Anda di halaman 1dari 17

PENUGASAN KELOMPOK

PERTEMUAN KE XI
”PENGKAJIAN KEPERAWATAN PALIATIF DITINJAU DARI SOSIAL BUDAYA”

DOSEN FASILITATOR

Ns. Rezky Pradessetia,M.Kep

KELOMPOK 1

1. M. Riski Ferdiansyah 21031088


2. M. Arif Fadhali 21031089
3. Carmenita Sinaga 21031090
4. Nessa Sesti Liandry 21031091
5. Azni Nirma Saputri 21031092
6. Abel Paulina Manik 21031093
7. Mitha Amalia Rahman 21031099
8. Resy Fahira Elvid 21031100
9. Herna Oktavidewi 21031101

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahirabbalalamin, puji syukur kami ucapkan kepada Allah yang telah


memberikan begitu banyak nikmat hingga memudahkan jalan bagi kami dalam menyelesaikan
tugas makalah ”Keperawatan Paliatif” selesainya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak yang sangat membantu kami baik berupa moral maupun material.
Untuk itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah ikut serta membantu
kelancaran penulisan sehingga akhirnya tugas ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih kami
ucapan kepada : Ns. Rezky Pradessetia,M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Paliatif di
Universitas Hang Tuah Pekanbaru.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
menjadi makalah yang baik dan bermanfaat nantinya. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak, semoga mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amin.

Pekanbaru, 07 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i

DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah.....................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI ...........................................................................................3

2.1 Definisi..................................................................................................................3
2.2 Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif................................................3
2.3 Budaya Masyarakat Tentang Pengobatan Pada Penyakit Paliatif.........................4
2.4 Aspek Kebudayaan Perawat..................................................................................8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................9

1.1. Gambaran Kasus....................................................................................................9


1.2. Pengkajian.............................................................................................................9
1.3. Analisa Data..........................................................................................................10
1.4. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................11
1.5. Intervensi...............................................................................................................11

BAB IV PENUTUP............................................................................................................12

4.1 Kesimpulan............................................................................................................12
4.2 Saran......................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita yang
sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak
memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan ole keganasan ginekologis.
Perawatan in mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, &
Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau
spiritual. (World Health Organization (WHO,2016).
Menurut Andreas Eppink, sosial budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata
nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut.
Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah keseluruhan berupa kesenian, moral, adat
istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan olah pikir dalam bentuk lain
yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat dan keseluruhan bersifat kompleks. Dari
kedua pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa social budaya memang mengacu pada
kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada aspek adat istiadat dan kebiasaan
masyarakat itu sendiri

1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dan pengkajian pada keperawatan paliatif dan bagaimana cara
memberikan asuhan keperawatan pada pasien ditinjau dari sosial budaya

1.3 Tujuan Masalah


A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui mengenai perawatan paliatif pada pasien budaya
2. Tujuan Khusus
 Memberikan informasi mengenai konsep dasar perawatan paliatif pada pasien aspek
budaya
 Memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan paliatif pada
pasien aspek budaya.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.1 Definisi
Perawatan paliatif adalah suatu pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarga mereka yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan pengurangan penderitaan melalui identifikasi dini
dan penilaian yang sempurna serta pengobatan rasa sakit dan masalah fisik lainnya. ,
psikososial dan spiritual ( WHO,17 juni 2020 ).Perawatan paliatif adalah perawatan medis
khusus untuk orang yang menderita penyakit serius. Jenis perawatan ini difokuskan untuk
meredakan gejala dan stres penyakit. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarga.
Kebudayaan pada dasarnya menggambarkan ciri-ciri identitas individu dan kelompok.
Sekelompok tanggapan belajar yang terorganisir, suatu sistem solusi siap pakai terhadap
masalah yang dihadapi seseorang yang dipelajari melalui interaksi dengan orang lain dalam
masyarakat.Komponen umum budaya”; mencakup nilai-nilai, adat istiadat, dan keyakinan
bersama kelompok yang diwujudkan dalam perilaku.Budaya “memberikan landasan bagi
skema yang digunakan untuk memproses ingatan, membentuk ekspresi kepribadian, dan
menentukan reaksi yang tepat terhadap lingkungan. rangsangan" dan "sistem kepercayaan
budaya berinteraksi dengan semua aspek pemrosesan informasi.( Seibert PS,2002).
Pengertian sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang
mengenai masyarakat atau kemasyarakatan.Kebudayaan atau kultur dapat membentuk
kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tapa
memandang tingkatannya. Karena itulah penting bag tenaga kesehatan untuk tidak hanya
mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya
suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya
dengan kesehatan.
Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh
sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat,
karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat.

3
1.2 Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku
kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentukya perilaku ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah
tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada kecenderungan
untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan
Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan
pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga
dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam kehidupan.

1.3 Budaya Masyarakat Tentang Pengobatan Pada Penyakit Paliatif


Kanker payudara merupakan penyakit yang mematikan. Jumlah penderitanya pun tak
sedikit. Sayang, banyak penderita justru memilih ke dukun alias pengobatan alternatif.
Ujung-ujungnya, malah bertambah parah. Banyak penderita yang baru berobat ke dokter
setelah menderita kanker payudara stadium tinggi. Selain itu, fenomena dukun Ponari
sempat menyita perhatian masyarakat Indonesia beberapa tahun yang lalu, cerita
kemunculan dukun ponari dengan batu saktinya sebagai media penyembuhan dengan cara di
celupkan ke air. Kabar tentang kehebatan ponari in terus meluas hingga menyebabkan
jumlah pasien yang berobat kerumah Ponari dari hari kehari semakin meningkat. Tindakan
masyarakat yang datang ke Dukun Ponari itu tidak terlepas dari peran budaya yang ada di
masyarakat kita terhadap hal-hal yang bersifat mistis. Percaya terhadap kesaktian batu yang
dimiliki Ponari itu merupakan sebuah budaya yang mengakar dan bertahan dimas yarakat
sebagai bagian dari kearifan lokal. Pemahaman masyarakat terhadap hal-hal yang dipercayai
secara turn-temurun merupakan bagian dari kearifan lokal yang sulit untuk
dilepaskan.Hingga pemahaman magis yang irasional terhadap pengobatan melalui dukun
seperti diatas sangat dipercayai oleh masyarakat. Peranan budaya dan kepercayaan yang ada
dimasyarakat itu diperkuat oleh rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi.

1. Budaya Masyarakat Toba Terhadap Perawatan Paliatif

4
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, peneliti menemukan dampak budaya
yang dialami partisipan akibat menderita kanker serviks yaitu:
a. Makna anak laki - laki
Menjadi penekanan dalam nilai in selanjutnya adalah bagi orang tua anak laki -
laki adalah penerus keturunannya, sehingga anak laki-laki sering disebut sebagai
sinuan tunas, artinya tunas yang baru. Ungkapan in memperlihatkan bahwa anak
laki-laki memiliki keistimewaan dalam pandangan orang tua, terlihat pula dari
perbandingan jumlah anak laki - laki yang dinginkan lebih banyak dari anak
perempuan (Tinambunan, 2010).
Fungsi dan makna anak laki - laki pada suku Batak Toba yaitu: penerus marga
(klan) bapakya (Tampubolon, 2002), anak sebagai penambah sahala (wibawa)
orangtuanya (Lumbantobing, 1992), ahli waris yaitu suku Batak Toba yang menjadi
ahli waris dari harta peninggalan harta orangtuanya adalah anak laki - laki
(Panggabean,2004) pelaksana upacara adat (Tampubolon, 2002), pembawa rejaki,
ungkapan maranak sampulu pitu marbor sampulu onom (mempunyai anak laki -
laki tujuh belas dan anak perempuan enam belas). berhubungan dengan ekonomi
keluarga dengan keyakinan banyak anak banyak rejeki dimana anak laki - laki
sebagai pencari nafkah (Simanjuntak, 2000), dan pengambil keputusan
(Simanjuntak, 2000)
b. Melakukan acara adat mangupa - upa dan mangulosi
Berdasarkan pengalaman dari informan kunci bahwa seseorang yang menderita
suatu penyakit ataupun mengalami musibah sering diupa - upa setelah itu diberikan
ulos sampetua istilahnya pir ma tondi yaitu agar tondinya kembali kebadan
sehingga orang yang sakit tersebut menjadi sembuh dan semangat kembali.

Upacara mangupa bertujuan untuk mengembalikan tondi (roh) ke badan dan


memohon berkah dari Than Yang Maha Esa agar selalu selamat, sehat dan murah
rezeki dalam kehidupan. Upaya mengembalikan tondi ke badan dilakukan dengan
craa menghidangkan seperangkat bahan (perangkat pangupa) dan nasihat pangupa
(hata pangupa atau hata - hata ni pangupa) disusun secara sistematis dan dilakukan
ole berbagai pihak yang terdiri dari orangtua, raja -raja dan pihak - pihak adat
lainnya (Lumbantobing,1992).

5
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irmawati (2007) bahwa
untuk mengobati suatu penyakit, masyarakat Batak Toba juga percaya bahwa ulos
tondi dari hula-hula dapat menyembuhkan penyakit. Itulah sebabnya mengapa
orang Batak Toba sangat hormat kepada hula-hula. Bila orang yang sakit lebih
muda, mereka perlu meminta pertimbangan kepada orang yang lebih tua untuk
memecahkan masalah kesehatan tersebut.

c. Mendatangi datu/namalo.
Berdasarkan informasi dari informan kunci bahwa pada suku Batak Toba, apabila
seseorang menderita suatu penyakit, sering berobat ke datu (namalo). Hal ini teriadi
karena masih banyak masyarakat Batak Toba yang lebih mempercayai namalo
dibanding tim kesehatan terutama masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman..
Pada masyarakat Batak Toba orang yang paling mengetahui isi dari kitab
pengobatan ini disebut sebagai sibaso, Sibaso adalah datu (dukun perempuan).
Berbagai pengalaman telah dapat membuktikan bahwa pengobatan tradisional
Batak yang dilakukan ole seorang namalo ini tidak selalu kalah dengan pengobatan
yang diterapkan oleh dokter (tim medis), hanya saja sistem pengobatan ini tidak
melibatkan alat teknologi canggih seperti halya peralatan medis.Pengkajian
mengenai obat yang digunakan ole tim medis dengan obat yang digunakan oleh tim
namalo sangat jauh ber beda. Pihak tim medis telah mencampur zat kimia kedalam
obat yang dipergunakan, sementara tim namalo mash alami. Obat yang digunakan
oleh namalo adalah jenis tumbuh-tumbuhan tertentu yang mash alami untuk
meramu diperlukan alat - alat tradisional.

2. Budaya masyarakat Karo terhadap perawatan paliatif


Sembur adalah suatu obat tradisional dalam masyarakat karo yang terdiri dari beras,
daun-daunan hutan, jahe, lada, pala dan akar-akaran dari tanaman obat yang semuanya di
cincang tidak terlalu halus.
Partisipan menyatakan bahwa mereka juga menggunakan daun sirih yang disemburkan
ke payudara untuk menyembuhkandan menghilangkan penyakit kanker payudara dalam
tubuh. Partisipan memilih pengobatan menggunakan semburan daun sirih.
3. Budaya masyarakat Aceh dan Simalungun terhadap perawatan paliatif

6
A. calamus (Acoraceae) atau jerango merupakan tumbuhan obat yang berimpang.
Rimpangnya aromatis, berwarna putih dengan kulit rimpang berwarna merah muda. Bagian
daun tebal dan keras seperti pedang dan apabila dikoyak mampu memberikan aroma yang
khas (Divya et al. 2011). Jerango dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional sebagai
anti spasmodik, karminatif, anthelmintik, aromatik, ekspektoran, nauseate (mual), nervine
(obat pennang), mempunyai sifat stimulan, asma bronkhitis, demam, kolik (Balakumbahan
et al. 2010), pengobatan epilepsi, penyakit mental, diare kronis, disentri dan tumor di perut
(Paithankar et al. 2011). Hal ini karena jerango memiliki kandungan kimiaglikosida,
flavonoid, saponin, tanin, polifenol, minyak atsiri yang terdiri dari calamen, clamenol,
calameon, asarone, dan sesquiterpene (Imam et al. 2013).
Ramuan pengobatan jerango digunakan ole etnis-etnis di Provinsi Aceh untuk mengobati
15 penyakit, yaitu batuk, demam/panas, gangguan vitalitas, HIV/AIDS, keracunan, maag,
magis, mencret, penyakit anak, penyakit kelamin, perawatan pra/paska melahirkan, sakit
kepala, tumor/kanker, wasir dan lain-lain (Lampiran 1). Jerango juga digunakan oleh etnis-
etnis lain di Indonesia, antara lain digunakan untuk mengobati demam pada etnis Batak
Simalungun (Silalahi et al. 2015), Batak Karo (Silalahi dan Nisyawati 2018) dan Lampung
(Evizal et al.2013).

4. Budaya masyarakat Jawa terhadap perawatan paliatif

Menurut masyarakat dan falsafah jawa dalam budaya tersebut menyimpan nilai-nilai
yang sejajar dengan nilai-nilai dalam keperawatan, meliputi altruistic dan human caring.
Nilai-nilai budaya jawa tersebut diterapkan dalam memberikan pelayanan keperawatan
paliatif pada pasien dan keluarga yaitu mendengarkan keluhan dengan sabar, melakukan
tindakan dengan ikhlas dan memberikan dukungan emosional. Hal in dapat membantu
penyembuhan rohani. Budaya jawa beranggapan bahwa pasien sembuh tidak saja di dasari
oleh sikap pemberi pelayanan.
Ada 4 macam nilai-nilai budaya jawa untuk keseimbangan jiwa:
a) Temen, bekerja dengan sungguh-sungguh dan jujur
b) Rila, memberikan usaha dengan ikhlas
c) Sabar, tidak mudah menyerah dalam usaha

7
d) Narima, menerima penyakit dengan senang hati, akhirnya dengan ketenangan
psikologis dan keluarga sehingga pasien rileks dn mengurangi penderitaannya.

5. Budaya masyarakat Nias terhadap perawatan paliatif

Dalam pengobatan suku nias, mbinu mba'e (tumbuhan sarang semut) dimanfaatkan untuk
mengurangi bengkak dengan cara mbinu mba'e ditimbuk halus dan kemudian dioleskan pada
bagian yang sakit.Mbinu mba'e juga dapat diolah dengan cara di iris tipis dan dikeringkan,
dan direbus, kemudian air rebusannya dapat diminum untuk mengatasi darah tinggi,
diabetes, benjolan pada payudara, dan membantu mengatasi kanker. Fame'e go (pemberian
makan) kepada pasien yang menjelang ajal dengan cara anggota keluarga dikumpulkan dan
masing-masing anggota keluarga tersebut menyuapi pasien.

2.4 Aspek Kebudayaan Perawat

Aspek kebudayaan perawat memiliki kriteria :

a) Latar belakang budaya, perhatian, kebutuhan pasien dan keluarganya diperoleh serta di
dokumentasikan
b) Kebutuhan budaya di identifikasikan ole tim dan keluarga, dimasukan dalam rencana
perawatan tim interdisplin
c) Komunikasi dengan pasien dan keluarga di hormati, begitu juga dengan pilihan budaya
mengenai penyingkapan, berkata jujur, dan membuat keputusan.
d) Program bertujuan menghormati dan mengakomodasi rentang bahasa, makanan, dan
pratek kegiatan keagamaan pasien serta keluarganya.
e) Kapanpun memungkinkan, tim memiliki akses dan menggunakan pelayanan penerjemah
yang tepat
f) Pengerahan dan pratek yang di bayar berjuang untuk merefleksikan keberagaman budaya
dari komunitas.

8
BAB III
PENGKAJIAN

3.1 Gambaran Kasus

Seorang laki-laki usia 52 tahun. penderita DM time II dengan komplikasi luka ganggren
pada digiti 1.2.dan 3 kaki kanannya . Pasien iuga mengalami gagal ginjal, dan sedang dilakukan
dialisa 2 x seminggu yang sudah dijalaninya selama 10 tahun. Saat ini pasien mash terdaftar
sebagai seorang karyawan swasta, dan jarang masuk kerja karena kondisi sakitnya.
Pasien ingin pensiun dari pekerjaannya, karena merasa sudah tidak dapat bekerja dengan
optimal ( harus HD 2x seminggu), ditambah adanya luka pada kaki kanannya yang masih basah,
dan sering menimbulkan bau tidak sedap sehingga pasien tidak bisa menggunakan sepatu saat ke
kantor pasien tidak dapat masuk kejia setap hari, karena kondisi sakitnya (harus hemodialisa 2x
seminggu, serta luka vang masih basa dan berbau tidak sedap
Pihak manajemen berencana untuk memberikan kesempatan kepada pasien untuk pensiun dini,
tetapi belum sempat dibicarakan, mengingat kondisi klien yang belum membaik.
TUGAS:
1. Lakukan pengkajian budaya terkait kasus diatas
2.Berikan data yang perlu ditambahan untuk menegakkan diagnosa budaya
3. Buat diagnosa budaya ( 3 diagnosa )
4. Buat rencana intervensi dan evaluasi (mandiri dan kolaborasi)

3.2 Pengkajian Spiritual


1. Data Subjektif (DS)
a. Pasien mengatakan sejak mengalami komplikasi luka gangrene, pasien jarang masuk
kerja karena kondisi sakitnva.
b. . Pasien mengatakan mengalami gagal ginjal, dan sedang dilakukan dialisa 2x
seminggu yang sudah dijalaninya selama 10 tahun.
c. Pasien mengatakan tidak dapat masuk kerja setiap hari, karena kondisi sakitnya
(harus hemodialisa 2 × seminggu, serta luka yang masih basah dan berbau tidak
sedap)

9
d. Pasien ingin pensiun dari pekerjaannya, karena merasa sudah tidak dapat bekerja
dengan optimal
e. Pasien mengatakan pihak manajemen berencana untuk memberikan kesempatan
kepada pasien untuk pensiun dini
f. Pasien mengatakan tidak bisa menggunakan sepatu saat kekantor karena adanya luka
pada kaki kanannya yang masih basah, dan sering menimbulkan bau tidak sedap
g. Pasien mengungkapkan keputusasaan

2. Data Objektif (DO):


a. Pasien tidak mampu berkerja optimal
b. Pasien tampak luka ganggren pada digit 1,2,dan 3 kaki kanannya
c. Pasien tampak berperilaku pasif
d. Pasien tampak kurang inisiatif
e. Afek pasien tampak datar
f. Pasien mengatakan seiak mengalami komnlikasi luka gangrene, pasien selalu taburkan
tembakau ke luka
g. Pasien tampak menyembunyikan luka gangrene pada kakinya
h. Pasien tampak menghindari melihat dan menyentuh kaki yang terdapat luka gangrene

3.3 Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS: Kondisi Penyakit Kronis Distress Budaya
- Pasien mengatakan sejak
mengalami komplikasi luka
gangrene, pasien selalu
taburkan tembakau ke luka
- Pasien mengatakan sholat
yang dilakukannya percuma
saja karena luka yang basah

10
dan bau tidak sedap
-Pasien selalu menanyakan
makna dan tujuan hidupnya
-Pasien mengeluh bahwa
hidupnya sudah tidak
bermakna lagi
-Pasien mengatakan selalu
merasa menderita
atas penyakit yang
dideritanya

DO:
-Pasien tidak mau berobat ke
faskes untuk perawatan luka
gangrene
-Tampak luka gangrene pada
kaki kanan

3.4 Diagnosa Keperawatan

1. Distress budaya berhubungan dengan kondisi penyakit kronis

3.5 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Distress Budaya b.d kondisi Tujuan: Distress budaya teratasi 1. Identifikasi
penyakit kronis Kriteria Hasil: perasaan khawatir,
1. Verbalisasi makna dan tuiuan kesepian dan
hidup meningkat. ketidakberdayaan

11
2. Verbalisasi kepuasaan hidup 2. Identifikasi
meningkat pandangan tentang
3. Verbalisasi perasaan bersalah hubungan antara
menurun budaya dan kesehatan.
4. Mampu melakukan 3. Identifikasi
kebudayaan yang baik. kekuatan dan harapan
pasien
4. Berikan
kesempatan
mengekspresikan
tentang penyakit dan
kebudayaan
5. Diskusikan
kebudayaan tentang
kebiasaan yang baik
6. Ajarkan metode
relaksasi, meditasi,
dan
imajinasi terbimbing

12
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan pasien dan keuarganya dalam menghadapi masalah masalah yang berhubungan
dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan penderitaan
melalui identifikasi awal serta terapi dan masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.
Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan mempengaruhi tindakan
atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan
kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari
penyakit. Oleh karena itu dalam memahami suatu masalah perilaku kesehatan harus dilihat
dalam hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan kepribadian individu-
individunya terutama dalam paliatif care.

3.2 Saran
Dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyusun kebijakan pengembangan pelayanan
perawatan paliatif, sehingga perawatan paliatif dapat ditingkatkan diseluruh tingkat layanan
kesehatan, agar penatalaksanaan pasien terminal menjadi lebih efektif dan efisien serta
pelayanan paripurna dapat terwujud sesuai dengan pedoman perawatan paliatif yang sudah
ditetapkan.

1
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Margaret L.2013. Nurse to Nurse: Perawatan Paliatif. Jakarata: Salemba


Medika

Sitio, Roma. 2016. Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks: Pengalaman Pasien Suku
Batak. Medan. Universitas Sumatra utara

Sianipar, Connie Melva, Dkk.2015. Pengalaman Pasien Kanker Payudara Pada Suku
Batak Yang Menjalani Kemoterapi. Idea nursing jurnal. Vol.6(3)

Adriani, Rita Benya.2014. Asuhan Keperawatan Paliatif pada Pasien Kanker Serviks
dengan Pendekatan Nilai-nilai Budaya di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Universitas Gadiah
Mada

Widyastuti, Rahma.2019. Penggunaan Tumbuhan Jerango (Acorus Calamus) untuk


Pengobatan Berbagai Penyakit pada Delapan Etnis di Provinsi Aceh. Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Vol. 24(1):11-19

Seibert PS,Stridh-Igo P, Zimmerman CG. Daftar periksa untuk memfasilitasi kesadaran


dan kepekaan budaya. Jurnal Etika Kedokteran. 2002; 28 (3):143-6.

Organisasi Kesehatan Dunia. Kanker - Definisi Perawatan Paliatif WHO. Tersedia dari;
https://www.who.int/cancer/palliative/definition/en/ (terakhir diakses 17/Juni/2020)

Anda mungkin juga menyukai