Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MENGENAL TEORI-TEORI KEBUDAYAAN BAIK WUJUD,UNSUR


MAUPUN BUDAYA DAN KEBUDAYAAN MENTALITAS

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Sosiologi dan Antropologi

Dosen Pengampu : Drs.Effendi,M.Hum

Disusun Oleh Kelompok 9:

1. Azmy Nurliza (2331030004)


2. Resma Putri Lutfi Azizah (2331030019)
3. Sabrina Syifa Dwi Putriyanti (2331030021)
4. Muhammad Suhri Mayohkaseh (2331030096)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-
Nya, tugas makalah mata kuliah bahasa indonesia dapat terselesaikan dengan baik yang
berjudul “Mengenal teori-teori kebudayaan baik wujud,unsur maupun budaya dan kebudayaan
mentalitas”.

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi syarat mendapatkan nilai pada
mata kuliah Sosiologi dan Antropologi. Makalah ini disusun berdasarkan referensireferensi
dari berbagai sumber.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan
bantuan berbagai pihak. Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen mata kuliah
sosiologi dan antropologi yaitu Bapak Drs.Effendi,M.Hum. yang telah membantu dan
membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman mahasiswa yang sudah memberi bantuan baik langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami
penulis dan bagi pembaca.

Bandar Lampung, 20 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah .............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2

A. Pengertian budaya / kebudayaan .................................................................................... 2


B. Wujud budaya ................................................................................................................ 3
C. Unsur-unsur budaya ....................................................................................................... 4
D. Kebudayaan mentalitas (mentalitek).............................................................................. 6

BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 9

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Teori kebudayaan merupakan usaha konseptual untuk memahami bagaimana
manusia menggunakan kebudayaan untuk melangsungkan kehidupannya dalam
kelompok, mempertahankan kehidupannya melalui penggarapan lingkungan alam, dan
memelihara keseimbangannya dengan dunia supernatural. Perspektif ini merupakan
perumusan yang mencirikan teori-teori kebudayaan yang dikembangkan atas dasar
pengkajian terhadap perilaku manusia dalam perannya sebagai anggota masyarakat.
Artinya suatu masyarakat dengan tradisi lisan (non-literate society), bukan masyarakat
dengan tradisi tulisan (literate society). Teori kebudayaan dan ilmu pengetahuan budaya
bertujuan untuk mengambarkan pemahaman tentang prinsip-prinsip dan konsep-konsep
dasar yang melandasi pandangan-pandangan teoritis tentang kebudayaan.
Kebudayaan tidak hanya terkait dengan yang berbentuk fisik dan norma, namun
juga dapat berkaitan dengan mentalitas. Mentalitas sendiri merupakan bagian dari sistem
nilai budaya, sistem nilai budaya memiliki fungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan
manusia, dapat dicontohkan seperti aturan-aturan khusus, hukum, dan norma-norma.
Mentalitas ini berkembang juga dipengaruhi adanya nilai budaya, sehingga mentalitas
yang baik juga dipengaruhi oleh nilai budaya yang baik pula. Mentalitas memiliki
hubungan dengan sikap pada masing-masing individu, jadi setiap individu hendaknya
melatih mentalitasnya masing-masing sehingga dapat bertahan dan dapat menjalani hidup
yang serba bersaing ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kebudayaan ?
2. Apa saja wujud teori kebudayaan ?
3. Apa itu kebudayaan mentalitek ?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian kebudayaan
2. Untuk mengetahui wujud teori kebudayaan
3. Untuk mengetahui kebudayaan mentalitek

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian budaya/kebudayaan
Budaya adalah cara kehidupan yang mencakup pengetahuan, sikap, pola perilaku,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat dan kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki dan
diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu sebagai bukti kejayaan hidup manusia
untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran hidup guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang bersifat tertib dan damai.
Istilah budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), yang artinya hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia. Dalam bahasa inggris budaya disebut dengan culture yang berasal dari
bahasa latin, yaitu colere yang berarti mengolah atau mengerjakan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, budaya adalah pikiran, akal budi, hasil, adat istiadat atau sesuatu yang
sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah (Gunawan, 2000).
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan dan karya seni. Budaya merupakan kumpulan pola-pola kehidupan yang
dipelajari oleh sekelompok manusia tertentu dari generasi-generasi sebelumnya dan akan
diteruskan kepada generasi yang akan datang.
Para ahli mendefinisikan kebudayaan dalam bahasa yang beragam. Mulai dari hasil
karya,rasa,dan cipta,hingga keseluruhan sistem gagasan manusia.Berikut pengertian
budaya menurut para ahli :
1. Edward Burnett Tylor (1832-19721)
Menurut Tylor, kebudayaan adalah sistem kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian , moral, hukum, adat istiadat, kemampuan,
serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.

2
2. Bronislaw Malinowski (1884-1942)
Malinowski mendefinisikan kebudayaan sebagai penyelesaian manusia
terhadap lingkungan hidupnya serta usaha untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya sesuai dengan tradisi yang terbaik. Dalam hal ini, Malinowski
menekankan bahwa hubungan manusia dengan alam semesta dapat
digeneralisasikan secara lintas budaya.
3. Clifford Geertz (1926-2006)
Antropolog ternama dunia Clifford Geertz mengatakan kebudayaan merupakan
sistem keteraturan dari makna dan simbol-simbol. Simbol tersebut kemudian
diterjemahkan dan diinterpretasikan agar dapat mengontrol perilaku, sumber-
sumber ekstrasomatik informasi, memantapkan individu, pengembangkan
pengetahuan, hingga cara bersikap.
4. Roger M. Keesing (1935-1993)
Roger mendefinisikan makna kebudayaan melalui dua pendekatan, adaptif dan
ideasional. Kebudayaan menurut pendekatan adaptif merupakan kontes pikiran dan
perilaku. Sedangkan, menurut pendekatan ideasional kebudayaan adalah semata-
mata sebagai konteks pikiran.
5. Koentjaraningrat (1923-1999)
Antropolog asal Indonesia ini mendefinisikan kebudayaan sebagai seluruh
sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan cara belajar.

B. Wujud Budaya
Menurut Koentjaraningrat (2000), budaya terdiri dari tiga wujud, yaitu sebagai berikut:
a. Gagasan
Gagasan merupakan wujud ideal kebudayaan yang berbentuk dari kumpulan ide-ide,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat
diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam
pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka
itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam
karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
b. Aktivitas / tindakan
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem

3
sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan
kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang
berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
dan dapat diamati dan didokumentasikan.
c. Artefak / karya
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud
kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan
yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh:
wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan
karya (artefak) manusia.

C. Unsur-unsur Budaya
Menurut Tasmuji dkk (2011), budaya terdiri dari beberapa unsur, yaitu sebagai berikut:
a. Sistem bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya
untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi,
studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Kemampuan
manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang
fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada
generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa
menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia
b. Siatem pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan
hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di
dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup
pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya.
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak
mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu
sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui
dengan teliti ciri ciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat
tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang
alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya.

4
c. Sistem sosial
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha
antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui
berbagai kelompok sosial. Tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh
adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam
lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang
paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat
yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatan-tingkatan
lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial dalam kehidupannya.
d. Sistem peralatan hidup dan teknologi
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan
selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para
antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi
yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai
peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan
demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup
dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.
e. Sistem mata pencaharian hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian
penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji
bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem
perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
f. Sistem religi
Asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan
mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural
yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan
berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan
kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. Dalam usaha untuk memecahkan
pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut,
para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah
sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada
zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.
5
g. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi
mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang
dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak
yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi
awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknik-
teknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi
awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama
dalam suatu masyarakat

D. Kebudayaan Mentalitas (mentalitek)


Mentalitas adalah istilah yang mencakup karakteristik dan kapasitas mental,
cara dan kapasitas berpikir, merasa dan bertindak, serta aktivitas mental yang sifatnya
batiniah. Menurut Koentjaraningrat (2015), mentalitas merupakan keseluruhan dari isi
serta kemampuan alam pikiran dan alam jiwa manusia dalam hal menanggapi
lingkungannya. Mentalitas menekankan pada sistem nilai budaya dan sikap mental
(attitude), yaitu istilah yang berfokus pada individu kemudian kebudayaan serta
masyarakat yang merupakan lingkungan dari individu.
Mentalitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi fisik, hereditas,
lingkungan, hasrat, hambatan, motif, naluri (instinct), dan pengalaman khusus. Melihat
faktor-faktor ini, dapat dikatakan bahwa lingkungan berpengaruh kuat dalam
membentuk mentalitas seseorang serta signifikan dalam membentuk mentalitas. Istilah
mentalitas merujuk pada karakteristik mental yang didasari oleh nilai (value), norma,
sikap, cara berpikir, sifat, pola pengolahan informasi dan pengambilan keputusan, serta
orientasi tindakan. Selain itu, mentalitas juga merujuk pada kemampuan untuk
mengembangkan diri sendiri, mengadopsi kemampuan belajar sendiri dari pengalaman
atau pengajaran, serta mampu untuk belajar sendiri.
Menurut Koentjaraningrat (2015), mentalitas yang perlu dimiliki oleh suatu
bangsa adalah mentalitas yang memperhatikan dan menilai tinggi orientasi ke masa
depan untuk dapat lebih teliti dalam memperhitungkan hidupnya di masa depan,
mengapresiasi hasrat eksplorasi untuk berinovasi, menilai tinggi orientasi ke arah
pencapaian (achievement) dari suatu karya, serta menilai tinggi mentalitas berusaha
6
atas kemampuan sendiri, percaya kepada diri sendiri, berdisiplin murni, serta berani
bertanggung jawab sendiri. Koentjaraningrat membagi mentalitas bangsa ke dalam dua
golongan besar, yaitu mentalitas orang desa dan orang kota. Orang desa pada umumnya
bekerja dalam sektor pertanian dan memiliki mentalitas yang khas, yang dapat
disebutkan sebagai mentalitas petani. Sementara itu, orang kota pada umumnya bekerja
sebagai buruh, pengusaha, atau pegawai. Dari semua pekerjaan tersebut, pegawai
mendominasi penduduk kota, atau bisa disebut sebagai mentalitas pegawai (atau priayi
di daerah Jawa). Dari kedua golongan ini, Koentjaraningrat kembali membedakan
keadaan mentalitas ke dalam dua hal, yaitu:
1. Berbagai konsepsi, pandangan, dan sikap mental terhadap lingkungan yang
telah lama tertanam dalam alam pikiran individu karena berdasar kepada
sistem nilai budaya sejak beberapa generasi yang lalu,
2. Berbagai konsepsi, pandangan, dan sikap mental terhadap lingkungan yang
baru timbul sejak zaman revolusi, dan tidak bersumber pada sistem nilai
budaya.
Keadaan mentalitas dua golongan masyarakat dari poin yang pertama dapat dilihat
dengan menggunakan kerangka Kluckhohn mengenai lima masalah dasar dalam hidup
yang menentukan orientasi nilai budaya manusia, yaitu kerangka MH-MK-MW-MA-
MM.
Mentalitas di Negara Indonesia, kurang dapat berkembang karena ada beberapa hal
yang mempengaruhi antara lain, sifat mentalitas yang meremehkan mutu, selanjutnya
sifat mentalitas yang suka menerabas, hal terpenting kelemahannya terfokus pada sifat
tak percaya diri sendiri. Untuk yang pertama adalah mentalitas yang meremehkan mutu,
maksudnya adalah apabila sudah dapat menghasilkan barang atau jasa orang Indonesia
mutu bukan nomor pertama, tetapi dapat nomor dua bahkan tiga. Selanjutnya berkaitan
mentalitas orang Indonesia yang suka menerabas, mentalitas yang seperti ini tidak
mempertimbangkan dampak negatifnya dari suatu perbuatan, mentalitas seperti ini juga
dapat disebut sebagai mentalitas yang menyukai atau mencari jalan paling gampang.

Kebudayaan juga berkaitan dengan dengan proses pembangunan mentalitas,


ternyata mentalitas juga berkaitan erat dengan proses pembangunan di Negara ini.
Dengan mentalitas tersebut dapat membuat Negara akan berkembang dengan baik,
karena mentalitas yang baik yang ditanamkan sejak dini, namun mentalitas tersebut
masih ada kendala yaitu mentalitas orang Indonesia yang masih percaya dengan
7
namanya nasib. Nasib tersebut berupa, menerima segala sesuatunya dengan pasrah dan
semua kembali kepada Tuhan, namun nasib tersebut menjadi salah satu juga kendala
dalam mentalitas pembangunan, karena dengan pasrah kepada nasib maka
pembangunan di Negara kita tidak dapat berkembang, karena nasib dapat diubah yang
diawali dari kemauan dari dalam diri kita sendiri.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), yang artinya hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia. Dalam bahasa inggris budaya disebut dengan culture yang
berasal dari bahasa latin, yaitu colere yang berarti mengolah atau mengerjakan. Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Gagasan merupakan wujud ideal
kebudayaan yang berbentuk dari kumpulan ide-ide, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-
hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Dalam kenyataan kehidupan
bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud
kebudayaan yang lain.
Mentalitas adalah istilah yang mencakup karakteristik dan kapasitas mental,
cara dan kapasitas berpikir, merasa dan bertindak, serta aktivitas mental yang sifatnya
batiniah. Mentalitas menekankan pada sistem nilai budaya dan sikap mental (attitude),
yaitu istilah yang berfokus pada individu kemudian kebudayaan serta masyarakat yang
merupakan lingkungan dari individu.

9
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Ary H. 2000. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai
Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Keesing, Roger M. 1989. Antropologi Budaya, Suatu Prespektif Kontemporer. Jakarta:


Erlangga.

Soerjono, Soekanto. 2009. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Dewantara, Ki Hajar. 1994. Kebudayaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.

Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Masinambow, E. K. M. (2010). Teori Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Budaya. In T.


Christomy & U. Yuwono (Eds.), Semiotika Budaya (2nd ed.). Depok: Pusat Penelitian
Kemasyarakatan dan Budaya FIB Universitas Indonesia

Koentjaraningrat. 2015. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama.
LeVine, R.A. 1973 Culture, Behaviour, and Personality. Chicago: Aldine.
Keesing, R.M., Keesing, F.M. 1971 New Perspectives in Cultural Anthropology. New York:
Holt, Rinehart & Winston.

10

Anda mungkin juga menyukai