Anda di halaman 1dari 20

BUDAYA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

Dosen Pengampu : Kiki Yusika, S.Tr.Keb., M.Tr.Keb.,CHE

Disusun Oleh :

Kelompok 8

Erna Ferawati NIM 42324004


Siti Julaeha NIM 42324023
Dewi Wulandari NIM 42324015
Wanda Afifah NIM 42324030
Revy Wahyuningtyas NIM 42324062

POLITEKNIK TIARA BUNDA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Budaya dalam Praktik Kebidanan” pada mata kuliah Praktik Profesional Bidan.
Makalah ini merupakan salah satu bagian dari serangkaian kegiatan
pembelajaran mata kuliah Praktik Profesional Bidan. Kami menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kami
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.
Demikian makalah ini kami selesaikan untuk memperdalam pengetahuan dan
menyelesaikan tugas dalam mata kuliah tersebut. Kami berharap semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya

Depok, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI ………………………………………………………. 3

2.1 Budaya atau Tradisi Dalam Kebidanan ................................................. 3

2.2 Konsep Manusia dan Konsep Sosial Budaya ........................................ 4

2.3 Faktor yang Berhubungan dengan Tradisi Masyarakat dalam


Menghadapi Kehamilan dan Persalinan ................................................ 7

2.4 Faktor Sosial, Budaya, Kesetaraan Gender dan KDRT ......................... 8

2.5 Praktik Budaya Perawatan dalam kehamilan, Persalinan, dan Nifas pada
Kepercayaan ........................................................................................ 8

2.6 Pendekatan Sosial Budaya dalam Mengatur Strategi Pelayanan


Kesehatan dan Kebidanan di Komunitas .......................................... 111

2.7 Tradisi Kepercayaan Masyarakat...................................................... 144

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 166

3.1 Kesimpulan...................................................................................... 166

3.2 Saran ............................................................................................... 166

DAFTAR PUSAKA ............................................................................................ 177

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak suku, ras, agama, dan
antar golongan. Dengan begitu Indonesia pun kaya akan budaya. Kebudayaan di
Indonesia ada kebudayaan material dan non-material. Budaya material adalah
hasil kebudayaan fisik yang diciptakan oleh manusia, misalnya senjata, rumah
adat, alat transportasi, dsb. Budaya non-material adalah kebudayaan yang berupa
ide atau gagasan yang berbentuk abstrak dan tidak berwujud fisik, misalnya nilai
dan kepercayaan.

Budaya atau kebiasaan dalam praktik kebidanan merupakan salah satu


yang mempengaruhi status kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-
istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan.
Salah satu hal yang mempengaruhi kesehatan di Indonesia, antara lain masih
adanya pengaruh sosial budaya yang turun menurun masih dianut sampai saat
ini. Selain itu ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku yang tidak
sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan menurut ilmu kedokteran ataupun ilmu
kebidanan atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang
menguntungkan bagi ibu dan anaknya.

Budaya sangat berpengaruh pada kehidupan masyaraat. Salah satu


masalah yang ada di masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu
dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari kebudayaan yang ada di
lingkungan masyarakat. Disadari atau tidak, faktor kepercayaan dan
pengetahuan budaya seperti konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan
sebab akibat antara makanan dan kondisi sehat maupun sakit, kebiasaan dan
ketidaktahuan seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif
terhadap kesehatan ibu dan anak.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengetahui Budaya atau tradisi dalam kebidanan
2. Mengetahui Konsep manusia dan konsep sosial budaya
3. Mengetahui faktor yang berhubungan dengan tradisi masyarakat dalam
menghadapi kehamilan dan persalinan
4. Mengetahui faktor sosial budaya, kesetaraan gender dan KDRT
5. Mengetahui praktik budaya perawatan dalam kehamilan, Persalinan, dan
Nifas pada kepercayaan
6. Mengetahui pendekatan sosial budaya dalam mengatur strategi pelayanan
kesehatan dana kebidanan di komunitas
7. Mengetahui tradisi kepercayaan masyarakat

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengerti,
memahami serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang
kebudayaan masyarakat yang berkaitan dengan kebidanan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Budaya atau Tradisi Dalam Kebidanan

Edward B. Tylor mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan yang


kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, serta kemampuan-kemampuan lain yang di
dapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
Budaya dan kesehatan sangat erat hubungannya, adapun masalah
kesehatan yang sering terjadi sekarang ini salah satunya karena budaya
masyarakat itu sendiri. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan
respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam masyarakat tanpa memandang
tingkatannya.
Beberapa perilaku dan aspek budaya yang mempengaruhi pelayanan
kebidanan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Health believe
Tradisi- tradisi yang diberlakukan secara turun- menurun. Contohnya dalam
pemberian makanan pada bayi, di daerah Nusa Tenggara Barat ada
pemberian nasi papah atau di jawa dengan tradisi nasi pisang.
2. Life style
Gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya gaya hidup
kawin cerai di lombok atau gaya hidup perokok
3. Health seeking behaviour
Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apabila
seseorang sakit tidak perlu ke pelayanan kesehatan akan tetapi cukup
dengan membeli obat di warung atau mendatangi dukun.

3
2.2 Konsep Manusia dan Konsep Sosial Budaya

A. Konsep manusia dibagi menjadi tiga bagian:

1. Manusia sebagai sistem


Manusia ditinjau sebagai sistem, artinya manusia terdiri dari
beberapa unsur/sistem yang membentuk suatu totalitas; yakni sistem
adaptif, sistem personal, sistem interpersonal, dan sistem sosial.
Manusia sebagai sistem adaptif, disebabkan oleh setiap individu
dapat berubah dan setiap individu merespon terhadap perubahan.
Manusia sebagai sistem personal, disebabkan setiap manusia memiliki
proses persepsi, dan setiap manusia bertumbuh kembang
Manusia sistem interpersonal disebabkan oleh setiap manusia
berinteraksi dengan yang lain, setiap manusia memiliki peran dalam
masyarakat, setiap manusia, berkomunikasi terhadap orang lain.
Manusia sebagai sistem sosial adalah setiap individu memiliki
kekuatan dan wewenang dalam pengambilan keputusan dalam
lingkungannya, keluarga, masyarakat, dan tempat kerja.

Manusia sebagai sistem terbuka yang terdiri dari berbagai sub


sistem yang saling berhubungan secara terintegrasi untuk menjadi satu
total sistem. Terdiri dari beberapa komponen :
a. Komponen Biologik adalah anatomi tubuh
b. Komponen Psikologik adalah kejiwaan
c. Komponen Sosial adalah lingkungan
d. Komponen Kultural adalah nilai budaya
e. Komponen Spiritual adalah kepercayaan agama

2. Manusia sebagai adaptif


Proses perubahan yang menyertai individu dalam berespon
terhadap perubahan lingkungan mempengaruhi integritas atau keutuhan
lingkungan : seluruh kondisi keadaan sekitar yang mempengaruhi
perkembangan organisme atau kelompok organism. Model konsep
adaptasi pertama kali.

4
3. Manusia sebagai makhluk holistik

Manusia sebagai makhluk holistik mengandung pengertian,


manusia makhluk yang terdiri dari unsur biologis, psikologis, sosial dan
spritual, atau sering disebut juga sebagai makhluk biopsikososial
spritual. Dimana keempat unsur ini tidak dapat terpisahkan, gangguan
terhadap salah satu aspek merupakan ancaman terhadap aspek atau
unsur yang lain.

B. Konsep Sosial Budaya

Secara sederhana kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil dari cipta,


karsa, dan rasa. Sebenarnya budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang
berasal dari kata Latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Aspek
Sosial yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan. Ada
beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain
adalah :
1. Umur
Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola
penyakit berdasarkan golongan umur. Misalnya balita lebih banyak
menderita penyakit infeksi, sedangkan golongan usia lebih banyak
menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung 5oroner,
kanker, dan lain-lain.

2. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang
berbeda pula. Misalnya dikalangan wanita lebih banyak menderita
kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak menderita kanker prostat.

5
3. Pekerjaan

Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit.


Misalnya dikalangan petani banyak yang menderita penyakit cacing
akibat kerja yang banyak dilakukan di sawah dengan lingkungan yang
banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja diindustri, misal di
pabrik tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan
karena banyak terpapar dengan debu.

4. Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit.


Misalnya penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan
masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknya malnutrisi
lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang status
ekonominya rendah.

5. Pengaruh tradisi
Ada beberapa tradisi didalam masyarakat yang dapat berpengaruh
negatif terhadap kesehatan masyarakat.

6. Sikap fatalistis

Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku


kesehatan. Contoh : Beberapa anggota masyarakat dikalangan
kelompok tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya bahwa anak
adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga
masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan
pengobatan bagi anaknya yang sakit.

7. Sikap ethnosentris

Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika


dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.

6
8. Pengaruh norma

Contoh upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi


banyak mengalami hambatan karena ada norma yang melarang
hubungan antara dokter yang memberikan pelayanan dengan bumil
sebagai pengguna pelayanan.

9. Pengaruh nilai

Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap


perilaku kesehatan. Contoh : masyarakat memandang lebih bergengsi
beras putih daripada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa
vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih.

2.3 Faktor yang Berhubungan dengan Tradisi Masyarakat dalam


Menghadapi Kehamilan dan Persalinan

Budaya pada masa kehamilan dan persalinan di sebagian daerah telah


terjadi pergeseran namun di sebagian lain masih dipertahankan. Semua budaya
yang diwariskan cenderung untuk berubah tetapi ada kalanya juga
dipertahankan. Ada proses dinamis yang mendukung diterimanya hal-hal dan
ide-ide baru dan ada juga yang mendukung untuk mempertahankan kestabilan
budaya yang ada. Nilai dan ritual yang baru ini menggantikan nilai dan ritual
yang lama. Namun di sebagian masyarakat adakalanya terjadi kompromi yang
mana nilai dan ritual baru dijalankan dengan tanpa menghilangkan nilai dan
ritual lama.
Terdapat berbagai macam tradisi yang sering ditemui dimasyarakat
termasuk tradisi dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan kehamilan dan
persiapan persalinan. Faktor – faktor yang mempengaruhinya yaitu:
1. Umur
2. Paritas
3. Pengalaman
4. Pendidikan

7
2.4 Faktor Sosial, Budaya, Kesetaraan Gender dan KDRT

Pada dasarnya, peran kebudayaan terhadap kesehatan masyarakat adalah


membentuk mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu suatu
kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Memang tidak
semua praktek/ prilaku masyarakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga
kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan
medis kesehatan. Apalabila persepsi tentang kesehatan ataupun penyebab sakit
sudah berbeda sekali dengan konsep medis, tentunya upaya mengatasinya juga
berbeda disesuaikan dengan keyakinan ataupun kepercayaan-kepercayaan yang
sudah dianut turun-temurun sehingga lebih banyak menimbulkan dampak-
dampak yang merugikan bagi kesehatan. Dan untuk merubah prilaku ini sangat
membutuhkan waktu dan cara yang strategis. Dengan alasan ini pula dalam hal
penempatan petugas kesehatan dimana selain memberi pelayanan kesehatan
pada masyarakat juga berfungsi sebagai agen perubahan.
Kesetaraan gender adalah tidak adanya diskriminasi berdasarkan jenis
kelamin seseorang dalam memperoleh kesempatan dan sumber daya, manfaat
atau dalam mengakses pelayanan. Berbeda halnya dengan keadilan gender
merupakan keadilan perdistribusian manfaat dan tanggungjawab perempuan dan
laki-laki. Konsep yang mengenali adanya perbedaan kebutuhan dan kekuasaan
anatara perempuan dan laki-laki, yang harus diidentifikasi dan diatasi dengan
cara memperbaiki ketidakseimbangan antara jenis kelamin. Masalah gender
muncul bila ditemukan perbedaan hak. Peran dan tanggungjawab karena adanya
nilai-nilai sosial budaya yang tidak menguntungkan salah satu jenis kelamin
(lazimnya perempuan). Untuk itu perlu dilakukan rekontruksi sosial sehingga
nilai-nilai sosial budaya yang tidak menguntungkan tersebut dapat dihilangkan.

2.5 Praktik Budaya Perawatan dalam kehamilan, Persalinan, dan Nifas pada
Kepercayaan

A. Kebudayaan yang Dianut oleh Masyarakat Indonesia pada Masa


Kehamilan
Bicara soal “upacara adat yang dikhususkan bagi ibu hamil”
terutama selama melalui masa kehamilan sangat penting untuk kita

8
ketahui. Hal ini merupakan dukungan psikologis, fisik, dan sosial yang
luar biasa dan diwariskan secara turun temurun. Didalamnya juga
terkandung nilai-nilai spiritual yang disesuaikan dengan agama masing-
masing. Upacara adat bagi ibu hamil juga akan memberi rasa percaya diri,
menguatkan ibu dalam masa transisi perubahan peran menjadi seorang ibu,
mengubah cara pandang ibu terhadap perubahan tubuh selama kehamilan,
meningkatkan rasa aman dan perasaan dihargai.
Orang Jawa adalah salah satu contoh dari masyarakat yang sering
menitikberatkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari peristiwa
kehamilan, sehingga di dalam adat-istiadat yang cukup rinci untuk
menyambut kelahiran bayi. Biasanya upcara dimulai sejak usia ketujuh
bulan kandungan ibu sampai pada saat kelahirannya, walaupun ada pula
sebagian kecil masyarakat yang telah melakukannya sejak janin di
kandungan ibu berusia 3 bulan. Upacara-upacara adat Jawa bertujuan
mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi
hingga saat kelahirannya itu upacara mitoni, procotan, dan brokohan.
Selain di Jawa setiap daerah juga memiliki kebudayaan yang
berbeda-beda di kalangan masyarakat terhadap kesehatan ibu. Berikut
budaya yang ada di beberapa daerah terhadap kesehatan ibu hamil:
a) Jawa Tengah
Bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit
persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan
perdarahan banyak.
b) Jawa Barat
Ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus
mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecildan mudah
dilahirkan.
c) Masyarakat Betawi
Berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang, dan kepiting
karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.

9
B. Kebudayaan yang Dianut oleh Masyarakat Indonesia pada Proses
Persalinan
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat
konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan
kebudayaan ibu bersalin yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan
modern. Beberapa hal yang dilakukan oleh masyarakat pada ibu bersalin:
1) Meminum rendaman air rumput Fatimah akan merangsang mulas.
Memang, rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil, tapi
apa kandungannya belum diteliti secara medis. Rumput Fatimah atau
biasa disebut Labisia pumila ini, berdasarkan kajian obat-obatan
tradisional di Sabah, Malaysia padatahun 1988, dikatakan
mengandung hormone oksitosin yang dapat membantu menimbulkan
kontraksi. Tetapi apa kandungan dan seberapa takarannya belum
diteliti secara medis.
2) Makan duren, tape, dan nanas bisa membahayakan persalinan ini
benar karena bisa mengakibatkan perdarahan atau keguguran. Duren
mengandung alcohol yang menimbulkan rasa panas ketubuh. Begitu
juga tape serta aneka masakan yang menggunakan arak, sebaiknya
dihindari. Buah nanas juga karena mengakibatkan keguguran.
3) Minum minyak kelapa memudahkan persalinan. Namun dalam dunia
kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali dalam melancarkan
persalinan. Mungkin secara psikologis, ibu hamil meyakini, dengan
meminum dua sendok minyak kelapa dapat memperlancar
persalinannya. Jika itu demi ketenangan psikologisnya, maka itu
diperbolehkan karena minyak kelapa bukan racun.

C. Kebudayaan yang Dianut oleh Masyarakat Indonesia pada Masa


Nifas

Macam-macam mitos yang ada pada masyarakat mengenai ibu nifas


diantaranya:
1) Kaki harus lurus
Menurut Koesmariyah, baik saat berjalan maupun berbaring, kaki
harus larus. Dalam arti kaki kanan dan kaki kiri tidak boleh saling

10
tumpeng tidih ataupun ditekuk. Selain agar jahitan akibat robekan di
vagina tak melebar kemana-mana, juga dimaksudkan supaya aliran
darah lancar alias tak terhambat. Secara medis, posisi kaki yang lurus
memang lebih menguntungkan karena membuat aliran darah menjadi
lancar. Sedangkan mobilisasi secara umum, pada dasarnya boleh dan
malah harus dilakukan. Makin cepat dilakukan kian menguntungkan
pula. Dengan catatan, kondisisi ibu dalam keadaan baik, semisal tak
mengalami perdarahan atau kelainan apapun saat melahirkan.
2) Tidak boleh tidur siang
Menurut Chairul sjah, tidur berkepanjangan memang mengundang
proses recovery yang lebih lambat. “Makin lama berbaring makin
besar pula peluang terjadi tromboemboli atau pengendapan elemen-
elemengaram.” Lalu bila si ibu bangun/berdiri mendadak, endapan
elemen tersebut dikhawatirkan lepas dari pelekatannya di dinding
pembuluh darah. Padahal akibatnya bisa fatal. Endapan-endapan tadi
bisa masuk kedalam pembuluh darah lalu ikut aliran darah ke jantung,
otak, dan organ-organ penting yang lain yang akan memunculkan
stroke
3) Tidak boleh bepergian
Larangan ini bertujuan supaya ibu tidak terlalu letih beraktivitas. Bila
ibu terlalu letih maka ASI-nya akan berkurang. Hal ini akan
mempengaruhi tumbuh kembang bayi karena biasanya seumur ini
sedang kuat-kuatnya menyusu.

2.6 Pendekatan Sosial Budaya dalam Mengatur Strategi Pelayanan Kesehatan


dan Kebidanan di Komunitas

A. Pendekatan edukatif dalam peran serta masyarakat.


Pendekatan edukatif adalah suatu rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematis terencana dan terarah dengan pertisipasi
aktif dari individu kelompok maupun masyarakat umum untuk
memecahkan masalah yang di rasakan oleh masyarakat dengan
mempertimbangkan faktor-faktor sosial ekonomi dan budaya.

11
Tujuan pendekatan edukatif adalah :
1) Memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat
2) Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk dapat memecahkan
masalahnya sendiri secara swadaya dan gotong royong.

Langkah-langkah pendekatan edukatif


1) Pendekatan pada tokoh masyarakat.
a) Nonformal untuk penjagaan lahan
b) Formal dengan surat resmi
c) Tatap muka antara provider dengan tokoh masyarakat.
d) Kunjungan rumah untuk menjelaskan maksud dan tujuan
pengumpulan data.
e) Pertemuan provider dan tokoh masyarakat untuk menetapkan
suatu kebijakan alternatif pemecahan masalah dalam rangka
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
f) Menjalin hubungan sosial yang baik dengan menghadiri upacara-
upacara agama, perkawinan, kematian dsb.
2) Pendekatan kepada provider.
Diadakan pada waktu pertemuan tingkat kecamatan, tingkat
desa/kelurahan, tingkat dusun/lingkungan.
3) Pengumpulan data primer dan sekunder.
Data umum, data teknis sesuai dengan kepentingan masing-masing
sektor, data perilaku sesuai dengan masalah yang ada, data khusus
hasil pengamatan, data orang lain.
4) Pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat.
Proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan
tentukan prioritas dari kebutuhan tersebut serta mengembangkan
keyakinan masyarakat untuk berusaha memenuhi kebutuhan sesuai
skala prioritas berdasarkan atas sumber–sumber yang ada di
masyarakat sendiri.

12
Terdiri dari 3 jenis pendekatan :
1) Specifict Content Approach
Yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan
masalah melalui proposal program kepada instansi yang
berwenang.
Contoh : pengasapan pada kasus DBD
2) General Content Objektive Approach
Yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya
dalam bidang kesehatan dalam wadah tertentu.
Contoh : posyandu meliputi KIA, imunisasi, gizi, KIE dsb.
3) Process Objective Approach
Yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada proses yang
dilaksanakan masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian
dikembangkan sendiri sesuai kemampuan. Contoh : kader
Menggunakan atau memanfaatkan fasilitas dan potensi yang ada
di masyarakat merupakan usaha membantu manusia mengubah
sikapnya terhadap masyarakat, membantu menumbuhkan
kemampuan orang, berkomunikasi dan menguasai lingkungan
fisiknya.

B. Komunikasi yang baik


Beberapa hal yang perlu diperhatikan bidan dalam berkomunikasi kepada
masyarakat :
1) Jangan terlalu banyak bicara, cobalah untuk tidak banyak menyela.
2) Jangan meneruskan kalimat mereka atau mangantisipasi apa yang
sedang mereka bicarakan.
3) Tanyakan apabila anda merasa kurang jelas.
4) Lebih baik membicarakan sesuatu secara tatap muka dari pada
membicarakan sesuatu secara tertulis.

13
C. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah bagian dari paradigma
pembangunan yang memfokuskan perhatiannya kepada semua aspek yang
prinsipil dari manusia di lingkungannya yakni mulai dari aspek intelektual
(sumber daya manusia), aspek material dan fisik, sampai kepada aspek
manajerial.

2.7 Tradisi Kepercayaan Masyarakat


Tradisi atau disebut juga dengan kebiasaan merupakan sesuatu yang sudah
dilaksanakan sejak lama dan terus menjadi bagian dari kehiduap suatu kelompok
masyarakat, seringkali dilakukan oleh suatu negara, kebudayaan, waktu, atau
agama yang sama.
Pengertian lain dari tradisi adalah segala sesuatu yang diwariskan atau
disalurkan dari masa lalu ke masa saat ini atau sekarang. Tradisi dalam arti yang
sempit yaitu suatu warisan-warisan sosial khusus yang memenuhi syarat saja
yakni yang tetap bertahan hidup di masa kini, yang masih tetap kuat ikatannya
dengan kehidupan masa kini.

Cara bidan mengatasi presepsi tradisi kebudayaan tidak benar yang


berkembang di masyarakat. Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan
yang terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan
dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan
anak di wilayah kerjanya. Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran
serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin,
bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus
memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung
jawabnya.
Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat
tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan,
adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama,
bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.

14
Dengan kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat
berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan
melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan
tradisional tersebut. Misalnya dengan Kesenian wayang kulit melalui
pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di awal
pertunjukan dan pada akhir pertunjukan.

Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu


diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan
aspek sosial-budaya, telah diuraikan dalam peraturan Menteri Kesehatan
No.363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu :Mengenai wilayah, struktur kemasyarakatan
dan komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa dengan cara :
1. Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada
pembagian wilayah pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta
mencari keterangan tentang penduduk dari masing-masing RT.
2. Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang
taruna, tokoh masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan
lainlain.
3. Mempelajari data penduduk yang meliputi :
- Jenis kelamin
- Umur
- Mata pencaharian
- Pendidikan
- Agama
4. Mempelajari peta desa
5. Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan
golongan.
6. Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif, bidan
harus mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu
kunci keberhasilan hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan
bidan yang pertama kali harus dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah
mempelajari bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Faktor - faktor sosial-budaya mempunyai peranan penting dalam


memahami sikap dan prilaku menanggapi kehamilan dan kelahiran. Sebagian
pandangan budaya mengenai hal-hal tersebut telah diwariskan turun-temurun
dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karna itu, meskipun
petugas kesehatan mungkin menemukan suatu bentuk prilaku atau sikap yang
terbukti kurang menguntungkan bagi kesehatan, seringkali tidak mudah bagi
mereka untuk mengadakan perubahan terhadapnya, akibat telah tertanamnya
keyakinan yang melandasi sikap dan prilaku itu secara mendalam pada
kebudayaan warga komunitas tersebut.
Kajian antropologi mengenai kehamilan dan kelahiran bagi wanita dengan
segala konsekuensi baik dan buruknya terhadap kesehatan ini perlu dijadikan
bahan pertimbangan bagi para personil kesehatan di Indonesia dalam upaya
meningkatkan keberhasilan pelayanan kesehatan yang mereka terapkan bagi ibu.
Khususnya, pemahaman yang menyeluruh dan utuh terhadap berbagai
pandangan, sikap dan prilaku kehamilan dan kelahiran dalam konteks budaya
masyarakat yang bersangkutan, sangat diperlukan bagi pembentukan strategi
strategi yang lebih tepat dalam melakukan perubahan yang diinginkan.

3.2 Saran

Kebudayaan dalam hal kebidanan sudah melekat di masyarakat. Seorang


bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan
dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan
usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan
dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Agar bidan dapat menjalankan
praktik atau pelayanan kebidanan dengan baik, hendaknya bidan melakukan
beberapa pendekatan kepada masyarakat.

16
Daftar Pustaka

https://www.studiobelajar.com/kebudayaan/
http://repository.unimus.ac.id
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/aunea282ad76dfull.pdf
https://voi.co.id/kebudayaan-adalah/
http://www.ibi.or.id/media/PMK%20No.%2028%20ttg%20Izin%20dan%20Penyelen
ggaraan%20Praktik%20Bidan.pdf

http://rohanihasanuddin.blogspot.com/2016/06/budaya-dalam-praktik-
kebidanan.html#:~:text=Aspek%20budaya%20dalam%20praktik%20kebidanan,-
Perilaku%20kesehatan%20merupakan&text=Adalah%20tradisi%2D%20tradisi%20y
ang%20diberlakukan,jawa%20dengan%20tradisi%20nasi%20pisang

Marmi. 2012. Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Mara ipah. (2016). Praktik budaya perawatan dalam kehamilan persalinan dan nifas
pada etnik baduy Dalam. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan

Nelli sari. (2014). Hubungan faktor sosial budaya dengan persalinan oleh dukun bayi
Di Desa Negeri Agung Kecamatan Talang Padang, Tanggamus. Jurnal Kesehatan
Metro Sai Wawai Volume VII No.2 Edisi Desember 2014, ISSN: 19779-469X

Walyani. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Kemenkes RI

17

Anda mungkin juga menyukai