Anda di halaman 1dari 14

“ KONSEP UTAMA KEBUDAYAAN”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Linta Budaya

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Amalia Shabrina 2006104030054
Amir Rullah 2006104030071
Nata Aina Riski 2006104030006
Rachmi Karamika 2006104030083
Ulanta Sabilla 2006104030030

Dosen Pembimbing:
Evi Rahmiyati, S.Pd.,M.Ed
Drs. Syaiful Bahri, M.Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah sehingga kami dari kelompok 1 dapat menyelesaikan Makalah Mata
Kuliah Konseling Lintas Budaya dengan judul ”Konsep Utama Kebudayaan“,
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. beserta
keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang selalu istiqamah di jalanNya. Semoga pula
tercurah atas keluarga dan sahabat yang menjadi sumber ilmu dan hikmah.

Dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing Ibu Evi
Rahmiyati, S.Pd.,M.Ed, Selaku dosen pembimbing pada mata kuliah Konseling
Lintas Budaya, yang telah banyak membantu, serta meluangkan waktu, tenaga, dan
pikirannya untuk membimbing kelompok, sehingga tersusun makalah ini sebagaimana
yang diharapkan, dan seluruh teman-teman yang telah turut memberikan pendapat,
motivasi, dan bantuan lainnya semasa kelompok menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, kelompok menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan
dan wawasan yang kelompok miliki. Oleh karena itu, kelompok mengharapkan saran
dan kritik yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 22 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. i
DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
2.1 Pengertian Kebudayaan ............................................................................... 3
2.2 Konsep yang berkaitan dengan Kebudayaan ............................................. 4
2.3 Karakteristik kebudayaan ............................................................................ 6
2.4 Sifat budaya .................................................................................................. 8
BAB III PENUTUP ..................................................................................................10
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................10
3.2 Saran ...............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memicu lajunya
perkembangan peradaban manusia, yang berdampak pada mobilitas penduduk,
modal, nilai dan ideologi, dan lainnya. dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Akibatnya, tercipta suatu pemukiman dengan beragam budaya. Keragaman budaya
ini pada kondisi normal dapat menumbuhkan keharmonisan hidup, namun dalam
kondisi bermasalah dapat menimbulkan hambatan dalam berkomunikasi dan
penyesuaian antar budaya.
Konseling lintas budaya (cross-cultural counseling, counseling across cultures,
multicultural counseling) adalah konseling yang melibatkan konselor dan klien
yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan karena itu proses
konseling sangat rawan oleh terjadinya bias-bias budaya (cultural biases) pada
pihak konselor yang mengakibatkan konseling tidak berjalan efektif (Draguns,
1986: Pedersen, 1986: dalam pidato pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. H. Dedi
Supriadi, 2001). Agar berjalan efektif, maka konselor dituntut untuk memiliki
kepekaan budaya dan melepaskan diri dari bias-bias budaya, dan memiliki
keterampilan-keterampilan yang responsif secara kultural. Dari segi ini, maka
konseling pada dasarnya merupakan sebuah “perjumpaan budaya” (cultural
encounter) antara konselor dan klien yang dilayaninya.
Adanya keragama budaya merupakan realitas hidup, yang tidak dapat
dipungkiri mempengaruhi perilaku individu dan seluruh aktivitas manusia, yang
termasuk di dalamnya adalah aktivitas konseling. Karena itu, dalam melakukan
konseling, sangat penting untuk mempertimbangkan budaya yang ada. Namun,
dalam kenyataannya, kesadaran budaya dalam praktek konseling masih sangat
kurang. Hal ini sangat berbahaya konseling yang tidak mempertimbangkan budaya
klien yang berbeda akan merugikan klien. Menurut Freire, pendidikan yang tidak
melihat budaya klien adalah pendidikan yang menindas. Kesadaran budaya harus
menjadi tujuan pendidikan, termasuk konseling yang lebih mengena.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Kebudayaan?

2. Apa Saja Konsep yang berkaitan dengan Kebudayaan?


3. Bagaimana Karakteristik dari Kebudayaan?

4. Apa Saja Sifat budaya?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Kebudayaan.

2. Untuk Mengetahui Konsep yang berkaitan dengan Kebudayaan.


3. Untuk Mengetahui Karakteristik dari Kebudayaan.

4. Untuk Mengetahui Sifat budaya.

1.4 Manfaat
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan informasi baru,
wawasan, dan pengetahuan yang dapat memperkaya dan memperbanyak ilmu
pengetahuan. Dan diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber referensi dan
pengetahuan baru yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai
“Konsep Utama Kebudayaan”.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebudayaan


Secara etimologi, kata culture atau budaya berasal dari bahasa latin yaitu colere
yang berarti mengolah atau mengerjakan. Kata culture dalam bahasa inggris juga
dapat diartikan sebagai kultur dalam bahasa Indonesia dan berarti kebudayaan.
Selain secara etimologi, beberapa ahli turut mengemukakan pendapatnya
mengenai pengertian kebudayaan. Berikut pendapat para ahli mengenai
pengertian kebudayaan.
1. E.B Taylor
Menurut Taylor, kebudayaan adalah hal kompleks yang mencakup beberapa
hal di dalamnya seperti kepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat
serta kemampuan yang dapat diperoleh manusia sebagai bagian dari kelompok
masyarakat tersebut.
2. Selo Seomardjan dan Soelaeman Somardi
Menurut Selo dan Soelaeman, kebudayaan adalah seluruh hasil karya, rasa,
serta cipta dari masyarakat.
3. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara adalah buah budi dari manusia
yang muncul karena adanya hasil alam serta kodrat masyarakat. Kebudayaan
menurut Ki Hajar Dewantara juga bentuk dari kejayaan dari masyarakat yang
mampu mengatasi kesulitan-kesulitan serta menjadi awal dari munculnya tata
tertib di masyarakat.
4. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan dari perilaku makhluk seperti manusia
serta hasil yang dapat diperoleh makhluk tersebut melalui berbagai macam
proses belajar serta tersusun dengan sistematis dalam kehidupan
bermasyarakat.

3
5. Parsudi Suparlan
Kebudayaan adalah sebagai pengetahuan manusia sebagai ciri makhluk sosial
yang dapat digunakan untuk dapat memahami dan menginterpretasikan berbagai
hal di lingkungan, sehingga menciptakan sebuah pengalaman. Menurut Parsudi
Suparlan, kebudayaan juga merupakan sebuah landasan serta acuan seseorang
dalam bertingkah laku.
Dari pengertian kebudayaan menurut keenam para ahli diatas maka dapat
disimpulkan, bahwa kebudayaan merupakan perilaku yang dimiliki oleh manusia
sebagai ciri sebagai makhluk sosial yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam
bertingkah laku.
Dalam konseling lintas budaya, budaya atau kebudayaan (culture) meliputi
tradisi, kebiasaan, nilai-nilai, norma, bahasa, keyakinan dan berpikir yang telah
terpola dalam suatu masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi serta
memberikan identitas pada komunitas pendukungnya (Prosser, 1978). Secara
singkat dapat pula diartikan bahwa budaya adalah pandangan hidup sekelompok
orang (Berry, dkk.,1998), atau dalam rumusan yang lebih umum adalah “cara kita
hidup seperti ini”, the way we are, yang diekspresikan dalam cara (sekelompok
orang) berpikir, mempersepsikan, menilai, dan bertindak. Kata “sekelompok
orang” (a group of people) perlu digaris bawahi untuk menunjukkan bahwa
budaya selalu menunjukkan pada ciri-ciri yang melekat pada kelompok, tidak
pada (seseorang) individu.

2.2 Konsep yang berkaitan dengan Kebudayaan


Menurut Liliweri (2013) untuk memahami kebudayaan secara keseluruhan ada
beberapa konsep yang berkaitan dengan kebudyaan antara lain :
1. Budaya dominan
Budaya Dominan adalah sebuah kebudayaan yang sangat menonjol dalam
suatu masyarakat sehingga tampilan kebudayaan itu seolah-olah berada "di atas"
atau "menguasai" kebudayaan lain, kebudayaan itu seolah-olah "mengatur"
seluruh aspek kehidupan dalam suatu masyarakat.

4
2. Common culture
Common culture adalah suatu sistem pertukaran simbol-simbol yang sama,
makna atas simbol tersebut dipahami oleh dua pihak melalui sebuah proses
persetujuan.
3. Sub kultur
Sub kultur adalah suatu kelompok atau sub unit budaya yang berkembang
ketika adanya kebutuhan sekelompok orang untuk memecahkan sebuah masalah
berdasarkan pengalaman bersama. Kebudayaan sub kultur sering kali merupakan
gambaran sebuah kelompok minoritas yang ada dalam kehidupan budaya
mayoritas.
4. Cultural lag
Cultural lag menggambarkan proses sosial, budaya, dan perubahan teknologi.
Konsep ini diperkenalkan oleh William Oghburn. Perubahan sosial cenderung
dinilai "ketinggalan" dari perubahan teknologi. Cultural lag dihasilkan tatkala
sebuah institusi sosial budaya gagal mengadaptasi fungsi-fungsi mereka ke dalam
bagian-bagian dari sistem sosial budaya mereka yang luas.
5. Culture schock
Culture schock adalah kekacauan budaya yang dalam perspektif sosial
merupakan hasil dari konfrontasi suatu masyarakat terhadap kebudayaan baru
yang mendadak masuk dan mengganggu kebudayaan mereka.
6. Kebudayaan tradisional
Kebudayaan tradisioanal adalah perilaku yang merupakan kebiasaan atau
cara berpikir dari suatu kelompok sosial yang ditampilkan melalui -tidak saja-adat
istiadat tertentu tetapi juga perilaku adat istiadat yang diharapkan oleh anggota
masyarakatnya.
7. Multikultural
Multikultural merupakan konsep yang menggambarkan usaha untuk
memahami berbagai kelompok budaya, kelompok ras, dan apresiasi dari
kebudayaan yang berbeda-beda dalam pergaulan yang sering kali mengakibatkan
ketegangan dan konflik antar etnik,

5
Jika terjadi proses adaptasi antar budaya dalam masyarakat multikultural maka
menurut Liliweri (2013), kelompok baru itu terbentuk melalui beberapa tahapan,
yaitu :
1. Perubahan atas pola-pola budaya yang sesuai dengan kelompok dominan,
2. Perkembangan dalam skala luas dalam hubungan antara kelompok primer
dengan kelompok dominan,
3. Perkawinan dengan kelompok dominan,
4. Kehilangan rasa kebersamaan dan terjadi pemisahan dari kelompok
dominan,
5. Bersahabat tanpa diskriminasi, dan
6. Tidak menumbuhkan isu yang meliputi konflik nilai dan kekuasaan dengan
kelompok dominan.

2.3 Karakteristik Kebudayaan


Kebudayaan memiliki beberapa karakteristik, antara lain sebagai berikut
(Samovar, Porter and McDaniel, 2010, p.32-48):
1. Budaya itu dipelajari
Budaya dipelajari melalui proses enkulturasi. Yang dimaksud dengan istilah
enkulturasi sendiri merupakan proses pembelajaran suatu budaya yang total.
Hoebel dan Frost (dalam Samovar, Porter and McDaniel, 2010, p.33)
mengatakan bahwa baik kondisi sadar maupun tidak sadar yang terjadi dalam
proses tersebut, sebagai individu, anak, orang dewasa, menerima kompetensi
budaya tertentu. Dari bayi, suatu kelompok budaya mempelajari pola perilaku
dan cara berpikir sampai banyak dari pola ini terinternalisasi dan menjadi
kebiasaan.

2.Budaya itu dibagikan


Selain dipelajari, budaya juga disebarkan atau dibagikan. Cara menyebarkan
budaya dapat berbagai bentuk (pepatah, cerita, karya seni) dan dapat memiliki
banyak ‘penyebar’ (keluarga, teman, media, sekolah, gereja), tetapi elemen

6
kunci dari budaya itu (nilai, ide, persepsi) harus dibagikan di antara anggota
suatu budaya.
Dengan berbagi sejumlah persepsi dan tingkah laku, anggota dari suatu
budaya dapat juga membagikan identitas budaya mereka yang umum. Identitas
budaya ini menghasilkan situasi dimana anggota dari tiap budaya mengenal
mereka sendiri dan budayanya adalah berbeda dari orang lain.

3.Budaya itu diturunkan dari generasi ke generasi


Bila sebuah budaya ingin dipertahankan, maka harus dipastikan apakah
pesan dan elemen penting budaya tersebut tidak hanya dibagikan tetapi juga
diturunkan pada generasi yang akan datang.
Dalam hal ini, komunikasilah yang membuat budaya berkelanjutan, yang
mana ketika kebiasaan, budaya, prinsip, nilai, tingkah laku dan sebagainya
diformulasikan, mereka mengomunikasikan hal ini kepada anggota yang
lainnya. Keesing (dalam Samovar, Porter and McDaniel, 2010, p.34) juga
mengemukakan bahwa bila satu ikatan yang putus akan mengarah pada
musnahnya suatu budaya.

4.Budaya itu didasarkan pada simbol


Ferraro mengemukakan bahwa simbol mengikat orang yang mungkin saja
bukanlah bagian dari suatu kelompok yang bersatu. Sifat simbol yang mudah
dibawa, memungkinkan orang untuk membungkus, menyimpan dan
menyebarkannya. Tidak hanya itu, simbol sendiri merupakan segala sesuatu
yang mengandung makna khusus yang diketahui orang-orang yang
menyebarkan budaya. Aspek simbolis yang penting dari budaya adalah bahasa,
yang mana bahasa, yakni penggunaan kata-kata untuk mewakili benda dan
pandangan.

5.Budaya itu dinamis


Budaya merupakan proses penciptaan. Luckmann (dalam Samovar, Porter
and McDaniel, 2010, p.47) mengemukakan bahwa budaya itu kuat dan stabil, dan

7
tidak pernah statis. Kelompok budaya menghadapi tantangan berkesinambungan
dari pengaruh kuat, seperti pergolakan lingkungan, tulah, peperangan, migrasi,
banjir imigrasi dan pengaruh teknologi, yang mana sebagai akibatnya budaya
berubah dan berkembang dari waktu ke waktu. Dalam perubahannya, beberapa
aspek budaya berubah, namun struktur budaya yang kuat menolak perubahan
penting.

6.Budaya itu sistem yang terintegrasi


Budaya berfungsi sebagai suatu sistem yang terintegrasi. Budaya terdiri atas
bagian-bagian yang saling berhubungan. Ferraro (dalam Samovar, Porter and
McDaniel, 2010, p.48) mengemukakan bahwa budaya harus diajarkan sebagai
kesatuan yang utuh. Dan Hall (dalam Samovar, Porter and McDaniel, 2010, p.48)
juga mengemukakan bahwa bila kita menyentuh budaya di satu sisi, maka
seluruhnya akan terpengaruh.

2.4 Sifat Budaya


Menurut Sulistyarini dan Jauhar (2014), sifat budaya terbagi atas dua macam,
yakni budaya yang bersifat universal (umum) dan budaya yang khas (unik).
Budaya universal atau umum memiliki pengertian bahwa nilai-nilai dimiliki oleh
semua lapisan masyarakat. Nilai-nilai ini dijunjung tinggi oleh segenap manusia.
Dengan demikian, secara umum umat manusia yang ada di dunia ini memiliki
kesamaan nilai-nilai tersebut. Contoh dari nilai universal ini antara lain, manusia
berhak menentukan hidupnya sendiri, manusia anti dengan peperangan dan
mementingkan perdamaian, manusia memiliki kebebasan, dan lain-lain.
Nilai budaya yang khas atau unik adalah suatu nilai yang dimiliki oleh bangsa
tertentu. Lebih dari itu, Sulistyarini dan Jauhar (2014) juga menyatakan bahwa
nilai-nilai ini hanya dimiliki oleh masyarakat atau etnis tertentu dimana keunikan
ini berbeda dengan kelompok atau bangsa lain. Keunikan nilai ini dapat menjadi
barometer untuk mengenal bangsa atau kelompok tertentu.
Nilai budaya yang dianut oleh masyarakat tertentu, pada umumnya dianggap
mutlak kebenarannya. Hal ini tampak pada perilaku yang ditampakkan oleh

8
anggota masyarakat itu. Mereka memiliki keyakinan bahwa apa yang dianggap
benar itu dapat dijadikan sebagai panutan dalam menjalani hidup sehari-hari.
Selain itu, nilai budaya yang diyakini kebenarannya tersebut dapat dipergunakan
untuk membantu menyelesaikan masalah yang timbul. Dengan arti lain, nilai
budaya tertentu yang ada dalam suatu masyarakat mempunyai suatu cara
tersendiri untuk memecahkan permasalahan yang timbul dalam anggota
masyarakat tersebut.
Kebudayaan nasional bangsa Indonesia tidak bersifat dogmatis dan statis.
Hal ini memungkinkan terjadinya proses penyempurnaan secara terus menerus.
Penyempurnaan ini digali dari budaya yang unik tersebut. Artinya, budaya atau
nilai-nilai khas yang dimiliki oleh suku-suku di Indonesia secara terus menerus
memberikan sumbangan untuk kesempurnaan budaya nasional ini, serta untuk
menjawab tuntutan jaman yang terus berkembang dan semakin maju.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam konseling lintas budaya, budaya atau kebudayaan (culture) meliputi
tradisi, kebiasaan, nilai-nilai, norma, bahasa, keyakinan dan berpikir yang telah
terpola dalam suatu masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi serta
memberikan identitas pada komunitas pendukungnya (Prosser, 1978). Secara
singkat dapat pula diartikan bahwa budaya adalah pandangan hidup sekelompok
orang (Berry, dkk.,1998), atau dalam rumusan yang lebih umum adalah “cara kita
hidup seperti ini”, the way we are, yang diekspresikan dalam cara (sekelompok
orang) berpikir, mempersepsikan, menilai, dan bertindak. Kata “sekelompok
orang” (a group of people) perlu digaris bawahi untuk menunjukkan bahwa
budaya selalu menunjukkan pada ciri-ciri yang melekat pada kelompok, tidak
pada (seseorang) individu.

3.2 Saran
Sebagai penulis kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah Konsep Utama Kebudayaan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anak Agung Ngurah Adhiputra. 2013. Konseling Lintas Budaya. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Ariswanti TrininPgtyas, Diana. 2019. Konseling Lintas Budaya. Magetan: Media


Grafika
https://www.gramedia.com/promo/highlighted-menu-buku-baru-
andalan?utm_source=bestseller&utm_medium=bukuterbaru&utm_campaign=
seo&utm_content=bukuterbaru5
Jumarin, 2002, Dasar-Dasar Konseling Lintas-Budaya, Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Ngurah, Adhiputra AA. 2013. Konseling Lintas Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu

11

Anda mungkin juga menyukai