Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ILMU SOSIAL & BUDAYA DASAR

MANUSIA DAN PERADABAN

Dosen Pembimbing :
Rizal Fahmi, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
1. Nur Sakinah Panggabean (2306103020059)
2. Trysha Masayu Agustin (2306103020081)
3. Meyda Asya (2306103020058)

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURAAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2023
Kata Pengantar

Segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul
“Masalah dan Peradaban” ini disusun dalam rangka tugas kelompok mata kuliah Ilmu Sosial
dan Budaya Dasar (ISBD).

Terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
tugas makalah ini, dan juga tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada Dosen mata
kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD) Bapak Danang Prastyo, S.Pd., M.Pd yang telah
membimbing kami dalam melaksanakan tugas ini.

Penulis menyampaikan dan mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi


penulis, mahasiswa dan pembaca semuanya. Namun, makalah ini tidak lepas dari
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat
kami harapkan untuk perbaikan selanjutnya.

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar ................................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................................ ii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

3. Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................................. 3

1. Hakikat Peradaban ............................................................................................... 3

2. Manusia Sebagai Makhluk Beradab dan Masyarakat Adab ................................ 6

3. Evolusi Budaya dan Wujud Peradaban dalam Kehidupan Sosial Budaya .......... 8

4. Dinamika Peradaban Global ................................................................................ 12

5. Problematika Peradaban Global pada Kehidupan Manusia ................................ 14

6. Peran nilai dan norma dalam pembentukan karakter masyarakat ........................16

6.1. Nilai sebagai Panduan Etika dan Moral........................................................17

6.2. Nilai sebagai Landasan Hukum dan Keadilan..............................................18

BAB III : PENUTUP ......................................................................................................... 18

1. Simpulan .............................................................................................................. 18

2. Saran .................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang mempunyai akal, jasmani dan rohani.


Melalui akalnya manusia dituntut untuk berfikir menggunakan akalnya untuk
menciptakan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun untuk
orang lain. Melalui jasmaninya manusia dituntut untuk menggunakan fisik atau
jasmaninya melakukan sesuatu yang sesuai dengan fungsinya dan tidak bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Dan melalui rohaninya manusia dituntut untuk senantiasa dapat mengolah


rohaninya yaitu dengan cara beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya. Antara manusia dan peradaban mempunyai hubungan yang sangat erat
karena diantara keduanya saling mendukung untuk menciptakan suatu kehidupan
yang sesuai kodratnya. Suatu peradaban timbul karena ada yang menciptakannya,
yaitu diantaranya faktor manusianya yang melaksanakan peradaban tersebut. Suatu
peradaban mempunyai wujud, tahapan, dan dapat berevolusi atau berubah sesuai
dengan perkembangan zaman. Dari peradaban pula, dapat mengakibatkan suatu
perubahan pada kehidupan sosial. Perubahan ini dapat diakibatkan karena pengaruh
modernisasi yang terjadi di masyarakat.

Masyarakat yang beradab dapat diartikan sebagai masyarakat yang


mempunyai sopan santun dan kebaikan budi pekerti. Ketenangan, kenyamanan,
ketentraman dan kedamaian sebagai makna hakiki manusia beradab, dalam pengertian
lain adalah suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan
umum. Dalam rangka melaksanakan tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,
maka kami membuat makalah tentang Manusia dan Peradaban.

1
2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana hakikat peradaban?

b. Apakah pengertian manusia sebagai makhluk yang beradab dan masyarakat yang
adab?

c. Apakah arti evolusi budaya dan wujud peradaban dalam kehidupan sosial budaya?

d. Bagaimana dinamika peradaban global?

e. Apakah problematika peradaban dalam kehidupan masyarakat?

3. Tujuan

a. Mengetahui hakikat peradaban.

b. Mengetahui pengertian manusia sebagai makhluk yang beradab dan masyarakat


adab.

c. Mengetahui arti evolusi budaya dan memberi contoh wujud peradaban dalam
kehidupan sosial budaya.

d. Mengetahui dinamika peradaban global.

e. Mengetahui problematika peradaban dalam kehidupan masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Hakikat Peradaban

Peradaban memiliki kaitan yang erat dengan kebudayaan. Kebudayaan pada


hakikatnya adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kemampuan cipta (akal) manusia menghasilkan ilmu pengetahuan.
Kemampuan rasa manusia melalui alat-alat indranya menghasilkan beragam barang
seni dan bentuk-bentuk kesenian. Sedangkan karsa manusia menghendaki
kesempurnaan hidup, kemuliaan, dan kebahagiaan sehingga menghasilkan berbagai
aktivitas hidup manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Hasil atau produk
kebudayaan manusia inilah yang menghasilkan peradaban.

Dalam kaitannya dengan dua istilah tersebut, Koentjaraningrat (1990)


berusaha memberi penjelasannya sebagai berikut. Di samping istilah kebudayaan ada
pula istilah peradaban. Hal yang terakhir adalah sama dengan istilah dalam bahasa
Inggris civilization yang biasanya dipakai untuk menyebutkan bagian atau unsur dari
kebudayaan yang harus maju dan indah, misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat,
sopan santun, pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, dan sebagainya.
Istilah peradaban sering juga dipakai untuk menyebutkan suatu kebudayaan yang
mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni rupa, dan sistem kenegaraan
serta masyarakat kota yang maju dan kompleks.

Bila istilah kebudayaan berasal dari kata culture, istilah peradaban dalam
Bahasa Inggris disebut civilization. Istilah peradaban sering dipakai untuk
menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan. Pada
waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya berwujud unsur-unsur budaya
yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur, dan sebagainya, maka masyarakat
pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi.

Peradaban berasal dari kata adab yang dapat diartikan sopan, berbudi pekerti,
luhur, mulia, berakhlak, yang semuanya menunjuk pada sifat yang tinggi dan mulia.
Huntington (2001) mendefinisikan peradaban (civilization) sebagai the highest social
grouping of people and the broadest level of cultural identity people have short of that
which distinguish humans from other species. Peradaban tidak lain adalah
3
perkembangan kebudayaan yang telah mendapat tingkat tertentu yang diperoleh
manusia pendukungnya. Taraf kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu
tercermin pada pendukungnya yang dikatakan sebagai beradab atau mencapai
peradaban yang tinggi.

Dari batasan pengertian di atas, maka istilah peradaban sering dipakai untuk
hasil kebudayaan seperti kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi, adat, sopan
santun, serta pergaulan. Selain itu, kepandaian menulis, organisasi bernegara, serta
masyarakat kota yang maju dan kompleks. Peradaban menunjuk pada hasil
kebudayaan yang bernilai tinggi dan maju. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
setiap masyarakat atau bangsa dimana pun selalu berkebudayaan, tetapi tidak
semuanya telah memiliki peradaban. Peradaban merupakan tahap tertentu dari
kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang telah mecapai kemajuan tertentu yang
dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang telah maju.

Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor


kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan tingkat pendidikan. Dengan demikian,
suatu bangsa yang memiliki kebudayaan tinggi (peradaban) dapat dinilai dari tingkat
pendidikan, kemajuan teknologi, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan,
teknologi, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki masyarakat akan senantiasa
berkembang. Oleh karena itu, peradaban masyarakat juga akan berkembang sesuai
dengan zamannya. Peradaban bangsa dalam suatu kurun waktu tertentu dianggap
tinggi di zamannya. Namun, penilaian atas peradaban itu tidak bisa dibandingkan lagi
dengan peradaban manusia pada masa sekarang.

Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan mempengaruhi peradaban sebuah


bangsa. Kemajuan teknologi menjadikan bangsa itu dianggap lebih maju dari bangsa-
bangsa lain pada zamannya. Kemajuan teknologi bisa dilihat dari inflastruktur
bangunan, sarana yang dibuat, lembaga yang dibentuk, dan lain-lain. Contoh bangsa
yang memiliki peradaban tinggi pada masa lampau, salah satunya adalah yang tinggal
di lembah Sungai Nil, masa itu kita sebut dengan nama Peradaban Lembah Sungai Nil
bukan Kebudayaan Lembah Sungai Nil, sebab mereka telah memiliki organisasi
sosial, kebudayaan, dan cara berkehidupan yang sudah maju bila dibanding dengan
bangsa lain.

4
Masyarakat pada saat ini tetap memberi penghargaan dan apresiasi yang tinggi
untuk peradaban masa itu. Bukti akan hal tersebut adalah pengakuan masyarakat
dunia akan adanya keajaiban dunia, yang pada hakikatnya berasal dari peradaban
masa lalu. Keajaiban dunia yang dikenal saat ini antara lain:

1. Piramida di Mesir merupakan makam raja-raja Mesir kuno.


2. Taman gantung di Babylonia.
3. Tembok raksasa dengan panjang 6.500 km di RRC.
4. Menara Pisa di Italia.
5. Menara Eiffel di Paris.
6. Candi Borobudur di Indonesia.
7. Taj Mahal di India.
8. Patung Zeus yang tingginya 14 m da seluruhnya terbuat dari emas.
9. Kuil Artemis merupakan kuil yang terbesar di Yunani.
10. Mausoleum Halicarnacus, kuburan yang dibangun oleh Ratu Artemisia untuk
mengenang suaminya Raja Maulosus dari Carla.
11. Colossus, yaitu patung perungu dewa matahari dari Rhodes.
12. Pharos, yaitu patung yang tingginya hingga 130 m dari Alexsandria.
13. Gedung parlemen di Inggris di London.
14. Kabah di Saudi Arabia.
15. Colossum di Roma Italia.
Selain dari kemajuan teknologi yang dimiliki sebuah bangsa, peradaban
ditentukan pula oleh tingkat pendidikan. Salah satu ciri yang penting dalam definisi
peradaban adalah berbudaya, yang dalam bahasa ingris disebut cultured. Orang yang
cultured adalah yang juga lettered, artinya melek huruf. Namun, pengertian lettered
dalam hal ini tidak sekedar bisa membaca dan menulis hal yang sederhana. Orang
yang sekedar bisa membaca karangan yang sederhana dan memahami kesenian yang
tidak kompleks dianggap unlettered. Akibatnya, pembaca sastra dan peminat seni
picisan dianggap uncultured. Orang yang cultured adalah yang mampu menghayati
dan memahami hasil kebudayaan adiluhung, yang hanya bisa didapatkan dengan
pendidikan yang tarafnya tinggi. Bangsa yang beradab adalah bangsa yang terdidik.
Akan tetapi, bangsa yang berbudaya belum tentu memiliki tingkat pendidikan yang
tinggi.

5
2. Manusia Sebagai Makhluk Beradab dan Masyarakat Adab

Peradaban tidak hanya menunjuk pada hasil-hasil kebudayaan manusia


yang sifatnya fisik, seperti barang, bangunan, dan benda-benda. Peradaban tidak
hanya merujuk pada wujud benda hasil budaya, tetapi juga wujud gagasan dan
perilaku manusia. Kebudayaan merupakan keseluruhan dari budi daya manusia,
baik cipta, karsa, dan rasa. Kebudayaan berwujud gagasan/ide, perilaku/aktivitas,
dan benda-benda. Sedangkan peradaban adalah bagian dari kebudayaan yang
tinggi, halus, indah, dan maju. Jadi, peradaban termasuk pula di dalamnya gagasan
dan perilaku manusia yang tinggi, halus, dan maju.

Peradaban sebagai produk yang bernilai tinggi, halus, indah, dan maju
menunjukkan bahwa manusia memanglah merupakan makhluk yang memiliki
kecerdasan, keberadaban, dan kemauan yang kuat. Manusia merupakan makhluk
yang beradab sehingga mampu menghasilkan peradaban. Di samping itu, manusia
sebagai makhluk sosial juga mampu menciptakan masyarakat yang beradab.

Adab artinya sopan. Manusia sebagai makhluk beradab artinya pribadi


manusia itu memiliki potensi untuk berlaku sopan, berakhlak, dan berbudi pekerti
yang luhur. Sopan, berakhlak, berbudi pekerti yang luhur menunjuk pada perilaku
manusia. Orang yang beradab adalah orang yang berkesopanan, berakhlak, dan
berbudi pekerti luhur dalam perilaku, termasuk pula dalam gagasan-gagasannya.
Manusia yang beradab adalah manusia yang bisa menyelaraskan antara cipta, rasa,
dan karsa. Kaelan (2002) menyatakan manusia yang beradab adalah manusia yang
mampu melaksanakan hakikatnya sebagai manusia (monopluraris secara optimal).
Kebalikannya adalah manusia yang biadab atau dikenal dengan istilah barbar.
Secara sempit, orang yang biadab diartikan sebagai orang yang perilakunya tidak
sopan, tidak berakhlak, dan tidak memiliki budi pekerti yang mulia. Orang yang
biadab juga tidak mampu menyeimbangkan antara cipta, rasa, dan karsanya
sebagai manusia. Misalnya, kemampuan cipma manusia dalam membuat senjata
digunakan untuk saling membunuh antar sesama.

Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk yang beradab sebab dianugerahi


harkat, martabat, serta potensi kemanusiaan yang tinggi. Namun, dalam
perkembangannya manusia bisa jatuh dalam perilaku kebiadaban karena tidak

6
mampu menyeimbangkan atau mengendalikan cipta, rasa, dan karsa yang
dimilikinya. Manusia tersebut telah melanggar hakikat kemanusiaannya sendiri.

Manusia sebagai makhluk sosial membentuk persekutuan hidup, yaitu


masyarakat. Manusia beradab pastilah berkeinginan membentuk masyarakat yang
beradab. Terbentuklah masyarakat beradab atau berkeadaban.

Masyarakat adab memiliki padanan istilah yang dikenal dengan masyarakat


madani atau masyarakat sipil (civil society). Konsep masyarakat adab berasal dari
konsep civil society, dari asal kata cociety civilis. Istilah masyarakat adab dikenal
dengan kata lain masyarakat sipil, masyarakat warga, atau masyarakat madani.

Pada mulanya, civil society berasal dari dunia barat. Adalah Datao Answar
Ibrahim (mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia) yang pertama kali
memperkenalkan istilah masyarakat madani sebagai istilah lain dari civil society.
Nurcholish Madjid mengindonesiakan civil society (Inggris) dengan masyarakat
madani. Kata civil memiliki dasar kata yang sama dengan civic (kewargaan) dan
city (kota) dari kata dasar berbahasa Latin civis. Kemudian, kata civil tumbuh
menjadi bermakna dari atau dalam persesuaian dengan teratur, beradab.

Oleh banyak kalangan, istilah civil society dapat diterjemahkan dalam


bahasa indonesia dengan berbagai istilah antara lain:

1. Civil society diterjemah dengan istilah masyrakat sipil, civil artinya sipil
sedangkan society artinya masyarakat.

2. Civil society diterjemahkan dengan istilah masyarakat beradap atau


berkeadaban. Ini merupakan terjemahan dari civilizet (beradab) dan society
(masyarakat) sebagai lawan dari masyarakat yang tidak beradab (uncivilizet
society).

3. Civil society diterjemahkan sebagai masyarakat madani. Kata madani merujuk


pada kata Madinah, kota tempat kelahiran Nabi Muhammad saw. Madinah
berasal dari kata madaniyah yang berarti peradaban. Masyarakat madani juga
berarti masyarakat yang berperadaban.

4. Berkaitan dengan nomor 3, civil society diartikan masyarakat kota. Hal ini
karena Madinah adalah sebuah negara kota (city-state) yang mengingatkan

7
kita kepada polis di zaman Yunani kuno. Masyarakat kota sebagai model
masyarakat yang beradab.

5. Civil society diterjemahkan sebagai masyarakat warga atau kewargaan.


Masyarakat disini adalah pengelompokan masyarakat yang bersifat otonom
dari negara.

Dari makna-makna tersebut dapat dinyatakan bahwa masyarakat teratur tidak


mungkin tanpa peradaban, dan peradaban hanya terwujud dalam masyarakat teratur.
Dengan kata lain, masyarakat madani secara etimologis dapat dinyatakan sebagai
masyarakat yang teratur dan beradab. Masyarakat madani adalah masyarakat yang
berkeadaban. Nurcholis Majid menyebut masyarakat madani sebagai masyarakat yang
berkeadaban memiliki ciri-ciri, antara lain egalitarianisme, menghargai prestasi,
keterbukaan, penegakan hukum dan keadilan, toleransi dan pluralisme, serta
musyawarah. Muhamad A.S. Hikam (1999) dalam bukunya Demokrasi dan Civil
Society memberikan definisi civil society sebagai wilayah kehidupan sosial yang
terorganisasi dan bercirikan antara lain bersukarelaan (voluntari), keswasembadaan
(self generating), keswadayaan (self sporting), kemandirian yang tinggi berhadapan
dengan negara, dan keterikatan dengan norma atau nilai hukum yang diikuti oleh
warganya.
Masyarakat adab pada dasarnya merupakan keinginan yang tulus dari manusia
sebagai makhluk yang beradab. Namun, sebagaimana halnya dengan individu,
masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu bisa saling bertengkar, saling bertikai,
bahkan saling membunuh antar kelompok masyarakat. Bukti bahwa perang yang
sampai saat ini banyak terjadi di berbagai belahan dunia, menunjukkan bahwa cita-
cita masyarakat adab harus senantiasa diperjuangkan, dipertahankan, dan dipelihara
dengan sebaik-baiknya.

3. Evolusi Budaya dan Wujud Peradaban dalam Kehidupan Sosial Budaya

Kebudayaan itu telah mengalami proses perkembangan secara bertahap dan


berkeseimbangan yang kita konsepkan sebagai evolusi kebudayaan. Evolusi
kebudayan ini berlangsung sesuai dengan perkembangan budi daya atau akal pikiran
dalam menghadapi tantangan hidup dari waktu atau kewaktu. Proses evolusi untuk
tiap kelompok masyarakat di berbagai tempat berbeda-beda, bergantung pada
8
tantangan, lingkungan, dan kemampuan intelektual manusianya untuk mengantisipasi
tantangan tadi.

Adanya kebudayaan bermula dari kemampuan akal dan budi daya manusia
dalam menanggapi, merespons, dan mengatasi tantangan alam dan lingkungan dalam
upaya mencapai kebutuhan hidupnya. Dengan potensi akal dan budi inilah manusia
menaklukan alam. Manusia menemukan dan menciptakan berbagai sarana hidup
sebagai upaya mengatasi tantangan alam. Manusia menciptakan keudayaan.

Masa dalam kehidupan manusia dapat kita bagi dua, yaitu masa prasejarah
(masa sebelum manusia mengenal tulisan sampai manusia mengenal tulisan) dan
masa sejarak (masa manusia telah mengenal tulisan). Data-data tentang masa
prasejarah diambil dari sisa-sisa dan bukti-bukti yang digali dan diinterpretasi. Masa
sejarah bermula ketika adanya catatan tertulis untuk dijadikan bahan rujukan.
Penciptaan tulisan ini merupakan satu penemuan revolusioner yang genius. Bermula
dari penciptaan properti dan lukisan objek, seperti kambing, lembu, wadah, ukuran
barang, dan sebagainya; diikuti dengan indikasi angka; kemudian diikuti simbol yang
mengindikasi transaksi, nama, dan alamat yang bersangkutan; selanjutnya simbol
untuk fenomena harian, hubungan antara mereka, dan akhirnya intisari, seperti warna,
bentuk, dan konsep.

Ada dua produk revolusioner hasil dari akal manusia dalam zaman prasejarah,
yaitu:

1. Penemuan roda untuk transportasi

Pada mulanya, roda digunakan hanya untuk mengangkat barang berat diatas
batang pohon. Kemudian, roda itu disambung dengan kereta, lalu berkembang
menjadi mobil seperti saat ini.

2. Bahasa

Bahasa adalah suara yang diterima sebagai cara untuk menyampaikan pikiran
seseorang kepada orang lain. Bahasa bisa diartikan pula sebagai suatu persetujuan
bersama untuk menginterpretasi bunyi tertentu. Dengan bahasa, kehidupan sosial
dan peradaban pun terlahir. Ketika tanda-tanda diterima sebagai representasi dari

9
bunyi-bunyi arbitrer yang mewakili ide-ide, masa prasejarah pun beralih ke masa
sejarah tertulis.

Mengenai masa prasejarah ini, ada dua pendekatan untuk membagi zaman
prasejarah, yaitu:

1. Pendekatan berdasarkan hasil teknologi, terdiri dari zaman batu tua


(Palaeolitikum), zaman batu tengah/ madya (Mesolitikum), dan zaman batu baru
(Neolitikum).

2. Pendekatan berdasarkan model sosial ekonomi atau mata pencaharian hidup yang
terdiri atas:

a. Masa berburu dan mengumpulkan makanan, meliputi masa berburu sederhana


(tradisi Paleolit) dan masa berburu tingkat lanjut ( tradisi Epipaleolitik).

b. Masa bercocok tanam, meliputi tradisi Neolitik dan Megalitik.

c. Masa kemahiran teknik atau perundingan, meliputi tradisi semituang perunggu


dan tradisi semituang besi.

Pendapat lain membagi periode praperadaban manusia ke dalam empat bagian,


yaitu prapalaeolitik, palaeolitik, neolitik dan era perunggu. Penggunaan bahan-bahan
metal pada era perunggu inilah yang kemudian dianggap sebagai masa lahirnya
peradaban manusia. Kedihupan manusia berubah ke aspek yang lebih baik dan
memasuki fase baru. Manusia tidak lagi sekedar homo yang hanya menginginkan
makanan. Dari kehidupan yang hanya bertumpu pada pemuasan kebutuhan perut,
manusia berpindah kepada kehidupan yang keperluannya muncul dalam bentuk
impian dan visi serta kesadaran objektif terhadap dunia di sekitarnya. Semakin
manusia itu menang dalam upayanya menaklukkan alam, semakin tinggilah keinginan
dan keperluannya. Berawal dari barbarisme manusia akhirnya menemukan jalan ke
arah peradaban. Manusia berkembang dari homo menjadi human karena kebudayaan
dan peradaban yang diciptakan.

Sedangkan untuk sejarah kebudayaan di Indonesia, R.Soekmono (1973),


membagi menjadi empat masa yaitu:

1. Zaman prasejarah, yaitu sejak permulaan adanya manusia dan kebudayaan


sampai kira-kira abad ke-5 Masehi.
10
2. Zaman purba, yaitu sejak datangnya pengaruh India pada abad pertama Masehi
sampai dengan runtuhnya Majapahit sekitar tahun 1500 Masehi.

3. Zaman madya, yaitu sejak datangnya pengaruh islam menjelang akhir kerajaan
Majapahit sampai dengan akhir abad ke-19.

4. Zaman baru/modern, yaitu sejak masuknya anasir Barat (Eropa) dan teknik
modern kira-kira tahun 1900 sampai sekarang.

Peradaban tidak lain adalah perkembangan kebudayaan yang telah mendapat


tingkat tertentu yang diperoleh manusia pendukungnya. Taraf kebudayaan yang telah
mencapai tingkat tertentu tercermin pada pendukungnya yang dikatakan sebagai
beradab atau mencapai peradaban yang tinggi. Jadi, evolusi kebudayaan bisa
mencapai sampai pada taraf tinggi, yaitu peradaban.

Peradaban merupakan tahapan dari evolusi budaya yang telah berjalan


bertahap dan berkesinambungan, memperlihatkan karakter yang khas pada tahap
tersebut, yang dicirikan oleh kualitas tertentu dari unsur budaya yang menonjol,
meliputi tingkat ilmu pengetahuan, seni, teknologi, dan spiritualitas yang tinggi.

Lahirnya peradaban Barat di Eropa dimulai dengan adanya revolusi pemikiran.


Masyarakat Barat ingin keluar dari Abad Gelap (dart ages) melalui Renaissance.
Melalui revolusi pemikiran inilah, lahir sains dan teknologi.

Peradaban tidak hanya terwujud dalam bangunan sebagai hasil teknologi fisik,
tetapi juga dalam bidang sosial budaya. Penemuan dan revolusi di bidang teknologi
memengaruhi kehidupan sosial budaya masyarakat, dan juga sebaliknya. Selanjutnya,
bidang sosial budaya mengubah banyak aspek dalam sejarah peradaban manusia itu
sendiri. Bidang sosial budaya mencakup sistem kekuasaan, sistem kepercayaan,
tulisan perhubungan, dan organisasi sosial yang dibentuk kala itu.

Bagaimana dengan jejak peradaban di Indonesia? dalam uraian sebelumnya


dikatakan bahwa penggunaan bhan-bahan mental pada era perunggu inilah yang
kemudian dianggap sebagai masa lahirnya peradaban manusia. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa peradaban bangsa Indonesia dimulai sejak masa kemahiran
teknik atau zaman perundagian. Zaman perundagian terdiri dari dua masa, yaitu
tradisi seni tuang perunggu dan tradisi seni tuang besi. Meskipun saat itu masih zaman

11
prasejarah (masa sebelum menganal tulisan), namun telah mengenal teknologi
terbatas dan sederhana, yaitu pada upaya pemenuhan peralatan yang dibutuhkan
masyarakat Indonesia dalam kehidupannya yang sudah mulai menetap.

Di Indonesia, penggunaan logam sudah mulai dikenal beberapa abad sebelum


Masehi. Mereka menggunakan peralatan dari logam, seperti peralatan berburu,
bercocok tanam, peralatan rumah tangga, dan lain-lain, tetapi tidak semua masyarakat
dapat membuat peralatan itu. Membuat peralatan dari logam membutuhkan keahlian.
Orang yang ahli membuat peralatan logam disebut undagi, tempat pembuatannya
disebut perundagian. Beberapa contoh alat dari perunggu adalah kapak corong,
nekara, bejana perunggu, dan arca perunggu. Alat-alat ini ditemukan di berbagai
daerah di Indonesia.

Peradaban bangsa Indonesia semakin maju dan berkembang setelah datangnya


pengaruh Hindu dan Budha ke Indonesia. Pengaruh tulisan dari budaya Hindu dan
Budha membawa dampak besar bagi peradaban Indonesia, yaitu memasuki masa
sejarah (masa mengenal bahasa tulis). Salah satu hasil budaya tulis di Indonesia
adalah prasasti. Huruf yang dipakai dalam prasasti yangg ditemukan sejak tahun 400
M adalah huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Kemampuan baca tulis masayarakat
Indonesia lama-kelamaan berpengaruh dalam bidang kesusastraan, yaitu munculnya
banyak kitab yang ditulis oleh para pujangga masa lalu. Dengan banyaknya prasasti
dan kitab kuno ini dapat ditelusuri peradaban bangsa Indonesia terutama dalam masa
kerajaan. Peradaban bangsa semakin berkembang dengan masuknya pengaruh Islam
dan masuknya peradaban bangsa Barat Eropa, termasuk pengaruh agama Kristen-
Katolik. Pengaruh peradaban global semakin kuat akibat kemajuan bidang
komunikasi dan informasi.

4. Dinamika Pradaban Global

Menurut Arnold Y. Toynbee seorang sejarawan asal Inggris, lahirnya


peradaban itu diuraikan dengan teori challenge and respons. Peradaban itu lahir
sebagai respons (tanggapan) manusia yang dengan segenap daya upaya dan akalnya
menghadapi, menaklukkan, dan mengolah alam sebagai tantangan (challenge) guna
mencukupi kebutuhan dan melestarikan kelangsungan hidupnya.

12
Alam menawarkan sejumlah tantangan dan kemungkinan-kemungkinan. Ada
alam yang tandus atau subur, di pegunungan atau pantai, daerah yang rawan gempa
atau tanahnya stabil, dan seterusnya. Jika tantangan alam itu berat maka manusia pun
akan gigih dan berusaha kerasa dalam merespons alam tersebut, begitu pun
sebaliknya.

Setiap kali timbul kebutuhan akan sesuatu, manusia akan berusaha


menemukan jalan untuk memperolehnya. Seluruh perangkat ide, metode, teknik, dan
benda material yang digunakan dalam suatu jangka waktu tertentu dalam suatu tempat
tertentu maupun kegiatan untuk merombak perangkat tersebut demi memenuhi
kebutuhan hidup manusia disebut teknologi. Teknologi lahir dan dikembangkan oleh
manusia, dan ilmu untuk menguasai dan memanfaatkan lingkungan sehings
kebutuhannya dapat terpenuhi.

Penerapan teknologi itu bertujuan untuk memudahkan kerja manusia, agar


meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Alvin Toffler menganalisis gejala-gejala
perubahan dan pembaharuan peradaban masyarakat akibat majunya ilmu dan
teknologi. Dalam bukunya The Third Wave (1981), ia menyatakan bahwa gelombang
perubahan peradaban umat manusia sampai saat ini mengalami tiga gelombang yaitu :

a. Gelombang I, peradaban teknologi pertanian berlangsung mulai 800 SM-1500 M.

b. Gelombang II, peradaban teknologi industri berlangsung mulai 1500 M-1970 M.

c. Gelombang III, peradaban teknologi informasi berlangsung mulai 1970 M-


sekarang.

Merujuk pada pendapat Alvin Toffler di atas, sekarang ini umat manusia
berada pada era peradaban informasi. Kemjuan yang pesat di bidang teknologi
informasi menghasilkan globalisasi, di samping kemajuan dalam sarana transportasi.
Di era global, perilaku hidup manusia berubah dan bergerak dengan cepat. Di era
global, hubungan antar manusia tidak terbatas dalam satu wilayah negara saja, tetapi
sudh antar negara (transnasional). Dengan demikian, orang bisa berkomunikasi
dengan orang lain di negara lain, serta berpindah-pindah dengan cepat dari satu negara
ke negara lain.

13
5. Problematika Peradaban Global pada Kehidupan Manusia

Peradaban global yang tengah terjadi tidak bisa dipisahkan dari globalisasi itu
sendiri. Kata globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja,
sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang menandangnya
sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan
membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,
mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan koeksistensi dengan
menyingkirkan batas geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat.

Globalisasi dimunculkan ole negara-negara maju, karena mereka merasa telah


lebih maju dalam menguasai teknologi, telah merasa memperoleh kemajuan yang
sangat pesat, terutama di bidang informasi, komunikasi, dan transportasi. Negara-
negara maju lebih didominasi oleh negara Eropa Barat dan Amerika serikat karena
memang kemajuan teknologi negara tersebut lebih cepat dibanding dengan negara
lain.

1. Pengaruh globalisasi

Globalisasi sebagai fenomena abad sekarang memberi implikasi yang luas bagi semua
bangsa dan masyarakat internasional. Pengaruh globalisasi terhadap ideologi dan
politik adalah akan semakin menguatnya pengaruh ideologi liberal dalam perpolitikan
negara-negara berkembang yang ditandai dengan menguatnya ide kebebasan dan
demokrasi. Pengaruh globalisai terhadap sosial budaya adalah masuknya nilai-nilai
peradaban lain.

2. Efek globalisai bagi Indonesia

Globalisasi telah melanda kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Globalisasi


telah memberikan pengaruh besar dalam kehidupan bersama, baik pengaruh positif
maupun pengaruh negatif. Proses saling memegaruhi sesunguhnya adalah gejala yang
wajar dalam interaksi antar masyarakat lain, bangsa ataupun kelompok-kelompok
masyarakat yang menghuni nusantara telah mengalami proses dipengaruhi dan
memengaruhi. Pengaruh tersebut selamanya mempunyai dua sisi, yaitu sisi positif dan
negatif.

14
Adapun aspek positif globalisasi antara lain sebagai berikut.

a. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi mempermudah manusia dalam


berinteraksi.

b. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi mempercepat manusia untuk


berhubungan dengan manusia lain.

c. Kemajuan teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi meningkatkan


efisiensi.

Aspek negatif globalisasi antara lain sebagai berikut.

a. Masuknya nilai budaya luar akan menghilangkan nilai-nilai tradisi suatu bangsa dan
identitas suatu bangsa.

b. Eksploitasi alam dan sumber daya lain akan memuncak karena kebutuhan yang
makin membesar.

c. Dalam bidang ekonomi, berkembang nilai-nilai konsumerisme dan individual yang


menggeser nilai-nilai masyrakat.

d. Terjadi dehumanisasi, yaitu derajat manusia nantinya tidak dihargai karena lebih
banyak menggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi.

3. Sikap terhadap Globalisasi

Dalam menghadapi globalisasi ini, bangsa-bangsa di dunia memberi respons atau


tanggapan yang dapat dikategorikan sebagai berikut.

a. Sebagai bangsa menyambut positif globalisasi karena dianggap sebagai jalan keluar
baru untuk perbaikan nasib umat manusia.

b. Sebagai masyarakat yang kritis menolak globalisasi karena dianggap sebagai


bentuk baru penjajahan (kolonialisme) melalui cara-cara baru yang bersifat
trannasional dibidang politik, ekonomi, dan budaya.

c. Sebagian yang lain tetap menerima globalisasi sebagai sebuah keniscayaan akibat
perkembangan teknologi informasi dan transportasi.

Bagi bangsa Indonesia, globalisasi perlu diwaspadai dan dihadapi dengan


sikap arif dan bijaksana. Salah satu sisi negatif dari globalisasi adalah semakin
15
menguatnya nilai-nilai materialistis pada masyarakat Indonesia. Di sisi lain, nilai-nilai
solidaritas sosial, kekeluargaan, keramahtamahan sosial, dan rasa cinta tanah air yang
pernah dianggap sebagai kekuatan pemersatu dan ciri khas bangsa Indonesia makin
pudar. Inilah yang menyebabkan krisis pada jati diri bangsa.

6. Peran nilai dan norma dalam pembentukan karakter masyarakat

Beberapa ahli dan negarawan mendefinisikan nilai dan norma yang begitu
bervariasi namun memiliki ruh yang sama yakni membentuk karakter masyarakat
sebagai agent of change. Rokeach (1973) mendefinisiskan nilai sebagai keyakinan
yang dianggap penting oleh individu dan menjadi motivasi untuk bertindak sesuai
dengan keyakinan tersebut. Schnebel (2000) menyatakan bahwa “Values are an
indicator of the kind of responsibility adapted by the employees of the corporation”
yang mengartikan nilai sebagai indikator sebuah tanggung jawab yang diadaptasi oleh
karyawan sebuah perusahaan. Nilai juga diartikan sebagai konsepsi-konsepsi yang
terdapat dalama lampikiran masyarakat/organisasi mengenai perkara-perkara yang
dianggap bermakna dalam hidup (Koentjaraningrat, 1974).

Sedangkan Darji (1995) memandang nilai sebagai sifat atau kualitas dari
sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Prof.
Dr.JimlyAsshiddiqie (2021, hal. 68) mengungkapkan bahwa nilai-nilai merupakan
dasar atau landasan filosofis yang mengarahkan pembentukan hukum. Berkaitan
dengan norma, banyak ahli dari berbagai belahan dunia mengartikan norma sebagai
perkara yang penting untuk menciptakan kondisisosial yang stabil. Norma
didefinisikan sebagai petunjuk tingkah laku mengenai apa yang wajib dan tidak boleh
dilakukan dalam kehidupan seharihari berdasarkan motivasi tertentu serta adanya
sanksi jika melanggar norma tersebut (Widjaja, 1985, hal. 168). Norma juga
merupakan pedoman manusia dalam bertingkahlaku karena norma merupakan wujud
konkret dari nilai sehingga keduanya berkaitan erat dengan moral dan etika (Darji,
1995, hal. 13).Menurut Soekanto (1989), terdapat empat jenis norma diantaranya: 1)
norma kepercayaan, norma kesusilaan, norma sopan santun, dan norma hukum (Darji,
1995).

16
6.1. Nilai sebagai Panduan Etika dan Moral

Menurut Soekarno, nilai-nilai merupakan ukuran yang berfungsi sebagai


pedoman dalam menjalankan roda kehidupan individu atau Dr. Ida Farida, S.H.,M.H.
| 53 kelompok dalam berinteraksi sosial (Darmadi, 2020, hal 239). Nilai-nilai ini
meliputi prinsip-prinsip moral dan etika yang harus menjadi sandaran oleh individu
dan kelompok dalam masyarakat (Ibid). Hal ini selaras dengan Franz Magnis-Suseno
yang memandang nilai-nilai sebagai prinsip-prinsip abstrak yang diakui dan dihargai
oleh individu atau masyarakat sebagai pedoman dalam bertindak dan menentukan
baik buruknya suatu perbuatan (Murya& Sucipto, 2019, hal. 105).

Masih menurut Franz Magnis-Suseno, Nilai-nilai berperan sebagai landasan


moral dan etika untuk menciptakan tindakan dan sikap individu (Murya& Sucipto,
2019).Selanjutnya, Milton Rokeach dan James Bank (1999) berpendapat bahwa nilai-
nilai ini merupakan prinsip-prinsip moral dan etika yang memandu perilaku individu
dan kelompok dalam interaksi sosial (Susilawati, 2009) Pada dasarnya, semua ahli
menganggap bahwa nilai-nilai memiliki peran yang sangat penting yakni sebagai
panduan etika dan moral. Nila inilai ini menciptakan landasan moral dan etika yang
berfungsi memberikan arah kepada individu atau kelompok dalam menentukan
keputusan, mempengaruhi perilaku, dan membentuk karakter moral dalam interaksi
sosial.

6.2. Nilai sebagai Landasan Hukum dan Keadilan

. Prof. Dr.JimlyAsshiddiqie (2021, hal. 68 ) menyatakan bahwa nilai-nilai


etika dan moral yang dipegang teguh oleh individu dan kelompok di masyarakat
mencipakan norma-norma hukum untuk mengatur tindakan individu dan kelompok
serta menentukan keadilan dalam masyarakat.Nilai sebagai landasan hukum dan
keadilan telah dikemukakan oleh John Rawls yang berpendapat bahwa nilai-nilai
moral yang dipegang oleh individu dan kelompok di masyarakat mewujudkan
landasan keadilan dalam masyarakat. Masih menurut John Rawl, nilai-nilai ini
mengarahkan pembentukan prinsip-prinsip keadilan yang merata dalam aspek
penyaluran sumberdaya dan kesempatan (Mandle, 2009). Seperti para ahli yang
disebutkan sebelumnya,

17
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Masyarakat yang beradab dapat diartikan sebagai masyarakat yang


mempunyai sopan santun dan kebaikan budi pekerti. Ketenangan, kenyamanan,
ketentraman dan kedamaian sebagai makna hakiki manusia beradab, dalam pengertian
lain adalah suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan
umum. Dalam rangka melaksanakan tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,
maka kami membuat makalah tentang Manusia dan Peradaban.

2.. SARAN

Dari pembelajaran yang sudah kami jabarkan dan kaji di atas, dapat
disimpulkan bahwa peradaban dan kebudayaan jelas tidak bisa dipisahkan dari
manusia. Di mana untuk menjdi makhluk yang beradab dan masyarakat adab,
manusia harus senantiasa menjunjung tinggi aturan-aturan, norma-norma, adat
istiadat, nilai, moral, etika dan estetika. Selain itu, manusia harus mampu menghadapi
perubahan dinamis dan arus globalisasi yang sangat pesat, sehingga dalam menjalani
kehidupan dengan makna hakiki manusia yang beradab. Dengan memahami
perkembangan serta peradaban, sebagai mahasiswa kita diharapkan dapat menjadi
pionir dan pilar dalam kehidupan yang lebih baik, peradaban yang lebih maju menuju
paradigma dan negara yang digdaya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Herimanto dan Winarno. 2016. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.

Setiadi. Elly M. Dkk. 2006. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

Antonio, M. S. (2001). Bank syariah: dariteorikepraktik. GemaInsani.


https://books.google.co.id/books?id=r3yFiZMvgdAC

Arifin, M. (2021). Penggunaan internet saatini pun tidakterbatasi oleh waktu,


tidakterkecuali. REMAJA SEJAHTERA REMAJA NASIONALIS, 191.

Best, S. (2016). Zygmunt Bauman: Why Good People do Bad Things. Taylor
& Francis. https://books.google.co.id/books?id=1QOOCwAAQBAJ Darji, D. &
S. (1995). Pokok-pokokfilsafathukum (1st ed.). Gramedia Pustaka Utama.

Suneki, S. (2012). Dampak globalisasi terhadap eksistensi budaya daerah.


CIVIS: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan, 2(1).

Yuniarto, P. R. (2016). Masalah globalisasi di Indonesia: Antara kepentingan,


kebijakan, dan tantangan. Jurnal Kajian Wilayah, 5(1), 67-95.

Zaroni, A. N . (2015). Globalisasi Ekonomi Dan Implikasinya Bagi


NegaraNegara Berkembang Telaah Pendekatan Ekonomi Islam.

19

Anda mungkin juga menyukai