Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar
Oleh:
Cindy : 221120029
Syahril : 221120025
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan hidayah-Nya,kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Manusia
Sebagai Makhluk Budaya”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
3.1 KESIMPULAN........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sangatlah komplek begitu pulahubungan yang terjadi pada
manusia sangatlah luas .Hubungan tersebut terjadi antara manusia dengan
makhluk hidup di sekitarnyaserta dengan sang Pencipta Maka setiap hubungan
tersebutharuslah berjalan dengan seimbang.
Manusia sebagai makhluk sosial harus bersosialisasisebagai bentuk
interaksi social. Dengan berlandaskan ketuhanansehingga manusia tersebut
dapat membedakan antara yang hak dan yang bathil. Dehingga norma-norma
dalam masyarakat berjalan dengan seimbang dan dapat diimplementasikan
dimasyarakat. Dengan demikian kualitas manusia akan menentukan
kebudayaan yang tinggi. Karena kebudayaan merupakan hasil dari pendidikan
suatu Negara.
B. Pengertian Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia sehingga
banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Seseorang bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya
dan menyesuaikan perbedaan-perbedaan di antara mereka, sehingga
membuktikan bahwa budaya bisa dipelajari.
Budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusia.
2. W. J. S. Poerwadarminta
Wilfridus. J. S Poerwadarminta merupakan salah satu tokoh sastra
Indonesia, mengemukakan bahwa etika adalah ilmu pengetahuan terkait
perbuatan dan perilaku manusia dilihat dari sisi baik dan sisi buruknya
yang ditentukan oleh manusia pula.
4. Louis O. Kattsoff
Kattsoff memberikan pandangan bahwa etika pada hakikatnya
lebih cenderung berkaitan dengan asas-asas pembenaran dalam relasi
tingkah laku antarmanusia.
5. H. A Mustafa
H. A. Mustafa mengemukakan pengertian etika adalah ilmu yang
menelaah suatu tingkah laku atau perbuatan manusia dari segi baik dan
buruknya dengan memperhatikan perilaku manusia tersebut sejauh yang
diketahui oleh akal pikiran manusia.
C. Estetika
Estetika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni.
Estetika berkaitan dengan nilai-nilai jelek (tidak indah). Nilai estetika
berarti nilai tentang keindahan. Keindahan dapat diberi makna secara
luas, secara sempit dan estetik murni.
a. Secara luas, keindahan mengandung nilai kebaikan. bahwa segala
sesuatu yang baik termasuk yang abstrak maupun nyata yang
mengandung ide kebaikan adalah indah. Keindahan dalam arti luas
meliputi banyak hal ,seperti watak yang indah, hukum yang indah, ilmu
yang indahdan kebajikan yang indah. Indah dalam arti luas mencakup
hampir seluruh yang ada.apakah merupakan hasil seni, alam moral, dan
intelektual.
b. Secara sempit, yaitu indah yang terbatas pada lingkup presepsi
penglihatan (bentuk dan warna).
c. Secara estetik murni, menyangkut pengalaman estetik seseorang
dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diresapinya melalui
penglihatan, pendengaran, peradapan, dan perasaan, yang
semuanya dapat menimbulkan presepsi (anggapan) indah.
Jika estetika dibandingkan dengan etika, maka etika berkaitan
dengan nilai yang berkitan dengan baik-buruk, sedangkan estetika yang
berkaitan dengan indah jelek. Sesuatu yang estetik berarti memenuhi
unsure keindahan (secara estetik murni maupun secara sempit, baik
dalam bentuk warna, garis kata, ataupun nada). budaya yang estetik
berarti budaya itu memiliki unsure keindahan.
Apabila nilai etik bersifat relative universal, dalam arti bisa
diterima banyak orang, Namun nilai estetik amat subjektif dan particular.
sesuatu yang indah bagi seseorang belum tentu indah bagi orang lain.
Misalkan dua orang memandang sebuah lukisan, orang pertama akan
mengakui keindahan yang terkandung di dalam lukisan tersebut, namun
bisa jadi orang kedua sama sekali tidak menemukan keindahan di lukisan
tersebut.
Oleh karena subjektif, nilai estetik tidak bisa dipaksakan pada orang
lain. Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk mengakui keindahan
sebuah lukisan sebagaimana pandangan kita, nilai-nilai estetik lebih
bersifat perasaan, bukan pernyataan. Budaya sebagai hasil karya mausia
sesungguhnya diupayakan untuk memenuhi unsure keindahan. manusia
sendiri memang suka akan keindahan. disinilah manusia berusaha
berestetika dalam berbudaya. Semua budaya pastilah dipandang memiliki
nilai-nilai estetik bagi masyarakat pendukung budaya tersebut. hal-hal
yang indah dan kesukaannya pada keindahan diwujudkan dengan
menciptakan aneka ragam budaya.
Namun sekali lagi, bahwa suatu produk budaya yang di pandang
indah oleh masyarakat pemiliknya belum tentu indah bagi masyarakat
budaya lain. contohnya, budaya suku-suku bangsa di Indonesia. Tarian
suatu suku berikut penari mungkin dilihat tidak ada nilai estetikanya,
bahkan dipandang aneh oleh warga dari suku lain, demikian pula
sebaliknya.
Oleh karena itu, estetika berbudaya tidak semata-mata dalam
berbudaya harus memenuhi nilai-nilai keindahan. Lebih dari itu estetika
berbudaya menyiratkan perlunya manusia untuk menghargai keindahan
budaya yang dihasilkan oleh manusia lainnya. Keindahan adalah subjektif.
Tetapi kita akan dapat melepas subjektivitas kita untuk melihat adanya
estetik.
Daftar Pustaka
Joko Tri Prasetyo. Ilmu Budaya Dasar (MKDU). Jakarta. Rineka Cipta.2004