Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS STUDI KASUS KONFLIK BUDAYA DALAM PEMBERIAN

ASUHAN KEPERAWATAN
Mata Kuliah : Psikososial Dan Budaya Dalam Keperawatan
Dosen Pengampu : Hana Nafiah, S.Kep.,Ns.,MNS

DISUSUN OLEH :
1. RISMA NUR LAELATUS SAFITRI (202102030004)
2. ULFIYAH NUR RACHMAWATI (202102030028)
3. RUSNAWATI MARDHATILAH (202102030059)
4. LILIK PUJI LESTARI (202102030074)
5. AMRITA (202102030082)
6. DEWI SETYANINGRUM (202102030087)
7. RISMA AMANDA PUTRI (202102030090)
8. DIMAS WISNU HANGGITA (202102030101)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN


PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.


Segala puji hanyalah milik Allah SWT, dzat yang telah menjadikan sebab
terjadinya segala suatu perkara, yang mengandung segala hikmah dan keterangan
kepada hamba-Nya. yang mengutus Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya untuk
membawa agama yang haq. Sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tanpa
adanya halangan suatu apapun. Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk
memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan.
Menyadari bahwa penulisan dan pembuatan makalah ini tidak lepas dari
peran orang-orang yang membantu dalam proses pembuatannya, ucapan
terimakasih disampaikan kepada kedua orangtua kami yang telah menyemangati
kami dalam proses penyelesaian makalah ini serta bantuan dari segala sumber
informasi.
Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
masukan dan saran sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Pekalongan, 15 November 2022

Penyusun Makalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

TINJAUAN TEORI.................................................................................................3

D. Definisi Budaya.............................................................................................3

E. Karakteristik budaya.....................................................................................4

F. Perilaku Budaya Kesehatan..........................................................................5

G. Paradigma Keperawatan Budaya..................................................................6

H. Pentingnya Keperawatan Transcultural......................................................10

BAB III..................................................................................................................12

PENERAPAN KASUS..........................................................................................12

BAB IV..................................................................................................................16

PENUTUP..............................................................................................................16

A. Kesimpulan.................................................................................................16

B. Saran............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara multikultural memiliki beragam budaya
yang tanpa disadari merupakan suatu keuntungan dan sekaligus
merupakan tantangan. Dianggap sebagai keuntungan karena memperkaya
budaya bangsa, disisi lain beragamnya budaya merupakan tantangan
dalam mewujudkan kehidupan berbangsa yang harmonis dan selaras.
Budaya tidak hanya mengenai bahasa, tarian dan pakaian
tradisional, budaya juga terkait dengan bagaimana seseorang berekspresi
dalam mempertahakan dan meningkatkan kesehatan, menghadapi kondisi
sakit dan kematian. Praktik perawatan kesehatan dilakukan secara
profesional, terutama oleh tenaga kesehatan, dan juga tradisional yang
masyarakat peroleh dari nilai-nilai budaya yang ditanamkan melalui
agama, hubungan keluarga, serta perbedaan status ekonomi, politik serta
pendidikan. Praktik ini apabila dapat dilaksanakan secara harmonis akan
mampu meningkatkan kesejahteraan klien.
Pemberian asuhan keperawatan tidak akan dapat dilaksanakan
dengan baik apabila perawat mengabaikan keragaman budaya ini.
Diabaikannya nilai budaya klien akan memengaruhi hasil perawatan dan
berpotensi memperlambat kesembuhan klien karena terjadinya konflik
yang membuat semua pihak tidak puas yang akhirnya diabaikannya nilai-
nilai budaya dapat juga menimbulkan konflik antar staf yang juga
berdampak pada pemberian pelayanan keperawatan pada klien
menimbulkan resisten dari klien dan sangat mungkin juga dari tenaga
kesehatan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud definisi budaya?
2. Apa saja karakteristik budaya?
3. Bagaimana perilaku budaya kesehatan?
4. Apa yang dimaksud paradigma keperawatan budaya?
5. Apa pentingnya keperawatan transkultural?

C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi budaya
2. Menjelaskan karakteristik budaya
3. Menjelaskan perilaku budaya kesehatan
4. Menjelaskan paradigma keperawatan budaya
5. Menjelaskan pentingnya keperawatan transkultural

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Budaya
Budaya bisa diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan
wujudnya misalnya, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen
utama yaitu kebudayaan material dan non material. Kebudayaan material
mengacu pada semua ciptaan masyarakatyang nyata, konkret. Termasuk
dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari
suatu panggilan arkeologi: mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata dan
seterusnya. Kebudayaan material juga mencangkup barang-barang, seperti
televisi, pesawat terbang, stadion olah raga, pakaian, gedung pencakar
langit, dan mesin cuci. Kebudayaan non material adalah ciptaan-ciptaan
abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa
dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Banyak ahli budaya mendifinisikan arti budaya dan kebudayaan ini
dengan berbagai argumen, tetapi intinya adalah sama, koentjaraningrat
(1990) menjelaskan bahwa kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta
buddayah yang berarti budi atau akal, bisa juga daya dari budi, sedangkan
kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa. Kessing (1992) mengadopsi
berbagai pengertian kebudayaan dari para ahli yang kemudian dapat
disimpulkan bahwa budaya adalah suatu yang mengandung unsur
pengetahuan, kepercayaan, adat istiadat, perilaku yang merupakan
kebiasaan yang diwariskan. Budaya atau kebudayaan berasal dari
sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi dan akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia. Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang
berasal dari kata latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga
kadang diterjemahkan sebagi “kultur” dalam bahasa Indonesia.

3
B. Karakteristik budaya
Dincker (1996), menyimpulakan pendapat boyle dan Andrews
(1989), yang menggambarkan empat ciri esensial budaya yaitu : pertama,
budaya dipelajari dan dipindahkan, orang mempelajari budaya berbagi
bersama, anggota-anggota kelompok yang sama membagi budaya baik
secara sadar maupun tidak sadar, perilaku dalam kelompok merupakan
bagian dari identitas budayanya.
Ketiga, budaya adalah adaptasi pada lingkungan yang
mencerminkan kondisi khusus pada sekelompok manusia seperti bentuk
rumah, alat-alat dan sebagainya, adaptasi budaya pada negara maju
diadopsi sesuai dengan teknologi yang tinggi. Keempat, budaya adalah
proses yang selalu berubah dan dinamis, berubah seiring kondisi
kebutuhan kelompoknya, misalnya tentang partisipasi wanita dan
sebagainya. Menurut Samovar dan Porter (1995) ada 6 karakteristik
budaya:
1. Budaya itu bukan keturunan tapi dipelajari,jika seorang anak lahir
diamerika dan hidup di amerika dari orang tua yang berkebangsaan
indonesia maka tidaklah secara otomatis anak itu bisa berbicara dengan
bahasa indonesia tanpa ada proses pembelajaran oleh orang tuanya.
2. Budaya itu ditransfer dari satu generasi kegenerasi berikutnya, kita
mengetahui banyak hal tentang kehidupan yang berhubungan dengan
budaya karena generasi sebelum kita mengajarkan kita banyak hal
tersebut. Suatu contoh upacara penguburan placenta pada masyarakat
jawa, masyarakat tersebut tidak belajar secara formal tetapi mengikuti
perilaku nenek moyangnya.
3. Budaya itu berdasarkan syambol,untuk bisa mempelajari budaya orang
memerlukan symbol. Dengan simbol inilah nantinya kita dapat saling
ber tukar pikiran dan komunikasi sehingga memungkinkan terjadinya
proses transfer budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.Contoh
beberapa simbol yang mengkarakteristikan budaya adalah kalung pada
suku dayak, manik-manik,gelang yang semua itu menandakan simbol
pada budaya tertentu.

4
4. Budaya itu hal yang bisa berubah,karena budaya merupakan budaya
merupakan system yang dinamis dan adaptif maka budaya rentan
terhadap adanya perubahan.Misalnya pada sekelompok masyarakat
merayakan hari kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning,pada zaman
modern tradisi tersebut berubah yaitu menjadi kue ulang tahun.
5. Budaya itu bersifat menyeluruh,satu elemen budaya dapat
memepengaruhi elemen-elemen budaya yang lain.Misalnya lingkungan
sosial akan mempengaruhi perilaku seseorang yang tinggal di
lingkungan tersebut dan 6.Budaya itu etnosentris,adanya anggapan
bahwa budaya kitalah yang paling baik diantara budaya-budaya yang
lain. Suku badui akan merasa budaya badui yang benar, apabila melihat
perilaku budaya dari suku lain dianggap aneh,hal ini terjadi pada
kelompok suku yang lain juga.

C. Perilaku Budaya Kesehatan


Adat kebiasaaan yang dikembangkan di suatu negara atau daerah,
suku, atau sekelompok merupakan praktik hidup budaya, Amerika,
Australia dan negara lainnya termasuk Indonesia merupakan sebuah
negara mempunyai berbagai suku dan daerah dimana setiap suku atau
daerah tersebutmempunyai adat kebiasaan yang berbeda-beda dalam
menangani masalah kesehatan di masyarakat. Ada perilaku manusia, cara
interaksi yang dipengaruhi kesehatan dan penyakit yang terkait budaya,
diantarannya adalah perilaku keluarga dalam menghadapi kematian,
menurut Crist (1961) yang ditulis oleh Koentjaraningrat (1990), dari hasil
studi komparatif. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan sikap manusia
dengan berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam menghadapi maut.
Berbagai suku bangsa tertentu baik di negara barat seperti di
Amerika atau di Indonesia apabila ada anggota keluarganya yang sakit
mereka mempunyai kebiasaan tertentu dalam menanganinya, banyak hasil
penelitian dalam jurnal menyebutkan bahwa dalam menangani masalah
kesehatan pasien selalu mengkombinasikan unsur budaya, misalnya di
Amerika dan di India dalam menyembuhkan kecanduan alkohol

5
melibatkan intervensi komunal dan ritual serta pendekatan di komunitas
nafajo. (Prussing, 2008; calabrese, 2008). Penelitian Pratiwi dan Alifah
(2003) pada suku jawa di sukoharjo mendiskribsikan bahwa pada wanita
hamil di larang kerokan bila masuk angin karena menurut kepercayaan
orang jawa tertentu akan menimbulkan bayi yang bermuka loreng atau
kalau lahir bayinya banyak bintik merahnya, dalam prespektif ilmu medis
bayi yang lahir dengan bintik-bintik merah diantaranya disebabkan karena
infeksi virus. Hal lain yang ditemukan pada masyarakat tersebut, pada ibu
setelah melahirkan dilarang minum yang panas sebab menyebabkan bayi
menjadi sariawan. Berbeda dengan sebagian suku jawa yang masih
beranggapan bahwa penyebab utama sakit adalah masuk angin sehingga
harus diobati dengan cara banyak minum hangat untuk menyeimbangkan
unsur tubuh.
Perilaku budaya terkait dengan sehat sakit pada masyarakat secara
umum masih banyak dilakukan pada keluarga secara turun teurun,
pendapat Boyle dan Andrews (1996) tentang hal tersebut adalah salah satu
ciri ensesial budaya akan dipelajari dan dipindahkan sejak lahir, dalam
kelompoknya membagi budaya baik secara sadar atau tidak dan menjadi
perilaku dalam kelompok tersebut yang menjadi identitas budayanya.

D. Paradigma Keperawatan Budaya


Paradigma merupakan suatu cara pandang dari profesi untuk
melihat suatu kondisi dan fenomenal yang terkait secara langsung dengan
aktifitas yang terjadi dalam profesi tersebut.Paradigma merupakan suatu
cara pandang dari profesi untuk melihat suatu kondisi dan fenomena yang
terkait secara langsung dengan aktifitas yang terjadi dalam profesi
tersebut. Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang
mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi
dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam
keperawatan. (Perry and Potter (2001).

6
Dengan demikian paradigma keperawatan sangat membantu
perawat menyikapi dan mengatasi berbagai persoalan yang melingkupi
profesi keperawatan seperti aspek pendidikan dan pelayanan keperawatan,
praktik keperawatan dan organisasi profesi. Kozier (1995) menjelaskan
bahwa paradigma keperawatan terdiri dari komponen manusia,
keperawatan, kesehatan dalam rentang sehat-sakit, lingkungan dan
manusia sebagai klien yaitu individu, keluarga dan masyarakat.Johnson
(2009), berpendapat bahwa paradigma keperawatan akan mempunyai
perbedaan dari berbagai sudut pandang bergantung pada praktik
keperawatan. Berdasarkan pendapat tersebut maka bisa di uraikan
beberapa paradigma keperawatan dari sudut pandang transkultural nuring,
sudut pandang teori adaptasi Roy, sudut padang managemen keperawatan
dan sebagainya berhubungan dengan dasar teori apa yang dipakai dasar
dalam praktik keperawatan. Hubungan keempat komponen dalam
paradigma keperawatan antara lain sebagai berikut :
1. Manusia
2. Keperawatan
3. Kesehatan
4. Lingkungan
Paradigma keperawatan bisa dibahas dan diaplikasikan dalam
perspektif transkultural yang dikenal dengan paradigma keperawatan
transkultural, yaitu cara pandang, keyakinan, nilai-nilai dan konsep-konsep
dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang
budaya terhadap empat konsep sentral yaitu: manusia, keperawatan,
kesehatan dan lingkungan (Leininger, 1984 dalam Barnum, 1998; Andrew
& Boyle, 1995). Pemahaman perawat terhadap paradigma keperawatan
transkultural merupakan acuan terlaksananya penerapan asuhan
keperawatan transkultural.

7
1. Manusia sebagai klien
Manusia adalah makhluk biopsikososial dan spiritual yang utuh
dalam arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspekjasmani dan rohani
dan unik karena mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Manusia selalu berusaha untuk memahami
kebutuhan melalui berbagai upaya antara lain dengan selalu belajar dan
mengembangkan sumber-sumber yang diperlukan sesuai dengan
potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Dalam kehidupan sehari-
hari manusia secara terus menerus menghadapi perubahan lingkungan
dan selalu berusaha beradaptasi terhadap pengaruh lingkungan.
Manusia sebagai salah satu kesatuan utuh antara aspek fisik, intelektual,
emosional, sosial kultural, spiritual dan lingkungan.Definisi manusia,
kelurga dan masyarakat dari perspektif transkultural adalah individu
atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
diyakini yang berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
tindakan (Leininger, 1984 dalam Barnum, 1998; Giger & Davidhizar,
1995; Andrew & Boyle, 1995). Nilai, norma dalam kelompok dan
keluarga akan sangat terkait dengan individu. Ketika individu dalam
keluarga mengalami maslah kesehatan maka keluarga dan sekelompok
masyarakat akan ikut mengambil keputusan dalam masalh ini.
2. Kesehatan atau sehat sakit
Sehat dan Sakit atau kesehatan dalam perspektif transkultural
nursing diartikan dalam konteks budaya masing- masing pandangan
masyarakat tentang kesehatan spesifik bergantung pada kelompok
kebudayaannya, demikian juga teknologi dan non-teknologi pelayanan
kesehatan yang diterima bergantung pada budaya nilai dan kepercayaan
yang dianutnya. Persepsi sehat sakit ini meliputi persepsi individu
maupun kelompok.
3. Lingkungan
Paradihma keperawatan secara umum mendefinisikan
lingkungan sebagai lingkungan masyarakat yang meliputi lingkungan
fisik, psikologis, sosial budaya dan spiritual. Lingkungan dalam

8
perspektif budaya didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan prilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan
yaitu fisik, sosial dan simbolik (Andrew & Boyle, 1995).
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang
berhubungan dengan sosialisasi individu atau kelompok kedalam
masyarakat yang lebih luas seperti keluarga, komunitas dan tempat
ibadah. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur
dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.Lingkungan
simbolik adalah keseluruhan bentuk atau symbol yang menyebabkan
individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat
hidup, bahasa atau atribut yang digunakan. Penggunaan lingkungan
simbolik bermakna bahwa individu memiliki tenggang rasa dengan
kelompoknya seperti: penggunaan bahasa pengantar, identifikasi nilai-
nilai dan norma serta penggunaan atribut-atribut seperti pemakaian ikat
kepala, kalung, anting, telepon, hiasan dinding atau slogan- slogan.
(Andrew & Boyle, 1995).
4. Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat, baik sehat atau sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. (Taylor, 1998), Keperawatan dipandang sebagai
suatu ilmu dan kiat yang diberikan kepada klien dengan berfokus pada
prilaku, fungsi dan proses untuk meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan atau pemulihan dari sakit (Andrew & Boyle, 1995).

9
Asuhan keperawatan adalah suatu proses rangkaian kegiatan
pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien/pasien
pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan
dilaksanakan menggunakan metodologi proses keperawatan,
berpedoman pada standar keperawatan dilandasi etik dan etika
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawabnya.
Bantuan keperawatan diberikan agar individu/keluarga/komunitas dapat
mandiri dalam memelihara kesehatannya sehingga mampu berfungsi
secara optimal. (Taylor, 1998).
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian
kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai
latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan sesuai dengan budaya klien. Asuhan keperawatan
diberikan sesuai dengan karakteristik ruang lingkup keperawatan,
dikelola secara profesional dalam konteks budaya klien dan kebutuhan
asuhan keperawatan Strategi yang digunakan dalam asuhan
keperawatan adalah perlindungan /mempertahankan budaya,
mengakomodasi/menegosiasi budaya dan mengubah/ mengganti budaya
klien (Leininger, 1984).

E. Pentingnya Keperawatan Transcultural


Keperawatan transkultural memiliki peran penting dalam
pendekatan holistic. Akantetapi, masih ada pandangan yang berlawanan
terkait pentingnya asuhan keperawatan yang peka budaya. Keperawatan
transkultural peka terhadap kebutuhan keluarga, kelompok dan individu
yang merupakan perwakilan kelompok dengan budaya yang berbeda
dalam suatu komunitas atau masyarakat. Pendekatan peka budaya ini
memberikan dukungan bagi individu dalam mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan selama menjalani perawatan. Praktik keperawatan yang peka
budaya melibatkan identifikasi kebutuhan budaya, pemahaman tentang
hubungan budaya antara keluarga dan individu untuk memberikan
perawatan tanpa mempengaruhi sistem kepercayaan budaya keluarga, dan

10
penggunaan strategi emosional bagi pemberi perawatan dan pasien untuk
mencapai tujuan pemberian asuhan keperawatan (Hotun, Onat, & Avci,
2009). Dalam konflik budaya, perawat dapat merespon secara negatif dari
perspektif budaya dengan cara berikut:
1. Etnosentrisme
Etnosentrisme ini mengacu pada interpretasi individu terhadap budaya
lain dalam hal budaya mereka sendiri berdasarkan warisan budaya
mereka sendiri.
2. Stereotip
Penerimaan karakteristik yang sama dari individu atau anggota
kelompok tanpa mempertimbangkan perbedaan individu.
3. Buta budaya
Buta budaya adalah gejala tidak memperhatikan ekspresi keragaman
budaya.
4. Pemaksaan budaya
Situasi muncul pada saat perawat mengharapkan pasien untuk
mematuhi norma budayanya atau norma institusi kesehatan. Perawat
mungkin berpikir, "Anda harus mengikuti aturan rumah sakit saya dan
mematuhi prosedur kami di sini."
5. Konflik budaya
Ketika seorang perawat, pasien dan keluarga memiliki nilai yang
berbeda, menunjukkan perilaku yang berbeda, konflik dapat muncul
dalam kasus perbedaan keyakinan dan tradisi. Namun sikap profesional
yang diharapkan dari perawat adalah relativisme budaya. Relativisme
budaya berarti mengakui dan memahami budaya individu dalam
strukturnya sendiri, tanpa mengacu pada norma dan penilaian lain.
Perawat yang mendekati pasien relativisme budaya memiliki pandangan
yang jelas tentang karakteristik budaya, keragaman keyakinan dan
praktik di lingkungan yang berbeda yang dihasilkan dari kebutuhan
sosial yang berbeda (Bayik, 2008).

11
BAB III
PENERAPAN KASUS

Judul Budaya Siri’na Pacce Terhadap Self Esteem


Perempuan Dengan HIV/AIDS Di Kota Makassar
Melalui Pendekatan Transcultural Nursing
Nama Penulis 1. Brigita Sri Jane
2. Mutiara Cyesa Prasasti Ngandoh
3. Dea Bur Shabrina Hidayat
4. Framita Rahman
5. Arnis Puspitha R
Nama Jurnal Jurnal Keperawatan Silambari
Volume, No, Halaman Volume 5, No 1, Hlm 591-600
Tahun 2021
Link Download https://doi.org/10.31539/jks.v5i1.2915

Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu populasi yang


Masalah rentan terkena HIV/AIDS. Hal ini terjadi tidak hanya
pada kelompok berisiko seperti mereka yang sering
berganti-ganti pasangan, pekerja seksual, serta
pemakai narkoba khususnya narkoba suntik, tetapi
juga menginfeksi perempuan ataupun istri dan ibu
rumah tangga yang setia pada pasangannya. Dalam
keperawatan pengkajian budaya terhadap kesehatan
dapat dilakukan berdasarkan teori transcultural
nursing.
Menurut Leininger 2002 dalam McFarland dan
Wehbe-Alamah (2019) transcultural nursing adalah
suatu area/wilayah keilmuan budaya pada belajar dan
praktik keperawatan yang fokus memandang
perbedaan dan kesamaan antara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada

12
nilai budaya kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia. Pengkajian transcultural nursing dilakukan
dengan menggunakan sunrise model yang terdiri dari 7
(tujuh) faktor untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan berdasarkan latar belakang budaya (Soares
et al., 2020).
Budaya siri,na pacce yang sampai saat ini masih
dipegang teguh oleh masyarakat suku Bugis Makassar
tentunya sangat mempengaruhi cara pandang dan
penerimaan mereka terhadap ODHA khususnya
perempuan. Mereka dianggap telah melanggar budaya
siri’ tersebut karena adanya stigma dan diskriminasi
yang berkembang di masyarakat. Masyarakat masih
menganggap bahwa HIV/AIDS adalah penyakit pada
mereka yang kurang moral karena tertular melalui
hubungan seks, dan para pecandu narkoba. Tak hanya
dari masyarakat sekitar, stigma maupun diskriminasi
ini juga dapat timbul dari lingkungan keluarga ODHA
sendiri.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui,
dan menganalisis bagaimana gambaran self esteem
perempuan dengan HIV/AIDS di Kota Makassar dan
mengidentifikasi faktor-faktor budaya apa saja yang
mungkin berpengaruh pada self esteem perempuan
ODHIV.
Metode Penelitian Metode dari penelitian ini adalah penelitian mix
method dengan menggunakan pendekatan transcultural
nursing Populasi pada penelitian ini adalah semua
perempuan yang hidup dengan HIV/AIDS di Kota
Makassar yang bersuku Bugis Makassar. Adapun

13
metode pengambilan sampel menggunakan metode
nonprobability sample, accidental sample . Kriteria
inklusi pada penelitian ini yaitu; perempuan yang telah
terinfeksi HIV/AIDS selama ≥ 6 bulan dan mengetahui
status positif HIV setidaknya selama 3 bulan terakhir
serta bersedia memberikan informasi yang berkaitan
dengan penelitian, bersuku Bugis/Makassar, dan
memiliki pengetahuan dasar tentang konsep siri’na
pacce.
Subjek & Objek Subjek dari penelitian ini adalah semua perempuan
Penelitian yang hidup dengan HIV/AIDS di Kota Makassar yang
bersuku Bugis Makassar, sedangkan objek dari
penelitian ini adalah Kota Makassar.
Hasil Penelitian Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwasanya seluruh ODHA mendapatkan virus HIV
dari pasangan mereka dan terdeteksi pada saat
pasangan mereka sudah dalam keadaan kronis dan
bahkan sudah terjadi komplikasi. Sehingga,
kemungkinan untuk meningkatkan kualitas hidupnya
dan memperpanjang usia relatif rendah (Tumina &
Yona, 2019). Oleh karena itu, deteksi dini HIV
sangatlah penting selain mencegah terjadinya
penurunan kualitas hidup ODHA dan komplikasi-
komplikasi yang bisa terjadi. Budaya siri’na pacce
memiliki pengaruh terhadap perempuan dengan
HIV/AIDS di Kota Makassar. Faktor lain yang
mempengaruhi tingkat self esteem berdasarkan
pendekatan transcultural nursing adalah faktor nilai
budaya dan gaya hidup serta faktor tingkat
pengetahuan. Penting dilakukan adanya penelitian
lebih lanjut terkait bagaimana budaya setempat dapat
mempengaruhi kondisi sehat sakit masyarakat.

14
Pendekatan transcultural nursing ini memungkinkan
untuk direplikasi sebagai salah satu intervensi berbasis
budaya dalam memahami penyakit menular lainnya,
seperti TB Paru bahkan COVID-19 yang dapat
diterapkan di seluruh wilayah Indonesia
Kelebihan Penelitian Kelebihan pada penelitian ini adalah struktur jurnal
lengkap terdiri dari abstrak, pendahuluan, metode,
hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan, saran dan
daftar pustaka. Dalam jurnal ini menggunakan dua
macam metode yaitu kuesioner dan wawancara.
Kekurangan Penelitian Kekuranan dalam jurnal ini adalah tampilan jurnal
terlalu monoton tidak ada ornamen lain sehingga
membuat pembaca mudah bosan,
Diskusi/Rekomendasi Agar peneliti selanjutnya lebih mengeksplor faktor-
faktor budaya yang dapat mempengaruhi self esteem
perempuan dengan HIV/AIDS yang sesuai dengan
teori transcultural nursing sehingga dapat memberikan
hasil yang lebih beragam sehingga dapat dijadikan
salah satu intervensi berbasis budaya yang dapat
direplika ke dalam berbagai kasus penyakit menular
seperti TB Paru hingga COVID-19

15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karakteristik budaya Dincker (1996), menyimpulakan pendapat
boyle dan Andrews (1989), yang menggambarkan empat ciri esensial
budaya yaitu: pertama, budaya dipelajari dan dipindahkan, orang
mempelajari budaya berbagi bersama, anggota-anggota kelompok yang
sama membagi budaya baik secara sadar maupun tidak sadar, perilaku
dalam kelompok merupakan bagian dari identitas budayanya.Budaya itu
hal yang bisa berubah,karena budaya merupakan budaya merupakan
system yang dinamis dan adaptif maka budaya rentan terhadap adanya
perubahan. Misalnya pada sekelompok masyarakat merayakan hari
kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning,pada zaman modern tradisi
tersebut berubah yaitu menjadi kue ulang tahun.Budaya itu bersifat
menyeluruh,satu elemen budaya dapat memepengaruhi elemen-elemen
budaya yang lain. Misalnya lingkungan sosial akan mempengaruhi
perilaku seseorang yang tinggal di lingkungan tersebut dan 6.Budaya itu
etnosentris,adanya anggapan bahwa budaya kitalah yang paling baik
diantara budaya-budaya yang lain.

Perilaku Budaya Kesehatan Adat kebiasaaan yang dikembangkan


di suatu negara atau daerah, suku, atau sekelompok merupakan praktik
hidup budaya, Amerika, Australia dan negara lainnya termasuk Indonesia
merupakan sebuah negara mempunyai berbagai suku dan daerah dimana
setiap suku atau daerah tersebutmempunyai adat kebiasaan yang berbeda-
beda dalam menangani masalah kesehatan di masyarakat.

Berbagai suku bangsa tertentu baik di negara barat seperti di


Amerika atau di Indonesia apabila ada anggota keluarganya yang sakit
mereka mempunyai kebiasaan tertentu dalam menanganinya, banyak hasil
penelitian dalam jurnal menyebutkan bahwa dalam menangani masalah
kesehatan pasien selalu mengkombinasikan unsur budaya, misalnya di
Amerika dan di India dalam menyembuhkan kecanduan alkohol

16
melibatkan intervensi komunal dan ritual serta pendekatan di komunitas
nafajo.

Perilaku budaya terkait dengan sehat sakit pada masyarakat secara


umum masih banyak dilakukan pada keluarga secara turun teurun,
pendapat Boyle dan Andrews (1996) tentang hal tersebut adalah salah satu
ciri ensesial budaya akan dipelajari dan dipindahkan sejak lahir, dalam
kelompoknya membagi budaya baik secara sadar atau tidak dan menjadi
perilaku dalam kelompok tersebut yang menjadi identitas budayanya.

B. Saran
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya kami akan lebih fokus dan lebih baik dalam
menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan demikian kami
penyusun makalah ini meminta saran dan kritik karena masih banyak
kekurangan yang harus diperbaiki agar makalah ini mampu mencapai
kesempurnaan oleh para pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA
Jane, B. S., & Ngandoh, M. C. (2021). Budaya Siri'na Pacce Terhadap Self
Esteem Perempuan Dengan HIV/AIDS Di Kota Makasar Melalui
Pendekatan Transcultural Nursing. Jurnal Keperawatan Silampari, 591-
600.

Putri, D. M. (2020). Keperawatan Transkultural "Pengetahuan dan praktik


berdasarkan budaya". Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Rias, Y. A., & Dkk. (2021). Psikososial Dan Budaya Dalam Keperawatan.
Bandung: Media Sains Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai