Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

Dosen Pengampu: Dr. Ismail Ruslan, S. Ag., M. Si.

Disusun Oleh:

Muhammad Riski Adi Saputra (12201089)

Karsih Amelia Novita Andini (12201084)

Sherly Wulandari (12201099)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang dimana telah memberikan kita kesehatan agar dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Kemudian shalawat serta salam
tentunya kita curah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. yang mana akan
memberikan kita syafaatnya di akhirat nanti.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Sosiologi dan Antropologi yang mana telah mengamanahkan kami
untuk membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini berjudul “Dinamika
Masyarakat dan Kebudayaan”. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah
wawasan orang yang membacanya. Kemudian tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih
kepada kawan-kawan yang telah turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwasanya jika terdapat kesalahan ataupun kekhilafan maka
itu datangnya dari diri kami sendiri. Oleh karna itu kami mengharap kritik dan sarannya agar
kedepannya bisa lebih baik lagi. Sekian dari kami terima kasih.

Pontianak, 22 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

A. Konsep Mengenai Pergeseran Masyarakat dan Kebudayaan ........................3


B. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri...................................................................4
C. Proses Perkembangan Kebudayaan...................................................................6
D. Proses Difusi..........................................................................................................7
E. Pengertian Akulturasi dan Asimilasi..................................................................9
F. Pembaruan (Inovasi)...........................................................................................12

BAB III PENUTUP..........................................................................................................13

A. Kesimpulan...........................................................................................................13
B. Saran ....................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits


dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang
kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual
dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Budaya Indonesia merupakan kebudayaan yang dapat di artikan sebagai kesatuan
dari kebudayaan seluruh wilayah yang ada di Indonesia Untuk Menumbuhkan rasa cinta
Indonesia dalam rangka Mengembalikan Jati diri Bangsa Indonesia perlu di galakkan
kembali karena sekarang ini Indonesia sedang mengalami nilai nilai pergeseran dari
kebudayaan lokal yaitu kebudayaan asli Indonesia kepada mulainya kecintaan terhadap
budaya asing.
Dinamika masyarakat merupakan cara untuk menganalisis masyarakat, didalam
dinamika masyarakat ini terdapat konsep-konsep tentang proses-proses pergeseran
masyarakat dan kebudayaan, yang akan kami paparkan didalam makalah kami ini agar
kita dapat mengetahui dan memahami secara garis besar maupun spesifik hingga dapat
membantu kita untuk menganalisa secara ilmiah gejala-gejala dan kejadian-kejadian
sosial budaya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan?
2. Bagaimana proses belajar kebudayaan sendiri?
3. Bagaimana proses perkembangan kebudayaan?

1
4. Bagaimana proses difusi?
5. Apa pengertian akulturasi dan asimilasi?
6. Bagaimana bentuk pembaruan (inovasi)?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep mengenai pergeseran masyarakat dan kebudayaan.
2. Untuk mengetahui proses belajar kebudayaan sendiri.
3. Untuk mengetahui proses perkembangan kebudayaan.
4. Untuk mengetahui proses difusi.
5. Untuk mengetahui pengertian akulturasi dan asimilasi.
6. Untuk mengetahui bentuk pembaruan (inovasi).

2
BAB II
DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

A. Konsep Mengenai Pergeseran Masyarakat dan Kebudayaan


Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits
dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinisme. (Desi Karolina dan Randy, 2021:1)
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut
Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma
sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,
tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat. (Desi Karolina dan Randy, 2021:1)
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai
anggota masyarakat. (Desi Karolina dan Randy, 2021:1)
Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran
atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih
inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih
bermartabat. (Hardiansyah,dkk, 2019:39)
Suatu peruabahan yang terjadi pada masyarakat, maka perlu diketahui sebab-
sebab terjadinya perubahan-perubahan itu. Apabila ditinjau lebih mendalam apa sebabnya
terjadi perubahan dalam masyarakat, umumnya dapat dikatakan bahwa yang diubah
mungkin dengan sadar mungkin juga dengan tidak sadar oleh masyarakat adalah sesuatu
yang dianggap sudah tidak memuaskan lagi adanya. (Hardiansyah,dkk, 2019:40)
Penemuan-penemuan baru dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
sosial, misalnya saja penemuan-penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik
yang berupa suatu alat baru ataupun suatu yang berupa ide baru yang diciptakan oleh
seseorang dalam masyarakat dan masyarakat mengakui, menerima dan menerapkan
penemuan-penemuan tersebut. Dengan demikian terjadilah suatu perubahan-perubahan
dalam masyarakat yang merupakan hasil dari dari penerapan alat-alat atau ide-ide baru
tadi. (Hardiansyah,dkk, 2019:40-41)

3
B. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
Pewarisan budaya dimasyarakat sudah mengalami perubahan yang
signifikan. Perubahan tersebut tidak hanya karena faktor external manusia, akan
tetapi juga adanya faktor internal pada diri manusia untuk mengikuti perkembangan
ilmu dan teknologi. (Yus Darusman,dkk, 2019:96)
Meskipun setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, sebagai
pendukung kebudayaan, masyarakat memiliki ciri khas umum yang membedakan dengan
kebudayaan masyarakat lain. Sifat hakikat dari kebudayaan ini menurut Williams dalam
(Soerjono 2002) adalah sebagai berikut: (1) kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari
perikelakuan manusia, (2) kebudayaan telah ada terlebih dahulu dari pada lahirnya suatu
generasi yang bersangkutan, (3) kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan
dalam tingkah lakunya; dan (4) kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan
kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang
dan tindakan- tindakan yang diijinkan. (Yus Darusman,dkk, 2019:96)
Proses belajar kebudayaan menurut (Nuryanti 2012) bahwa proses belajar
kebudayaan sendiri memiliki tahapa proses diantaranya proses internalisasi, proses
sosialisasi, dan proses enkulturasi. (Yus Darusman,dkk, 2019:96)
1. Proses Internalisasi
Internalisasi nilai budaya adalah hasil dari hak dan cipta manusia dan
berkembang dimasyarakat, pada dasarnya tidak hanya didapatkan dari keluarga,
melainkan juga didapat dari lingkungan sekitar. Lingkungan yang dimaksud tersebut
adalah lingkungan sosial masyarakat yang dimana budaya itu sendiri tercipta karena
adanya aktifitas kehidupan sehari-hari. Secara tidak sadar kita telah dipengaruhi oleh
berbagai tokoh masyarakat, seperti kiai, ustadz maupun guru. Berkembangnya suatu
budaya dipengaruhi bagaimana cara suatu masyarakat mempertahankan budayanya
dengan cara memperkenalkan kepada anak- anak mereka, mengajarkan kepada
mereka akan pentingnya nilai budaya itu seperti apa, serta mengajak anak-anak nya ke
tempat- tempat yang memiliki banyak nilai budaya seperti museum. (Dedek dan
Emusti, 2021:5-6)
2. Proses Sosialisasi
Istilah ’sosialisasi’ secara umum berarti proses pewarisan nilai- nilai budaya
dari orang tua kepada anak-anak muda agar mereka dapat berperilaku sesuai nilai-
nilai sosial masayarakat. Bila dilihat dari perspektif anak, sosialisasi berarti proses

4
hubungan yang memungkinkan mereka belajar nilai-nilai sosial sehingga mereka
dapat menjadi warga masyarakat yang dewasa dan bertanggung jawab. Kekuatan-
kekuatan sosial yang menentukan keberhasilan sosialisasi adalah keluarga,
lingkungan komunitas, sekolah, lembaga agama, dan media massa. (Andre A.
Hardjana, 2010:6-7)
Di dalam organisasi, sosialisasi diartikan sebagai proses pembelajaran anggota
baru tentang nilai-nilai, norma-norma, dan perilaku yang dipersyaratkan bagi
keanggota-an organisasi. Artinya pendatang baru hanya dapat diterima menjadi
anggota dan karena itu dibenarkan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan organisasi,
termasuk interaksi kerja, bila ia secara formal dinyatakan memenuhi persyaratan
budaya mau menerima dan mampu melaksanakan nilai-nilai, aturan-aturan, dan
kebiasaan- kebiasaan organisasi. Secara tepat Edgar Schein memper-bandingkan
sosialisasi dengan ’proses pembelajaran meniti tambang’ dalam sebuah pertunjukkan
sirkus. Secara tepatnya, Schein menulis dalam artikel berjudul “Organizational
Socialization and the Professsion of Management” sebagai berikut: “Sosialisasi
adalah proses pembelajaran orang tentang meniti tali-tali tambang. Proses seseorang
memperoleh indoktrinasi, latihan, dan proses pendidikan tentang apa yang penting
dalam sebuah organisasi.” (Andre A. Hardjana, 2010:6-7)
3. Proses Enkulturasi
Dekat dengan proses sosialisasi adalah proses yang dinamakan enkulturasi.
Proses ini terjadi dimana orang-orang muda belajar dan mengadopsi hal-hal yang
hidup dan berkembang dalam budaya mereka (Park, 2007). Antara sosialisasi dan
enkulturasi hanya ada perbedaan sedikit saja. Sosialisasi umumnya menunjuk lebih
pada proses dan mekanisme nyata di mana orang mempelajari aturan-aturan sosial
dan budaya, yang ditujukan kepada siapapun, dan dalam konteks tertentu. Enkulturasi
umumnya menunjuk pada produk dari proses sosialisasi itu. Enkulturasi merujuk pada
pemeliharan berupa penghayatan aspek-aspek dari budaya asalnya. (Antonius
Atosokhi Gea, 2011:141)
Persamaan dan perbedaan antara keduanya berhubungan dengan persamaan
dan perbedaan antara istilah culture dan society. Agen dari sosialisasi (dan juga
enkulturasi) adalah orang, lembaga dan organisasi, yang selalu hadir untuk
memastikan bahwa sosialisasi atau enkulturasi ini terjadi. Agen pertama dan
terpenting adalah orang tua. Mereka berperan menanamkan moral dan nilai-nilai
budaya kepada anak-anak mereka, meneguhkan moral dan nilai- nilai tersebut ketika

5
mereka belajar dan mempraktekkannya dengan baik seraya terus memperbaiki
kesalahan dalam proses belajar tersebut. (Antonius Atosokhi Gea, 2011:141)
Dengan demikian enkulturasi dapat diartikan sebagai proses didalam mana
seseorang menguasai pengertian dan kepercayaan-kepercayaan dari suatu masyarakat,
yang berlangsung sejak masa kanak-kanak, tanpa disertai pelatihan-pelatihan khusus.
Enkulturasi dapat mempengaruhi pemahaman kita tentang dunia, dan dengan berbagai
cara, berhubungann dengan kehadiran kita sebagai anggota masyatkat serta
pemahaman kita tentang identitas budaya kita. (Antonius Atosokhi Gea, 2011:141)
Akan tetapi orang tua bukanlah satu-satunya agen dari sosialisasi ini. Saudara
kandung, keluarga besar, teman-teman dan sahabat adalah termasuk agen-agen
penting bagi banyak orang untuk proses sosialisasi dan enkulturasi. Organisasi seperti
sekolah, lembaga keagamaan, dan kelompok- kelompok sosial lainnya juga menjadi
agen-agen penting dari proses ini. Kenyataannya, ketika kita belajar lebih banyak
tentang proses sosialisasi ini, akan menjadi kelihatan bahwa budaya dilaksanakan dan
dikuatkan oleh banyak orang dan institusi. (Antonius Atosokhi Gea, 2011:141)

C. Proses Perkembangan Kebudayaan


Perkembangan budaya adalah proses dimana manusia mengalami perkembangan
dalam bidang kebudayaan, perkembangan budaya ini pada umumnya terjadi dari bentuk
budayanya, dari bentuk budaya yang sederhana ke bentuk budaya yang lebih kompleks.
Tahapan pengembangan atau proses pengembangan budaya ini memiliki perbedaan di
setiap bagian negara, tetapi secara umum manusia mengalami perkembangan budaya
secara perlahan-lahan yaitu berkembang dari tingkat rendah menuju ke tingkat sederhana
dan akhirnya ke tingkat yang lebih kompleks atau lebih tinggi. (Ardika Yadnya,2017:2) .
Perkembangan kebudayaan pada umumnya dapat mengalami perubahan yang
menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan tingkat kebutuhan manusia. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya proses perkembangan budaya terjadi secara perlahan namun
di sisi lain terdapat pula perubahan budaya yang terjadi secara cepat. Perubahan
kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara, yaitu secara tidak sengaja dan secara sengaja.
Dalam perubahan yang terjadi secara tidak sengaja dapat diambil dalam satu contoh
kasus, yaitu dalam suatu masyarakat tertimpa bencana alam meletusnya gunung berapi,
banjir besar, kebakaran dan lain- lain sehingga memaksa masyarakat harus pindah. Fakta
dan fenomena ini dalam banyak kajian sosiolog dan antropologi yang menjadi pemicu
terjadinya pembaharuan dan perubahan kebiasaan hidup dan pola interaksi. Selanjutnya

6
dalam proses perubahan yang terjadi secara sengaja, perubahan ini terjadi karena memang
sudah direncanakan. Sebagai contoh program bantuan teknis dan kesehatan dari badan-
badan organisasi dunia, yang sering disertai dengan usaha untuk mengubah kebudayaan
dan cara pandang dengan suatu cara tertentu (Salman Yoga,2018:34 )
Perkembangan kebudayaan dan manusia di negara Indonesia memiliki kaitan
dengan pengaruh pada masa kolonialisme. Yaitu tentang bagaimana dinamika masyarakat
dan budaya Indonesia pada masa lalu, terutama yang bersangkutan dengan sejarah bangsa
Indonesia yaitu pada masa kolonial Belanda di Nusantara. Selain itu di dalam
perkembangannya, manusia dan kebudayaan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari
pengaruh era globalisasi. Globalisasi adalah proses ekonomi, proses politik, dan proses
kultural yang terjadi secara kompleks. Adanya pengaruh budaya yang berkembang pada
era globalisasi terhadap manusia dan kebudayaan Indonesia memungkinkan munculnya
manusia Indonesia dengan watak, kepercayaan, dan perbuatan tertentu yang
mencerminkan sikap atau karakter yang umumnya terjadi pada era globalisasi . Hal ini
penting untuk dicermati mengingat kebudayaan yang berkembang pada era globalisasi
dapat memberikan efek negatif dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia yang tidak
sesuai dengan konsep kebudayaan Indonesia yang semestinya. (Ardika Yadnya,2017:8)
Kebudayaan mengalami penyebaran seiring dengan berjalannya waktu yaitu
melalui migrasi masyarakat atau kelompok manusia di dunia ini, kemudian selanjutnya
diikuti dengan penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi melalui proses difusi.
Untuk memahami kebudayaan Indonesia, tentu tidak terlepaskan dari adanya pengaruh-
pengaruh budaya sebelumnya di tiap-tiap tradisi budaya setempat atau lokal yang dikenal
sebagai local genius yang masih berlangsung dan berkembang seirama dengan dinamika
masyarakat dan budaya nasional dan universal. (Ardika Yadnya,2017:7)
Di dalam proses perkembangan kebudayaan terdapat beberapa istilah yang
berperan penting untuk membantu perubahan kebudayaan manusia. Istilah tersebut antara
lain meliputi penemuan dan invensi, difusi, inovasi, alkulturasi, asimilasi, dan prediksi
masa depan. Istilah- istilah tersebut memiliki perannya masing-masing yang memberikan
dampak terhadap kemajuan dan perkembangan kebudayaan umat manusia, yang dimana
hal tersebut tidak terlepas dari peran manusia sebagai agen yang aktif dalam proses
perkembangan kebudayaan. (Rima Trimaningsih,2017:4 )

7
D. Proses Difusi
Difusi kebudayaan dapat diartikan sebagai persebaran budaya yang terjadi karena
migrasi suatu kelompok masyarakat yang berpindah dari satu tempat ke tempatyang lain
sehingga masyarakat tersebut menetap di wilayah itu. Perpindahan yang terjadi itu akan
mempengaruhi masyarakat terutama dalam bidang Kebudayaan. Keadaan inilah yang
menyebabkan Kebudayaan menjadi lebih kompleks dan multikultural. Difusi merupakan
proses penyebaran unsur-unsur Kebudayaan yang mencakup ide, keyakinan, hasil
Kebudayaan dan yang berkaitan dengan hal tersebut. Dan penyebaran dari satu pribadi ke
pribadi lain serta dari kelompok satu ke kelompok lain dalam suatu masyarakat ke
masyarakat lainnya. Maknanya difusi ialah penyebaran yang disertai dengan proses
penyatuan antara sosis budaya masyarakat asli dari wilayah tersebut dengan sosial budaya
masyarakat lainnya dari wilayah yang berbeda. (Pratama,dkk, 2022:2-3)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), difusi dapat diartikan sebagai
proses penyebaran atau perembesan suatu unsur kebudayaan dari satu pihak kepada pihak
lain. Sedangkan W.A. Haviland juga memberikan pendapatnya yang memaparkan bahwa
difusi ialah penyebaran adat istiadat atau suatu kebiasaan masyarakat dari kebudayaan
satu kepada kebudayaan lain. Proses difusi ini berjalan menggunakan teknik meniru atau
imitasi. Meniru lebih mudah daripada menciptakan sendiri, terutama mengenai hal-hal
yang baru. Selain itu pendapat lain juga dikemukakan oleh seorang antropolog yang
menyatakan bahwa difusi merupakan proses pembiakan atau gerakan penyebab serta
migrasi yang terjadi dengan bersamaan dengan proses penyesuaian sosial budaya dan
fisik dari manusia dalam waktu yang lama. Difusi adalah penyebaran unsur-unsur
kebudayaan yang berlangsung melalui pertemuan antara orang dalam suatu golongan
dengan golongan lainnya. ( Harahap Utami, 2019:27)
1. Jenis-Jenis Difusi Budaya
a. Difusi Intramasyarakat
Menurut Harahap Utami (2019:29) Difusi Intramasyarakat ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu meliputi :
1) Pengakuan yang menyatakan unsur baru mempunyai manfaat
2) Ada atau tidaknya unsur yang mempengaruhi diterima serta ditolak unsur
baru.
3) Unsur baru yang bertentangan dengan fungsi unsur lama, kemungkinan tidak
dapat diterima.
4) Difusi yang akan diterima dapat dibatasi oleh pemerintah.

8
b. Difusi Antarmasyarakat
Menurut Harahap Utami (2019:29) Difusi antarmasyarakat juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi :
1) Terdapat kontak dalam masyarakat itu.
2) Kesanggupan untuk memperlihatkan manfaat baru.
3) Pengakuan mengenai kegunaan penemuan baru.
4) Masyarakat yang berperan menyebarkan penemuan baru.
5) Mengharuskan menerima suatu penemuan baru
2. Contoh Difusi budaya
Menurut Harahap Utami (2019:28) Terdapat beberapa contoh proses
terjadinya difusi budaya, antara lain meliputi :
a. Unsur budaya barat dan timur yang masuk ke negara Indonesia yang dilakukan
dengan cara meniru. Misalnya, Islam disebarkan melalui metode perdagangan,
yang dimana dalam berdagang harus mencakup kejujuran, dan memperhatikan
model pakaian yang digunakan, kemudian hal tersebut secara perlahan ditiru oleh
masyarakat.
b. Cara berpakaian para petinggi kolonial Belanda yang diikuti oleh pejabat pribumi
atau Indonesia.
c. Metode makan yang dilakukan oleh banga Eropa yaitu menggunakan sendok dan
grup yang kemudian ditiru oleh orang-orang Indonesia

E. Pengertian Akulturasi dan Asimilasi


1. Akulturasi
Menurut Koentjaraningrat akulturasi adalah proses sosial yang timbul apabila
suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-
unsur kebudayaan asing sedemikian rupa ehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu
lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. (Dewangga Adimas Saputra,dkk,
2022:4)
Subkomite tentang akulturasi yang ditunjuk Dewan Penelitian Ilmu Sosial (the
Social Science Research Council) yang terdiri dari Robert Redfield, Ralph Linton,
dan Melville J. Herskovits mendefenisikan akulturasi sebagai fenomena yang timbul
ketika kelompok-kelompok individu yang berbeda budaya berhubungan langsung dan

9
sinambung, perubahan mana terjadi pada budaya asli salah satu atau kedua kelompok.
Mulyana menilai bahwa definisi tersebut masih umum, dalam arti bahwa isi tidak
merinci derajat perubahan kelompok-kelompok tersebut, baik secara personal, sosial
atau pun struktural. (Khomsahrial Romli, 2015:2)
Mulyana menganggap bahwa definisi akulturasi itu merupakan definisi
otoritatif yang telah menjadi inspirasi bagi ilmuwan lainnya untuk memberikan
definisi akulturasi yang serupa, yaitu bahwa akulturasi adalah suau bentuk perubahan
budaya yang diakibatkan oleh kontak kelompok-kelompok budaya, yang menekankan
penerimaan pola-pola dan budaya baru dan ciri-ciri masyarakat pribumi oleh
kelompok-kelompok minoritas. (Khomsahrial Romli, 2015:2)
Akulturasi menurut Kim merupakan bentuk enkulturasi (proses belajar dan
penginternalisasian budaya dan nilai yang dianut oleh warga asli). Kim
mendefinisikan akulturasi sebagai suatu proses yang dilakukan imigran untuk
menyesuaikan diri dengan dan memperoleh budaya pribumi, yang akhirnya mengarah
kepada asimilasi. (Khomsahrial Romli, 2015:2)

2. Asimilasi

10
Asimilasi merupakan proses sosial yang terjadi pada tingkat lanjut, yang
ditandai dengan adanya upaya-upaya untuk mengurangi perbedaan-perbedaan yang
terdapat di antara perorangan atau kelompok-kelompok manusia. Usaha mengurangi
perbedaan ini ditempuh untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses
mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.Melalui proses ini
orang-orang dan kelompok-kelompok memperoleh memori-memori, sentimen, dan
sikap-sikap orang-orang atau kelompok-kelompok lainnya, dengan berbagai
pengalaman dan sejarah, tergabung dengan mereka dalam suatu kehidupan budaya
yang sama. Biasanya dalam proses peleburan ini terjadi pertukaran unsur-unsur
kebudayaan, yang dapat terjadi bila suatu kelompok tertentu menyerap kebudayaan
kelompok lainnya. (Apriana, 2019:202-203)

11
Terdapat beberapa tulisan yang mengkaji tentang asimilasi yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Abdullah Idi (2006) yang berjudul Asimilasi Cina dan Melayu di
Bangka, menjelaskanbahwa asimilasi orang Cina dan Melayu terjadi dalam beberapa
tingkatan asimilasi, yaitu kultural, struktural, perkawinan, identifikasi dan asimilasi
prilaku tanpa prasangka dan diskriminasi. Faktor pendukungnya adalah ekonomi yang
relatif berimbang secara etnis; struktur etnis Melayu sebagai etnis mayoritas dengan
kepercayaan etnis yang tinggi dan terbuka; pemukiman penduduk yang menyebar
secara etnis; sistem pendidikan yang demokratis; agama Islam sebagai agama
mayoritas; dan sistem politik yang demokratis. Selain itu, penelitian ini menemukan
tiga faktor kendala asimilasi, yaitu perubahan lingkungan ekonomi yang cenderung
kurang berimbang secara etnis; perubahan pendidikan anak-anak kedua etnis; dan
perubahan kehidupan beragama. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa proses
asimilasi tejadi secara natural dan relatif sempurna (natural and full-assimilation).
(Apriana, 2019:202)

F. Pembaruan (Inovasi)
Istilah inovasi secara etimologi berasal dari bahasa Latin yaitu Innovation yang
bermakna pembaharuan dan perubahan. Sedangkan kata kerjanya yaitu innovo yaitu
mengubah dan memperbaharui. Maka dapat didefinisikan inovasi yaitu perubahan baru
yang mengarah untuk menuju perbaikan. (Syar’iyah, 2021:3)
Syar’iyah (2021:4) mengemukakan pengertian inovasi menurut para ahli yaitu
sebagai berikut :
1. Menurut Everett M
Inovasi adalah sebuah ide atau gagasan yang diterima seseorang atau
kelompok sebagai hal baru atau berbeda dan dapat digunakan di dalam hidup.
2. Menurut Kuniyoshi Urabe
Inovasi adalah kegiatan yang tidak bisa dihasilkan pada satu kali pukul
melainkan proses panjang yang meliputi proses pengambilan keputusan dari
penemuan ide sampai dengan implementasi di pasar.
3. Menurut Van dan Ven, Andrew H
Inovasi adalah pengembangan dan implementasi gagasan yang baru oleh
seseorang dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan dengan berbagai akivitas
transaksi didalam tatanan organisasi.
4. Menurut Saud

12
Inovasi adalah suatu ide,barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau kelompok (masyarakat), baik berupa
hasil invention maupun diskoveri.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tentunya banyak sekali dinamika yang ada pada suatu masyarakat dan
kebudayaan yang telah mereka lakukan, tak jarang pula terjadi pergeseran masyarakat dan
kebudayaan yang disebabkan oleh faktor masyarakat itu sendiri maupun pengaruh luar.
Pembelajaran budaya dapat dilakukan melalui 3 proses, yakni proses internalisasi, proses
sosialisasi, dan proses enkulturasi. Akulturasi dan Asimilasi juga ikut mengambil peran
dalam dinamika masyarakat dan kebudayaan ini, beberapa orang menganggap bahwa
keduanya tidak memiliki perbedaan dalam arti lain keduanya memiliki makna yang sama,
namun tidak sedikit juga yang beranggapan bahwa keduanya memiliki perbedaan. Setelah
melewati proses panjang melewati sejarah kebudayaan, maka perlu dengan adanya
inovasi atau pembaharuan agar kebudayaan dapat dilestarikan dan dijaga dengan baik.

B. Saran
Makalah yang kami buat ini memang belum dapat dikatakan sempurna karena
keterbatasan ilmu dan referensi yang kami miliki dan sudah semestinya kita sebagai
Mahasiswa dan sebagai warga Negara Indonesia untuk selalu melestarikan kebudayaan
yang ada di Negeri kita ini. Kami juga mengharapkan kritik serta saran dari para
pembaca terhadap makalah kami, agar kami dapat mengevaluasi makalah yang telah kami
buat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Apriana.(2019). Asimilasi Kultural Arab-Melayu Palembang. Jurnal Studi Islam: Vol.15,


No.2

Darusman, Yus.,dkk.(2019). Model Pewarisan Budaya Melalui Pendidikan Informal


(Pendidikan Tradisional) Pada Masyarakat Pengrajin Kayu. Wacana Akademika:
Majalah Ilmiah Kependidikan: Vol.3, No.1

Gea, Antonius Atosokhi.(2011). Enculturation Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap


Pembentukan Perilaku Budaya Individu. Jurnal Humaniora: Vol.2, No.1

Hardiansyah.,dkk.(2019). Pergeseran Nilai-nilai Budaya Lokal pada Masyarakat. Jurnal


Riset dan Inovasi Pendidikan: Vol.1, No.2

Hardjana, Andre A.(2010). Sosialisasi dan Dampak Budaya Organisasi. Jurnal Ilmu
Komunikasi: Vol.7, No.1

Karolina, Desi & Randy.(2021). Kebudayaan Indonesia. Purbalingga: CV. Eureka Media
Aksara

Pratama.,dkk.(2022). Difusi Kebudayaan pada Kesenian Tulo-Tulo di Kota Sabang. Jurnal


Seni Rupa: Vol.11, No.2

Prionanda,Dedek & Emusti R.M.(2021). Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Masyarakat


Keturunan Palembang di Kota Pontianak Tahun 2000-2005. Jurnal Pendidikan
Sejarah, Budaya Sosial: Vol.1, No.2

Romli, Khomsharial.(2015). Akulturasi dan Asimilasi dalam Konteks Interaksi antar Etnik.
Jurnal Ijtimaiyya: Vol.8, No.1

Saputra, Dewangga Adimas.,dkk.(2022). Struktur dan Bentuk Akulturasi Budaya pada Novel
Merdeka Sejak Hati Karya Ahmad Fuadi sebagai Bahan Pembelajaran Sastra. Jurnal
Bahasa, Sastra, dan Pengajaran: Vol.1, No.1

14
Syar’iyah.(2021). Makna Pembaharuan Pendidikan, Usaha-usaha dan Bentuk Inovasi /
Pembaharuan Pendidika Era Milenial. Jurnal Literasiologi: Vol.7, No.3

Trianingsih, Rima.(2017). Pendidikan dalam Proses Kebudayaan yang Multikultural di


Indonesia. Jurnal Tarbiyatuna: Vol.1, No.1

Utami, Harahap.(2019). Sosioantropologi Kesehatan. Jakarta Timur : Prenadamedia Group.

Yadnya, Ardika.(2017). Dinamika Kebudayaan Indonesia dari masa ke masa. Bali: Pustaka
Larasan

Yoga, Salman.(2018). Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia dan perkembangan


teknologi komunikasi. Jurnal Al-Bayan: Vol.25, No.1

15

Anda mungkin juga menyukai