Anda di halaman 1dari 13

TINJAUAN SOSIAL DAN BUDAYA TENTANG PERAWATAN PALIATIF DAN

MOTIVATION INTERVIEW

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK III

KELAS C
1.SELFIYANTI T.MAY 2017610092
2.EKA MAYA SARY 2017610120
3.ASRIYANUS MALI 2017610015
4.DAIYA RUMUAR 2017610021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWEI MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat
Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “TINJAUAN SOSIAL DAN
BUDAYA TENTANG PERAWATAN PALIATIF DAN MOTIVATION INTERVIEW”.

Kami mengucapkan limpah terimah kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.

Akhir kata kami mengharapkan Laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Malang,11 NOVEMBER 2019

Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar.............................................................................................................
Dafat isi........................................................................................................................
BAB I Pendahuluan ........................................................................................................
A.Latar Belakang................................................................................................................
B.Rumusan Masalah.............................................................................................................
Tujuan.................................................................................................................................
BAB II Pembahasan..............................................................................................................
A.Defenisi................................................................................................................................
1.faktor predisposisi...........................................................................................................
2.faktor pendukung.............................................................................
3.kajian sosial budaya tentang perawatan
paliatif................................................................................................................................
INTERVIEW MOTIVATION.........................................................................................
Efektivitas pendekatan koreksial.....................................................................................
State of change...............................................................................................................
Membangun diskrepansi.................................................................................................

BAB III Penutup....................................................................................................................


A.Kesimpulan...........................................................................................................................
B.SARAN........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada
penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang
dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang
disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita serta
melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, & Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta
masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health
Organization (WHO) 2016).
Sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan
pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Andreas Eppink, sosial budaya atau kebudayaan adalah segala
sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri
khas dari masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah
keseluruhan berupa kesenian, moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan,
kepercayaan, dan kemampuan olah pikir dalam bentuk lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat dan keseluruhan bersifat kompleks. Dari
kedua pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa social budaya memang
mengacu pada kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada aspek adat
istiadat dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.

B.RUMUSAN MASALAH
1. Bangaimana Tinjauan Sosial dan budaya tentang perawatan paliatif
2. Bagaimana INTERVIEWING MOVATION
C.Tujuan
1. Untuk mengetahui Tinjauan Sosial dan budaya tentang perawatan paliatif
2. Untuk mengetahui INTERVIEWING MOVATION
BAB II

PEMBAHASAN

Tinjauan Sosial dan budaya tentang perawatan paliatif

A. PENGERTIAN
Pengertian sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala
sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan.
Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap
kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan
kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu
penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut
hubungannya dengan kesehatan.
Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap
anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman
individu-individu masyarakat.
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia dari
tingkat kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku
(behaviour cause) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour cause). Perilaku itu
sendiri terbentuk dari tiga factor, yaitu :

1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan,


sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, air bersih dan sebagainya
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
Contoh lain, sosial budaya mempengaruhi kesehatan adalah pandangan suatu
masyarakat terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka mengalami
sakit, ini akan sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada
dan tumbuh dalam masyarakat tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat
mempercayai dukun yang memiliki kekuatan gaib sebagai penyembuh ketika
mereka sakit, dan bayi yang menderita demam atau diare berarti pertanda bahwa
bayi tersebut akan pintar berjalan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa social budaya
sangat mempengaruhi kesehatan baik itu individu maupun kelompok.
Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat beragam dan
sudah melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan tersebut seringkali
berupa kepercayaan gaib. Sehingga usaha yang harus dilakukan untuk mengubah
kebudayaan tersebut adalah dengan mempelajari kebudayaan mereka dan
menciptakan kebudayaan yang inovatif sesuai dengan norma, berpola, dan benda
hasil karya manusia.

B. Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif


Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat
adalah perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya
perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor
sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan terinternalisasi dalam
kehidupan dan kegiatan masyarakat ada kecenderungan untuk merubah
perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan.
Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan
diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya
suatu daerah. Sehingga dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif
bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah
yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam kehidupan.

C. Budaya Masyarakat Tentang Pengobatan Pada Penyakit Paliatif


Kanker payudara merupakan penyakit yang mematikan. Jumlah
penderitanya pun tak sedikit. Sayang, banyak penderita justru memilih ke
dukun alias pengobatan alternatif. Ujung-ujungnya, malah bertambah parah.
Banyak penderita yang baru berobat ke dokter setelah menderita kanker
payudara stadium tinggi.
Selain itu, fenomena dukun Ponari sempat menyita perhatian
masyarakat Indonesia beberapa tahun yang lalu, cerita kemunculan dukun
Ponari dengan batu saktinya sebagai media penyembuhan dengan cara di
celupkan ke air.
Kabar tentang kehebatan ponari ini terus meluas hingga menyebabkan
jumlah pasien yang berobat kerumah Ponari dari hari kehari semakin
meningkat. Tindakan masyarakat yang datang ke Dukun Ponari itu tidak
terlepas dari peran budaya yang ada di masyarakat kita terhadap hal-hal yang
bersifat mistis. Percaya terhadap kesaktian batu yang dimiliki Ponari itu
merupakan sebuah budaya yang mengakar dan bertahan dimasyarakat sebagai
bagian dari kearifan lokal.
Pemahaman masyarakat terhadap hal-hal yang dipercayai secara turun-
temurun merupakan bagian dari kearifan lokal yang sulit untuk dilepaskan.
Hingga pemahaman magis yang irasional terhadap pengobatan melalui dukun
seperti diatas sangat dipercayai oleh masyarakat. Peranan budaya dan
kepercayaan yang ada dimasyarakat itu diperkuat oleh rendahnya tingkat
pendidikan dan tingkat ekonomi.

INTERVIEWING MOVATION
Faktor yang mendukung efektivitas psikoterapi
• Kualitas terapis yang terbukti berkontribusi terhadap proses treatment yang positif
adalah keterbukaan, antusias, fleksibel, memiliki minat yang tinggi terhadap proses
treatment, penerimaan yang tinggi terhadap klien, respek dan peduli

Faktor yang mendukung efektivitas psikoterapi


• Faktor yang berasal dari klien yang berkorelasi dengan hasil treatment yang positif
adalah keterbukaan, non defensive dan motivasi terhadap treatment. Para klien
yang bersikap terbuka dan tidak defensif cenderung menunjukkan progress yang
positif

• Motivasi klien terhadap treatment tidak selalu berhubungan dengan hasil treatment
yang positif.

Namun demikian, motivasi yang terbangun secara bertahap selama proses treatment
terbukti lebih menjanjikan daripada motivasi yang muncul sebelum klien terlibat dalam
proses treatmen
Efektivitas pendekatan koreksional
• Studi yang dilakukan di Kanada mengenai efektivitas pendekatan koreksional
terhadap para pelanggar hukum adalah mereke cenderung:

1. kurang termotivasi mengikuti treatment,

2. cenderung resisten dan enggan bekerja sama dengan terapis,

3. kurang dapat menunjukkan sikap dan perubahan perilaku positif selama treatment,

4. tetap menunjukkan gejala residivis setelah mengikuti treatment

Proses perubahan
• Pandangan tradisional mengenai motivasi klien adalah sebagai atribut kepribadian
yang relatif menetap (relatively fixed personality trait).

• Pandangan ini mempengaruhi sikap para terapis ketika berhadapan dengan klien
yang menunjukkan resistensi tinggi, yaitu terapis menjadi demoralisasi karena
menganggap klien tidak dapat diubah

• Pandangan lain melihat motivasi adalah suatu proses atau kondisi kesiapan untuk
berubah (a state of readiness to change). Jadi tujuan treatment adalah memfasilitasi
klien dalam membangun tingkat kesiapan mereka untuk menapaki tahap demi tahap
perubahan

Apa yang dilakukan terapis dalam mendorong perubahan klien tergantung dari tingkat
kesiapan klien dalam menerima perubahan. Seberapa jauh pencapaian klien dalam
treatment tergantung dari tahapan kesiapan ia untuk berubah
Ambivalensi dan resistensi
• Ambivalensi dan resistensi merupakan kewajaran

• Tidak ada keputusan dalam hidup yang tidak melewati ambivalensi

Tidak ada individu yang pada awalnya 100% memiliki keyakinan penuh untuk memutuskan
sesuatu, terutama untuk berubah
State of change
• Action

• Preparation

• Contemplation

• Pre contemplation

State of change
• Pre-contemplation: Klien menolak berubah
• Contemplation: klien mulai mempertimbangkan perubahan namun masih ragu

• Preparation: klien memutuskan berubah namun masih mencari cara

• Action: klien mulai menjalankan beberapa rencana perubahannya

Prinsip dasar Motivational Interviewing


1. Empathy (teknik konseling dasar)

2. Membangun diskrepansi

3. Hindari adu argument

4. Memfasilitasi resistensi

5. Percaya akan kemampuan klien dalam melakukan perubahan

Membangun diskrepansi
Membantu klien menyadari adanya jarak atau perbedaan antara nilai, harapan dan cita-cita
tentang diri atau kehidupan yang ia idealkan dengan kenyataan yang terjadi, beserta
dampaknya

Proses konseling MI
• Membuka sesi konseling dan fokus pada membangun rapport

• Eksplorasi sesi awal dengan pertanyaan terbuka mengenai apa yang menyebabkan
klien mengikuti konseling, apa yang ia khawatirkan, siapa saja yang khawatir
mengenai klien dan mengapa mereka khawatir

> paraphrase dan refleksi emosi

• Eksplorasi mengenai perilaku atau kebiasaan klien yang menjadi kekhawatiran ia,
keluarga, atau orang-orang yang meminta dirinya mengikuti konseling.

> paraphrase dan refleksi emosi

- seberapa sering dilakukan dan apa alasannya, bagaimana pendapat dia mengenai hal ini,
bagaimana pendapat orang-orang disekeliling dia, hal apa yang dikhawatirkan mereka
tentang kebiasaan klien dan seberapa peduli klien atas hal tersebut

> Paraphrase dan refleksi emosi

• Affirmasi., yaitu menemukan hal-hal kecil yang positif mengenai diri klien dan
mengapresiasinya.

• Membangun diskrepansi
 kira-kira apa yang terjadi ke depan dari anda jika anda berhenti atau tidak berhenti
merokok?

 Apa yang terpenting dalam hidup anda saat ini dan ke depan? Dan apa dampak
positif dan negative dari anda merokok terhadap hal yang terpenting tersebut?

• Empathy dan afirmasi

 Melakukan perubahan adalah hal yang sulit dan itu normal, tidak ada paksaan untuk
berubah.

• Membangun ambivalensi

 Apa yang positif dari rokok, dan apa negatifnya menurut pengalaman hidup anda?

 Bagaimana kualitas jantung anda dahulu sebelum anda merokok dan sekarang?

 Bagaimana hidup anda dahulu sebelum merokok dan saat ini setelah anda merokok?
Apa yang berbeda.

 Apa saja yang mungkin terjadi ke depan ketika anda tidak berhenti merokok

Scaling question
• Dari 1 sampai 5

1 merupakan hal yang paling tidak penting dalam hidup anda dan 5 adalah hal yang paling
penting dalam hidup anda, rokok ada di angka berapa?

1 sampai 10,

1 hal yang sangat tidak penting untuk diubah dalam hidup dan 10 adalah sangat perlu
diubah, merokok ada di angka berapa?

Dari 1 sampai 10

1 sangat tidak siap untuk berubah, dan 10 sangat siap untuk berubah, ada diangka berapa
anda saat ini mengenai rokok?
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas kehidupan pasien dan keuarganya dalam menghadapi masalah masalah
yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan
meringankan penderitaan melalui identifikasi awal serta terapi dan masalah lain,
fisik, psikososial dan spirittual.
Perilaku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan merupakan suatu
tingkah laku yang selektif, terencana, dan tanda dalam suatu sistem kesehatan
yang merupakan bagian dari budaya masyarakat yang bersangkutan. Perilaku
tersebut terpola dalam kehidupan nilai sosial budaya yang ditujukan bagi
masyarakat tersebut. Perilaku merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukan
seseorang dan sekelompok orang untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan
tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma kelompok yang
bersangkutan. Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan
mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial
dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya
mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit. Oleh karena itu
dalam memahami suatu masalah perilaku kesehatan harus dilihat dalam
hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan kepribadian individu-
individunya terutama dalam paliatif care.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
mengikuti proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pelayanan perawatan
pasien paliatif dalam tinjauan sosial budaya. Sebagai petugas kesehatan perlu
mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dengan mengetahui
pengetahuan masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui mana yang
perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam
memperbaiki status kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Purnamaningrum, 2010, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku


Masyarakat Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Mata (Factors Related To The
Community’s Behaviour To Get Eye Health Servic), Universitas Diponegoro. (diakses tgl 20
februari 2015)
Dwi Hapsari, dkk.,2012, Pengaruh Lingkungan Sehat, Dan Perilaku Hidup Sehat
Terhadap Status Kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status
Kesehatan, Jakarta. (diakses tgl 20 februari 2015)
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.Fitri
Nur azizah. 2013. Aspek Sosial Mempengaruhi Kesehatan, (diakses tgl 23 februari 2015)
Lukman Hakim, dkk., 2013, Faktor Sosial Budaya Dan Orientasi Masyarakat Dalam
Berobat (Socio-Cultural Factors And Societal Orientation In The Treatment), Universitas
Jember (UNEJ), Jember. (Diakses tgl 20 februari 2015)
Momon sudarman, sosiologi untuk kesehatan, google book. (Diaskes 20 februari)
Notoatmodjo Soekidjo, 1990, Pengantar Perilaku Kesehatan, FKM-UI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai