Anda di halaman 1dari 25

PENGANTAR IPS

KONSEP KEBUDAYAAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK II:


Nadya Putri Helni (2205111239)
Amelia Maulina Putri (2205111243)
Siti Nurlela (2205124813)

DOSEN PENGAMPU:
Hardisem Syabrus, S.Pd., MM

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS RIAU
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah
SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Konsep
Kebudayaan” Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar IPS yang diberikan oleh dosen
kepada penulis.

Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatakan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Terlepas dari semua itu penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. oleh karana itu dengan senang
hati penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah “Konsep Kebudayaan” ini dapat
memberi manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Pekanbaru, 1 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Kebudayaan...................................................................................3
B. Wujud-Wujud Kebudayaan..............................................................................4
C. Manusia dan Kebudayaan..............................................................................15
BAB III PENUTUP..............................................................................................18
A. Kesimpulan....................................................................................................18
B. Saran..............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat kaitannya
satu sama lain. Budaya, satu kata yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah
negara terlebih untuk Indonesia yang dikenal sebagai negara multikultural.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat karena semua aspek dalam kehidupan
Masyarakat dapat dikatakan sebagai wujud dari kebudayaan, misalnya
gagasan atau pikiran manusia, aktivitas manusia, atau karya yang dihasilkan
manusia.

Budaya juga merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga
dengan baik oleh para penerus bangsa. Budaya lokal Indonesia beranekaragam
sesuai dengan potensi yang dimiliki Indonesia sebagai negara majemuk yang
terdiri dari banyak pulau, suku, dan sumber daya lainnya. Dalam artikelnya,
Parsudi Suparlan mengatakan bahwa potensi Indonesia sebagai negara
multikultural, telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa
Indonesia dalam mendefinisikan apa yang disebut kebudayaan bangsa, seperti
yang terdapat pada penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi:
“Kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di
daerah”. Hal ini menjadi satu kebanggaan sekaligus suatu tantangan bagi
seluruh rakyat Indonesia untuk dapat mempertahankan budaya lokal yang ada
di tengah banyaknya pengaruh budaya asing yang dapat merusak budaya
lokal. Tugas ini tentunya dikhususkan bagi generasi penerus bangsa yang
mulai mengabaikan pentingnya peranan budaya lokal untuk memperkokoh
ketahanan budaya bangsa. Padahal ketahanan budaya bangsa merupakan salah
satu identitas negara di mata Internasional.

1
2

Konsep kebudayaan yang dikemukakan oleh Geertz memang sebuah


konsep yang dianggap baru pada masanya. Seperti dalam bukunya
Interpretation of Culture, ia mencoba mendefinisikan kebudayaan yang
beranjak dari konsep yang diajukan oleh Kluckholn sebelumnya, yang
menurutnya agak terbatas dan tidak mempunyai standard yang baku dalam
penentuannya. Berbeda dengan Kluckholn, ia menawarkan konsep
kebudayaan yang sifatnya interpretatif, sebuah konsep semiotik, dimana ia
melihat kebudayaan sebagai suatu teks yang perlu diinterpretasikan maknanya
daripada sebagai suatu pola perilaku yang sifatnya kongkrit (Geertz; 1992, 5).
Dalam usahanya untuk memahami kebudayaan, ia melihat kebudayaan
sebagai teks sehingga perlu dilakukan penafsiran untuk menangkap makna
yang terkandung dalam kebudayaan tersebut. Kebudayaan dilihatnya sebagai
jaringan makna simbol yang dalam penafsirannya perlu dilakukan suatu
pendeskripsian yang sifatnya mendalam (thick description).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kebudayaan?

2. Apa saja wujud-wujud kebudayaan?

3. Bagaimana interaksi antara manusia dan kebudayaan?

C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang kebudayaan

2. Mendeskripsikan mengenai wujud-wujud kebudayaan

3. Menjabarkan tentang interaksi antara manusia dan kebudayaan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebudayaan
Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna dan memiliki
akal. Manusia dengan akal mewujudkan gagasan-gagasan, praktek- praktek,
dan benda-benda dalam kaitannya dengan kehidupan untuk pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Melalui akal manusia menciptakan kebudayaan. Budaya
merupakan bentuk jamak dari kata “budi” dan “daya" yang berarti cipta, karsa,
dan rasa. Kata “budaya” sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta, budhayah,
yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa
inggris, kata budaya berasal dari kata culture. Dalam bahasa Belanda
diistilahkan dengan kata cultuur. Dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera.
Colera berarti mengolah dan mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan tanah atau bertani. Berikut pengertian kebudayaan menurut
beberapa ahli:

1. E.B. Tylor (1832-1917)

Tylor menjelaskan budaya adalah suatu keseluruhan kompleks


yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang
didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

2. Bronislaw Malinowski (1884-1942)

Bronislaw Malinowski mendefinisikan kebudayaan sebagai


penyelesaian manusia terhadap lingkungan hidupnya serta usaha untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya sesuai dengan tradisi yang
terbaik. Dalam hal ini, Malinowski menekankan bahwa hubungan manusia
dengan alam semesta dapat digeneralisasikan secara lintas budaya.

Bronislaw Malinowski menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan


sebagai berikut:

3
4

a. Sistim norma yang memungkinkan kerja sama antara anggota


masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya

b. Organisasi ekonomi

c. Alat-alat atau lembaga dan petugas pendidikan, termasuk keluarga

d. Organisasi kekuatan

Malinowski menyebutkan bahwa kebudayaan pada prinsipnya


berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan manusia. Tiap tingkat
kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas. Misalnya, guna
memenuhi kebutuhan manusia akan keselamatannya, maka timbul
kebudayaan yang berupa perlindungan, yakni seperangkat budaya dalam
bentuk tertentu, seperti lembaga kemasyarakatan.

B. Wujud-Wujud Kebudayaan
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan nilai,
norma-norma, peraturan, dan sebagainya. Ini biasa disebut wujud ideal dari
kebudayaan. Sifatnya abstrak dan lokasinya berada pada alam pikiran yang
bersangkutan hidup. Kalau warga masyarakat tadi mengatakan gagasan
mereka dalam tulisan, maka lokasi kebudayaan ideal sering berada dalam
karangan dan buku- buku hasil karya para penulis warga masyarakat yang
bersangkutan. Kebudayaan ideal disebut juga adat tata kelakuan, atau secara
singkat adat dalam arti khusus, atau adat-istiadat dalam bentuk jamaknya.
Disebut tata kelakuan bermaksud menunjukkan bahwa kebudayaan ideal itu
biasanya juga berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur mengendali, dan
memberi arah kepada kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat.

Wujud kebudayaan yang sering disebut sistem sosial mengenai


kelakuanberpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan serta
bergaul satu dengan lain dari detik ke detik, dari hari ke hari dan dari tahun ke
tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
5

Sebagai rangkaian aktivitas-aktivitas manusia dalam suatu masyarakat, maka


sistem sosial bersifat konkrit dan terjadi di sekeliling kita sehari-hari.

Wujud kebudayaan fisik, yaitu berupa seluruh total dari hasil pisik dan
aktivitas, perbuatan dan hanya semua manusia dalam masyarakat. Oleh karena
itu sifatnya paling konkrit. Ketiga wujud kebudayaan tersebut dalam
kenyataan kehidupan masyarakat tidak terpisah satu dengan lainnya.
Kebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan memberi arah pada
perbuatan dan karya manusia. Baik pikiran-pikiran dan ide-ide, maupun
perbuatan dan karya manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan
pisiknya. Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup
tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya, sehingga mempengaruhi pula pola-pola perbuatannya, bahkan
juga mempengaruhi cara berpikirnya (Koentjaraningrat, 2009).

Wujud kebudayaan itu adalah sebagai suatu rangkaian tindakan dan


aktivitas manusia yang berpola. Demikian pula J.J. Hogmann dalam bukunya
The World of Man (1959) membagi budaya dalam tiga wujud, yaitu: ideas,
activities, and artifact(Sarinah, 2019). Sejalan dengan pikiran para ahli
tersebut, Koentjaraningrat (2011: 187), mengemukakan bahwa kebudayaan itu
dibagi atau digolongkan dalam tiga wujud yaitu:

1. Wujud Kebudayaan Sebagai Sistem Ide

Wujud tersebut menunjukkan wujud ide dari kebudayaan, sifatnya


abstrak, tak dapat diraba, dipegang, ataupun difoto, dan tempatnya ada di
alam pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan yang bersangkutan itu
hidup. Kebudayaan ideal ini disebut pula tata kelakuan, hal ini
menunjukkan bahwa budaya idealmempunyai fungsi mengatur,
mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan
perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan
ideal ini dapat disebut adat atau adat istiadat, yang sekarang banyak
disimpan dalam arsip, tape recorder, komputer. Kesimpulannya, budaya
6

ideal ini adalah merupakan perwujudan dan kebudayaan yang bersifat


abstrak.

2. Wujud Kebudayaan Sebagai Sistem Aktivitas

Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut


tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa
diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem sosial ini
terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan
serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Lebih jelasnya
tampak dalam bentuk perilaku dan bahasa pada saat mereka berinteraksi
dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat. Kesimpulannya, sistem
sosial ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat konkret, dalam
bentuk perilaku dan bahasa.

3. Wujud Kebudayaan Sebagai Sistem Artefak

Wujud kebudayaan sebagai sistem artefak adalah wujud


kebudayaan yang paling konkret, bisa dilihat, dan diraba secara langsung
oleh pancaindra. Wujud kebudayaan ini adalah berupa kebudayaan fisik
yang merupakan hasil-hasil kebudayaan manusia berupa tataran sistem ide
atau pemikiran ataupun aktivitas manusia yang berpola. Contohnya: candi
Borobudur (besar), baju, dan jarum jahit (kecil), teknik bangunan
Misalnya cara pembuatan tembok dengan pondasi rumah yang berbeda
bergantung pada kondisi. Kesimpulannya, kebudayaan fisik ini merupakan
perwujudan kebudayaan yang bersifat konkret, dalam bentuk materi/
artefak

Selanjutnya wujud Kebudayaan masih dapat dikelompokkan ke dalam dua


bentuk yang lebih kecil. Pertama wujud kebudayaan dalam bentuk proses
langsung dan kedua wujud. Berasal dari istilah didalam buku antropologi
(1988-1994) ciptaan Koentjaraningrat yang menyebutkan bahwa kebudayaan
itu dapat ditinjau dari tiga wujud yaitu:

1. Sistem Budaya (Ideas)


7

Sistem budaya atau cultural system merupakan ide-ide dan gagasan


manusia yang hidup bersama dalam suatu masyarakat. Gagasan tersebut
selalu berkaitan dan menjadi suatu sistem. Dengan demikian sistem
budaya adalah bagian dari kebudayaan yang diartikan pula adat-istiadat
Adat-istiadat mencakup sistem nilai budaya, sistem norma, norma-norma
menurut pranata-pranata yang ada di dalam masyarakat yang
bersangkutan, termasuk norma agama.

Fungsi sistem budaya adalah menata dan memantapkan tindakan-


tindakan serta tingkah laku manusia. Dalam hal ini proses belajar sistem
budaya dilakukan melalui system pembudayaan. Dalam proses ini, seorang
individu mempelajari dan menyesuaikan pikiran serta sikapnya dengan
adat-adat sistem norma dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
Proses ini dimulai sejak kecil, dimulai dari lingkungan keluarganya,
kemudian dengan lingkungan di luar rumah, mula-mula dengan meniru
berbagai macam tindakan. Setelah perasaan dan nilai budaya yang
memberikan motivasi dari tindakan tadi ada dalam kepribadiannya, maka
tindakannya itu menjadi suatu pola yang mantap, dan norma yang
mengatur tindakannya. Tetapi ada juga individu yang dalam proses
pembudayaan tersebut yang mengatami deviants, artinya Individu yang
tidak dapat menyesuaikan dirinnya dengan sistem budaya di lingkungan
sosial sekitarnya.

Sistem budaya memiliki tingkatan-tingkatan sebagai berikut:

a. Nilai-Nilai

Nilai-nilai adalah ukuran tentang baik dan buruk dalam satu hal.
Banyak sekali hal-hal yang paling bernilai dalan budaya, semua nilai-
nilai itu membentuk jaringan yang tak dapat dipisahkan dalam sebuah
sistem yaitu sistem budaya. Dalam masyarakat kita mengenal nilai-
nilai agama, nilai-nilai kesehatan, nilai-nilai sosial, nilai-nilai pancasila
dan sebagainya. Nilai-nilai itu dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu,
8

perbedaan ruang dan waktu. Perbedaan ruang misalnya menimbulkan


adanya budaya barat dan budaya timur, yang mempunyai nilai-nilai
yang berbeda bahkan bertentangan. Perbedaan waktu juga
menimbulkan perbedaan nilai-nilai yang di anut oleh masyarakat.

b. Norma-Norma

Norma-norma yang diartikan sebagai fakta yang lebih konkrit dari


nilai-nilai. Norma-norma yang ada da lam masyarakat, lebih-lebih lagi
dalam masyarakat tradisional yang hidup di daerah perdesaan harus
harus ditegakkan supaya keamanan dan ketentramant berjalan dengan
baik, dan terpelihara keseimbangan alamnya. Apabila norma-norma
dilanggar maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam masyarakat dan
hal itu akan dapat menimbulkan bencana karena kutukan ron-roh
nenek moyang atau dewa-dewa.

c. Hukum

Hukum baik yang tertulis (undang-undang) maupun yang tidak


tertulis (adat dan hukum adat). hukum lebih konkrit dari norma-norna,
karena konsep sisten hukum sudah dapat ditaati semua komponen-
komponennya.

2. Sistem Sosial (Social System/ Activites)

Sistem sosial adalah semua unsur sosial yang saling berhubungan


antara satu sama lain dan dimana keterkaitan tersebut saling
mempengaruhi. Sistem sosial terdiri dari kegiatan-kegiatan manusia yang
berinteraksi antara satu dengan yang lain dari waktu ke waktu terus
menerus, selalu mengikuti pola-pola tertentu yang selalu berulang-ulang
berdasarkan adat perilaku. Banyak sekali kegiatan manusia dalam
berinteraksi sesamanya setiap hari didasarkan pada pola-pola tindakan
yang sama. Kegiatan manusia di sektor pendidikan misalnya dalam proses
belajar mengajar (PEM), terlihat interaksi antara yang mengajar (dosen,
guru) dan yang diajar (murid, nahasiswa). Kegiatan lainnya pada akhir
9

sementer adalah ujian semester. Mahasiava nengikuti ujian, sementara


dosen mengawasi pelaksanaan ujian. Kalau kedapatan ada nahasiswa yang
curang mengikuti ujian, menurut peraturan yang berlaku maka ujiannya
dibatalkan. Semua aktifitas tersebut selalu menurut pola-pola tindakan
tertentu yang terjadi berulang-ulang dan teratur.

Ciri Sistem Sosial adalah terbuka atau menerima unsur-unsur yang


datang dari luar. Hal ini menjadikan terjadinya jalinan unsur-unsur dan
pertukaran sistem sosial yang berasal dari luar (eksternal). Rowland B.F.
Pasaribu (2019: 94) Mengatakan bahwa suatu sistem sosial akan dapat
berfungsi apabila empat persyaratan dibawah ini terpenuhi. Dan
masyarakat harus dapat membedakan unsur positif atau negative yang
masuk kedalam masyarakat. Sistem sosial juga memiliki fungsi sebagai
berikut:

a. Fungsi Adaptasi, yaitu mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan


yang ada guna mencapai keseimbangan sistem.

b. Fungsi Pencapaian Tujuan. Harus mempunyai tujuan bersama antar


individu maupun kelompok dalam sistem sosial.

c. Fungsi Mempertahankan dan Memelihara Pola Keteraturan


Masyarakat, yaitu selalu mengontrol tindakan individu. Nilai dan
norma sosial yang berlaku di masyarakat dapat memperkuat rasa
solidaritas sosial.

3. Benda-Benda Sebagai Hasil Karya Manusia (Artefacts)


Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa
benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud
kebudayaan. Wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari
wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal
10

mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya


(artefak) manusia.
Oleh sebab itu benda-benda kebudayaan itu ada yang kuno, seperti
bangunan-bangunan candi, kuil, piramida, coloseum, arca, keramic,
senjata, dan lain-lain. Di samping itu ada pula benda-benda budaya
modern hasil teknologi maju peperti televisi, radio,komputer, robot,
pesawat ruang angkasa dan lain-lain. Semua benda-benda sebagai hasil
karya manusia mempunyai sifat paling konkrit, karena dapat dipergunakan
dan di nikmati oleh manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
manusia.

Menurut D. Oneil (2006), wujud kebudayaan dibedakan menjadi


tiga(Efendi, 2009), yaitu:

1. Gagasan atau Wujud Ideal

Merupakan kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide ide. gagasan


gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dan sebagainya
yang bersifat abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan
ini terletak dalam kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika
masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka dalam bentuk tulisan,
maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku
buku hasil karya para penulis tersebut.

2. Aktivitas atau Tindakan

Merupakan wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari


manusia dalam masyarakat itu, Wujud ini sering pula disebut dengan
sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri atas aktivitas aktivitas manusia yang
saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia
lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari hari, serta dapat diamati
dan didokumentasikan.

3. Artefak atau Karya


11

Merupakan wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari


aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa
benda-benda atau hal hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud
kebudayaan.

Berdasarkan penggolongan wujud budaya diatas, maka wujud kebudayaan


dapat dirangkum atau dikelompokkan menjadi dua yaitu(Sriyana, 2020):

1. Wujud Kebudayaan yang Bersifat Abstrak

Wujud budaya yang bersifat abstrak terdapat dalam alam pikiran


manusia sehingga tidak dapat dilihat, difoto, maupun diraba. Misalnya
berupa ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan
cita-cita. Kebudayaan yang bersifat abstrak adalah wujud ideal atau
sesuatu yang menjadi cita-cita atau keinginan serta harapan bagi manusia.
Namun pada zaman modern seperti saat ini, wujud budaya abstrak ini
dapat disimpan dalam bentuk karangan-karangan, karya-karya ilmiah,
buku, file disket atau hard disk, compact disk, film, kaset, dan berbagai
media rekam lainnya.

2. Wujud Kebudayaan yang Bersifat Konkret

Wujud kebudayaan yang bersifat konkret berpola pada tindakan atau


aktivitas manusia dalam masyarakat yang dapat dilihat, difoto, diraba, dan
dapat disimpan. Koentjaraningrat membagi wujud kebudayaan yang
bersifat konkret menjadi tiga, yaitu:

a. Perilaku

Perilaku adalah cara bertindak atau bertingkah laku tertentu dalam


situasi tertentu. Setiap manusia harus mengikuti pola-pola perilaku
tertentu yang ada dalam masyarakatnya. Menurut Ralp Linton, dalam
mengatur pola hubungan antarmanusia terdapat petunjuk-petunjuk
dalam hidup sebagai bagian budaya (designs for living), misalnya:
12

1) Sesuatu yang baik dan buruk, apa yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan, apa yang sesuai dan tidak sesuai dengan keinginan
(Valuational elements).

2) Bagaimana orang harus berlaku (Prescriptive elements).

3) Perlukah diadakan upacara adat pada saat pertunangan, perkawinan,


kelahiran, kematian, dan seterusnya (Cognitive elements)

b. Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi antar manusia adalah masyarakat
untuk menyampaikan isi hati kepada pihak lain dengan cara lisan,
isyarat, maupun tulisan. bahasa merupakan sebuah sistem simbol atau
lambang-lambang yang dapat dibunyikan dengan suara dan ditangkap
oleh telinga (auditory). Bahasa sangat bermanfaat bagi manusia.
Dengan bahasa orang bisa mengetahui gambaran tentang situasi yang
tidak mereka alami secara langsung. Misalnya, adanya bencana gempa
umi dan tsunami di Aceh, tanpa kita melihat langsung kita dapat
membayangkan melalui berita-berita yang disiarkan melalui berbagai
media cetak dan elektronik secara jelas. Bahasa dapat meningkatkan
ilmu pengetahuan, sebagai alat pemersatu bangsa, sebagai perwujudan
seni, dan sebagainya.
c. Materi
Materi adalah benda konkret yang merupakan hasil karya manusia
dalam masyarakat. Contohnya adalah candi, alat alat pertanian,
peralatan rumah tangga, mobil, rumah, televisi, dan lain-lain.

Sosiolog Ogburn dan Nimkoff dalam (Urriola, 1989; Assael, 1992;


Mowen, 1993, dan Gebner & Macionis, 2011) memberikan kepada kita cara
terbaik untuk memandang kebudayaan dalam dua wujud, yaitu kebudayaan
material dan kebudayaan non-material.

1. Kebudayaan Material
13

Kebudayaan terdiri dari benda-benda konkret yang nyata seperti


peralatan, furniture, mobil, buku, bangunan, bendungan sebagai benda
nyata buatan manusia. Ada pula benda-benda material yang secara teknis
berkaitan dengan cara bagaimana sesuatu itu seharusnya dibuat atau
digunakan untuk menghasilkan sesuatu, misalnya mesin cetak, telepon,
traktor, televisi dll (catatan: kategori material yang digunakan untuk
membuat material lain dapat disebut sebagai bagian dari peradaban).
Kebudayaan mengacu pada benda-benda fisik, sumber daya, dan ruang
yang digunakan orang untuk mendefinisikan budaya mereka.

Ini termasuk rumah, lingkungan, kota, sekolah, gereja, sinagoga,


kuil, masjid, kantor, pabrik dan tanaman, alat-alat, alat-alat produksi,
barang dan produk, toko, dan sebagainya. Pokoknya semua aspek-aspek
fisik yang membantu dan menentukan perilaku dan persepsi anggotanya.
Sebagai contoh, teknologi komputer merupakan aspek penting dari budaya
material yang kini dikenal luas oleh masyarakat. 3. Kebudayaan material
merupakan bukti fisik tentang keberadaan identitas, karakteristik dari
suatu kelompok atau komunitas suatu masyarakat tertentu. Kebanyakan
karya arsitektur seperti bangunan bersejarah-yang masih dapat kita amati
sekarang-merupakan bagian dari kebudayaan material suatu suku bangsa
tertentu, termasuk item material yang paling sederhana seperti buku,
perhiasan, sikat gigi, atau balon sekalipun.

Kebudayaan material sering dihubungkan dengan konsep “pening-


galan" dari suatu suku bangsa (studi arkeologi) yang mempelajari semua
bentuk kebudayaan material yang tampil sebagai bukti ke- budayaan masa
lalu dari komunitas tertentu. Kini, studi tentang ke- budayaan material
tidak hanya menjadi monopoli arkeologi tetapi telah meluas menjadi studi
antardisiplin yang fokus pada hubung- an antara manusia dengan benda
apa saja yang berkaitan dengan mereka. Beberapa studi yang berkaitan
dengan kebudayaan mate- rial adalah sejarah, sejarah arsitektur, arkeologi,
antropologi, cerita rakyat, sampai studi tentang museum.
14

Istilah kebudayaanmaterialsering digunakan oleh para arkeolog


untuk menjelaskan artefak atau benda-benda nyata lain yang ditinggalkan
oleh budaya masa lalu. Studi budaya material sebenarnya merupakan salah
satu studi yang focus pada artefak di mana artefak diasumsikan selalu
tunduk pada para pembuatnya, dengan kata lain keberadaan artefak
tersebut tidak dapat dipisahkan dari konteksnya.

2. Kebudayaan Non-Material

Kebudayaan non-material terdiri dari benda-benda abstrak yang


tidak berwujud, misalnya adat istiadat, tradisi, kebiasaan, perilaku, sikap,
kepercayaan, bahasa, sastra, seni, hukum, agama dll. Semua bentuk non
material tersebut bersifat internal karena mencerminkan sifat bathin
manusia dari kelompok atau komunitas tertentu. 2. Kebudayaan non-
material mengacu pada ide-ide nonfisik yang dimiliki oleh sekelompok
orang, misalnya tentang keyakinan, nilai- nilai, aturan, norma, moral,
bahasa, organisasi, dan pranata sosial.

Contoh, agama dikenal sebagai seperangkat ide dan keyakinan


tentang Tuhan, ibadah, moral, dan etika; dengan keyakinan inilah maka
para anggota suatu kelompok dapat menentukan bagaimana cara mereka
merespon sebuah topik atau peristiwa yang bersifat religius. Para sosiolog
lebih cenderung memahami budaya non- material sebagai proses
penggunaan budaya untuk membentuk pikiran, perasaan, dan perilaku dari
para anggotanya yang dinyatakan melalui simbol, bahasa, nilai-nilai, dan
norma-norma (Goodenough, 1971).

Memang agak sulit memahami hakikat kebudayaan material dan


non material itu, namun Edward T. Hall (1976) menyatukannya dalam
"Iceberg theory of Culture" atau teori gunung es tentang kebudayaan. Kata
Hall, kebudayaan itu ibarat gunung es, bagian dari gunung es yang
nampak di atas permukaan air mewakili aspek-aspek kebudayaan seperti
15

perilaku, kebiasaan makan dan minum, pakaian dan rumah, bahasa dan
artefak seni dll. Itulah kebudayaan material.

Sebaliknya, kita tidak bisa melihat aspek-aspek yang ada di bawah


permukaan es seperti keyakinan, nilai-nilai, adat, pengalaman dan asumsi,
aspek-aspek yang tersembunyi tersebut mempunyai potensi yang member
dukungan terhadap aspek-aspek yang kelihatan. Inilah
kebudayaan non material.

Dalam Islam kebudayaan atau peradaban sebagai hasil cipta, rasa, dan
karsa manusia mempunyai wujud. Menurut pendapat yang umum,
Widyosiswoyo mengemukakan bahwa wujud kebudayaan ada dua(Pulungan
& Tuwah, 2019), yaitu:

1. Wujud kebudayaan badaniah (berwujud material) yang dapat dilihat,


diraba, dipegang, dan dirasa karena bersifat konkret (berbentuk).

2. Wujud kebudayaan rohaniah (nonmaterial) yang hanya dapat dirasa karena


bersifat abstrak (tidak berbentuk) sehingga sulit dipahami.

C. Manusia dan Kebudayaan


Terwujudnya suatu kebudayaan adalah sebagai hasil interaksi antara
manusia dengan segala isi alam raya ini. Manusia yang telah dianugerahi
Allah SWT dengan akal dan pikirannya menjadikan dirinya sebagai kholifah
di muka bumi dan diberikan kemampuan yang disebutkan oleh Supartono
(dalam Rafael Raga Maran, 1999; 36) sebagai daya manusia. Manusia
memiliki kemampuan daya berupa akal, inteligensia, dan intuisi; perasaan dan
emosi; kemauan; fantasi; dan perilaku.

Dengan sumber-sumber kemampuan daya manusia tersebut, maka


nyatalah bahwa manusia menciptakan kebudayaan. Kebudayaan adalah
produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan.
Kebudayaan ada karena manusia menciptakannya dan manusia dapat hidup di
16

tengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup


manakala ada manusia sebagai pendukungnya.

Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia.


Bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggotanya
seperti kekuatan alam maupun kekuatan lain yang tidak selalu baiknya.
Kecuali itu, manusia memerlukan kepuasan baik di bidang spiritual maupun
materiel. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dipenuhi oleh kebudayaan yang
bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya manusia menimbulkan
teknologi yang memiliki kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap
lingkungan alamnya, sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai berikut:

1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya.

2. Wadah guna menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan


lain yang dimiliki.

3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia.

4. Pembeda antara manusia dan hewan.

5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan


berperilaku di dalam pergaulan.

6. Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimana bertindak, berbuat,


menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.

7. Sebagai modal dasar pembangunan.

Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia


dapat mengembangkan kebudayaan. Begitupula manusia hidup dan tergantung
pada kebudayaan sebagai hasil ciptaannya. Kebudayaan juga memberikan
aturan bagi manusia dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil
ciptaannya. Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan
masyarakat, berbagai macam kekuatan harus dihadapi manusia dan
17

masyarakat seperti kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu, manusia dan
Masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spiritual maupun materiel.

Kebudayaan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan


yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya Masyarakat
melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan
utama dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan di dalamnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta,
karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa
Sanskertabudhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi dan
akal. Dalam bahasa inggris, kata budaya berasal dari kata cultuur, dan dalam
bahasa Latin, budaya berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah,
mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani). Dengan
demikian kebudayaan dapat diartikan: “hal-hal yang bersangkutan dengan
akal”. Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan
aspek kehidupan manusia baik secara material maupun non-material

Kemudian, adanya wujud kebudayaan yaitu, wujud pertama adalah wujud


ideal dari kebudayaan. Wujud kedua adalah sistem sosial atau social system,
mengenai pola dari tindakan manusia itu sendiri. Wujud ketiga disebut
kebudayaan fisik, dan tak memerlukanbanyak penjelasan. Karena berupa
seluruh total hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia
dalam masyarakat, maka sifatnya paling konkret, dan berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto.

Kebudayaan sendiri memiliki unsur, tiap-tiap unsur kebudayaan universal


dapat menjelma dalam tiga wujud kebudayaan yaitu wujud yang berupa sistem
budaya, yang berupa sistem sosial, dan yang berupa unsur-unsur kebudayaan
fisik. Tiap unsur dapat diperinci kedalam unsur-unsur yang lebih kecil sampai
beberapa kali. Dengan mengikuti metode pemerincian dari seorang ahli
antropologi bernama R. Linton, maka pemerinci itu akan dilakukan sampai
empat kali, dan dari ketujuh unsur tadi masing-masing harus juga dilakukan
dengan ketiga wujud itu.

18
19

B. Saran
Kita sebagai manusia yang berbudaya harus dapat berpritaku sesuai norma
atau aturan yang menjadi kebudayaan yang telah diwariskan oleh nenek
moyang kita. Kita juga wajib menghormati kebudayaan dengan selalu
menjaga dan memelihara kebudayaan tersebut. Sebagai mama yang tidak
ingin tertinggal oleh zaman tentu kita selalu mengikuti kemajuan teknologi
namun kita sebagai masia yang mempunyai budaya jun harus mampu
menyaring setiap dampak positif dan negative dari masiaknya kebudayaan
asing sehingga kita bisa menjaga kebudayaan asli kita.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, 1997, Ilmu Sosial Dasar, Ed.Baru, Jakarta: Rineka Cipta
Harsojo, 1999, Pengantar Antropologi, Bandung: Putra A.bardin
Ihromi, T.O, 1994, Pokok-pokok Antropologi Budaya, Jakarta: Yayasan Obor.
Keesing, Roger, M. 1992, Antropologi Budaya suatu perspektif Kontemporer, jilid
2, Terj.
Koentjaraningrat. 2000.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Saebani, Beni Ahmad. 2012. Pengantar Antropologi. Bandung: PT CV
PUSTAKA SETIA.
Setiadi, M.Elly.2010.Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.
Sutardi, Tedi. 2007. Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya. Bandung: PT
Grafindo Media Pratama.
Syam, Nur. 2011.Madzab-madzab Antropologi. PT. LKiS, Yogyakarta.
Ali. (2020). Kebudayaan Universal dan Proses Pembentukannya | Sosiologi Kelas
8. Ruang Guru. https://www.ruangguru.com/blog/kebudayaan-universal-dan-
proses-pembentukannya-sosiologi-kelas-8

Efendi, F. dan M. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik


dalam Keperawatan - Google Books. Penerbit Salemba Medika.
https://www.google.co.id/books/edition/Keperawatan_Kesehatan_Komunitas
_Teori_da/LKpz4vwQyT8C?
hl=id&gbpv=1&dq=wujud+kebudayaan&pg=PT28&printsec=frontcover

Elly. (2008). Manusia dan Kebudayaan.

Kebudayaan, D. P. (2021). Arti kata manusia - Kamus Besar Bahasa Indonesia


(KBBI) Online. Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia.
https://kbbi.web.id/manusia

Kistanto, N. H. (2017). Tentang Konsep Kebudayaan. Sabda : Jurnal Kajian


Kebudayaan, 10(2), 1–11. https://doi.org/10.14710/sabda.v10i2.13248

20
21

Kristina. (2021). 5 Pengertian Kebudayaan Menurut Para Ahli. DetikEdu.


https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5725690/5-pengertian-kebudayaan-
menurut-para-ahli

Pulungan, J. S., & Tuwah, M. (2019). Sejarah peradaban Islam di Indonesia.

Rangkuti, A. (2011). Perspektif Hukum Islam Terhadap Kebiasaan Masyarakat


Kecamatan Lingga Bayu Kabupaten Madina Membuka Aurat Di Pemandian
Umum. 13–46.

Sari, Y. N. P. (2021). UNSUR DASAR MENJADI MANUSIA.

Sarinah. (2019). Ilmu Sosisal Budaya Dasar (Di Perguruan Tinggi) - Google
Books. Penerbit Deepublish.
https://www.google.co.id/books/edition/Ilmu_Sosisal_Budaya_Dasar_Di_Per
guruan_T/rHmfDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=buku+pengertian+kebudayaan&printsec=frontcover

Sastrawacana. (2020). Hubungan Manusia dan Kebudayaan Beserta Contohnya.


Sastrawacana.Id. https://www.sastrawacana.id/2020/07/hubungan-manusia-
dan-kebudayaan-beserta.html

Siti Amelia, Y. (2021). Pengaruh Budaya pada Perilaku Manusia -


Kompasiana.com. Kompasiana.
https://www.kompasiana.com/yassa05762/60bcf8efd541df3c794a2262/penga
ruh-budaya-pada-perilaku-manusia

Sriyana. (2020). PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA - Google Books. Literasi


Nusantara.
https://www.google.co.id/books/edition/PERUBAHAN_SOSIAL_BUDAYA/
VecSEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=wujud+kebudayaan&pg=PA28&printsec=frontcover

Sutardi, T. (2007). Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya - Google


Books. PT Setia Purna Inves.
https://www.google.co.id/books/edition/Antropologi_Mengungkap_Kerag
22

aman_Budaya/OrEMsPV8yQkC?
hl=id&gbpv=1&dq=konsep+kebudayaan&pg=PA21&printsec=frontcover
Miftakhuddin, M. (2021). Konsep dasar sejarah: Pengantar untuk pembelajaran
IPS.
Karima, M. K., Nasution, T., & Ramadhani, R. (2019). Ilmu Pengetahuan Sosial:
Pengantar Dan Konsep Dasar.
Prof. Dr. Alo Liliweri, 2018, PENGANTAR STUDI KEBUDAYAAN, Bandung

Anda mungkin juga menyukai