SEMESTER 1
Disusun Oleh:
ZAKIYA ISYA APRILIA (202211030)
ACHMAD SULTON (202211031)
AVA ALEYDA BINNIKMAH (202211032)
KELAS B
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Kebudayaan"
dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Drg. Nety Trisnawaty,PhD. selaku dosen mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan laporan ini, baik dari
segi EBI, kosakata, tata bahasa, etika maupun isi. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca yang kemudian akan penulis jadikan sebagai
evaluasi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga untuk penulis sendiri
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................
1.3 Tujuan Malasah.......................................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN..............................................................................................................
2.1 Pengertian Kebudayaan...........................................................................................................
2.2 Unsur – Unsur Kebudayaan ...................................................................................................
2.3 Antropologi.............................................................................................................................
2.4 Cultural Determinisme Kebudayaan.......................................................................................
2.5 Asimilasi dan Akulturasi Kebudayaan....................................................................................
BAB 3 PENUTUP .......................................................................................................................
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................
3.2 Saran........................................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
2.3 Antropologi
Antropologi merupakan salah satu bidang ilmu yang menjadi akar atau landasan lahirnya
ilmu komunikasi. Pada perkembangan selanjutnya para ahli budaya menyadari akan
pentingnya komunikasi dalam bidang budaya.
Definisi yang pertama dikemukakan didalam buku “Intercultural Communication: A Reader”
dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi
apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya
tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain (Samovar & Porter, 1994, p. 19).
Alo Liliweri (2003, p. 13) mendefinisikan proses komunikasi antar budaya sebagai interaksi
antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki
latar belakang kebudayaan yang berbeda. Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi
antar budaya (intercultural communication) menyatakan bahwa komunikasi antar budaya
terjadi apabila terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang
melaksanakan proses komunikasi.
Secara spesifik menurut Linton (1945: 32), budaya merupakan konfigurasi prilaku manusia
dari elemen-elemen yang ditransformasikan oleh anggota masyarakat. Secara umum budaya
telah dianggap sebagai milik manusia dan digunakan sebagai alat komunikasi sosial yang
didalamnya terdapat proses imitasi (peniruan).
Antropologi dikatakan sebagai salah satu akar atau landasan lahirnya ilmu komunikasi.
Seiring dengan perkembangan antropolgi tersebutlah akhirnya para ahli budaya melihat jika
dalam budaya juga sangat tergantung pada komunikasi. komunikasi dari antroplogi. Namun
untuk lebih jelasnya mengenai keterkaitan tersebut sebaiknya kita terlebih dahulu melihat
menganai antopologi dan komunikasi itu sendiri.
Antropologi Sosial Budaya adalah Kuntjaraningrat dalam bukunya ”Pengantar
Antropologi1”(1996) menjelaskan bahwa secara akademis, antropologi adalah sebuah ilmu
tentang manusia pada umumnya dengan titik fokus kajian pada bentuk fisik, masyarakat dan
kebudayaan manusia. Sedangkan secara praktis , antropologi merupakan sebuah ilmu yang
mempelajari manusia dalam beragam masyarakat suku bangsa, guna membangun masyarakat
suku bangsa tersebut (Agusyanto dkk, 2007: 1.4)
Dalam antropologi sosial budaya, manusia merupakan komponen penting bagi dirinya dan
bagi alam lingkungannya. Ada hubungan yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi
antara manusia dan alam lingkungannya.
Manusia sebagai makhluk sosial harus selalu hidup bersama. Manusia selalu hidup bersama
secara kolektif dalam kesatuan-kesatuan sosial yang besar maupun kecil. Dalam kesatuan
sosial inilah manusia hidup saling berinteraksi, bekerja sama, dan bertukar pengetahuan
untuk dapat mencapai tujuan hidupnya.
Alam semesta ini akan selalu berputar sesuai dengan hukum alam (sunatullah), maka tidak
akan ada satu makhlukpun yang bisa terhindar dari hukum alam, termasuk manusia juga akan
terkena hukum alam. Manusia adalah makhluk pilihan karena mempunyai kelebihan akal.
Maka dalam perjalanan hidupnya manusia akan selalu belajar untuk mendapatkan hasil kreasi
cipta, karsa, dan rasa yang kemudian disebut dengan budaya. Budaya adalah hasil rekayasa
manusia sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf hidupnya.
Hasil kreasi budaya manusia menjadi landasan norma dan nilai untuk mengatur dan menata
kehidupan manusia dlam upaya mencapai perkembangan hidup yang beradab. Klukhohn
(1953) merumuskan 7 unsur kebudayaan yaitu:
(1) Sistem teknologi, yaitu peralatan dan perlengkapan hidup menusia (pakaian, perumahan,
alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi transport dan sebagainya.
(2) Sistem mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekomoni (pertanian, peternakan, sistem
produksi, sistem distribusi dan lainnya).
(3) Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hokum dan sistem
perkawinan).
(4) Bahasa (lisan dan tulisan).
(5) Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya).
(6) Sistem pengetahuan dan
(7) sistem kepercayaan. (Burhan Bungin, 2006: 53).
Nilai budaya dan struktur sosial merupakan substansi dari aspek sosial manusia. Manusia
hidup di alam semesta ini mengikuti alur perkembangan sosial beserta gejalagejalanya.
Dalam kehidupan manusia diantarkan oleh suatu sistem sosial yang terdiri dari struktur-
struktur sosial. Dalam struktur sosial tersebut terjalin hubungan anatar individuindividu dan
kelompok-kelompok. Disitu ada dua hubungan diadik, yaitu hubungan individu atau
kelompok kesatu dengan pihak kedua, akan tetapi berbeda antara satu pihak dengan pihak
yang lain. Bentuk dan struktur sosial biasanya tetap, terkadang juga berubah, akan tetapi
perubahan itu berjalan lamban, sedangkan individu dan kelompok yang ada dalam struktur
sosial selalu berubah (Koentjaraningrat, 1987: 180)
Di dalam kelompok-kelompok sosial ada beberapa nilai dan norma yang disepakati bersama,
gunanya adalah untuk mengatur status dan peranan manusia dalam struktur sosial. Nilai
merupakan sebuah kepercayaan yang didasarkan pada kode etik yang berlaku dalam
masyarakat. Nilai dan norma memberikan arahan kepada manusia mengenai apa yang benar
dan salah, baik dan buruk, memberikan pedoman hidup untuk masa sekarang dan akan
datang. Dimensi dari nilai adalah satuan interelasi dari beberapa nilai yang ada dalam sebuah
kelompok kepentingan. Hubungan manusia dalam kehidupan sosial budayanya dijelaskan
dalam sistem relasional. Nilai merupakan sebuah unsur penting dalam kebudayaan, karena
menentukan tentang sesuatu itu boleh atau tidak boleh dilakukan.
2.4 Cultural Determinisme Kebudayaan
Determinisme budaya adalah teori yang menyatakan bahwa budaya menentukan
kepribadian, persepsi, keyakinan, dan pemahaman individu dalam budaya tersebut.
Determinisme budaya adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan konsep bahwa
budaya menentukan tatanan ekonomi dan politik. Ini adalah ide yang berulang di banyak
budaya selama sejarah manusia, dari peradaban kuno hingga saat ini.
Ada sejumlah teori perkembangan sosial yang menggambarkan budaya
sebagai faktor penentu semuanya. Salah satu yang paling terkenal adalah teori
determinisme ekonomi Marx, yaitu bahwa peran individu atau kelas dalam alat produksi
menentukan cara pandang dan peran budaya. Ide determinisme budaya sangat umum:
banyak masyarakat percaya bahwa kebiasaan, gagasan, dan adat istiadat mereka adalah yang
menentukan bentuk tatanan politik dan ekonomi mereka, dan merupakan sumber keunikan
mereka di atas segalanya. Hal ini dapat dilihat dari ketaatan pada epos nasional, adat istiadat
keagamaan tertentu, dan fokus pada pentingnya bahasa sebagai penentu identitas bangsa.
Determinisme budaya tidak terbatas pada satu bagian dari spektrum politik atau pada salah
satu ilmu sosial, melainkan paradigma yang digunakan oleh berbagai penulis dan pemikir.
Proses akulturasi di masing-masing lingkungan selalu berbeda. Hal ini tergantung dari
kaakteristik masyarakatnya dan bagaiman mereka menyikapi kebudayaan asing yang masuk.
Pengrtian akulturasi adalah proses sosial yang muncul dalam kelompok masyarakat dengan
latar budaya tertentu yang dihadapkan pada unsur kebudayaan asing.
Contoh dari proses akulturasi adalah:
- Adanya kesenian Gambang Kromong menjadi salah sabentuk akulturasi kebudayaan
Indonesia dan Tiongkok yang melebur jadi satu.
- Pertunjukan wayang yang mengisahkan Mahabharata yang menjadi bentuk akulturasi
budaya Jawa dengan India Kuno. Di mana wayang berasal dari Jawa dan cerita
Mahabharata berasal dari India kuno.
- Masjid Menara Kudus yang tidak menghilangkan akulturasi kebudayaan Islam
dengan Hindu. Secara fungsinya, masjid menjadi tempat ibadah umat Islam, namun
secara arsitektur bangunannya berasal dari Hindu.
- Gereja Hati Kudus Yesus Pugeran, Yogyarakat menjadi akulturasi kebudayaan Jawa
dan Eropa. Di mana secara asitektur gereja ini masih kental dengan budaya Jawa.
Perbedaan Asimilasi dan Akulturasi Kebudayan
Perbedaan asimilasi dan akulturasu terletak pada hilang atau tidaknya kebudayaan asli
dikelompok masyarakat.
Asimilasi merupakan peleburan dua kebudayaan atau lebih sehingga menghasilkan
kebudayaan baru. Sedangkan akulturasi adalah percampuran kebudayaan tanpa
menghilangkan kebudayaan aslinya.
Dapat dikatakan asimilasi membentuk budaya baru atau budaya aslinya perlahan luntur dan
digantikan dengan budaya baru. Berbeda dengan akulturasi, di mana mencampurkan
kebudayaan tanpa menghilangkan ciri khas budaya aslinya.
Baik asimilasi dan akulturasi tidak bisa dipandang negatif, karena semuanya memiliki
dampak tersendiri bagi masyarakat. Hal ini juga bergantung pada bagaimana masyarakat bisa
menerima proses asimilasi dan akulturasi.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebudayaan adalah sistem pengetahuan yang meliputi ide-ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, perwujudan itu bersifat abstrak.
Sedngkan perwujudan kebudyaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
mahluk yang berbudaya.
3.2 Saran
Diharapkan pembaca dapat mengetahui dan memehami unsur-unsur kebudayaan serta dapat
diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. (2015). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Tasmuji, Dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, (Surabaya: IAIN
Sunan Ampel Press, 2011), 160-165. Lihat pula Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya
Indonesia; Suatu Pengantar (Bogor : Ghalia Indonesia, 2006) 20 – 23
The Cambridge Dictionary of Psychology (2009)
Culturan determinism. wikia.org. https://psychology.wikia.org/wiki/Cultural_determinism ,
diakses 26 Maret 2021
D. Hendropuspito. 1989. Sosiologi Semantik. Yogyakarta: Kanisius. Hal: 233.
Muchtar, Khoiruddin, Iwan Koswara, and Agus Setiaman. "Komunikasi antar budaya dalam
perspektif antropologi." Jurnal Manajemen Komunikasi 1.1 (2016).