Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGARUH BUDAYA TERHADAP MASYARAKAT DAN PENGARUH


BUDAYA TERHADAP KESEHATAN

Disusun oleh:

NURIANI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUTON

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul pengaruh budaya terhadap
masyarakat dan pengaruh budaya terhadap kesehatan tepat waktu. Makalah pengaruh
budaya terhadap masyarakat dan pengaruh budaya terhadap kesehatan disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang pengaruh budaya terhadap masyarakat dan
pengaruh budaya terhadap kesehatan.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu selaku


dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Hormat Saya

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan..................................................................................................... 2

BAB II Pemabahasan

A. Pengertian Budaya.................................................................................. 3
B. Pengertian Kesehatan............................................................................. 5
C. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan.............................................................................................. 5
D. Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional.............................................. 7
E. Sistem Medis Tradisional ...................................................................... 9
F. Konsep kesehatan dan penyakit berdasarkan budaya masyarakat......... 10
G. Faktor Pendorong Dan Penghambat ...................................................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................. 11
B. Saran ...................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang banyak


membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola
hidup maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering
dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya
yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu.

Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting


dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial
budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu
daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan
sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif.

Hubungan budaya dan kesehatan sangat erat kaitannya, misalnya masyarakat


pedesaan yang sederhana dapat bertahan hidup dengan obat tertentu sesuai
tradisinya sendiri. Budaya atau budaya dapat mempengaruhi kebiasaan dan respons
terhadap kesehatan dan penyakit di semua masyarakat, terlepas dari level mereka.
Oleh karena itu, penting bagi petugas kesehatan tidak hanya untuk meningkatkan
kesehatan, tetapi juga memungkinkan mereka memahami proses penyakit dan
bagaimana mengoreksi keyakinan atau budaya tentang kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Budaya?
2. Apa Pengertian Kesehatan?
3. Bagaimana Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan?
4. Bagaimana Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional?
5. Bagaimana Sistem Medis Tradisional?
2

6. Apa Konsep kesehatan dan penyakit berdasarkan budaya masyarakat?


7. Apa saja Faktor Pendorong Dan Penghambat

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian budaya.
2. Untuk mengetahui pengertian kesehatan
3. Menjelaskan aspek budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku
kesehatan.
4. Menjelaskna kebudayaan dan pengobatan tradisional.
5. Menjeaskan sistem medis tradisional.
6. Menjelaskan konsep kesehatan dan penyakit berdasarkan budaya masyarakat.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Menurut Taylor, 1981
Kebudayaan adalah peradaban yang mengandung pengertian yang luas meliputi
pemahaman, dan perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan) dan pembawaan lainnya
yang diperoleh dari anggota masyarakat. Kebudayaan adalah hal-hal yang
bersangkutan dengan akal. Kata budaya berati perkembangan majemuk dari budi
dan daya. Jadi kebudayan adalah hasil cipta rasa dan karsa Koentjoroningrat (1980).
Jadi Budaya merupakan suatu perkembangan yang majemuk dari nilai sosial, norma
sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat .1

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

2. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:


- Alat-alat teknologi
- Sistem ekonomi
- Keluarga
- Kekuasaan politik
3. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:

1
Fracihno Rio Wahyudiantoro,” Pengaruh Kebudayaan terhadap kesehatan Masyarakat di
Indonesia”, jurnal IIK STRADA INDONESIA

3
4

- Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
- Organisasi ekonomi
- Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
- Organisasi kekuatan (politik)

Kebudayaan dengan berbagai macam bentuk dan jenisnya itu, selalu


diturunkan dan diajarkan oleh generasi tua kepada generasi muda, bisa melalui
pendidikan (baik pendidikan formal, informal maupun non formal), atau melalui
kesenian (tarian, lukisan, gambar hidup atau patung, cerita, nyanyian, sandiwara,
dan lain-lain), bisa pula lewat ajaran agama, lewat pameran secara seremonial, adat
istiadat, tradisi, dan lain-lain. Seiring dengan proses transformasi budaya, baik
langsung maupun tidak langsung, terbawa dan terbentuklah kognisi dalam artian
pengertian, pengalaman, pemahaman, pengetahuan, kepercayaan dan keyakinan,
yang selanjutnya diikuti oleh berbagai bentuk afeksi (perasaan) yaitu, senang,
gembira, rindu, sedih, takut, marah, benci, dan bentuk emosi lainnya yang pada
akhirnya semua digiring kepada kesiapan untuk menerima atau menolak. Bila
menerima artinya mereka siap untuk mendukung baik dengan perkataan, perbuatan
maupun dengan perilaku lainnya, demikian juga sebaliknya. Jika ketiga unsur ini
berjalan secara seimbang maka akan terbentuklah sikap seseorang (individu) dan
bila hal ini terjadi secara bersamaan terhadap suatu objek maka terbentuklah sikap
sosial. Jadi, kebudayaan dengan berbagai macam ragamnya masing- masing akan
membentuk, memperkuat sekaligus merubah sikap dan perilaku baik secara individu
maupun secara sosial yang berada di lingkungan kebudayaan yang bersangkutan.
Misalnya lewat pendidikan, guru sebagai pelaksana pendidikan formal berfungsi
sebagai perantara dalam suatu proses pewarisan kebudayaan. Melalui guru aspek
aspek kebudayaan diwariskan dari satu generasi ke generasi lain dalam suatu
masyarakat. Beberapa keterampilan dan kecakapan yang merupakan aspek
5

kebudayaan, seperti: bahasa, ilmu pengetahuan, keterampilan-keterampilan sosial,


dan sebagainya, diterima oleh anak lewat proses belajar mengajar di sekolah.2

B. Pengertian Kesehatan
Kesehatan adalah kebahagiaan bagi tubuh, jiwa, dan masyarakat, yang
memungkinkan setiap orang untuk menjalani kehidupan yang produktif secara sosial
dan ekonomi. Pemeliharaan kesehatan adalah tugas untuk mengendalikan dan
mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan / atau pengobatan (termasuk kehamilan dan persalinan). Pendidikan
kesehatan adalah proses membantu individu membuat keputusan yang terinformasi
tentang hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadi mereka dan kesehatan orang
lain melalui tindakan individu atau kolektif.
Larry Green dan rekan-rekannya mengusulkan definisi yang lebih sederhana,
mereka menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi dari pengalaman
belajar yang dirancang untuk mendorong adaptasi sukarela terhadap perilaku sehat.
Data terbaru menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80% masyarakat Indonesia
tidak dapat membeli asuransi kesehatan dari institusi atau perusahaan di bidang
kesehatan seperti Access, Tapen dan Jamsostek. Yang dianggap "termarjinalkan"
dalam hal jaminan kesehatan adalah masyarakat kecil dan pengusaha. Dalam
pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, karena pengelolaan pelayanan
kesehatan tidak hanya berkaitan dengan beberapa jenis masyarakat saja, tetapi juga
terkait dengan kekhususan pelayanan kesehatan.
C. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan
Menurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan:
1. Pengaruh tradisi
Tradisi adalah suatu wujud budaya yang abstrak dinyatakan dalam bentuk
kebiasaan, tata kelakuan dan istiadat. Ada beberapa tradisi di dalam masyarakat
yang dapat berpengaruh negatif juga positif.3

2
Syukri Syauman,”Pengaruh budaya terhadap sikap dan perilaku keberagamaan” , Jurnal At-Taujih
Bimbingan dan Konseling Islam”, Vol. 2 No.2 (Desember, 2019)

3
Erina Esa Aisyarah, “Aspek Sosial Budaya dalam perilaku kesehatan masyarakat di Indonesia”
jurnal IIK Starada Indonesai.
6

a. Contoh negatif : tradisi cincin leher. Meskipun berbahaya karena penggunaan


cincin ini bisa membuat tulang leher menjadi lemah dan bisa mengakibatkan
kematian jika cincin dilepas, namun tradisi ini masih dilakukan oleh sebagian
perempuan Suku Kayan. Mereka meyakini bahwa leher jenjang seperti jerapah
menciptakan seksual atau daya tarik seksual yang kuat bagi kaum pria. Selain
itu, perempuan dengan leher jenjang diibaratkan seperti naga yang kuat
sekaligus indah.
b. Contoh positif: tradisi nyirih yang dapat menyehatkan dan menguatkan gigi.
2. Sikap fatalistis
Sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh : beberapa
anggota masyarakat di kalangan kelompok tertentu (fanatik) sakit
atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari
pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit.
3. Pengaruh nilai

Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku


kesehatan. Contoh masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daripada
beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi pada beras
merah daripada beras putih.

4. Sikap ethnosentris
Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan
dengan kebudayaan pihak lain. Misal sikap seorang yang menggunakan vitsin pada
makanannya yang menganggap itu lebih benar daripada orang yang tidak
menggunakan vitsin padahal vitsin tidak bagi kesehatan.
5. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
Contoh : dalam upaya perbaikan gizi, di suatu daerah pedesaan tertentu menolak
untuk makan daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi.
Setelah diselidiki ternyata masyarakat beraggapan daun singkong hanya pantas
untuk makanan kambing dan mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat
disamakan dengan kambing.
6. Pengaruh norma
7

Contoh : upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak
mengalami hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter
yang memberikan pelayanan dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.
7. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan
Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilakum
kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang
akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor- faktor yang
terlibat/berpengaruh pada perubahan dan berusaha untuk memprediksi tentang apa
yang akan terjadi dengan perubahan tersebut.

D. Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional


Setiap budaya memiliki beragam pengobatan yang dapat menyembuhkan
orang sakit di masyarakat. Berbeda dengan pengobatan yang menganggap bahwa
penyebab penyakit adalah bakteri, maka selama antibiotik digunakan, obat tersebut
dapat membunuh bakteri penyebab penyakit. Dalam masyarakat tradisional, tidak
semua penyakit disebabkan oleh penyebab biologis. Terkadang mereka dikaitkan
dengan supernatural, sihir, setan atau setan yang merangsang manusia dan
menyebabkan rasa sakit.
Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul akibat guna-
guna. Orang yang terkena guna-guna akan mendatangi dukun untuk meminta
pertolongan. Masing-masing suku di Indonesia memiliki dukun atau tetua adat
sebagai penyembuh orang yang terkena guna-guna tersebut. Cara yang digunakan
juga berbeda-beda masing-masing suku. Begitu pula suku-suku di dunia, mereka
menggunakan pengobatan tradisional masing-masing untuk menyembuhkan
anggotanya yang sakit.
Salah satunya juga dalam persalinan dan kehamilan. Pada dasarnya
masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Ibu hamil dan yang
akan bersalin dilindungi secara adat, religi, dan moral dengan tujuan untuk menjaga
kesehatan ibu dan bayi. Mereka menganggap masa tersebut adalah masa kritis
karena bisa membahayakan janin dan/atau ibunya. Masa tersebut direspons oleh
masyarakat dengan strategi-strategi, seperti dalam berbagai upacara kehamilan,
8

anjuran, dan larangan secara tradisional. Permasalahan yang cukup besar


pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Permasalahan gizi pada ibu hamil
di Indonesia tidak terlepas dari faktor budaya setempat. Hal ini disebabkan karena
adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa
makanan. Kepercayaan bahwa ibu hamil dan post partum pantang mengkonsumsi
makanan tertentu menyebabkan kondisi ibu post partum kehilangan zat gizi yang
berkualitas. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi
dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat
dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan
ibu dan janin. Kemiskinan masyarakat akan berdampak pada penurunan
pengetahuan dan informasi, dengan kondisi ini keluarga, khususnya ibu akan
mengalami resiko kekurangan gizi, menderita anemia dan akan melahirkan bayi
berat badan lahir rendah. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita
hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan. Dapat dikatakan bahwa persoalan
pantangan atau tabu dalam mengkonsumsi makanan tertentu terdapat secara
universal di seluruh dunia. Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk
mengkonsumsi jenis makanan tertentu, karena terdapat ancaman bahaya terhadap
barang siapa yang melanggarnya. Dalam ancaman bahaya ini terdapat kesan magis,
yaitu danya kekuatan superpower yang berbau mistik yang akan menghukum orang-
orang yang melanggar pantangan atau tabu tersebut.4
Tampaknya berbagai pantangan atau tabu pada mulanya dimaksudkan untuk
melindungi kesehatan anak-anak dan ibunya, tetapi tujuan ini bahkan ada yang
berakibat sebaliknya, yaitu merugikan kondisi gizi dan kesehatan. Secara universal
adat atau kepercayaan tentang makanan yang terkait dengan tabu ada di seluruh
negara, baik di negara yang teknologinya sudah maju maupun di negara
berkembang.
Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur
karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan
menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa

4
Nur Khasana, “Dampak persepsi budaya terhadap kesehatan reproduksi ibu dan anak di
Indonesai”. Jurnal kesehatan.
9

Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi
makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat
Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena
dapat menyebabkan ASI menjadi asin.
Budaya pantang pada ibu hamil sebenarnya justru merugikan kesehatan ibu
hamil dan janin yang dikandungnya. Misalnya ibu hamil dilarang makan telur dan
daging, padahal telur dan daging justru sangat diperlukan untuk pemenuhan
kebutuhan gizi ibu hamil dan janin. Berbagai pantangan tersebut akhirnya
menyebabkan ibu hamil kekurangan gizi seperti anemia dan kurang energi kronis
(KEK). Dampaknya, ibu mengalami pendarahan pada saat persalinan dan bayi yang
dilahirkan memiliki berat badan rendah (BBLR) yaitu bayi lahir dengan berat
kurang dari 2.5 kg. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan
si bayi.
E. Sistem Medis Tradisional
Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional adalah cara pengobatan
atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain di luar ilmu kedokteran
yang lazim dikenal mengacu kepada pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan
yang diperoleh secara turun temurun atau belajar melalui pendidikan baik asli
maupun yang berasal dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang
berlaku dalam masyarakat. Salah satu ciri pengobatan tradisional adalah
penggunaan doa ataupun bacaan-bacaan. Selain doa ada juga ciri yang lain yaitu
adanya pantangan-pantangan yang berarti suatu aturan-aturan yang harus dija-
lankan oleh pasien.5
Menurut Agoes (1992) pengobatan tradisional dikelompokkan menjadi 4 jenis
yaitu:
1. pengobatan tradisional dengan ramuan obat
2. pengobatan tradisional spiritual
3. pengobatan tradisional dengan memakai peralatan/perangsangan yaitu seperti
akupuntur.

5
Zulkifli Arifin, “ Sistem Pengobatan dan Penyembuhan penyakit Studi Sosiologi kesehatan pada
masyarakat sinjai timur sulsel”, jurnal Administrasi
10

4. pengobatan tradisional yang telah mendapatkan pengarahan dan pengaturan


pemerintah yaitu, seperti dukun beranak, tukang gigi tradisional.
F. Konsep kesehatan dan penyakit berdasarkan budaya masyarakat
Konsep kesehatan dan penyakit tidak sepenuhnya mutlak dan universal, karena
ada faktor lain di luar realitas klinis yang dapat mempengaruhi kesehatan dan
penyakit, terutama faktor sosial dan budaya. Kedua makna ini saling memengaruhi,
dan satu pemahaman hanya dapat dipahami dalam pemahaman lainnya.Banyak
filsuf, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran dan bidang keilmuan lainnya telah
mencoba memahami konsep kesehatan dan penyakit melalui disiplin ilmu masing-
masing. Masalah kesehatan dan penyakit merupakan proses yang berkaitan dengan
kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan secara biologi, psikologi
dan sosial budaya.
Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit
menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas
kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit seperti masuk angin, pilek,
tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap
tidak sakit.
G. Faktor Pendorong Dan Penghambat
Faktor lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kesehatan
individu, kelompok atau komunitas, sedangkan faktor perilaku merupakan faktor
terbesar kedua. Perilaku ini dipengaruhi oleh tiga faktor utama berikut:
1. Faktor kerentanan meliputi pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi terkait kesehatan dan kepercayaan masyarakat, sistem nilai
yang diikuti oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dll.
2. Faktor penyebabnya antara lain ketersediaan sarana dan prasarana masyarakat
atau sarana kesehatan, seperti sarana pelayanan kesehatan.
3. Faktor Penguat juga meliputi sikap dan perilaku masyarakat yang sangat
dihargai oleh masyarakat, seperti sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan
agama, serta aparat (termasuk tenaga kesehatan) yang sering berinteraksi dengan
masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebudayaan adalah peradaban yang mengandung pengertian yang luas
meliputi pemahaman, dan perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan) dan
pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat. Kebudayaan adalah
hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Kesehatan adalah kebahagiaan bagi tubuh, jiwa, dan masyarakat, yang
memungkinkan setiap orang untuk menjalani kehidupan yang produktif secara sosial
dan ekonomi. Aspek budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku
kesehatan yaitu pengruh tradisi, sikap fatalistis, pengaruh nilai, sikap ethnosentris,
pengaruh perasaan bangga pada statusnya, pengaruh norma dan pengaruh
konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan.
Sistem medis tradisonal yang dimaksud adalah cara pengobatan atau
perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain di luar ilmu kedokteran yang
lazim dikenal mengacu kepada pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang
diperoleh secara turun temurun atau belajar melalui pendidikan baik asli maupun
yang berasal dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam
masyarakat. Konsep kesehatan dan penyakit tidak sepenuhnya mutlak dan universal,
karena ada faktor lain di luar realitas klinis yang dapat mempengaruhi kesehatan dan
penyakit, terutama faktor sosial dan budaya. Faktor lingkungan merupakan faktor
utama yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau komunitas,
sedangkan faktor perilaku merupakan faktor terbesar kedua.
B. Saran
Kondisi kesehatan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, perlu peran
aktif semua pihak dalam mengatasi masalah kesehatan terutama kesehatan
masyarakat. Dibutuhkan kerja sama dalam merumuskan dan mengembangkan
program kesehatan masyarakat sesuai karakteristik daerah setempat sehingga tahap

11
12

perubahan menuju masyarakat sehat  dalam pengelolaan kesehatan masyarakat


menjadi bagian kesadaran dan pengetahuan masyarakat dan pada akhirnya memiliki
self belonging bahwa kesehatan merupakan milik dan tanggung jawab bersama, dan
saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca.
13

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (2019). Sistem Pengobatan dan Penyembuhan Penyakit (Studio Sosiologi Kesehatan
Pada Masyarakat Sinjai Timur Sulawesi Selatan). Jurnal Administrasi , 2301 - 7058.

Erina Esa Aisyarah, Muhammad Ali Sodik. (2020). Aspek Sosial dan Budaya Dalam Perilaku
Kesehatan Masyarakat di Indonesia. IKI Strada Indonesia , 4.

Khasanah, N. (2020). Dampak persepsi budaya terhadap kesehatan reproduksi ibu dan anak di
Indonesai. Jurnal Kesehatan , 165-177.

Syamaun, S. (2019). Pengaruh Budaya Terhadap Sikap Dan Perilaku Keberagaman. Jurnal At
-Taujih Bimbingan dan Konseling Islam , 2614-4980.

11

Anda mungkin juga menyukai