Anda di halaman 1dari 23

BUDAYA DAN PROSES PERKEMBANGANNYA

(Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Indegenous)

Dosen Pengampu: Tias Febtiani Sari, M. Psi., Psikolog

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Abdul Aziz (1201040001)


Aditya Faturrohman (1201040002)
Afni Raihan Maulani (1201040004)
Ahmad Syaiqul Kalam (1201040005)
Ahsani Taqwim (1201040006)
Aisila Maisya Ayu (1201040007)
Alma Febrina Subiyanto (1201040009)

JURUSASN TASAWUF DAN PSIKOTERAPI


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpah rahmat dan karunia – Nya kepada
tim penulis sehinga dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Budaya dan Proses
Perkembagannya” dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah berkat bantuan dan tuntunan
Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami yakin ada kesalahan dalam pembuatannya, maka
dari itu kami mengharapkan partisipasi dari teman-teman semua untuk memberikan kritik dan
saran atas makalah yang telah kami buat, dan kami akan sangat merasa senang apabila teman
mahasiswa sekalian bisa mengkritik atau memberi saran guna memperbaiki
ketidaksempurnaan kami dalam membuat malalah ini .
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisanya.namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yg dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini .
Harapan penulis semoga dapat pengetahuan dan wawasan serta dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca .

Bandung, 25 September 2023

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2

C. Tujuan Masalah ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. Pengertian Budaya..................................................................................................... 3

B. Unsur-Unsur Budaya ................................................................................................. 4

C. Jenis Budaya .............................................................................................................. 7

D. Fungsi Kebudayaan ................................................................................................... 8

E. Proses Perkembangan Budaya ................................................................................... 9

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi Budaya.............................................................. 15

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 17

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
"Budaya Yanomamo", "budaya Jepang", "evolusi budaya", "alam versus
budaya" para ahli antropologi masih terus menggunakan kata budaya tersebut, dan kita
masih mengira bahwa kata budaya tersebut memiliki suatu arti. Namun, dengan
memperhatikan cara kerabat primate kita, seperti Chimpanzee, Gorilla, dan Orang Utan
mempelajari tradisi-tradisi setempat, menggunakan peralatan, dan menggunakan
simbol-simbol dengan cekatan, kita tidak dapat lagi berkata dengan seenaknya bahwa
"budaya" adalah warisan tingkah laku simbolik yang membuat makhluk manusia
menjadi "manusia". Jadi dengan memperhatikan gerak perubahan dan keanekaragaman
individualitas, kita tidak dapat lagi dengan mudah berkata bahwa "satu budaya" adalah
satu warisan yang dimiliki bersama oleh sekelompok manusia dalam suatu masyarakat
tertentu1.
Selanjutnya, kita makin menyadari bahwa pandangan yang holistik terhadap
budaya seperti yang disimpulkan oleh Kroeber dan Kluckhohn dalam tahun 1950-an
adalah mencakup terlampau banyak hal dan juga kurang tajam untuk digunakan
menelaah pengalaman manusia yang begitu rumit dan untuk menafsirkan pola-pola
kerumitan pengalaman manusia tersebut.
Tantangan masa kini adalah menemukan cara untuk mempertajam konsep
"budaya" sedemikian rupa, sehingga konsep itu mempunyai cakupan [terdiri atas
bagian-bagian] yang lebih sedikit tetapi mengungkapkan hal yang lebih banyak. Seperti
dikatakan oleh Geertz2, "pemotongan konsep budaya . . . [ke dalam] satu konsep yang
tajam, mengkhusus, dan secara teoritis lebih kuat adalah satu tema besar dalam
perteorian antropologi modern". Dalam pandangan ini, secara tersirat tcrlihat satu
asumsi yang dimiliki oleh hampir keseluruhan dari kita. Konsep budaya (culture) tidak
punya satu arti yang benar3, dikeramatkan dan tak pernah habis kita coba temukan.
Tetapi, seperti halnya simbol-simbol lain, konsep ini mempunyai makna saat kita

1
Roger M. Keesing, “Teori-Teori Tentang Budaya”, Antropologi Indonesia, 2014
2
Clifford Geertz, “Common Sense as Cultural System” Antioch Review
3
Roger M. Keesing, op. cit

1
memakainya; dan sebagaimana konsepkonsep analitik lainnya, pemakai konsep ini
harus membentuk—mencoba sedikitnya setuju pada pengelompokan gejala alam, (di
mana) konsep ini dapat diberi label secara sangat strategis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan di atas, adapun permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini antara lain:
1. Apa Pengertian Budaya atau Kebudayaan?
2. Apa saja unsur-unsur budaya atau kebudayaan?
3. Apa saja jenis-jenis budaya atau kebudayaan?
4. Apa saja fungsi kebudayaan?
5. Bagaimana proses perkembangan budaya atau kebudayaan?
6. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi budaya atau kebudayaan?

C. Tujuan Masalah
Bersumber pada rumusan permasalahan di atas, tujuan dalam penyusunan
makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengertian Budaya atau Kebudayaan
2. Untuk mengetahui Apa saja unsur-unsur budaya atau kebudayaan
3. Untuk mengetahui jenis-jenis budaya atau kebudayaan
4. Untuk mengetahui fungsi kebudayaan
5. Untuk mengetahui proses perkembangan budaya atau kebudayaan
6. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi budaya atau
kebudayaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Budaya
Kata “Budaya” berasal dari Bahasa Sansekerta “Buddhayah”, yakni bentuk
jamak dari “Budhi” (akal). Jadi, budaya adalah segala hal yang bersangkutan dengan
akal. Selain itu kata budaya juga berarti “budi dan daya” atau daya dari budi. Jadi
budaya adalah segala daya dari budi, yakni cipta, rasa dan karsa. 4
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya atau culture dapat diartikan
pikiran, akal budi, hasil. Sedangkan membudayakan berarti mengajarkan supaya
mempunyai budaya, mendidik supaya berbudaya, membiasakan sesuatu yang baik
sehingga berbudaya.5
Jerald G and Rober menyatakan bahwa budaya terdiri dari mental program
bersama yang mensyaratkan respons individual pada lingkungannya. Definisi tersebut
mengandung makna bahwa kita melihat budaya dalam perilaku sehari-hari, tetapi
dikontrol oleh mental program yang ditanamkan sangat dalam. Budaya bukan hanya
perilaku di permukaan, tetapi sangat dalam ditanamkan dalam diri kita masing-masing6
Dengan itu budaya dapat diartikan sebagai suatu cara hidup yang berkembang
dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Atau dengan kata lain suatu pola asumsi dasar yang ditemukan dan ditentukan
oleh suatu kelompok tertentu karena mempelajari dan menguasai masalah adaptasi
eksternal dan integrasi internal, yang telah bekerja dengan cukup baik untuk
dipertimbangkan secara layak dan karena itu diajarkan pada anggota baru sebagai cara
yang dipersepsikan, berpikir dan dirasakan dengan benar dalam hubungan dengan
masalah tersebut.
Selain dari pada penjelasan di atas ada beberapa ahli yang menjelaskan
mengenai budaya itu sendiri, diantaranya sebagai berikut:
a. E.B Tylor (1832-1917), budaya adalah suatu keseluruhan kompleks
yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan,

4
Wa Ode Rosliya, “PERSPEKTIF ISLAM TERHADAP BUDAY KABUENGA DI KECAMATAN WANGI-WANGI
SELATAN KABUPATEN WAKATOBI” IAIN Kendari, 2016, Hal. 8
5
Alfina Rosyadah, “Dampak Penanaman Budaya Religius Pada Peserta Didik (Studi Kasus Di Sma Negeri 1
Purwoasri Kab. Kediri)”, IAIN Kediri, 2020, Hal. 9
6
Abdul Wahab,dkk “BUDAYA DAN KEBUDAYAAN: TINJAUAN DARI BERBAGAI PAKAR, WUJUD-WUJUD
KEBUDAYAAN, 7 UNSUR KEBUDAYAAN YANG BERSIFAT UNIVERSAl”, Cross-border, Vol. 5, 2022, Hal. 783

3
adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat oleh
manusia sebagai anggota Masyarakat
b. R. Linton (1893-1953), kebudayaan dapat dipandang sebagai
konfigurasi tingkah laku yang dipelajari, di mana unsur pembentuknya
didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya
c. Herkovits (1985-1963), kebudayaan adalah bagian dari lingkungan
hidup yang diciptakan oleh manusia.
d. Koentjaraningrat (1985-1963), kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Selain itu, Koentjaraningrat juga menerangkan bahwa pada dasarnya


banyak yang membedakan antara budaya dan kebudayaan, di mana budaya
merupakan perkembangan majemuk budi daya, yang berarti daya dari budi. 7

B. Unsur-Unsur Budaya
Membahas mengenai budaya maupun kebudayaan pasti terdapa sebuah unsusr
yang sangat penting untuk dapat memahami budaya manusia. Berbagai unsur budaya
tersebut adalah:
1. Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi
kebutuhan sosialnya guna berinteraksi atau berhubungan dengan
sesamanya. Kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya,
menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan
secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat
bergantung pada bahasa.8
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem
perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk
berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa

7
Alfina Rosyadah, “Dampak Penanaman Budaya Religius Pada Peserta Didik (Studi Kasus Di Sma Negeri 1
Purwoasri Kab. Kediri)”, IAIN Kediri, 2020, Hal. 10
8
Abdul Wahab,dkk “BUDAYA DAN KEBUDAYAAN: TINJAUAN DARI BERBAGAI PAKAR, WUJUD-WUJUD
KEBUDAYAAN, 7 UNSUR KEBUDAYAAN YANG BERSIFAT UNIVERSAl”, Cross-border, Vol. 5, 2022, Hal. 786

4
yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta
variasivariasi dari bahasa itu.
2. Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan
sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat
abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat
luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang
berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya. Namun, yang
menjadi kajian dalam antropologi adalah bagaimana pengetahuan
manusia digunakan untuk mempertahankan hidupnya.
Menurut Koentjaraningrat, sistem pengetahuan pada awalnya
belum menjadi pokok perhatian dalam penelitian para antropolog karena
mereka berasumsi bahwa masyarakat atau kebudayaan di luar bangsa
Eropa tidak mungkin memiliki sistem pengetahuan yang lebih maju.
Namun, asumsi tersebut itu mulai bergeser secara lambat Unsur-Unsur
Budaya laun karena kesadaran bahwa tidak ada suatu masyarakat pun
yang bisa hidup apabila tidak memiliki pengetahuan tentang alam
sekelilingnya dan sifat-sifat dari peralatan hidup yang digunakannya.
3. Sosial
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial
merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia
membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut
Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh
adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di
dalam lingkungan di mana hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan
sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti
yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan
digolongkan ke dalam tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk
membentuk organisasi sosial dalam kehidupannya.
4. Peralatan hidup dan teknologi
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya, sehingga
mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut.
Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia
berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa
5
benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan
teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang
unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi
merupakan bahasan kebudayaan fisik.
5. Mata pencaharian hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi
fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem
mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu
kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya.
6. Religi
Asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya
pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan
gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan
mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi
dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan
supranatural tersebut.
7. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian
etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional.
Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai
benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung,
ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada
kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses
pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal
tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni
drama dalam suatu masyarakat.9

9
Alfina Rosyadah, “Dampak Penanaman Budaya Religius Pada Peserta Didik (Studi Kasus Di Sma Negeri 1
Purwoasri Kab. Kediri)”, IAIN Kediri, 2020, Hal. 14

6
C. Jenis Budaya
Istilah budaya sering mengacu pada budaya nasional. Namun, kebangsaan itu
sendiri tidak mendefinisikan budaya. Pada dasarnya perilaku dan preferensi seseorang
dipengaruhi oleh lingkungan global, etnis, ras, agama, pekerjaan, keluarga, teman, dan
bahkan sistem nilai individual. Dengan demikian, jenis budaya dapat dikelompokkan
sebagai berikut:10
1) Budaya universal merupakan budaya semua bangsa dan manusia. Di dalamnya
mencakup cara hidup, perilaku, nilai, moral, dan ide-ide mereka.
2) Budaya peradaban adalah budaya peradaban tertentu. Di dalamnya terdiri dari
berbagai kebangsaan yang berbeda, tetapi memiliki sistem politik,
pembangunan ekonomi, akar etnis, dan nilai-nilai agama yang sama.
3) Budaya etnis merupakan budaya dari sekelompok etnis orang-orang yang
memiliki bahasa, sejarah, agama, keturunan atau warisan, serta atribut-atribut
lainnya yang sumbernya sama.
4) Budaya ras adalah budaya pada suatu ras tertentu, seperti ras AfrikaAmerika,
Asia-Amerika atau Hispanik-Amerika
5) Budaya nasional, adalah budaya dari suatu kelompok nasional, kadangkadang
disebut ''budaya negara”. Budaya nasional dapat didefinisikan dengan cara ini
selama bangsa dan negara telah secara jelas mendefinisikan batas-batas
wilayah.
6) Budaya daerah adalah budaya dari suatu wilayah geografis tertentu.
7) Budaya generasi merupakan budaya generasi tertentu. Sebagai contoh, generasi
Baby Boomers dan Generation XL memiliki nilai, preferensi, dan kebutuhan
yang berbeda.
8) Budaya industri merupakan budaya industri tertentu. Industri pariwisata,
perbankan, konstruksi, ritel, atau farmasi memiliki budaya khusus yang
tersendiri karena mereka memiliki pandangan dunia yang berbeda tentang cara
mengatur dan mengelola bisnis.
9) Budaya profesional merupakan budaya profesi tertentu. Perbedaan pekerjaan
dan profesional (misalnya dokter, pengacara, insinyur) masing-masing memiliki

10
Kusherdyana, “Pengertian Budaya, Lintas Budaya, dan Teori yang Melandasi Lintas Budaya. Pemahaman
Lintas Budaya SPAR4103/MODUL, 1(1), hal. 11

7
budaya yang unik karena memiliki tuntutan, kepercayaan, aturan, bahkan
pakaian tersendiri.
10) Budaya organisasi/perusahaan mengacu pada budaya organisasi tertentu.
11) Budaya fungsional adalah budaya departemen tertentu dalam suatu organisasi.
12) Budaya keluarga merupakan struktur dan kohesi keluarga, sifat hubungan antara
anggotanya, peran dan tanggung jawab istri dan suami, serta orientasi terhadap
agama, politik, atau ekonomi
13) Budaya individual adalah sistem nilai, keyakinan, ide, harapan, tindakan, sikap,
dan niat individu, yang semuanya sering dipengaruhi oleh karakteristik
demografi (misalnya, jenis kelamin, usia, pendapatan, tahun pendidikan formal)
dan kepribadian (misalnya, motivasi, pengetahuan, dan lain-lain).

D. Fungsi Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan
masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-
anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan lainnya di dalam
masyarakat itu sendiri tidak selalu baik baginya. Selain itu, manusia dan masyarakat
memerlukan pula kepuasan, baik dibidang spiritual maupun materiil. Kebutuhan-
kebutuhan masyarakat tersebut di atas untuk sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan
yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan sebagian besar karena
kemampuan manusia terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil
ciptaannya juga terbatas di dalam memenuhi segala kebutuhan.
Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti
bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap ketika akan
berbehubungan dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya. Kebudayaan
berfungsi sebagai:
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok.
2. Wadah untuk menyakurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya.
3. Pembimbing kehidupan manusia.
4. Pembeda antar manusia dan binatang.
Dalam teori fungsionalisme yang dikemukakan oleh Malinowski, dikenal tiga
kebutuhan yang dapat dipenuhi melalui kebudayaan suatu masyarakat: kebutuhan
biologis, kebutuhan instrumental, dan kebutuhan integratif.

8
Oleh Malinowski, kebutuhan biologis disebut juga kebutuhan primer.
Penyebutan ini bukan tanpa alasan karena Malinowski melihat kebutuhan biologis tiap
individu dapat menuntut tindakan pemenuhannya. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan
individu ini kemudian terorganisasi secara kolektif yang kemudian dapat memperluas
struktur sosial dan simbol budaya mereka.
Kebutuhan instrumental atau struktural sosial lahir ketika manusia sudah
mampu memenuhi kebutuhan biologisnya. Manusia akan menciptakan lembaga sosial,
yang dalam pandangan Malinowski lembaga adalah aktivitas terorganisasi yang
dibentuk manusia dan mencerminkan suatu struktur yang jelas. Lembaga juga
merupakan penggabungan unsur-unsur yang dimiliki bersama. Unsur-unsur tersebut
adalah personil, anggaran dasar (alasan, tujuan, dan sasaran tertentu yang mendorong
partisipasi anggotanya), norma (aturan tentang bagaimana personil-personil itu harus
berperilaku), aktivitas (kegiatan khas yang harus dilakukan para personil), dan peranti
material (menggunakan alat/bangunan untuk melaksanakan aktivitas tersebut).
Karena telah memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan instrumental,
manusia secara tidak langsung telah menciptakan sistem lambang. Pada tingkat
kebutuhan instrumental, manusia telah menghasilkan sistem gagasan yang kemudian
digunakan untuk mengesahkan, mengatur, dan menuntun perilaku mereka. Untuk itu,
lambang-lambang digunakan untuk memadukan kumpulan lembaga ke dalam suatu
keutuhan yang satu padu.

E. Proses Perkembangan Budaya

1) Budaya Sebagai Sistem Adaptif

Dari sudut pandang teori kultural, perkembangan penting telah muncul dari
pendekatan evolusionari/ekologis terhadap budaya sebagai sistem adaptif. Pusat-pusat
besar perkembangan pemikiran-kembali evolusionari/ekologis adalah Michigan dan
Columbia. Dasar yang diletakkan oleh Leslie White telah dipermak dengan kreatif oleh
pakar-pakar seperti Sahlins, Rappaport, Vayda, Harris, Carneiro; dan oleh pakar-pakar
arkeologi yang theory minded seperti suami-istri Binford, Flannery, Longacre, Sanders,
Price, dan Meggers. Pendekatan-kembali (re-approachment) arkeologi teoritis dengan
antropologi ekologis muncul sebagai salah satu perkembangan penting dalam
dasawarsa yang lalu.

9
Ini tidak berarti bahwa terdapat konsensus dalam memandang bagaimana se-
baiknya konsep budaya didefinisikan atau bagaimana dan mengapa budaya
berkembang dan berubah. Perdebatan antara Service dan Harris baru-baru ini, kritikan
orang-orang Marxist terhadap materialisme budaya dari Harris, perbedaan-perbedaan
antara ekologi-kultural dari Steward dan ekologi-manusia yang dianjurkan Vayda dan
Rappaport (8.1), perang sekte dan "arkeologi baru", semuanya membuktikan adanya
keanekaragaman dan percanggahan di antara mereka. Meskipun terdapat keaneka-
ragaman sekte tersebut, namun sebagian besar sarjana yang bekerja mengikuti tradisi
ini (untuk singkatnya mereka disebut "cultural adaptionist")* sepakat dalam beberapa
asumsi pokok. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Budaya adalah sistem (dari pola-pola tingkah laku yang diturunkan secara sosial)
yang bekerja menghubungkan komunitas manusia dengan lingkungan ekologi
mereka. Dalam "cara-hidup-komuniti" ini termasuklah teknologi dan bentuk
organisasi ekonomi, pola-pola menetap, bentuk pengelompokan sosial dan
organisasi politik, kepercayaan dan praktek keagamaan, dan seterusnya. Bila
budaya dipandang secara luas sebagai sistem tingkah laku yang khas dari suatu
penduduk, satu penyambung dan penyelaras kondisi-kondisi badaniah manusia,
maka perbedaan pandangan mengenai budaya sebagai pola-pola dari (pattern -of)
atau pola-pola untuk (pattern -for) adalah soal kedua.

Budaya adalah semua cara yang bentuk-bentuknya tidak langsung berada di


bawah kontrol genetik yang bekerja untuk menyesuaikan individu-individu dan
kelompok ke dalam komuniti ekologi mereka.

b. Perubahan kultural pada dasarnya adalah suatu proses adaptasi dan maksudnya
sama dengan seleksi alam. Manusia adalah hewan, dan scperti semua hewan-hewan
lain, harus menjalankan satu hubungan adaptif dengan lingkungannya dalam
rangka untuk tetap dapat hidup. Meskipun manusia dapat melakukan adaptasi ini
secara prinsipil melalui alat budaya, namun prosesnya dipandu oleh aturan-aturan
seleksi alam seperti yang mengatur adaptasi bioiogis.

c. Teknologi, ekonomi secukup hidup (subsistence economy), dan elemen


organisasi sosial yang terikat langsung dengan produksi adalah bidang pokok
budaya yang paling bersifat adaptif. Dalam bidang inilah perubahan adaptif
biasanya mulai dan dari sini mereka biasanya berkembang.

10
d. Komponen-komponen ideasional dari sistem kultural bisa punya konsekuensi
adaptif dalam mengontrol penduduk, membantu mata pencaharian hidup, menjaga
ekosistem, dan lain-lain; dan semua ini, meskipun seringkali subtil, harus ditelusuri
kemana pun arahnya.

2) Budaya Sebagai Sistem Kognitif

Menurut Ward Goodenough: Kebudayaan suatu masyarakat terdiri atas segala


sesuatu yang harus diketahui atau dipercayai seseorang agar dia dapat berperilaku
dalam cara yang dapat diterima oleh anggota-anggota masyarakat tersebut. Budaya
bukanlah suatu fenomena material: dia tidak berdiri atas benda-benda, manusia, tingkah
laku atau emosi-emosi. Budaya adalah bentuk hal-hal yang ada dalam pikiran (mind)
manusia, model-model yang dipunyai manusia untuk menerima, menghubungkan, dan
kemudian menafsirkan fenomena budaya tersebut.11

Analisis budaya sebagai sistem kognitif tidak berkembang terlampau jauh di luar
usaha pemetaan terhadap daerah-daerah semantik yang terikat secara terbatas dan ketat.
Usaha-usaha penting untuk merumuskan pengetahuan kultural yang diperlukan untuk
peningkatan penampilan atau mengoperasikannya dalam situasi-situasi sosial tertentu
telah dilakukan oleh Frake12, Metzger dan Williams13, Wallace14, Spradley15, dan lain-
lain.

Namun demikian, dapat dilihat kembali bahwa optimisme penyebaran antropologi


kognitif pada awal mulanya hanya menghasilkan beberapa kepingan karangan deskripsi
kultural saja. Lebih jauh, antropologi kognitif bahkan hanya menghasilkan beberapa
sketsa tentatif tentang struktur dan organisasi budaya sebagai sistem kognitif secara
menyeluruh.

Pemikiran tentang "grammar kultural" telah terbukti tidak produktif dan tidak
memadai dalam menghadapi kekayaan dan kerumitan pengetahuan dan pengalaman

11
Goodenough, W.H. 1961 Comment on Cultural Evolution. Daedalus 90: 521 - 28
12
Freeman, J.D. 1970 Human Nature and Culture. Dalam Man and the New Biology ed. R.G. Slatyer et. al. 50-
75. Canberra: Australia National University Press.
13
Miller, G.A. 1970. Four Philosophical Problems of Psycholinguistics. Phil.Sci. June: 183-99.
14
Wallace, A.F.C. 1970. Culture and Personality. New York: Random House. 2nd ed.
15
pradley, J.P. 1972. Foundations of Cultural Knowledge. Dalam Culture and Cognition: Rules, Maps, and Plans,
ed. J.P. Spradley, 3-40. San Francisco: Chandler. 400 pp.

11
manusia. Bahkan lebih menyedihkan lagi, ahli "etnografi-baru" tersebut malahan belum
menyusun satu cetak biru tentang bagaimana caranya satu sistem kognitif yang
menyeluruh dapat diorganisasikan. Karena itu gambaran-gambaran rinci yang disajikan
dalam etnografi mereka tidak dapat disusun ke dalam satu kerangka yang lebih luas.

3) Budaya sebagai sistem struktural

Salah seorang tokoh yang memperdalam tentang dunia simbolik manusia dan
proses pikiran manusia adalah Levi-Strauss. Menurut Levi-Strauss, pendekatan
strukturalis ini memberikan dampak yang begitu kuat terhadap banyaknya sarjana yang
belajar. Dalam beberapa tulisannya Levi-Strauss membahas tentang budaya dan pikiran
(mind). Beliau memandang budaya sebagai sistem yang dimiliki bersama dan
merupakan ciptaan pikiran (creation of mind) secara kumulatif. Dia berusaha
menemukan dalam penstrukturan bidang kultural (seperti dalam mitologi, kesenian,
kekerabatan, dan bahasa) prinsip-prinsip dari pikiran (mind) inilah yang menghasilkan
budaya itu sendiri.

Pikiran (mind) memaksakan tatanan yang terpola secara kultural (satu tatanan
serba-dua yang kontras, satu tatanan hubungan dan transformasi) pada suatu dunia yang
terus-menerus berubah. Jarak antara ranah kultural (di mana manusia memaksakan
tatanan arbitrarinya) dan ranah alam, adalah satu pusat utama serba -dua yang simbolik.
"Alam lawan budaya" adalah satu konsep yang paling mendasar dalam cara melihat
kontras dalam hampir semua waktu dan tempat.

Dalam bukunya yang berjudul Mythologiques, Levi-Strauss lebih memperhatikan


"Budaya" daripada "sebuah budaya"." Dia melihat struktur mitologi Indian Amerika
sebagai sesuatu yang tumpang-tindih. Struktur ini saling menghubungkan pola-pola
organisasi kognitif individu-individu Orang Baroro, atau Orang Winnebago atau Orang
Mandan. Bahkan lebih jauh struktur ini melintasi garis sempadan bahasa dan adat yang
memisahkan masyarakat yang berbeda tersebut. Karena itulah struktur pemikiran
tersebut lebih dipandang sebagai "Budaya", yaitu bersifat universal, daripada "sebuah
budaya" yang bersifat lokal.

12
4) Budaya Sebagai Sistem Simbolik
Pada pendekatan budaya sebagai sistem simbolik, di daratan Eropa jalan ini
telah dirambah oleh Louis Dumont. Di AS pelopor yang paling menonjol adalah
dua ahli antropologi pewaris tradisi Parsons yaitu Clifford Geertz dan David
Schneider. Geertz melihat pandangan kognitif Goodenough dan para ahli '"etnografi
baru" sebagai pandangan reduksionis dan formalistik yang kabur. Bagi Geertz,
makna tidak terletak di "dalam kepala orang". Simbol dan makna dimiliki bersama
oleh anggota masyarakat, terletak di antara mereka, bukan di dalam diri mereka.
Simbol dan makna bersifat umum (public), bukan pribadi (private). Geertz
mengangggap pandangannya tentang budaya adalah semiotik. Mempelajari budaya
berarti mempelajari aturan-aturan makna yang dimiliki bersama.
Kata Geertz, budaya adalah seperti kota tua. Kota yang biasanya dikaji oleh
orang-orang antropologi. Tidak seperti kota modern, kota ini hanya punya sedikit
(itupun kalau ada) kota-kota satelit yang terencana dan itu kata Geertz, membuat
usaha orang antropologi untuk menemukan sektor-sektor yang sama dengan kota
satelit filsafat, hukum dan ilmu pengetahuan yang terencana dengan rapi di kota
ideasional tersebut menjadi sedikit semu.
Pandangan Schneider tentang budaya sangat jelas dinyatakan dalam kata
pendahuluan pada bukunya American Kinship: A Cultural Account. Budaya
menurut Schneider adalah satu sistem simbol dan makna. Budaya merangkum
kategori-kategori atau "unit-unit", dan "aturan-aturan" tentang hubungan sosial dan
perilaku. Kedudukan epistemologi unit-unit kultural atau "things" tidak tergantung
pada sifatnya yang dapat di observasi.
Sebagaimana diperjelas oleh analisis kekerabatan Schneider, dia percaya bahwa
analisis tentang budaya sebagai sistem simbol dapat menguntungkan kalau
dilakukan secara bebas di luar "bentuk-bentuk peristiwa yang aktual" yang dapat
diamati oleh seseorang sebagai kejadian dan tingkah laku.

5) Budaya dan Sistem Sosiokultural


Kontras pertama dalam pemilihan konseptualisasi paralel budaya ini dibuat oleh
Goodenough. “Pola-pola-dari-kehidupan-komunitas” selanjutnya disebut dengan
sistem sosiokultural (sociocultural system). "Sistem sosiokultural" mewakili
realisasi sosial atau aturan-aturan tentang "pola -untuk-hidup" yang ideasional
dalam lingkungan tertentu.
13
Satu pola pemukiman adalah satu elemen dari satu "sistem sosiokultural", bukan
satu elemen dari "sistem kultural" (prinsip-prinsip konseptual yang sama mungkin
bisa menghasilkan desa mengelompok padat atau dangau yang terkelompok,
tergantung kepada sumber air, tanah daratan, tanah yang dapat ditanami,
kependudukan, dan suku-suku tetangga yang bersifat damai atau pemburu kepala
orang).

Satu cara teknologi mata pencarian hidup adalah juga merupakan bagian dari satu
"sistem sosiokultural", tetapi tidak secara tegas dikatakan sebagai bagian dari satu
"sistem kultural" (masyarakat dengan pengetahuan dan susunan strategi untuk
hidup yang sama, mungkin terutama adalah hortikulturalis dalam satu lingkungan
dan terutama nelayan dalam lingkungan yang lain, mungkin pembuat kapak batu
dalam satu lingkungan atau pembuat kerang di lingkungan yang lain, mungkin
menanam taro pada satu sisi pegunungan atau yam pada sisi lain dari pegunungan
tersebut).

Apa yang dibicarakan oleh para ahli adaptasi kultural adalah dalam satu pengertian
"sistem-sosiokultural-dalam-lingkungan". Sistem inilah yang adaptif atau
maladaptif, dan tergantung dalam beberapa hal pada seleksi alam. Pola-pola
ideasional untuk hidup, pola-pola makna dan sistem pengetahuan dan kepercayaan
yang dimiliki bersama oleh subsistem sangat penting dari "cara-hidup-dalam-
lingkungan". Yang terakhir ini adalah sistem yang kompleks dalam pengertian
cybernetic, dalam sirkuit-sirkuit yang kompleks menghubungkan subsistem-
subsistem ekologi, demografi, ideasional, dan Iain - lain.

Bagaimana lingkaran-lingkaran ini saling berhubungan, bagaimana informasi


keluar melalui lingkaran-lingkaran tersebut, dan bagaimana proses homeostasis dan
perubahan yang terarah bekerja, adalah pertanyaan-pertanyaan empiris bagi
penelitian, bukan polemik ideologis dan pasal-pasal kesetiaan.

Konseptualisasi tentang budaya sebagai suatu sistem ideasional tidak berarti sama
dengan perbedaan antara ranah ekonomi (secukup hidup, teknologi, organisasi
sosial dari unit-unit produksi) dengan ranah ideasional (agama, ideologi, hukum,
14
kesenian, dll), seperti yang dibuat oleh Harris dan beberapa ahli adaptasi kultural
yang lain. Pengetahuan dan strategi mengenai lingkungan dan cara-cara
memperoleh kehidupan dari mereka (misalnya tentang membuat piranti, tentang
pembentukan kelompok-kelompok kerja) adalah sekaligus merupakan bagian dari
ranah ideasional yang disebut dengan "budaya" maupun bagian dari pola-pola
kepercayaan kosmologis atau upacara keagamaan.

Ini mengelompokkan Goodenough, Levi-Strauss, Geertz, dan Schneider kedalam


satu kubu. Ini membuat sebagian besar arkeologi baru dan ahli antropologi ekologi/
evolusionari dapat menerimanya sebagai sebuah kemungkinan strategi konseptual.
Sekurang-kurangnya mereka akan setuju bahwa "pusat perhatian mereka adalah
sistem sosio- kultural" dan bagaimana sistem ini berkembang dan berubah.
Seseorang dapat meneliti bagaimana sistem ideasional bekerja dalam proses
adaptasi dan perubahan ini, keduanya dalam pengertian struktur internal
(bagaimana perubahan dalam gagasan tentang strategi hidup berhubungan dengan
perubahan dalam gagasan tentang kekerabatan atau perubahan dalam gagasan
tentang upacara keagamaan) dan dalam hubungan dengan subsistem yang lain
(bagaimana gagasan tentang pemilihan tempat menetap setelah nikah berhubungan
dengan pertumbuhan penduduk atau pertumbuhan produksi pertanian).

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi Budaya


Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi budaya atau kebiasaan, hal inilah
yang membuat buday suatu dalam suatu daerha itu beragam diantaranya yaitu sebagai
berikut:
a. Pengaruh ras terhadap budaya
Factor sosial merupakan sekelompok individu yang mampu
mempengaruhi perilaku individu Ketika melakukan suatu Tindakan
berdasarkan kebiasaan. Adapun Upaya Masyarakat dalam mengembangkan
budaya terhadap berbagai ras adalah dengan memberikan multicultural kepada
masyarakatnya yang berkaitan dengan budaya, merujuk pada keragaman yang
ada, berkaitan dengan Tindakan spesifik pada respon keberagaman tersebut.

15
b. Pengaruh perkembangan teknologi terhadap budaya
Perkembangan teknologi berpengaruh terhadap perkembangan budaya,
apabila perkembangan teknologi tersebut dapat meningkatkan kualitas untuk
melihat keankaragaman budaya sebagai realitas dalam kehidupan Masyarakat.
Perkembangan teknologi dalam pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum,
adat istiadat dan kemampuan-kemampuan atau kebiasaaan-kebiasaan lain yang
di peroleh anggota-anggota masyrakat, budaya menghasilkan jawaban-jawaban
khususnya sendiri terhadap tantangan-tantangan hidup seperti kelahiran,
pertumbuhan, hubungan-hubungan sosial, dan bahkan kematian sangat
berpengaruh terhadap budaya.
c. Pengaruh lingkungan geografis terhadap budaya
Lingkungan geografis bahkan lingkungan alam menentukan corak
kehidupan Masyarakat, kaum posibilistik memandang lingkungan sebagai
factor yang berpengaruh. Maka didalam lingkungan, Masyarakat harus
meningkatkan kualitas kearifan local, termasuk hukum adat, nilai-nilai budaya
dan kepercayaan yang ada Sebagian bahkan sangat relavan untuk diaplikasikan
kedalam proses Pembangunan kesejahteraan masyrakat. 16

16
Nauval ramdhani,dkk “fakyot-faktor yang mempengaruhi budaya: ras, perkembangan teknologi dan
lingkungan geografis (literature review perilaku konsumen)”, jurnal ilmu manajemen terapan, vo. 3, no. 5 2022,
hal. 526

16
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep budaya sangat sulit untuk didefinisikan, karena budaya merupakan
nama abstrak untuk fenomena multidimensional yang sangat luas dan kompleks.
Demikian juga dipandang dari sudut keilmuan tertentu, maka para teoretikus memiliki
definisi dan penekanan tertentu tentang budaya. Definisi-definisi tentang budaya
terentang dari pandangan bahwa budaya adalah fenomena yang luas (all-inclusive
phenomenon), sampai yang paling sempit (misalnya cara hidup manusia).
Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya yang
ada ini terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,
adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Proses perkembangan budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
lingkungan alam fisik, faktor internal masyarakat, dan faktor eksternal masyarakat.
Selain itu, psikologi juga dapat mempengaruhi perkembangan budaya, karena budaya
dapat mempengaruhi kepribadian individu melalui proses sosialisasi dan pembudayaan
selama hidup. Dalam hal ini, dibahas mengenai tiga faktor yang mempengaruhi proses
perkembangan budaya, yaitu psikologi budaya, faktor internal masyarakat, dan faktor
eksternal masyarakat.
Budaya terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari polapola perilaku
yang normatif, meliputi segala cara atau pola berpikir dalam merasakan dan
bertindak. Budaya memiliki tujuh unsur yang disebut sebagai isi pokok kebudayaan
yaitu: Bahasa, sistem pengetahuan, sosial, peralatan hidup, mata pencaharian hidup,
religi dan kesenian. selain dari unsur ini, budaya mempunyai beberapa jenis yang sangat
beragam. Akibat dari keberagaman suatu budaya inilah terdapat beberapa factor yang

17
mempengaruhinya yaitu factor ras, letak geografis serta faktor perkembangan
teknologi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Freeman, J.D. (1970). Human Nature and Culture. Dalam Man and the New Biology ed. R.G.
Slatyer et. al. 50-75. Canberra: Australia National University Press.

Goodenough, W.H. (1961). Comment on Cultural Evolution. Daedalus 90: 521 - 28.

Hakim, L. N. (2014). Ulasan konsep: Pendekatan psikologi indijinus. Aspirasi: Jurnal


Masalah-masalah Sosial, 5(2), 165-172.

Keesing, R. (2014). Teori-teori tentang Budaya. Antropologi Indonesia.

Kusherdyana, R. (2020). Pengertian Budaya, Lintas Budaya, Dan Teori Yang Melandasi Lintas
Budaya. Pemahaman Lintas Budaya SPAR4103/MODUL, 1(1), 1-63.

Miller, G.A.1970 Four Philosophical Problems of Psycholinguistics. Phil.Sci. June: 183-99.

Putri, R. S., Apriyanti, A., & Sakni, A. S. (2020). Makna Tradisi Perang Ketupat dalam
Tinjauan Filsafat Budaya di Desa Air Lintang Kecamatan Tempilang Kabupaten
Bangka Barat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Ramadhani, N., & Pangestu, R. N. (2022). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budaya: Ras,
Perkembangan Teknologi Dan Lingkungan Geografis (Literature Review Perilaku
Konsumen). Jurnal Ilmu Manajemen Terapan, 3(5), 515-528.

ROSLIYA, WO (2016). Perspektif Islam Terhadap Budaya Kabuenga Di Kecamatan Wangi-


Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi” (Disertasi Doktor, IAIN KENDARI).

Rosyadah, A. (2020). Dampak Penanaman Budaya Religius Pada Peserta Didik (Studi Kasus
Di Sma Negeri 1 Purwoasri Kab. Kediri) (Doctoral Dissertation, IAIN KEDIRI).

Spradley, J.P. 1972 Foundations of Cultural Knowledge. Dalam Culture and Cognition: Rules,
Maps, and Plans, ed. J.P. Spradley, 3-40. San Francisco: Chandler. 400 pp.

Syakhrani, A. W., & Kamil, M. L. (2022). Budaya Dan Kebudayaan: Tinjauan Dari Berbagai
Pakar, Wujud-Wujud Kebudayaan, 7 Unsur Kebudayaan Yang Bersifat
Universal. Cross-Border, 5(1), 782-791.

Teng, H. M. B. A. (2017). Filsafat kebudayaan dan sastra (dalam perspektif sejarah). Jurnal
ilmu budaya.

19
Turner, Jonathan H. dan Alexandra Maryanski (2010) Fungsionalisme. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Wallace, A.F.C. 1970 Culture and Personality. New York: Random House. 2nd ed

20

Anda mungkin juga menyukai