Anda di halaman 1dari 19

TEORI DIFUSIONISME

Dosen Pengampu: Syaripulloh, M.Si.

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Sosial Budaya)

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Fadlah Fadilah 11180150000011
Choirul Prio Wibowo 11180150000022
Fachri Wildani 11180150000056

SEMESTER 7
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, tak lupa sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari jalan kegelapan
hingga jalan yang terang benderang, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Sistem Sosial Budaya dengan judul “Teori Difusionisme”.

Dalam proses penyusunan tugas makalah ini kami menyadari akan


keterlibatan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Syaripulloh, M.Si. selaku dosen mata kuliah Sistem Sosial Budaya yang telah
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan juga kepada orang tua dan sahabat-
sahabat yang saling mendukung dan memberikan semangat dalam menyelesaikan
tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun agar menjadi lebih baik.

Sawangan, 17 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
2.1 Gejala Kesamaan Unsur-unsur Kebudayaan.............................................3
2.1.1 sejarah Perkembangan Teori Difusi............................................................3
2.2 Persebaran Unsur-Unsur Kebudayaan............................................................5
2.2.1 Definisi Difusi Budaya............................................................................7
2.2.2 Bentuk Difusi Kebudayaan....................................................................10
2.3 Konsep Kulturkreis dan kulturschicht.....................................................11
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
1.1 KESIMPULAN.......................................................................................15
1.2 SARAN...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peristiwa persamaan unsur-unsur kebudayaan menjadi hal yang terikat
yang patut diperhatikan. Budaya terbentuk dari penopang inti kebudayaan
tersebut. Penopang atau dasar dari kebudayaan tersebut adalah unsur-unsur
kebudayaan. Para tokoh dan ahli antropologi mengutarakan pendapat
mengenai unsur tersebut. pada makalah ini, materi tersebut menjadi salah satu
pembahasan menarik di Bab II yang akan kami bahas. Kesamaan unsur-unsur
suatu budaya tidak lepas dari kebiasaan dan sudut pandang terhadap pengaruh
yang dominan yang muncul dalam perkembangan kepribadian yang lebih
banyak disebabkan oleh faktor budaya daripada genetik. Lalu, bagaimana
gejala kesamaan unsur-unsur budaya dapat diidentifikasi?

Pembahasan selanjutnya adalah persebaran unsur-unsur kebudayaan.


Mobilitas masyarakat serta migrasi suatu kelompok yang juga mempunyai
pengaruh terhadap eksistensi suatu budaya di tempat yang berbeda, yang
kemudian menjadi tertarik bagi masyarakat asli untuk mengikutinya melalui
pengamatan dan kebermanfaatan yang mereka dapat rasakan. Selain itu,
persebaran unsur-unsur kebudayaan terjadi tidak selalu utuh, sangat mungkin
kebudayaan yang (juga) bermigrasi mengalami penyesuaian yang kemudian
dapat disimpulkan sebagai sebuah kesamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
di dua tempat yang berbeda.

Pertemuan etnis atau suatu kelompok dengan lainnya secara alami


memiliki proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan. Difusi ini semakin pesat
disaat dunia memasuki era globalisasi secara massif. Hal ini dihimpun yakni
penemuan-penemuan baru yang dihasilkan yang secara sadar dilakukan karena
menemukan kemudahan atau kehangatan dalam implementasinya. Hal-hal
yang termaktub pada latar belakang ini menjadi pertimbangan yang konkret
untuk ditelaah. Secara general budaya Indonesia telah mengalami banyak
distorsi baik secara positif maupun negatif. Untuk memahami peristiwa ini

1
perlu adanya kajian agar dapat mengetahui langkah progresif yang matang
agar dapat melakukan filterisasi dan proteksi kebudayaan lokal agar tetap
eksis khususnya di Nusantara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa gejala kesamaan unsur-unsur kebudayaan ?
2. Bagaimana persebaran unsur-unsur kebudayaan ?
3. Bagaimana Konsep Kulturkreis dan kulturschicht ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui gejala kesamaan unsur-unsur kebudayaan.
2. Untuk mengetahui persebaran unsur-unsur kebudayaan.
3. Untuk mengetahui Konsep Kulturkreis dan kulturschicht.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gejala Kesamaan Unsur-unsur Kebudayaan


Faktor terjadinya gejala Persamaan Unsur-Unsur Kebudayaan, Menurut
tokoh: Koentjaraningrat sebab terjadinya gejala-gejala persamaan kebudayaan
setidaknya ada dua pandangan. Pertama, pandangan yang mengatakan bahwa
hal itu terjadi karena tingkat-tingkat yang sama dalam proses evolusi
kebudayaan di berbagai tempat di bumi. Kedua, pandangan yang menjelaskan
bahwa penyebabnya adalah karena persebaran/difusi dari unsur-unsur itu ke
tempat-tempat tadi.1

2.1.1 sejarah Perkembangan Teori Difusi


Perkembangan sejarah unsur-unsur kebudayaan manusia diawali
oleh seorang sarjana bernama F.Ratzel (1844-1904). dia adalah seorang
sarjana Ilmu Hayat merangkap ilmu bumi, yang memberikan suatu
anggapan bahwa kebudayaan manusia itu pangkal satu, dan di satu
tempat tertentu, yaitu pada waktu makhluk manusia itu baru saja muncul
di dunia ini. Kemudian, kebudayaan induk itu berkembang, menyebar,
dan pecah ke dalam banyak kebudayaan baru, karena pengaruh keadaan
lingkungan dan waktu. Dalam proses pemecahan itu bangsa-bangsa
pemangku kebudayaan-kebudayaan baru tadi tidak tetap tinggal berpisah.
Sepanjang masa di muka bumi ini senantiasa terjadi gerak perpindahan
bangsa-bangsa yang saling berhubungan serta pengaruh
memempengaruhi. difusionisme pada akhir buruk 19, kritik terhadap
pemikiran kelompok evolusi semakin tajam. Kritik tersebuttidak saja hal
baik dengan data-data pendukung tahapan evolusi yang di kemukakan,
tetapi sudahmulai muncul pemikiran bahwa perkembangan budaya, tidak
selalu terjadi karna proses evolusi. Tetapi juga memungkinkan terjadi
akibat semakin intennya kontak social antar masyarakat. Hal ini
mengakibatkan tidak-tidak budaya mulai mengalami persebaran ke
1
Nganggit, “Sejarah Teori Antropologi”, (biliksejarahjamal.blogspot.com diakses pada 16
Oktober 2021).

3
berbagai tempat jadi terjadi proses ambil-mengambil antar masyarakat.
pemikiran tentang adanya proses persebaran inilah yang kemudian
melahirkan pemikiran baru dalam antropologi yang kemudian dikenal
teori difusionisme.
Asumsikan dasar teori difusionisme ini berangkat dari pemikiran
bahwa budaya manusia pada prinsipnya berasal dari satu tempat yang
sama yaitu tempat kehidupan pertama muncul seiring perkembangan
masyarakat itu sendiri serta pengaruh lingkungan, maka budaya akhirnya
mengalami persebaran, perkembangan dan pecah menjadi beberapa
bentuk baru. Oleh sebab itu tugas antropolog adalah merekontruksi
kembali alur sejarah perkembangan dan proses persebaran tidak yakin
budaya itu.
Difusionisme menemukan bentuk dalam dua cara pandang:
1. aliran pemikiran sejarah budaya yang lahir dan berkembang di
jerman dan Austria yang terlihat masih mendapat pengaruh dari
aliran evolusi sebelumnya
2. aliran pemikiran difusi lahir dan berkembang di amerika yang
berupaya meninggalkan cara pandang evolusi.
Tetapi kedua aliran ini memiliki persamaan dimana data-data sejarah
adalah sumber data utama yang digunakan dala mengembangkan
pemikiran mereka.
Aliran budaya historis dari f. graebner (1877-1934) Graebner adalah
seorang etnolog jerman yang perlu dicatat dalam aliran budaya kreise.
gejala budaya pada prinsipnya menyebar dari suatu wilayah ke wilayah
lain yang ada di sekitarnya. Disini masih terlihat cara pandang evolusi,
tetapi yang membedakan bahwa proses perkembanagan budaya tersebut
tidak selalu berlaku prinsip evolusi, tetapi ada kemungkinan terjadi
kartidak proses ambil-mengambil antar doa wilayah budaya. kombinasi
berbagai tidak yakin budaya tersebut disebut budaya komplek (komplek
kebudayaan). Sedangkan ligkungan atau areal dimana budaya
menemukan perbedaan coraknya disebut budayakreise (lingkaran

4
kebudayaan). pembagian wilayah ini disebut sebagaikulturkhikhten
(lapisan kebudayaan)
Difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat
ke tempat lain. Penyebaran tersebut menimbulkan peleburan. Peleburan
yang terjadi saat suatu kebudayaan beradaptasi dengan kebudayaan lain
sehingga akan mengalami penyebarluasan atau bahkan memunculkan
kebudayaan baru. Difusi itu terjadi dari migrasi, sehingga kebudayaan
imigran melebur di daerah imigrasi.bentuknya: a. Adanya individu
tertentu yang membawa unsur kebudayaan ke tempat yang jauh. Misal,
para pelaut dan pendeta mereka pergi jauh mendifusikan kebudayaan
mereka. b. Adanya hubungan perdagangan dimana pedagang masuk
dalam suatu kelompok dengan pertemuan individu kelompok lain,
mereka saling mempelajari dan memahami kebudayaan mereka masing-
masing. c. Adanya hubungan perdagangan dimana pedagang masuk
dalam suatu wilayah dan unsur-unsur budaya tersebut masuk dalam
kebudayaan penerima tanpa disengaja.2

2.2 Persebaran Unsur-Unsur Kebudayaan


Secara garis besar kebudayaan memiliki unsur-unsur yang membentuk
yang akan membentuk budaya tersebut. Unsur-unsur tersebut diantaranya
sebagai berikut :
1. Unsur Kebudayaan Sistem Religi
Unsur kebudayaan yang pertama adalah sistem religi atau kepercayaan.
Sistem religi ini menyangkut dan berkaitan dengan keyakinan seorang
individu. Unsur kebudayaan, sistem religi dianggap sebagai salah satu
unsur kebudayaan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Sistem religi juga berfungsi untuk mengatur kehidupan antara manusia
serta penciptanya. Kebudayaan dapat hadir di masyarakat, karena adanya
unsur sistem religi atau kepercayaan yang berbeda-beda di setiap daerah.

2
Rifzqi Agung, “Teori Difusi (Rivers, Ellot Smith & W.J Perry)”, (http://blog.unnes.ac.id/ diakses
pada 15 Oktober 2021).

5
Contohnya, masyarakat Bali memiliki kepercayaan untuk mengadakan
pemakaman pada orang yang telah meninggal dengan cara dibakar.
Kepercayaan tersebut kemudian membentuk sebuah budaya yaitu ngaben
yang hadir di Bali.
1. Unsur Kebudayaan Sistem Bahasa
Bahasa merupakan alat yang diciptakan oleh manusia, agar
mempermudah setiap individu berinteraksi. Sistem bahasa juga merupakan
unsur yang dapat membentuk kebudayaan tersebut. Menurut
Koentjaraningrat, sistem bahasa merupakan perlambangan dari manusia
yang digunakan untuk komunikasi secara lisan serta tertulis.

Sistem bahasa sebagai unsur kebudayaan dapat dilihat melalui


pengetahuan bahasa yang digunakan oleh setiap kelompok masyarakat
berbeda-beda dan memiliki variasi serta keunikannya tersendiri.

2. Unsur Kebudayaan Sistem Pengetahuan


Kebudayaan dapat muncul, karena adanya ilmu pengetahuan yang
berfungsi sebagai gagasan maupun ide dari setiap pencetus kebudayaan
tersebut. Sistem pengetahuan dalam kebudayaan secara universal juga
berkaitan dengan sistem peralatan hidup serta teknologi. Hal ini
dikarenakan sistem pengetahuan memiliki sifat yang abstrak dan berwujud
dalam ide setiap manusia.
3. Unsur Kebudayaan Sistem Ekonomi
Unsur ekonomi dapat membentuk kebudayaan melalui sistem
ekonomi, masyarakat menjadi gotong royong untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Mata pencaharian serta sistem ekonomi juga menjadi fokus
kajian yang penting dalam etnografi.
4. Unsur Kebudayaan Kesenian
Kebudayaan serta unsur kesenian memang saling terikat satu sama
lain. Kesenian yang dibuat oleh masyarakat dapat membentuk suatu
kebudayaan di lingkungan masyarakat tersebut. Contohnya seperti seni tari
yang memiliki makna khusus dan hanya ditarikan dalam ritual maupun
upacara tertentu saja.

6
5. Unsur Kebudayaan Sistem Teknologi atau Peralatan Hidup
Unsur teknologi dapat berperan dalam pembentukan suatu budaya di
daerah tertentu, hal ini dapat dilihat pula melalui usaha antropolog untuk
memahami kebudayaan manusia melalui unsur teknologi yang dipakai
oleh suatu kelompok masyarakat.
Unsur teknologi yang dimaksud merupakan benda yang dapat
dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk serta kegunaannya yang
sederhana. Unsur teknologi yang hadir dalam kebudayaan ini menyangkut
fisik dari kebudayaan itu sendiri.
6. Unsur Kebudayaan Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Kebudayaan terbentuk melalui berbagai kelompok sosial. Menurut
Koentjaraningrat, setiap kehidupan dalam kelompok masyarakat diatur
oleh adat istiadat serta aturan-aturan yang telah disetujui oleh anggota
masyarakat itu. Kesatuan sosial yang dekat serta dasar dari seorang
individu adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti dari individu tersebut serta
kerabat-kerabat lain..
7. Unsur Kebudayaan Sistem Kemasyarakatan
Sistem kemasyarakatan dalam unsur kebudayaan adalah sekelompok
masyarakat yang anggotanya merasa menjadi satu dengan sesamanya.
Sistem kemasyarakatan ini pula menjadi salah satu unsur pewarisan
budaya yang penting dalam struktur sosial. Sistem kemasyarakatan juga
berperan untuk menghitung garis keturunan dari hubungan pernikahan
serta hubungan darah seorang individu.3

2.2.1 Definisi Difusi Budaya


Persebaran unsur-unsur kebudayaan biasa disebut dengan Difusi.
Secara Bahasa (menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia) difusi
memiliki pengertian yakni penyebaran atau perembesan sesuatu
(kebudayaan) dari satu pihak ke pihak lainnya; penghamburan. 4 Adapun
definisi menurut pandangan beberapa ahli, diantaranya sebagai berikut :

3
https://www.gramedia.com/literasi/kebudayaan/amp/ diakses pada 15 Oktober 2021
4
https://kbbi.web.id/difusi diakses tanggal 17 Oktober 2021

7
a) Kontjaraningrat, menurutnya Difusi ialah proses penyebaran
kebudayaan yang disertai dengan adaptasi fisik dan sosial budaya
manusia dalam jangka waktu yang sangat lama. Difusi budaya terjadi
saat ada penyebaran sifat-sifat budaya dan norma-norma dari satu
masyarakat / lingkungan ke yang lain. Saat ini, difusi budaya telah
menjadi proses utama dan memainkan peran besar di seluruh dunia
dengan aplikasinya mulai dari bisnis hingga teknologi.
b) A.Haviland. Difusi ialah kebiasaan atau adat istiadat yang disebarkan
ke kebudayaan lain. Proses ini dapat dilakukan dengan cara meniru
atau imitasi.

Difusi, juga dikenal sebagai difusi budaya, adalah proses sosial di


mana unsur-unsur budaya menyebar dari satu masyarakat atau kelompok
sosial ke yang lain, yang berarti, pada dasarnya, adalah proses perubahan
sosial budaya. Ini juga merupakan proses dimana arti
inovasi diperkenalkan ke dalam organisasi atau bentuk kelompok sosial,
kadang-kadang disebut difusi inovasi. Hal-hal yang disebarkan melalui
difusi meliputi ide, nilai, konsep, pengetahuan, praktik, perilaku, bahan,
dan simbol.

Difusi adalah persebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat


ke tempat lain di muka bumi, yang dibawa oleh kelompok-kelompok
manusia yang bermigrasi. Penyebaran suatu manusia, ilmu
palaentropologi telah memperkirakan bahwa manusia terjadi di suatu
daerah tertentu dimuka bumi. Hal ini dapat diterangkan dengan adanya
proses pembiakan dan gerak penyebaran atau migrasi-migrasi yang di
sertai dengan proses penyesuaian atau adaptasi fisik dan sosial budaya
dari manusia dalam jangka waktu yang panjang sejak zaman purba. Ada
hal-hal yang menyebabkan migrasi yang lambat dan otomatis, ada pula
yang menyebabkan migrasi yang cepat dan mendadak. Migrasi yang
lambat dan otomatis adalah sejalan dengan perkembangan dari manusia
yang jumlahnya selalu banyak sejak masa munculnya manusia dimuka
bumi ini hingga sekarang. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan bersama

8
dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia dimuka
bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan keseluruh penjuru
dunia yang disebut dengan proses difusi (diffusion). 5
prinsip umum difusi budaya yaitu sebagai berikut;

1. Masyarakat atau kelompok sosial yang meminjam unsur dari yang


lain akan mengubah atau mengadaptasi unsur-unsur itu agar sesuai
dengan budaya mereka sendiri.
2. Biasanya, hanya unsur budaya asing yang cocok dengan sistem
kepercayaan budaya tuan rumah yang sudah ada yang akan dipinjam.
3. Unsur-unusr budaya yang tidak sesuai dengan sistem kepercayaan
budaya tuan rumah yang ada akan ditolak oleh anggota kelompok
sosial.
4. Unsur budaya hanya akan diterima dalam budaya tuan rumah jika
mereka berguna di dalamnya.
5. Definisi kelompok sosial akan senantiasa meminjam unsur budaya
lebih mungkin untuk meminjam lagi di masa depan.

Penyebaran unsur-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa ada


perpindahan kelompokkelompok manusia atau bangsa-bangsa dari suatu
tempat ketempat yang lain, tetapi oleh karena adanya individu-individu
tertentu yang membawa unsur-unsur kebudayaan itu hingga jauh sekali.
Ada beberapa cara terjadinya difusi, diantaranya adalah :
a) Cara pertama adalah hubungan dimana bentuk dari kebudayaan itu
masing-masing hampir tidak berubah,cara ini disebut dengan
hubungan simbolik.
b) Cara kedua adalah bentuk hubungan yang disebabkan karena
perdagangan yang terjadi dengan dibawanya hubungan simbolik dari
unsur-unsur kebudayaan asing oleh para pedagang yang masuk
kedalam kebudayaan penerima dengan tidak sengaja dan tanpa

5
Faisal Ashari, “Antropologi Definisi Wujud Dan Kebudayaan”
https://www.academia.edu/download/40769790/antropologi_definisi_wujud_dan_kebudayaan

9
paksaan. Hubungan ini sering disebut dengan Penetration Pacifique
(pemasukan secara damai).6

2.2.2 Bentuk Difusi Kebudayaan


Berdasarkan prosesnya, difusi bisa digolongkan menjadi beberapa
macam jenis-jenisnya, antara lain adalah sebagai berikut;

1. Hubungan Symbiotic
Symbiotic artinya hubungan yang terjadi hampir tidak mengubah
unsur kebudayaan yang dimiliki. Contohnya yaitu hubungan barter
yang terjadi selama berabad-abad antara suku Afrika dengan
kelompok Negrito. Suku bangsa Afrika memberikan hasil pertanian,
sedangkan kelompok Negrito memberikan hasil berburu dan hasil
hutan. Selama terjadinya hubungan tersebut, kebudayaan masing-
masing suku tidak mengalami perubahan.
2. Hubungan Penetration Pacifique
Penetration pacifique artinya terjadinya pemasukan unsur-unsur
kebudayaan tanpa adanya paksaan. Contohnya yaitu unsur
kebudayaan yang dibawa masuk oleh para pedagang dari India ke
Indonesia. Cerita Ramayana dan Mahabarata yang berkembang di
Indonesia salah satunya diperoleh melalui aktivitas perdagangan
masyarakat India ke Indonesia. Masuknya unsur-unsur kebudayaan
tersebut terjadi secara tidak sengaja ke dalam kebudayaan penduduk
setempat.
3. Stimulus Diffusion
Stimulus diffusion artinya bentuk difusi yang terjadi karena
penyebaran kebudayaan secara beruntun. Contohnya yaitu suku
bangsa A bertemu B terjadi difusi, B bertemu C terjadi difusi, C
bertemu D terjadi difusi, begitu pula seterusnya. Misalnya adalah
kewajiban melakukan seikirei pada masa penjajahan Jepang di Asia.

2.3 Konsep Kulturkreis dan kulturschicht


6
ibid

10
Konsep ini diperkenalkan oleh F. Graebner. Graebner menawarkan
suatu cara baru untuk menyusun benda-benda kebudayaan di museum.
Biasanya benda-benda tersebut disusun menurut asalnya, tetapi oleh
Graebner disusun berdasarkan persamaan dari unsur-unsur tersebut.
Metode klasifikasi unsur-unsur kebudayaan dari berbagai tempat di muka
bumi ke dalam kulturkreise tersebut dilakukan dengan tahap-tahap
berikut :
A. Pertama-tama seorang peneliti harus melihat tempat-tempat di
muka bumi yang terdapat unsur-unsur kebudayaan yang sama.
Peneliti kemudian melihat apakah di suatu daerah terdapat unsur-
unsur lain yang sama dengan unsur-unsur kebudayaan di daerah
yang lain. Alasan pembandingan berupa suatu kuantitas dari
berbagai unsur kebudayaan disebut Quantitas Kriterium. Tiap-tiap
kelompok dari unsur-unsur yang sama tadi masing-masing disebut
Kulturkompleks.
B. Pada tahap berikutnya, peneliti menggolongkan semua tempat yang
menjadi pembanding tersebut menjadi satu, seolah-olah
memasukkan tempat-tempat tersebut ke dalam satu lingkaran peta
bumi. Tempat-tempat tadi dikelompokkan menjadi satu
Kulturkreis. Melalui prosedur tersebut, akan tergambar berbagai
kulturkreise,yang saling berpadu dan bersilangan di atas peta bumi.
Dari sana akan tampak gambaran penyebaran atau difusi dari
unsur-unsur kebudayaan di masa yang lampau. Dengan klasifikasi
kulturkreise itulah Kulturhistorie umat manusia direkonstruksikan
dan memperlihatkan sejarah penyebaran bangsabangsa di muka
bumi.

Dengan melanjutkan prosedur tersebut, maka di atas peta bumi akan


tergambar berbagai Kulturkreise, yang saling bersimpang siur. Dengan
demikian akan tampak gambaran persebaran atau difusi dari unsur-unsur
kebudayaan di masa yang lampau. Dengan klasifikasi Kulturkreise itu
direkonstruksi dengan kulturhistorie umat manusia, dan tampak kembali
sejarah persebaran bangsa-bangsa di muka bumi. Akan tetapi, dalam

11
menggunakan konsep tersebut sampai sekarang masih belum ada yang
bisa menggunakan. Hal itu disebabkan karena, banyak jumlah unsur-unsur
dari beribu-ribu kebudayaan yang tersebar di muka bumi ini dapat
mencapai ratusan ribu. Celaan atas metode Klasifikasi Graebner ini
memang ada, namun banyak juga sarjana yang menggunakannya lebih
lanjut yaitu a.I. Schmidt dan pengikut-pengikutnya.

1. Konsep Kulturkreis dan kulturschicht Schmidt


W. Schmidt sangat terkenal dalam dunia antropologi sebagai
seorang yang telah mengembangkan lebih lanjut metode klasifikasi
kebudayaan-kebudayaan di dunia dalam Kulturkreise. Klasifikasi itu
dicita-citakan untuk dilakukan secara besar-besaran, dengan tujuan
untuk dapat melihat sejarah persebaran dan perkembangan kebudayaan
atau Kulturhistorie dari seluruh umat manusia dimuka bumi ini. Untuk
mengerjakan proyek raksasa yang dicita-citakannya itu, ia tentu
memrlukan bahan keterangan yang luar biasa banyaknya, dari semua
kebudayaan yang tersebar di dunia. Bahan ini harus diperolehnya dari
karangan-karangan etnografi tulisan para peneliti di daerah, dan
terutama ileh para pendeta dari Societas Verbi Divini. Bahan
keterangan itu kemudian dikumpulkan, diteliti, dikupas, untuk disusun
oleh schmidt berdasarkan metode klasifikasi Kulturkreise.
W. Schmidt juga terkenal dalam kalangan ilmu antropologi
karena penelitian-penelitiannya mengenai bentuk religi yang tertua. Ia
berpendirian bahwa keyakinan akan adanya satu Tuhan bukanlah suatu
perkembangan yang termuda dalam sejarah kebudayaan manusia.
Religi yang bersifat monotheisme itu adalah bentuk yang amat sangat
tua. Sebelumnya, ada sarjana lain yang memilki pendapat seperti itu,
yaitu A. Lang. Dia yakin bahwa agama berasal dari titah Tuhan yang
diturunkan kepada makhluk manusia waktu ia mula-mula muncul di
muka bumi. Oleh karena itulah adanya tanda-tanda dari suatu
keyakinan kepada dewa pencipta, justru pada bangsa-bangsa yang
paling rendah tingkat kebudayaannya (yaitu yang menurut Schmidt
paling tua), memperkuat anggapannya tentang adanya Titah Tuhan

12
asli, atau Uroffenberung itu. Dengan demikian keyakinan yang asli dan
bersih kepada Tuhan (keyakian Urmonotheismu) itu malah ada pada
bangsa-bangsa yang tua, yang hidup dalam zaman ketika kebudayaan
manusia masih rendah. Dalam zaman kemudian, waktu kebudayaan
semakin bertambah maju, keyakian asli terhadap tuhan semakin kabur,
kebutuhan manusia semkain banyak, maka keyakinan asli itu menjadi
makin terdesak oleh pemujaan kepada makhluk-makhluk halus, ruh-
ruh, dewa-dewa dsb7
2. Teori Difusi Rivers
W.H.R. Rivers (1864-1922), mengembangkan suatu metode
wawancara yang baru, yang menyebabkan bahwa ia berhasil
mengumpulkan banyak bahan, terutama mengenai sistem
kemasyarakatan suku-suku bangsa yang tinggal di daerah
(penelitiannya terhadap masyarakat Selat Torres). Metode yang oleh
Rivers kemudian diuraiakn dala karangan berjudul A Genealogical
Method of Antropoligical inquiry (1910) itu terbukti merupakan suatu
metode yang kemudian akan menadi metode pokok dalam sebagian
besar penelitian antropologi yang berdasarkan Field work. Metode
yang digunakannya sebenarnya adalah suatu metode wawancara yang
akan saya uraikan dengan singkat di bawah ini .Apabila seorang
peneliti datang kepada suatu masyarakat maka sebagian besar dari
bahan keterangannya akan diperoleh dari seorang informan, dengan
berbagai macam metode wawancara.
Rivers mengalami bahwa banyak bahan keterangan mengenai
kehidupan sesuatu masyarakat dapat dianalisa dari daftar-daftar asal
usul, atau genealogi dari para informan itu. Dengan demikian, seorang
penelitia harus mengumpulkan sebanyak mungkin daftar asal-usul dari
individu-individu dalam masyarakat obyek penelitiannya itu. Dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai kaum kerabat dan nenek
moyang para individu tadi sebagai pangkal, seorang peneliti dapat
menembangkan suatu wawancara yang luas sekali, mengenai
7
http://isdiqlia.blogspot.com/2014/12/antropologi.html?m=1 Diakses pada 15 Oktober 2021 pukul
19.00

13
bermacam-macam peristiwa yang menyangkut kaum kerabat dan
nenek moyang tadi, dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
konkret. Metode ini sekarang terkenal dengan nama metode genealogi,
atau genealogical method dan merupakan alat utama bagi tiap peneliti
antropologi yang akan melakukan field work di daerah.” 8

8
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, (Jakarta: Gramedia, 1987), hlm. 182

14
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Gejala-gejala persamaan kebudayaan bahwa hal itu terjadi karena
tingkat-tingkat yang sama dalam proses evolusi kebudayaan di
berbagai tempat di bumi, dan hal itu terjadi karena tingkat-tingkat yang
sama dalam proses evolusi kebudayaan di berbagai tempat di bumi.
Difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke
tempat lain. Penyebaran tersebut menimbulkan peleburan. Peleburan
yang terjadi saat suatu kebudayaan beradaptasi dengan kebudayaan
lain sehingga akan mengalami penyebarluasan atau bahkan
memunculkan kebudayaan baru.
Persebaran unsur-unsur kebudayaan yang dikenal sebagai difusi
budaya, adalah proses sosial di mana unsur-unsur budaya menyebar
dari satu masyarakat atau kelompok sosial ke yang lain, yang berarti,
pada dasarnya, adalah proses perubahan sosial budaya. Ini juga
merupakan proses dimana arti inovasi diperkenalkan ke dalam
organisasi atau bentuk kelompok sosial, kadang-kadang disebut difusi
inovasi. Hal-hal yang disebarkan melalui difusi meliputi ide, nilai,
konsep, pengetahuan, praktik, perilaku, bahan, dan simbol.
Konsep kulturkreis dan kulturschicht diperkenalkan oleh F.
Graebner. Graebner menawarkan suatu cara baru untuk menyusun
benda-benda kebudayaan di museum. Biasanya benda-benda tersebut
disusun menurut asalnya, tetapi oleh Graebner disusun berdasarkan
persamaan dari unsur-unsur tersebut.

1.2 SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, maka
kami memiliki harapan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan
saran dalam pembuatan makalah ini agar penulis lebih berkembang
dalam penyusunan makalah selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nganggit, “Sejarah Teori Antropologi”, biliksejarahjamal.blogspot.com


Rifzqi Agung, “Teori Difusi (Rivers, Ellot Smith & W.J Perry)”,
http://blog.unnes.ac.id/
https://www.gramedia.com/literasi/kebudayaan/amp/
https://kbbi.web.id/difusi
Faisal Ashari, “Antropologi Definisi Wujud Dan Kebudayaan”
https://www.academia.edu/
antropologi_definisi_wujud_dan_kebudayaan
http://isdiqlia.blogspot.com/2014/12/antropologi1
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, (Jakarta: Gramedia, 1987)

16

Anda mungkin juga menyukai