Anda di halaman 1dari 20

Budaya Tinggal Bersama Pasangan Sebelum Menikah

Dosen pengampu: Paulus Benny Setiawan, S.H., M. Hum.

Disusun oleh:
Agnes Nadya Zabala 202305002
Paulina Vella Rosalind 202305003
Yuliana Cornelia Lito Waton 202305004

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan karena atas berkat dan kuasanya
kami dapat menyelesaikan Ujian Akhir Semester ini dengan baik dan tuntas. Atas
bimbingan dan rahmatnya kami mampu menyelesaikan wawancara bersama
narasumber dengan mengusung judul “Tinggal Bersama Pasangan Sebelum
Menikah”.
Kami ucapkan terima kasih pula kepada Bapak Paulus Benny Setiawan, S.H.,
M.Hum sebagai dosen dari mata kuliah pendidikan pancasila ini karena atas
bimbingan dan pengetahuan yang kami dapat selama satu semester di
Administrasi Kesehatan.
Kami menyadari adanya kekurangan dalam penulisan ini, oleh karena itu kami
menerima segala kritik dan saran kepada kami serta permohonan maaf kami
sampaikan.
Akhir kata kami, kami ucapkan terima kasih dan mengharapkan penelitian ini
dapat berkembang dengan baik sesuai dengan tujuan dan latar belakangnya.

Surabaya, 11 Januari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

Bab 1 ………………………………………………………………………… 1
PENDAHULUAN …………………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………….. 1
1.3 Tujuan ……………………………………………………………. 1
1.4 Metode Penelitian ………………………………………………... 2
Bab 2 ………………………………………………………………………… 1
KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………………. 3
2.1 Pengertian Budaya ………………………………………………... 3
2.2 Pengertian Pernikahan…………………………………………….. 5
2.3 Pengertian Pacaran….…………………………………………….. 7
2.4 Ideologi di Indonesia ……………………………………………... 9
2.5 Ideologi Liberalisme ………………………………………………10
Bab 3 …………………………………………………………….…………… 12
METODE PENELITIAN……………………………………………………... 12
3.1 Pembahasan …….………………………………………………... 14
Bab 4 …………………………………………………………….…………… 15
PENUTUP …………….……………………………………………………… 15
3.1 Kesimpulan .…….………………………………………………... 15
3.2 Saran ……………………………………………………………… 15
LAMPIRAN ………………………………………………………………….. 16
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..17
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu sosial seperti sosiologi adalah ilmu yang mencoba mempelajari,
memahami dan menjelaskan kembali mengenai fenemona sosial dengan
mengamati sebuah pola yang terebntuk pada masyarakat dengan tujuan untuk
dinamika dalam masyarakat yang dapat membuat sebuah kebudayaan baru
dengan mengikuti perkembangan jaman.
Hal ini yang disebut fenomena sosial, adanya fenomena sosial ini
bermaksud bahwa masyarakat adalah dinamis sehingga dapat berubah ubah
sewaktu waktu seiring bperkembangan jaman dan waktu yang membuat setiap
orang mengikutinya. Fenomena sosial melibatkan individu, kelompok,
lingkungan sosial dan masih banyak lagi. Dalam hal ini fenemona sosial
mencakup beberapa hal seperti norma sosial, perubahan sosial bahkan struktur
sosial yang dapat berubah-ubah.
Menurut Waluyo (2011) bahwa fenomena sosial adalah sbeuah rangkaian
peristiwa serta bentuk keadaan yang dapat dijumpai dan diamati dan dinilai
lewat kaca mata ilmiah atau lewat disiplin ilmu yang memerlukan waktu yang
panjang. Hal ini sejalan dengan realita yang terjadi saat ini sehingga semua
orang mengalami fenomena sosial seperti ini.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa ideologi yang di anut bangsa Indonesia?


1.2.2 Apa itu kebebasan liberalism?
1.2.3 Fenomena Sosial apa yang dialami oleh Narasumber?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengerti mengenai Ideologi di Indonesia
1.3.2 Untuk mengerti Ideologi Liberalisme
1.3.3 Untuk mengerti situasi sosial pada jaman sekarang
1.3.4 Untuk memahami sumber dari fenomena sosial yang diangkay

1
1.4 Metode Penelitian
Penelitian ini, para peneliti memggunakan metode wawancara. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wawancara adalah sebuah proses
tanya jawab yang dilakukan dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan
tentang suatu hal. Metode ini digunakan untuk memperoleh keterangan dari
Elina Zefaya Suwito tentang keputusannya untuk tinggal bersama pasangan
sebelum menikah.

2
Bab 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Budaya

Manusia hidup dan berkembang biak di sebuah daerah yang tentu saja
memiliki kebiasaan dan alur yang dapat berkembang dari masa ke masa, dari
jaman ke jaman. Hal ini merupakan cikal bakal dari sebuah kebudayaan itu
sendiri, ada banyak daerah yang memiliki budaya murni tetapi ada banyak
juga pada jaman ini yang merupkan budaya campuran atau karena adanya
faktor mix atau distraksi dengan budaya luar atau daerah lain yang bisa saj
amerusak tetapi bisa saja mendukung atau membuat budaya murni menjadi
lebih baik dengan beberpa modifikasi yang berkembang. Sering kali cara
berpikir juga menjadi sebuah faktor pendukung sebuah kelompok memiliki
budaya yang berkembang di daerah tersebut. Secara umum sebenarnya buday
merupakan kata yang sulut di definiskan karena memiliki makna yang cukup
luas dan abstrak sehingga banyak sekali pengertian dan pemahaman yang
masuk mengenai kata budaya ini sendiri tetapi masyarakat lambat laun
mengartikan budaya sebagai ciri khas dari sebuah daerah, misalkan perilaku
orang Sunda sering dikatakan sebagai pengaruh budaya Sunda, perilaku orang
Minang sering dikatan sebagai pengaruh budaya Minang, perilaku orang Cina
sering dikatakan sebagai pengaruh budaya Cina.
Selama perjalanannya banyak peneliti yang memberikan penjelasna
mengenai budaya tetapi semua sudut pandangnya memiliki konsep dan
pemahan yang berebda, oleh karena itu budaya disebut abstrak secara konsep.
Untuk membuktikan ke abstrakan dari konsep budaya, pada tahun 1952 ada
dua tokoh ahli antropologi yaitu A.L. koreber dan C. Kluckhohm
mengumpulkan semua definisi dari konsep budaya yang sudah ada dan
hasilnya adalah terdapat 160 konsep mengenai budaya yang berbeda-beda
dalam batasan ruang dan lingkungannya. Hal ini yang membuat konsep dari
sebuah budaya dapat dinilai dari berbagai macam aspek, seperti aspek sosial,

3
komunitas, pakaian, organisasi pemerintahan, bentuk negara, perilaku manusia
di sebuah daerah dan masih banyak aspek lainnya. Secara etimologis kata
budaya dan kata culture dalam bahasa inggris serta kata colere dalam bahasa
Latin yang berarti mengerjakan atau mengelolah sesuatu yang memiliki
keterkaitan dengan alam.
Dalam Bahasa Indonesia Budaya diambil dari bahasa Sansekerta yang
artinya buddhayah yang memiliki makna budi atau akal. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia budaya memiliki arti pikiran, akal budi, hasil, adat istiadat
dari sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar untuk diubah. Dalam
suudt pandang lain menurut Dewantara ( Arief, 2015) menyebutkan bahwa
terminologi dengan kata kultur dari bahasa Jerman, cultuur dari bahasa
Belanda, dan culture dari bahasa Inggris yang ketiganya mempunyai makna
buah atau hasil dari peradaban manusia. Kata kultur sendiri diadopsi secara
utuh dalam bahasa Indonesia yang berakar dari bahasa Latin yaitu cultura,
perubahan dari colere yang memiliki makna usaha untuk memelihara dan
memajukan jiwa atau akala tau budi. Menurut Bakker budaya merupkan
sebuah proses penciptaan, pengolahan dan publikasi nilai nilai manusiawi
yang melibatkan usaha untuk melestarikannya, dalam konteks bahan alam
baik fisik dan sosial, makna – makna yang diidentifikasi dan dikembangkan
hingga mencapai tahap kesempurnaan.
Menurut Koentjaningrat, sejarah antropologi menjabarkan bahwa budaya
merupakan sebuah sistem yang meneyeluruh mengenai gagasan, tindakan dan
rasa serta karya yang dihasilkan oleh mansuia dalam kehidupannya
bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan cara belajar dan mengemban
ilmu-ilmu. Menurut Mohammad Hatta secara agara budaya merupakan
ciptaan hidup dari sebuah bangsa, kebudayaan memiliki banyak macam dan
menjadi pertnyaan apakah sebuah agama merupakan ciptaan manusia atau
bukan karena bagi Mohammad Hatta agama merupakan sebuah kebudayaan
karena dengan memeluk agama manusia dapat hidup dengan bahagia
karenanya Muhammad Hatta mengatakan bahwa agama adalah bagian dari
sebuah konsep budaya.

4
2.2 Pengertian Pernikahan

Mengarungi bahterah rumah tangga merupakan sebuah cita cita yang


dimiliki oleh sebgain manusia, manusia diciptkan pada hakektanya adalah
berpasang-pasangan sehingga pernikahan merupakan aspek yang tidak bisa
dihindadri, hal ini merupkan wujud kebesaran kasih Tuhan terhadap umatnya.
Perinakahan umumnya diawali dengan cinta, sehingga cinta sendiri
merupakan rasa yang di anugerahkan oleh Tuhan yang dapat memberikan
sebuah makna bagi kehidupan seseorang, membuat seseorang memiliki
sebuah pandangan yang indah tentang kehidupan bersama. Cinta sejatinya
tidak dapat diwakilkan dengan kata-kata atau digambarkan dengan sebuah
lukisan atau sastra karena cinta merupakan wujud dari abstrak yang memiliki
konsep yang sangat luas sehingga sulit untuk mengerti definisi dari cinta.
Cinta seorang suami kepada istri dan anaknya merupakan salah satu wujud
dari rasa cinta itu sendiri yang tidak bisa digambarkan atau dikatakan dengan
istilah dan media apapun. Pernikahan sendiri sudah di atur oleh Negara
Indonesia.
Sebagai negara hukum yang mayoritas penduduknya memeluk agama
muslim maka undang-undang yang mnegatur mengenai perkawainan
merupakan sebuah penggabungan dari beberapa konsep pernikahan dari
berbagai agama yang sudah di sahkan oleh pemerintah. Hal ini tertuang pada
Undang Undang Hukum Perdata yang biasa disebut KUHP Perakawinan.
Perkawinan menurut KUHP adalah sebatas komitmen keperdataan saja, hal ini
berangkat dari konsep perkainan atau pernikahan dalam Undang Undang
Hukum Perdata yang menjadi rujukan dari Urusan rumah tangga dalam islam.
Di ketentuan pasal satu undang-undang nomor tahun seribu serratus tujuh
puluh empat tentang perkawinan telah diterangkan bahwa perkawinan
sejatinya merupakan sebuah komitmen ikatan lahir dan batin antara laki laki
dengan perempuan sebagai sepasang yang sah dengan tujuan membentuk

5
keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Kutuhanan Yang Maha Esa, hal
ini dapat dipahami dalam Regulasi Undang Undang Perkawinan
Pada tahun 1974 di Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUHP Per)
Indonesia menjabarkan beberapa fakta sebagai berikut:
- Konsep monogami dalam perkawinan telah diatur bahwa seorang suami
hanya diijinkan mempunyai satu orang istri saja begitu pula sebaliknya.
pengertia ini dapat kita lihat dalam ketentuan Pasal 27 Kitab Undang
Undang Hukum Perdata (KUH Per), hal ini menegaskan bahwa
perkawinan bersifat Monogami, Perkawinan dalam KUH Per hanya
mempunyai kapasitas untuk memastikan bahwa Pernikahan dilakukan
berdasarkakan urusan keperdatan saja, hal ini dapat dimengerti bahwa
pernikahan hanya sebatas urusan perdata, tidak lebih dari itu, terdapat
dalam Pasa1 26 Kitab Undang Undang.
- Hukum Perdata (KUH Per). Bahwa Pernikahan menjadi legal apabila telah
dipenuhinya sarat dan ketentuan hukum dalam regulasi undang undang
keperdataan. Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUH Per) tidak
melihat unsur agama atau keyakinan sebagai bagian sahnya hubungan
pernikahan. Hal ini ditegaskan dalam Pasa1 81 Kitab Undang Undang
Hukum Perdata (KUH Per), ritual keagamaan dalam perkawinan tidak
boleh dilangsungkan sebelum perkawinan dilaksanakan dan dicatatkan
dihadapan Dinas atau Badan Catatan Sipil.
- Bahwa didalam Kitab Undang Undang Hukum keperdataan (KUH Per),
mempunyai keturunan bukan merupakan tujuan sebuah pernikahan, mari
kita cermati syarat-syarat sahnya perkawinan dalam Hukum Perdata atau
Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUH Per), syarat sahnya
perkawinan dapat di petakan menjadi dua bagian yaitu bagian materil dan
bagian formil dalam melaksankan perkawinan.
- Syarat bagian materil adalah syarat bagian penjelasan yang bersifat pokok
dalam melaksanakan perkawinan pada umumnya, syarat bagian itu
meliputi: berlakunya dasar dalam pasangan hanya satu, terdapat dalam
Pasal 127 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, kewajiban mempunyai
kata sepakat atau mau dan bebas memilih antara si pria maupun wanita

6
terdapat dalam melaksanakan perkawinan , hal ini terdapat dalam pasal 28
Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUH Per), terkait uumur
perkawinan, usia pria sudah berumur 18 tahun dan wanita sudah berumur
15 tahun, hal ini terdapat dalam pasal 29 KUH Per.
- Bahwa terdapat waktu menunggu bagi wanita yang bercerai, yaitu 300 hari
sejak perkawinan terakhir berpisah atau cerai, ini terdapat dalam
keterangan Pasal tiga puluh empat, Kitab Undang Undang Hukum Perdata
(KUHPer), terkait anak belum cukup umur harus mendapatkan izin kawin
dari kedua orang tua mereka tersebut, terdapat dalam Pasal tigah puluh
lima KUH Per.
Sehingga dari undang undang sudah diatur jelas mengenai pernikahan
yang tertulis sebagai perkawinan, sehingga secara harafiah sebuah
pernikahan adalah sebuah situasi sosial dimana dua individu secara hukum,
agama, budaya, adat diakui sebagai sebuah pasangan hidup yang sah di
mata hukum dan agama. Pernikahan sendiri memiliki variasi yang
signifikan di seluruh budaya dan masyarakat, beberpa elemen yang
mempengaruhi adalah emosional, huku, ekonomi dan sosial antara
pasangan.

2.3 Pengertian Pacaran

Istilah pacarana banyak digunakan oleh kalangan remaja yang


bertujuan untuk mencari kecocokan antar pasangan dengan tujuan ke
jenjang pernikahan. Pacarana sendiri merupakan sitilah umum yang
dugunakan untuk menggambarkan suatu hubungan yang romantis atau
kasual (tidak resmi) anatar dua orang yang saling tertarik satu dengan yang
lain. Aktivitas pacarana umumnya melibatkan pertemuan, perbincangan,
berkencan, iteraksi sosial yang lebih mendalam dengan tujuan untuk saling
mengenal satu dengan yang lain dan juga uapaya untuk membangun
sebuah kedekatan emosional yang baik antar individu. Pacarana menajdi
fakta sosial yang Sudha terjadi di kalangan manapun dan menjadi pedang
bermata dua yang mampu menjadi ancaman dan anugerah bagi beberapa
7
orang. Jika dampak baik yang diberikan maka akan menimbulkan aktivitas
dan pembelajaran yang baik tetapi jika dampak buruk yang diberikan
maka banyak remaja yang bisa terjerat dan terjangkit hal hal buruk apalagi
pada masa saat ini yang budaya luar juga mmapu masuk ke dalam dan
merusak budaya ketimuran.
Konsep dari pacaran juga sudah bervariasi tergantung dari budaya
masyarakat setempat hingga cara pandang sebuah konsep. Konsep awal dari
pacarana ini dimulai dari tahun 1700 an yang dimana bangsa Eropa
menjadikan perempuan sebagai barang yang di berikan oleh seorang ayah
untuk orang lain khususnya sodagar kaya untuk membeli atau membayar
hutang dan hal ini juga bertujuan untuk melayani fungsi repoduksi dari
seorang pria. Lalu seiring berkembangnya jaman, mulai masuk budaya surat
cinta yang masuk pad atahun 1849 yang dimana bertujuan untuk berkomunasi
dan meluailah timbul car aberpacran, hingga ke tahap pernikahan. Seiring
berkembangnya cara-cara atau konsep dalam pacaran diiringi juga dengan
adanya film film romantic karangan manusia di tahun 2000 an tentang kisah
cinta yang legendaris sehingga mmapu menginspirasi banyak orang untuk
berpacaran dan merajut cinta antar individu dengan berbagai latar belakang,
Pada jaman ini berpacaran menjadi cara utama anak muda untuk
menunjukan elektabilitasnya dalam mencintai dan dicintai sehingga mampu
menimbulkan budaya budaya baru yang menjadi pencampuran dari budaya
timur orang Indonesia. Banyak budaya yang tanpa sadar di modifikasi oleh
beberapa orang atau pasangan dengan anggapan bahwa ‘mengikuti
perkembangan jaman’ sehingga hal ini membuat perubahan sedikit banyak ke
budaya ketimuran orang Indonesia. Menurut Sapolsku manusia mmebentuk
ikatan pasangan tetapi kemungkinna menghadapi perselingkuhan atau
pergantian pasangan, pola perilaku seperti ini membentuk konsep dari pacaran.

8
2.4 Ideologi di Indonesia

Sejak tahun 1945 tepatnya 17 Agustus 1945 setelah Indonesia sudah


memproklamasikan kemerdekaanya. Sudah di atur dalam pembukaan UUD
1945 pra amandemen tertulis bahawa Indonesia merupakan negara hukum
yang memiliki dasar-dasar aturan dan mempunyai ideologi yang dipegang
dan menjadi dasar dari negara ini. Hal ini semakin diperjelas dengan
amandemen UUD 1945 di dalam pasal 1 ayat (3) yang juga di mengatur
bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.
Pembentukan negara hukum hendaknya mengarah atau berfokus pada
hakikat hukum (law truth) yang merupapakan menjadi sebuah media atau
alat yang merupakan cara untuk mewujudkan sebuah kepentingan Bersama
diatas kepentingan orang lain atau kepentingan-kepentingan lainnya,
sehingga hal ini menjadi pembeda dari negara lain yang bukan menjadi
negara hukum sehingga hakikat hukum merupakan sebuah aturan yang
menjadi landasan sebuah negara berdiri dengan beberapa aturannya. Hal ini
tidak lepas dari ideologi yang ada secara social maupun budaya yang
menjadi bagian dari hakikat dari hukum. Konsep negara hukum barat lahir
karena pergulatan sosial yang menentang adanya absolutism yang dilakukan
oleh para raja pada saat itu. Sedangkan negara hukum di Indonesia lahir
bukan karena adanya pergulatan sosial melawan absolutisme sebagaiman
yang terjadi di negara hukum barat. Pada tahun 2012 Fransiska Novita
Eleanora telah mengkaji Ideologi Pancasila sebagai dasar negara hukum di
Indonesia, hasilnya adalah Ideologi Pancasila sebagai norma dasar
dalam hukum Indonesia sebagai pandangan hidup yang tercermin dalam lima
sila Pancasila, kedudukan Pancasila di Indonesia merupakan sumber dari
segala sumber hukum yang mengatur dan menjadi Batasan bagi seluruh
rakyat di Indonesia, di mata Undang-Undang semua orang adalah sama
memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Menurut Soejono Soemargono (1986) dalam Slamet Sutrisno (1986)
mengatakan secara umum mengartikan ideologi adalah sekumpulan
keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan, gagasan-gagasan yang

9
menyangkut serta mengatur tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam
berbagai bidang kehidupan. Secara garis besar terdapat lima hal yaitu bidang
politik yang termasuk di dalamnhya yaitu bidang pertahanan atau keamanan,
social, ekonomi, kebudayaan, dan keagamaan.
Namun dalam berbagai hal variasi definisi ideologi itu, yang dimana
dalam ideologi tersebut adalah hasil dari suatu kegiatan pemikiran. Immanuel
Kant (1724-1804) seorang filosof Jerman mengemukakan bahwa ratio
manusia di dalam kegiatan pemikirannya terbagi menjadi dua, yaitu: Reinen
Vernunft atau Pure Reason atau pikiran secara murni, dan practische
Vernunft atau practical reasonatau pikiran yang praktis.
Practical Reason dalam kegiatan yang bersifat metaphysis ataui yang biasa
diekenal keluar jagat raya sehingga sampai pada Lex Devina yaitu Tuhan
Yang menciptakan alam semesta dan manusia. Sedangkan Practical Reason
dalam kegiatannya bersinambungan dengan experience atau pengalaman yang
Dimana ideologi selalu memitoskan pada suatu ajaran, dan secara optimis
mengajarkan bagaimana suatu ideologi pasti akan dapat dicapai. Dan dalam
loyalitas memiliki arti bahwa dalam setiap ideologi menuntut adanya
keterlibatan kepada para pendukungnya.

2.5 Ideologi Liberalisme


Liberalism meruapkan suatu ideologi yang dianut oleh beberapa negara di
dunia ini dengan paham kebebasan mutalak yang dimiliki oleh seorang
individu. Ideologi ini menekankan pada hak asasi manusia, atau individu,
kebabasan mutlak yang dimiliki oleh warga sipil dan juga ekonomi pasar
bebas. Ideologi ini memiliki prinsip yaitu sebagai berikut:
 Hak Asasi Manusia
Paham liberal menekankan kepada paham hak asasi manusia sebagai
prinsip yang fundamental. Hak hak ini mencakup ha katas hidup,
kebebasan dan hak milik serta hak-hak politik, sosial lainnya.
 Ekonomi Bebas
Liberal ekonomi mengusung gagasan bahwa pasar bebas yang bersifat
kompetitif adalaha cara yang paling baik untuk mencapai sebuah

10
kesejahteraan ekonomi. Pemeikiran ini diterapkan dan dibuktikan
dalam kebijakan ekonomi privatisasi, deregulasi, dll
 Kebebasan Individu
Liberal menempatkan nilai tinggi pada kebebasan individu yang
mencakup kebebasan berpendapat, kebebasan beragaam dan hak-hak
sipil lainya. Pemerintah dianggap sebagai pembela hak hak individu
secara mutalak.
Pada pemerintahan barat yang menerapkan ideologi liberalism
menganggap bahwa ideologi ini berdampak besar terhadap keberlangsungan
hidup masyarakatnya dan membawa dampak yang baik untuk kepentingan warga
sipil dan juga ekonomi negara tersebut. Menurut naturalism liberal yaitu John
Locke yang berasal dari Inggris bahwa liberal yaitu sebuah hak hmilik pribadi
yang merupakan suatu hak alam dan naluri yang umbuh bersama pertumbuhan
manusia, secara alamiah manusia adalah baik adanya tetapi akibat akibat yang
banyak dirasakan oleh warga sipil adalah kesenjangan, harta dan kekayaan yang
menjadi sorot utama dari paham liberal ini. John Locke berpendapat bahwa negara
yang terbentuk dari adanya perjanjian sosial yang terjadi dianatra individu yang
hidupnya bebas dengan penguasa.

11
Bab 3
METODE PENELITIAN

3.1 Pembahasan

Ideologi dan sifat liberal yang dimiliki beberapa anak muda jaman
sekarang membuat budaya ketimuran sendiri itu hilang. Sejatinya mereka tidak
hanya mengadopsi, merubah lalu mempraktekan kea rah yang lebih baik tetapi
mereka malah merubah makna dari sbeuah budaya itu sendiri hingga kehilangan
makna yang sebenarnya. Dari wawancara yang kelompok kami lakukan kepada
narasumber bahwa narasumber memiliki faktor ‘ikut-ikut’ teman atau pergaulan
yang ada sehingga membuat hal tersebut terpengaruh kepada sikap dan
perbuatannya serta keputusannya itu sendiri. Narasumber menganggap bahwa dia
memiliki kebebasan mutlak terhadap hidup dan pilihannya, sehingga tidak
mempertimbangkan apapun dalam pengambilan keputusan tersesbut kecuali
dirinya sendiri.
berikut kami lampirkan daftar pertanyaan yang kami berikan kepada narasumber
pada saat wawancara pada tanggal 5 Januari 2024:
1. Berapa umur narasumber?
2. Pendidikan terakhir narasumber?
3. Dimana domisili narasumber?
4. Apa pekerjaan narasumber saat ini?
5. Berapa pendapatan yang bisa narasumber terima?
6. Sudah berapa lama status hubungan narasumber?
7. Sudah berapa lama narasumber memutuskan untuk tinggal bersama?
8. Dimana narasumber memilih tinggal bersama?
9. Apakah narasumber tidak merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari?
10. Bagaimana cara narasumber dan pasangan membagi tugas untuk pekerjaan
rumah?
11. Sampai sejauh ini apakah narasumber merasa yakin dengan pasangan
narasumber?
12. Bagaimana keadaan hati dan perasaan naarsumber setelah memutuskan
tinggal bersama pasangan?
13. Apakah narasumber tidak keberatan jika mendengar omongan yang tidak
enak di dengar oleh berbagai kalangan?
14. Apakah orang tua mengetahui tentang keputusan anda ini?
15. Apa yang membuat narasumber yakin terhadap pasangan narasumber?
16. Coba ceritakan secara lengkap apa faktor yang mmebuat narasumber
memutuskan untuk tinggal bersama pasangan?
17. Sampai sejauh ini bagaimana perasaan narasumber saat tinggal bersama
pasangan?
Dari pertanyaan tesebut kami mempunyai jawaban yang sudah kami rangkum
sebagai berikut:

12
1. 20 tahun
2. Sekolah Menengah Atas
3. Surabaya
4. Sales Ibox
5. > Rp 5.500.000
6. 6 tahun
7. 2 tahun
8. Saat ini di kos-kos an, sebelumnya di apartemen dan di rumah orang tua
9. Tidak
10. Kebanyakan pasangan saya yang mengatasi pekerjaan rumah
11. Belum 100%
12. Perasaan saya biasa saja tetapi lebih bebas
13. Tidak sama sekali
14. Mengetahui
15. Selalu bersama dia membuat saya tidak bisa lepas, tetapi jika di tanya
alasannya apa saya tidak tahu
16. Ingin saja untuk tinggal bersama pasangan
17. Biasa saja

Dapat diuraikan jawaban dari atau tanggapan dari narasumber bahwa narasumber
memiliki penghasilan pribadi dengan bekerja di Ibox di Grand City dan mendapat
gaji diatas rata-rata upah minimum regional kota Surabaya sehingga orang awam
menganggap bahwa pendapatan tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan
pribadi tetapi dari hasil wawancara yang kami lakukan Jumat, 5 Januari 2024
Elina selaku panggilan narasumber kami menguraikan bahwa upah setara UMR
dianggap kurang untuk memnuhi kebutuhan sehari-hari. Keputusan untuk tinggal
bersama adalah keputusan yang dimiliki oleh mereka sendiri dan atas pengetahuan
orang tuanya dan menurut pengakuan narasumber kami mereka sempat tinggal di
rumah keluarga berlangsung slama kurang lebih 2 tahun. Lalu mereka
memutuskan untuk tinggal di apartemen dan akhirnya sekarang di kos kos an yang
dibilang cukup mewah di daerah Surabaya bagian barat.
Hal ini lantaran narasumber memiliki pengalaman yang tidak baik di
keluarga dan diperlakukan tidak sebagaimana mestinya sehingga narasumber
berontak dan memutuskan untuk tinggal sendiri. Narasumber ingin merasakan
kebebasan mutlak yang tidak dirasakan di dalam keluarga dan hal ini membuat
narasumber merasa pilihannya adalah pilihan yang paling baik bagi dirinya sendiri.
Kebebasan yang dicari adalah kebebasan mutlak yang tidak ingin diganggu oleh
siapapun dan merasa pilihan hidupnya adalah yang paling benar untuk dirinya
sendiri. Hal ini bukan hanya faktor ikut-ikut teman tetapi juga karena faktor
pendukung dari dirinya sendiri yang merasa bahwa memerlukan kebebasan dan
tidak ingin terikat aturan satupun. Pembagian tugas yang dilakukan oleh mereka
adalah dengan membagi rata pekerjaan rumah hingga usai karena maisng-masing
dari mereka juga bekerja sehingga mereka harus sama sama mengatur waktu dan
kesibukan agar saling melengkapi satu sama lain.
Perasaan yang di rasakan murni adalah ingin merasa bebas dari rasa
terbelenggu oleh keadaan rumah sehingga merasa berhak bebas dan menentukan
pilihan sendiri dan kondisi lain adalah ornag tua yang sudah ‘lepas’ dari tanggung
jawab walaupun tidak sepenuhnya. Sebenarnya budaya ini jelas lepas dari budaya

13
ketimuran di Indonesia namun ada banyak keluarga yang sudah menerapkan hal
seperti ini dan membuat anak mereka merasa berhak menentukan kebabannya
sendiri dibarengi dengan tanggung jawab. Dari wawancara yang dilakukan
narasumber merasa bahwa tetap ada komunikasi baik dengan orang tua nya dan
orang tua pasangannya mengenai keadaan, kehidupan, dan lain sebagainya.
Akhirnya narasumber berasumsi bahwa hidupnya adalah pilihannya sehingga dia
tidak sama sekali merasa tidak dipedulikan dan tidak merasa terasingkan.
Narasumber juga dengan berani berbiacra terang-terangan tentang hall yang
sedang dialami dan lingkungan sekitar yang terkesan biasa saja bahkan cenderung
tidak peduli mengenai urusan orang lain.

14
BAB 4
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Budaya yang sudah tercampur aduk dengan budaya lain atau yang lebih
dikenal dengan transcultural menimbulkan fenomena sosial baru di
masyarakat yang membuat ‘orang lama’ mau tidak mau harus terbiasa melihat
dan mengetahui hal tersebut. Hal ini sejalan dengan perkembangnya jaman
dan masa yang seakan akan tidak ada sekat untuk membedakan yang mana
yang baik dan yang mana yang buruk. Sebagai Warga Negara Indonesia ada
banyak sekali budaya barat yang bertentangan dengan budaya ketimuran
sehingga membuat banyak orang memilih utnuk tidak peduli atau mungkin
melakukan penilaian seenaknya sendiri. Ideologi membuat cara pikir
seseorang terbagi dan tersusun rapi untuk membedakan dan tidak
menyamakan kehidupan satu dengan yang lain dengan mengenyampingkan
kehidupan religious. Budaya tinggal bersama pasangan sebelum menikah
merupakan bentuk nyata dan real dari seseorang yang mengalami hal tersebut
di kehiduapan sosial budaya mereka.

3.2 Saran

Budaya yang masuk tidak bisa dihambat apalagi dengan teknologi yang
semakin pesat dan cepat untuk bertumbuh namun sebagai manusia harus
membpunyai batas wajar dalam menjalani dan memilih sebuah keputusan
untuk hidup. Apa resiko yang akan dihadapi dan bagaiman acara
penangangannya yang tepat sasaran. Mengindahkan budaya ketimuran adalah
keberuntungan seklaigus resiko bagi masyarakat agar terhindar dari hal-hal
buruk yang mungkin akan di hadapi di lingkungan sosial.

15
LAMPIRAN

16
DAFTAR PUSTAKA

Kusherdyana, R., 2020. Pengertian Budaya, Lintas Budaya, dan Teori yang
Melandasi Lintas Budaya.

Anisaningtyas. 2021. Pernikahan di Kalangan Mahasiswa S-1. Jurnal Psikologi


Proyeksi 6 (2). 21-33

Anam, K., 2020. Studi Makna Perkawinan Dalam Prespektif Hukum di Indonesia.
Jurnal Fakultas Hukum Universitas Tulungagung. 59-68

Muslih, A. et all., 2023. Etika Mahasiswa dan Ideologi Liberalisme: Apakah


Nilai-Nilai Liberal Mempengaruhi Pilihan dan Aksi Mahasiswa?. Jurnal
Kewarganegaraan 7 (2). 2127-2132

Surajiyo. 2020. Keunggulan dan Ketangguhan Ideologi Pancasila. Jurnal IKRA-


ITH Humaniora 4(3). 145-155

Siregar, N.et. all., 2021. Liberalisme John Locke dan Pengaruhnya Dalam
Tatanan Kehidupan. Jurnal Education and Development Institut Pendidikan
Tapanuli Selatan 9 (4). 485-491

17

Anda mungkin juga menyukai