Kasiati &
Rosmalawati D, 2016).

Maslow mengemukakan bahwa “manusia dimotivasikan oleh sejumlah


kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah, dan berasal

3
dari sumber genetis atau naluriah” (Mif, 2008, 191). Kebutuhan-kebutuhan yang
mendominasi pribadi seseorang tidak selalu berkaitan dengan hal fisiologis (fisik)
melainkan juga berkaitan dengan kebutuhan psikologis (kejiwaan). Penulis
memahami bahwa kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan aspek yang mesti
terpenuhi dalam keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Selanjutnya, disisi lain,
manusia juga memiliki kelemahan yang sewaktu-waktu dapat dengan mudahnya
terkendalikan dan terpengaruhi oleh lingkungannya. Kendati sewaktu-waktu
kebutuhan sudah terpenuhi, namun masih belum merasa terpuaskan bahkan akan
melahirkan tuntutan-tuntutan dari kebutuhan yang lainnya. Hal demikian akan terus
terjadi dalam diri setiap individu sepanjang kehidupannya, selagi hawa nafsu
mendominasi pribadi seseorang. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, penulis
berkesimpulan bahwa pada hakikatnya seluruh makhluk hidup khususnya manusia
pasti mempunyai kebutuhankebutuhan, baik yang bersifat wajib dan mendasar
(oksigen, makan, minum dan lainlain) maupun yang bersifat kebutuhan
perkembangan atau pertumbuhan (kreatif, mental, realisasi diri, dan lain-lain) yang
hanya dibutuhkan oleh manusia diantara makhluk hidup lainnya. Kebutuhan wajib
atau kebutuhan dasar sudah menjadi kebutuhan pokok yang alamiah sejak manusia
berada dalam kandungan hingga terlahir di dunia. Sehingga, jelas bahwa kebutuhan
tersebut dapat dikatakan sebagai sarat wajib bagi manusia untuk hidup dan bertahan
hidup. Sebagai contoh, ketika seseorang merasa haus dan lapar maka yang terpikirkan
adalah bagaimana untuk mendapatkan makanan dan minuman secepat mungkin
ketimbang memikirkan kebutuhan yang lain (Bujuri A, 2018).

B. Konsep psikologis
1. Definisi Psikologis
Manusia adalah makhluk yang unik dan memiliki tingkah laku yang berbeda-
beda, oleh karena itu dalam memberikan asuhan keperawatan perlu dikaji tentang
tingkah laku dari klien sehingga perawat dapat menentukan cara yangtepat untuk
memberikan asuhan keperawatan. Perhatian ditujukan pada kenyataan keadaan
diri sendiri tentang fisik, individual, dan moral-etik. Jenis adaptasi ini
menekankan pada integritas psikis, yaitu kebutuhan untuk mengetahui siapa
supaya seseorang dapat bertahan dengan gangguan integritas yang di alami (Ali
Syahbana Dkk, 2019).
2. Aspek fisiologis

4
a. Rasa aman
Memenuhi kebutuhan kesalamatan dan keamanan kadang mengambil
prioritas lebih dahulu diatas kebutuhan fisiologis.
b. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki
Manusia secara umum membutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai oleh
teman sebaya dan oleh masyarakat. Contohnya : member sentuhan baik dari
perawat maupun keluarga pasien. Sentuhan tersebut diartikan bahwa pasien
masih diperhatikan walaupun dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
c. Harga diri
Kebutuhan harga diri berhubungan dengan keinginan terhadap
kekuatan,pencapaian, rasa cukup, kompetensi, rasa percaya diri dan
kemerdekaan. Jika konsep diri pasien mengalami perubahan karena penyakit
atau cedera, pemberian perawatan melibatkan peningkatan konsep diri dan
gambaran diri.
d. Aktualisasi diri
Aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan paling tinggi dalam hirarki
kebutuhan menurut Masllow. Aktualisasi diri mungkin terjadi pada saat ada
keseimbangan antara kebutuhan klien, tekanan dan kemampuan utuk
beradaptasi terhadap perubahan tubuh dan lingkungan. Kebutuhan privasi
pasien harus dihargai dan di penuhi.
C. Konsep sosial
1. Definisi Sosial
Manusia berperan dalam memenuhi atau menjalankan norma lingkungan
kemasyarakatan sehingga manusia senantiasa saling membutuhkan, dengan
demikian peran perawat juga merupakan peran sosial yang diterapkan dengan
sebaik-baiknya sehingga keberadaan perawat benar-benar menjadi sesuatu yang
bermanfaat terhadap proses penyembuhan klien (Ali Syahbana Dkk, 2019).
Fungsi peran mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang
berhubungan dengan orang lain akibta dari peran ganda. Fungsi dan peran
menekankan pada kebutuhan untuk mengetahui bagaimana seseorang
berhubungan dengan orang lain supaya dia bisa bertindak. Peran di pandang
sebagai suatu kesatuan dari sosial, dimana setiap peran selalu ada dalam
berhubungan dengan orang lain. Peran dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :
a. Peran utama
5
Peran utama menentukan kegiatan seseorang yang dilakukan hampir dalam
kehidupannya, peran tersebut di tentukan oleh umur, jenis kelamin, dan
tahap perkembangan seseorang.
b. Peran sekunder
Peran sekunder adalah peran tambahan dalam menunjang peran utama,
peran sekunder pada umumnya peran yang di lakukan individu dalam
memperoleh sesuatu prestasi atau penghargaan yang lebih tinggi dalam
kehidupannya.
c. Peran tersier
Peran tersier adalah peran yang berhubungan dengan peran kedua dan
upaya individu dalam memenuhi kewajibannya, peran tersier tersebut
biasanya sementara, secara bebas dipilih oleh individu dan mungkin
meliputi kegiatan perkumpulan atau hobi.
D. Konsep Spiritual
1. Definisi Spiritual
Secara etimologis spiritualitas berasal dari bahasa latin spiritus yang berarti
semangat atau nafas kehidupan. Spritualitas berarti daya hidup mendorong untuk
memaknai hidup. Spiritualitas adalah keyakinan akan kekuatan yang lebih tinggi,
kekuatan pencipta, ilahi atau sumber energy yang tidak terbatas. Spiritualitas ada
dan berkembang dalam hidup manusia jauh sebelum munculnya agama-agama.
Agama merupakan sarana, sementara spiritualitas berhubungan dengan, tujuan
dan keyakinan akan masa depan (Sofia Gusnia, 2015).
Setiap manusia memiliki keyakinan, kepercayaan dan agama yang akan
memberikan tuntunan serta arah dalam menjalankan kehidupannya. Perawat
merupakan orang pertama dan secara konsisten selama 24 jam menjalani kontak
dengan klien, sangat berperan dalammembantu memenuhi kebutuhan spiritual
klien,baik dengan mendatangkan rohaniawan sesuai dengan agama yang diyakini
klien, memberikan privasi untuk berdoa atau memberikan kesempatan klien untuk
berinteraksi dengan orang lain. Menjalin hubungan terapeutik dengan klien yang
sedang mengalami sakaratul maut juga merupakan bagian dari pemnuhan
kebuutuhan spiritual klien (Sofia Gusnia, 2015).
Menurut Burkhardt, ada empat aspek spiritual yang sangat penting dalam
hidup manusia yang tampak dalam fenomena, sikap dan perilaku :
a. Menghadapi sesuatuyang tidak di ketahuiatau tidak pasti dalam kehidupan.
6
b. Pencarian makna dan tujuan hidup.
c. Menyadari dan mampu menarik sumber dan kekuatan dari dalam diri
sendiri.
d. Memiliki perasaan keterkaitan dengan diri sendiri dan tuhan.

Dalam konteks kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan spiritual merupakan


bagian integral tanggung jawab keperawatan. Manusia sebagai individu pada
dasarnya adalah mahluk religious. Ia mencari seseorang atau sesuatu untuk
disembah dalam upaya menemukan artu dan tujuan hidup (Sofia Gusnia, 2015).

2. Kualitas pelayanan spiritual


Pengkajian tentang keperawatan dalam kaitan dengan masalah dan kebutuhan
pasien rawat inap semakin canggih. Terdapat berbagai macam instrument
pengkajian, tergantung pada jenis tempat perawatan, mulai dari perawatan orang
sakit akut, sakit kronis, pasien anak, keluarga, orang lanjut usia yang menghadapi
kematian, dan korban bencana (Sofia Gusnia, 2015).
Terdapat berbagai macam instrument pengkajian masalah spiritual. Setiap alat
pengkajian tersebut juga mempunyai kelemahan utama, yakni kurangnya evaluasi
terhadap kebutuhan-kebutuhan spiritual pasien. Pengkajian spiritual sering hanya
diakomodasikan dalam satu pertanyaan mengenai agama yang di anut oleh pasien
sehingga perawatan spiritual pasien kemudian dilimpahkan kepada pendamping
rohani yang bertugas di rumah sakit (Sofia Gusnia, 2015).
Orang pertama yang mengetahui praktik-praktik dan kebutuhan spiritual
pasien adalah perawat itu sendiri. Tanpa mengurangi peran penting pendamping
rohani rumah sakit, perawat bisamenyelenggarakan suatu keperawatan yang
holistic yang mecakup aspek bio-psiko-sosial-spiritual dan kultur. Kerja sama
antara perawat dengan pendamping rohani perlu dibangun guna membuat suatu
perencanaan yang bersifat holistic (Sofia Gusnia, 2015).
Hal pokok yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pengkajian spiritual
terhadap pasien adalah pengetahuan dasar perawat tentang perkembangan spiritual
manusia sebagai seorang pribadi. Penting pula di dasarkan bahwa perawatan
spiritual mencakup tindakan manusiawi konkrit dan sederhana yang bisa
dilakukan oleh perawat bersamaan dengan proses perawatan kesehatan badan.
Dengan demikian, sebenarnya perawat tidak perlu berdalih bahwa kebutuhan

7
spiritual pasien adalah urusan pribadi pasien dengan tuhan yang tidak bisa
diintervnesi perawat (Sofia Gusnia, 2015).
3. Diagnosa keperawatan
Perawatan spiritual juga bisa masuk melalui pengalaman negatif pasien yang
berhubungan dengan hidup spiritual. Untuk mengetahui pengalaman negative itu,
perawat bisa membuat suatu diagnosa keperawatan terhadap persoalan spiritual
pasien. Ada tujuh indicator yang bisa dikategorikan sebagai persoalan spiritual
atau ancaman terhadap integritas spiritual, yaitu (Sofia Gusnia, 2015) :
a. Luka spiritual atau spiritual pain yang terwujud dalam ekspresi
ketidaknyamanan atau menanggung perasaan tertekan dalam berelasi
dengan Allah. Verbalisasi rasa sakit karena rasa diingkari atau mengalami
rasa kurang puas secara spiritual bisa diktegorikan sebagai luka spiritual.
Luka spiritual juga tampak dalam hilangnya rasa damai dalam relasi
personal dengan sang pencipta. Seorang pasien dengan penyakit stadium
akhir yang mengalami “luka spiritual” semacam itu dapat mengungkapkan
ketakutan bahwa ia mengalami hidupnya tidak “selaras dengan kehendak
Allah”, kondisi ini di perburuk oleh semakin dekatnya kematian.
b. Keterasingan spiritual atau spiritual alienation yang tampak dalam ekspresi
kesepian atau perasaan bahwa Allah begitu jauh dari kehidupan sehari-hari
pasien. Sikap negatif membuat pasien kurang percaya terhadap
pertolongan dari Allah. Pasien dengan penyakit kronis seringkali
mengungkapkan keputusaasaannya mengenai kedekatannya dengan Allah.
c. Kecemasan spiritual atau spiritual snxiety yang tampak dalam ekpsresi
ketakutan akan murka dan hukuman Allah. Ada ketakutan bahwa Allah
tidak menyayanginya karena marah terhadap perilakunya. Beberapa
budaya tertentu, meskin tidak semua, menghidupi keyakinan bahwa sakit
merupkan hukuman Allah atas kesalahan manusia baik yang disengaja
atau yang tidak di sengaja.
d. Rasa bersalah spiritual atau spiritual guilt terhadap kegagalan untuk
melakukan sesuatu atau hal-hal yang seharusnya dilakukan dalam hidup
ini. Rasa bersalah muncul juga ketika orang telah melakukan hal-hal yang
tidak berkenan di mata Allah. Ungkapan keprihatinan yang sering muncul
adalah tentang hidup yang seharusnya dihayatinya. Beberapa orang,
terutama mereka yang di didik dalam tradisi keagamaan lebih puritan,
8
mengalami rasa bersalah terhadap kegagalannya untuk mengikuti
kehendak Allah, seperti yang dipahaminya. Perasaan bersalah ini
seringkali semakin memperburuk kondisi kesehatan fisik, psikologis dan
mental.
e. Kemarahan spiritual atau spiritual anger,kemarahan spiritual tampak dalam
ekspresi frustasi, derita atau kegusaran pada Allah karena berfikir bahwa
membiarkan pengalaman sakit atau percobaan-percobaan lainnya. Ekspresi
kemarahan spiritual tampak dalam komentar-komentar mengenai
ketidakadilan Allah dan atau pandangan negative terhadap lembaga
keagamaan dan para pelayananya atau pembimbing rohani. Itu juga
tampak dalam ekspresi kemarahan anggota keluarga pasien yang berfikir
bahwa Allah membiarkan anggota keluarga yang dicintainya menderita.
f. Kehilangan semangat rohani atau spiritual loss, kehilangan semangat
rohani tampak dalam ekspresi perasan-perasaan kehilangan kasih Allah
untuk sesaat atau selama-lamanya. Kehilangan semnagat rohani di picu
oleh perasaan terancam akan kehilangan relasi dengan Allah. Rasa hampa
terdapat hal-hal spiritusal dapat membuat orang kehilangan semangat
rohani. Perasaan kehilangan spiritual sering berhubungan dengan depresi
psikologis.orang merasa tak berguna dan takberdaya. Kehilangan semngat
rohani bisa merupakan akumulasi dari perasaan terasing dari apapun atau
siapapun yang di pandang sebagai yangbaik, seperti Allah.
g. Keputusasaan spiritual atau spiritual despair, keputusasaan spiritual
tampak dalam ekspresi-ekspresi yang menunjukkan bahwa seseorang tidak
lagi memiliki harapan dalam menjalin relasi dengan Allah. Keputusasaan
rohani juga bisa diakibatkan oleh perasaan tidak memiliki kemampuan
uuntuk menyenangkan hati Allah dan atau perasaan bahwa Allah tidak
mungkin lagi akan menyayanginya. Eskipun keputusasaan spiritual jarang
ditemukan pada kaum beriman, diagnosis semacam itu dapat di kaitkan
dengan gangguan psikiatris yang serius. Jika pikiran-pikiran atauperasaan
tersebut diekspresikan oleh pasien, perawat perlu bersikap waspada,juga
terhadap potensi munculnya pemikiran atau tindkan bunuh diri.
E. Konsep Kultur
1. Definisi Kultur

9
Kultural dalam keperawatan palliatif adalah suatu ilmu budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan palliative yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan (Leininger, 2011).
Tujuan dari Keperawatan Kultural adalah untuk mengidentifikasi, meguji,
mengerti dan menggunakan pemahaman keperawatan kultural untuk meningkatkan
kebudayaan dalam pemberian asuhan keperawatan.
2. Pengkajian Kultur
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise
Model” (Iskandar, 2010) :
a. Faktor teknologi
Perawat perlu mengkaji persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat dan
mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan
klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan.
b. Faktor agama dan falsafah hidup
Faktor agama yang harus dikaji perawat yaitu : agama yang dianut, status
pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif pada kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga
Pada tahap ini perawat mengkaji : nama lengkap, nama panggilan, umur,
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup
Yang perlu dikaji oleh perawat adalah posisi dan jabatan yang dipegang
oleh kepala keluaraga, Bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku
Pada tahap ini perawat perlu mengkaji : kebijakan dan peraturan yang
berkaitan dengan jam kunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi
10
Faktor ekonomi yang dikaji perawat yaitu: sumber biaya misal, asuransi,
penggantian dari kantor dsb.
g. Faktor pendidikan
Perawat mengkaji tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman
sakitnya.

3. Prinsip-prinsip pengkajian budaya:


a. Jangan membuat asumsi
b. Jangan membuat streotip bisa terjadi konflik misalnya: orang padang pelit,
orang jawa halus
c. Menerima dan memahami metode komunikasi
d. Menghargai kebutuhan personal dari setiap individu
e. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien
f. Menyediakan privasi terkait kebutuhan pribadi
4. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya
yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan.
Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu :
a. gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
b. gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
c. ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
5. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan tranaskultural adalah suatu
proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses
memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang
sesuai denganlatar belakang budaya klien.
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew
and Boyle, 1995) yaitu :
a. mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak
bertentangan dengan kesehatan.

11
b. mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan.
c. merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing
melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat
tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga
hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman
budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan
perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
6. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan
klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi
budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya
baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien.
Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar
belakang budaya klien.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengkajian keperawatan yang dilakukan perawat terdiri dari pengkajian awal
masuk pasien, pengkajian ualng berfokus keluhan utama dalam aspek biologis,
psikologis, sosial, spiritual dan kultur. Pengkajian keperawatan holistic dikaji secara
mendalam terhadap pasien paliatif atau terminal.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu bagi
penulis dan pembaca dalam melakukan pelayanan keperawatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ali Syahbana, Dwi Wahyuni & Elfian Zulkarnain, 2019, Peran Perawat Dalam Melakukan
Pengkajian Kebutuhan Pasien Berdasarkan Aspek Bologis, Psikologis, Sosiologis, Spiritual
Di Ruang Rawat Inap, Vol. 1 No. 1, September 2019.

Ariana Putri Ketut, 2018. Rumah Singgah Dalam Perawatan Paliatif. Depasar : Universitas
Udayana.

Bujuri A, 2018, Analisis Kebutuhan Anak Usia Dasar Dan Implikasinya Dalam
Penyelenggaraan Pendidikan, Vol. 4, No. 1, 2018.
Kasiati & Rosmalawati D, 2016, Kebutuhan Dasar Manusia I, Kementrian Kesehatan RI.
Jakarta.
Sofia Gusnia CB, 2015, Pelayanan spiritual Pada Pasien, Vol. 1 No. 2, November 2015.

Yulianingsih, 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta, Salemba Medika.

14
15
Menurut Perry & Potter, 2005 kebutuhan MAPPING Definisi Sosial :
biologis merupakan hal yang perlu atau
Manusia berperan dalam memenuhi atau
penting untuk bertahan hidup. Manusia
Definisi kultur menjalankan norma lingkungan
memiliki beberapa kebutuhan : oksigen,
kemasyarakatan sehingga manusia senantiasa
cairan, nutrisi, temperature, eliminasi Kultural dalam keperawatan
PENGKAJIAN BIO- saling membutuhkan, dengan demikian peran
dan seks. Klien yang sangat muda, palliatif adalah suatu ilmu
PSIKO-SOSIAL- perawat juga merupakan peran sosial yang
sangat tua, sakit dan cacat atau bahkan budaya pada proses belajar dan
diterapkan dengan sebaik-baiknya sehingga
penurunan kesadaran tergantung pada SPIRITUAL DAN praktek keperawatan palliative
yang fokus memandang keberadaan perawat benar-benar menjadi
orang lain untuk memenuhi kebutuhan KULTUR
perbedaan dan kesamaan sesuatu yang bermanfaat terhadap proses
dasar fisiologis. Perawat sering
budaya dengan menghargai penyembuhan klien
mempunyai peran dalam membantu
asuhan, sehat dan sakit
klien memenuhi kebutuhan tersebut.
didasarkan pada
budayamanusia, kepercayaan
dan tindakan

Definisi spiritual
Definisi Psikologis
Prespektif dalam konsep biologis Secara etimologis spiritualitas berasal dari bahasa
di antaranya : Manusia adalah makhluk yang unik dan memiliki latin spiritus yang berarti semangat atau nafas
tingkah laku yang berbeda-beda, oleh karena itu dalam kehidupan. Spritualitas berarti daya hidup mendorong
a. Memenuhi kebutuhan memberikan asuhan keperawatan perlu dikaji tentang untuk memaknai hidup. Spiritualitas adalah
oksigen tingkah laku dari klien sehingga perawat dapat keyakinan akan kekuatan yang lebih tinggi, kekuatan
pencipta, ilahi atau sumber energy yang tidak
b. Kebutuhan cairan menentukan cara yangtepat untuk memberikan asuhan
terbatas. Spiritualitas ada dan berkembang dalam
c. Nutrisi keperawatan. Perhatian ditujukan pada kenyataan
hidup manusia jauh sebelum munculnya agama-
d. Temperature keadaan diri sendiri tentang fisik, individual, dan
Aspek fisiologis antara agama. Agama merupakan sarana, sementara
e. Eliminasi moral-etik. Jenis adaptasi ini menekankan pada spiritualitas berhubungan dengan, tujuan dan
lain : Rasa aman,
integritas psikis, yaitu kebutuhan untuk mengetahui keyakinan akan masa depan
f. Seks kebutuhan cinta dan rasa
siapa supaya seseorang dapat bertahan dengan
memiliki, harga diri, dan
gangguan integritas yang di alami (Ali Syahbana Dkk,
2019). aktualisasi diri

Anda mungkin juga menyukai