Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN SOSIAL BUDAYA

“ Hakikat Peradaban, Makhluk Beradab, Masyarakat Beradab, Evolusi Budaya dan


Wujud Peradaban”

Dosen Pengampau Mata Kuliah:


Poerwati Hadi Pratiwi M.Si.

Disusun Oleh :

1. Anggi Maulana Amrullah (15503244012)


2. Muhammad Achid Suprobo (
3. Ain Nurdin
4. Novita Dwi Lestari (16503241010)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2018/2019
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Hakikat
Peradaban, Makhluk Beradab, Masyarakat Beradab, Evolusi Budaya dan Wujud Peradaban”
dengan lancar tanpa halangan apapun. Tidak lupa sholawat serta salam saya panjatkan kepada
Nabi Muhammad SAW, manusia paling mulia dan kekasih Allah yang kita nantikan syafaatnya
di yaumul akhir kelak.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang harus ditempuh sebagai syarat
mendapatkan nilai yang utuh pada mata kuliah Pendidikan Sosial Budaya. Selesainuya makalah
ini tidak lepas dari bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Dr. Sutopo, S.Pd., M.T. selaku ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta yang selalu memperhatikan kelengkapan fasilitas
demi kelancaran proses pembelajaran di jurusan.
2. Ibu Poerwati Hadi Pratiwi M.Si. selaku dosen pengampau mata kuliah Pendidikan Sosial
Budaya yang selalu memberikan wawasan pengetahuan tantang soal dan budaya.
3. Teman-teman Jurusan Pendidikan Teknik Mesin angkatan 2016 yang telah bersedia bertukar
ilmu yang bermanfaat
4. Orang tua yang telah memberikan doa dan usahanya demi kelancaran penyusunan makalah
ini
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu proses
penyusunan makalah
Saya selaku penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah ini menjadi lebih baik. Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi orang lain.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


28 Februari 2019
Penulis
Daftar Isi
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Ringakasan
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II Isi
A. Hakikat Peradaban
B. Makhluk Beradab
C. Masyarakat Beradab
D. Evolusi Budaya
E. Wujud Peradaban
BAB III Kesimpulan
Lampiran
Ringkasan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupaka makhluk yang mempunyai akal, jasmani, dan rohani. Melalui
akalnya manusia di tuntut unuk berfikir menggunakan akalnya untuk menciptakan
sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun untuk orang lain. Melalui
jasmaninya menusia dituntut untuk menggunakan fisik atau jasmaninya, melakukan
sesuatu yang sesuai dengan fungsinya dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Dan melalui rohaninya manusia di tuntut senantiasa dapat
mengolah rohaninya yaitu dengan cara beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
yang dianutnya.
Antara manusia dan peradaban mempunyai hubungan yang sangat erat karena di
antara keduanya saling mendukung untuk menciptakan suatu kehidupan yang sesuai
kodratnya. Suatu peradaban timbul karena ada yang menciptakan suatu kehidupan yav
sesuai kodratnya. Suatu peradaban timbul karena ada yavg menciptakan yaitu diantaranya
faktor manusiannya yavg melaksanakan peradaban tersebut.
Suatu peradaban mempuanyai wujud dan dapat berevolusi atau berubah sesuai
dengan perkembangan zaman. Dari peradaban pula dapat mengakibatkan suatu perubahan
pada kehidupan sosial. Perubahan ini dapat diakibatkan karena pengaruh modernisasi
yang terjadi di masyarakat.

B. Tujuan
a. Mahasiswa dapat memahami hakikat Peradaban
b. Mahasiswa dapat memahami hakikat makhluk yang beradab
c. Mahasiswa dapat megetahui definisi masyarakat yang beradab
d. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu evolusi budaya
e. Mahasiswa dapat mengetahui wujud peradaban
BAB II
ISI
A. Hakikat Peradaban
Berbicara mengenai peradaban tentu tidak terlepas dari istilah kebudayaan. Para
ahli membedakan antara kata kebudayaan/ culture (bahasa Inggris) dengan kata
peradaban/ civilization (bahasa Perancis), seperti Malinowsky dalam Mudji Sutrisno
mengartikan kata civilization sebagai aspek khusus dari kebudayaan yang lebih maju. J.
Maritin lebih menekankan aspek rasional dan moral pada arti kata kebudayaan dan aspek
sosial, politik dan institusional pada kata peradaban.
Effat al- Sharqawi dalam buku Filsafat Kebudayaan Islam sebagaimana yang
dikutib oleh Badri Yatim mengatakan masih banyak orang yang mensinonimkan arti
kedua kata kebudayaan dan peradaban, kata kebudayaan dengan al-tsaqafah (Bahasa
Arab), culture (bahasa Ingris), dan kata peradaban dengan al-hadharah (bahasa Arab),
sivilazation (bahasa Ingris). Pada hal kedua kata tersebut dalam perkembangan ilmu
antropologi dewasa ini kedua istilah tersebut terdapat perbedaan artinya yaitu:
kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat, dan
lebih banyak direfleksikan dalam bentuk seni, satra, religi (agama) dan moral. Sedangkan
peradaban merupakan manifestasi-manifestasi kemajuan dan teknologis, dan
direfleksikan dalam bentuk politik, ekonomi dan teknologi.
M. Abdul Karim mengatakan bahwa kata kebudayaan merupakan kata benda
abstrak hasil penambahan ‘ ke ‘ dan akhiran ‘ an ‘ dari kata budaya yang memiliki
pengertian yang sama dengan kultur dalam artian sebagai usaha otak manusia atau akal
budi. Sedangan kata peradaban ialah adab berasal dari bahasa Jawa Kawi, merupakan
peranakan dari bahasa Sangsekerta yang ucapannya adob yang berarti kesopanan, hormat,
menghormati, budi bahasa, etiket, dan lain-lain. Di dalam bahasa Arab ditemukan juga
kata Al-adab yang berarti perilaku/ kesopanan, dengan kata peradaban bearti kemajuan
(kecerdasan, kebudayaan) lahir-bathin.
Dalam jurnal yang ditulis oleh Inrevolzon dengan judul KEBUDAYAAN DAN
PERADABAN, ada banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang definisi
peradaban diantaranya sebagai berikut.
Yusuf Qardhawi mangatakan bahwa peradaban adalah sekumpulan dari bentuk-
bentuk kemajuan, baik yang berupa kemajuan bendawi, ilmu pengetahuan, seni, sastra,
maupun sosial, yang terdapat pada suatu masyarakat atau pada masyarakat yang serupa.
Menurut Syed Naquib Al-Attas yang dikutip oleh Amir A. Rahman
mengungkapkan bahwa peradaban itu ialah keadaan kehidupan insan bermasyarakat yang
telah mencapai taraf kehalusan tata susila dan kebudayaan yang luhur bagi seluruh
masyarakatnya. Kata peradaban dalam bahasa Indonesia berkonotasi dengan pengertian
adab, kesopanan, kesantunan serta kehalusan. Dan ada juga pendapat yang lain Peradaban
adalah kemajuan material (ilmu dan teknologi), aspek kehalusan, penataan sosial dan
aspek kemajuan lain.
M. Abdul Karim mengatakan peradaban adalah bagian-bagian dari kebudayaan
yang memiliki sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu
pengetahuan yang luas. Dan ditegaskan lagi bahwa pengertian umum yang dipakai adalah
peradaban merupakan bagian dari kebudayaan yang bertujuan untuk memudahkan dan
mensejahterakan hidup.
De Haan dalam M.Abdul Karim mengatakan peradaban adalah lawan dari
kebudayaan. Peradaban adalah seluruh kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan teknologi.
Sedilot sebagaimana yang dikutip oleh M.Abdul Karim mengatakan bahwa
peradaban merupakan khazanah pengetahuan dan kecakapan teknis yang meningkat dari
angkatan ke angkatan dan sanggup berlangsung terus-menerus.
Beals dan Hoiyer mengatakan bahwa peradaban sama dengan kebudayaan
apabila dipandang dari segi kualitasnya, tetapi berbeda dalam kuantitas, isi dan kompleks
pola-polanya.
Badri Yatim mengungkapkan bahwa peradaban adalah sesuatu yang dipakai
untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan pengertian peradaban adalah
segala bentuk kemajuan, baik yang berupa kemajuan bendawi, ilmu pengetahuan, seni,
sastra, maupun sosial, yang terdapat pada suatu masyarakat.

B. Makhluk Beradab dan Masyarakat Beradab (Dilengakapi yo Ain)


Manusia merupakan makhluk yang mempunyai akal, jasmani dan rohani. Melalui
akalnya manusia dituntut untuk berfikir menggunakan akalnya untuk menciptakan
sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
Melalui jasmaninya manusia dituntut untuk menggunakan fisik / jasmaninya melakukan
sesuatu yang sesuai dengan fungsinya dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Dan melalui rohaninya manusia dituntut untuk senantiasa dapat
mengolah rohaninya yaitu dengan cara beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
yang dianutnya.
Masyarakat yang beradab dapat diartikan sebagai masyarakat yang mempunyai
sopan santun dan kebaikan budi pekerti. Ketenangan, kenyamanan, ketentraman, dan
kedamaian sebagai makna hakiki manusia beradab dan dalam pengertian lain adalah
suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
Peradaban tidak hanya menunjukan pada hasil-hasil kebudayaan manusia yang
sifatnya fisik, seperti barang, bangunan , dan benda-benda. Peradaban tidak hanya
merujuk pada wujud benda hasil budaya, tetapi juga wujud gagasan dan perilaku
manusia, baik cipta, rasa, dan karsa. Kebudayaan berwujud gagasan/ide,
perilaku/aktifitas, dan benda-benda. Sedangkan peradaban adalah bagian dari kebudayaan
yang tinggi, halus, indah, dan maju. Jadi, perbedaan termasuk pula didalamnya gagasan
dan perilaku manusia yang tinggi, halus, dan maju. Peradaban sebagai produk yang
bernilai tinggi, halus, indah, dan maju menunjukan bahwa manusia memanglah
merupakan makhluk yang memiliki kecerdasan, keberadaban, dan kemauan yang kuat.
Manusia yang beradab adalah manusia yang bisa menyelaraskan antara cipta,
rasa, dan karsa. Kaelan (2002) menyatakan manusia yang beradab adalah manusia yang
mampu melaksanakan hakikatnya sebagai manusia (monopluralis secara optimal).
Kebalikannya adalah manusia yang biadab atau dikenal dengan istilah barbar. Secara
sempit, orang yang biadab diartikan sebagai orang yang perilakunya tidak sopan, tidak
berakhlak, dan tidak memiliki budi pekerti yang mulia. Orang biadab juga tidak dapat
menyelaraskan antara cipta, rasa, dan karsanya sebagai manusia. contoh, kemampuan
cipta manusia dalam membuat senjata digunakan untuk saling membunuh sesamanya.
Manusia beradab pastilah berkeinginan membentuk masyarakat yang beradab
sehingga terbentuklah masyarakat beradab atau keberadaban.Istilah masyarakat adab
dikenal dengan kata lain masyarakat sipil, masyarakat warga, atau masyarakat madani.
Manusia adab pada dasarnya merupakan keinginan yang tulus dari manusia sebagai
makhluk yang beradab.

C. Evolusi Budaya dan Wujud Peradaban (Dilengkapi ya Novita, ini masih kurang
banyak referensinya.
Evolusi kebudayaan berlangsung sesuai dengan perkembangan budi daya atau
akal pikiran manusia dalam menghadapi tantangan. Proses evolusi untuk tiap tiap
kelompok masyarakat di berbagai tempat berbeda-beda bergantung pada tantangan,
lingkungan, dan kemampuan intelektual manusianya untuk mengantisipasi tantangan.
Suatu peradaban mempunyai wujud, tahapan dan dapat berevolusi/berubah sesuai
dengan perkembangan zaman. Dari peradaban pula dapat mengakibatkan suatu perubahan
pada kehidupan sosial. Perubahan ini dapat diakibatkan karena pengaruh modernisasi
yang terjadi di masyarakat.
Tiga Periodisasi Peradaban (Alvin Tofler) yaitu gelombang perubahan dari
meramu (food gathering) menjadi budaya cocok tanam (peradaban pertanian) kehidupan
manusia menjadi menetap, peradaban industri, peradaban informasi. Evolusi Budaya dan
Tahapan Peradaban dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gelombang pertama sebagai tahap peradaban pertanian, dimana dimulai
kehidupan baru dari budaya meramu ke bercocok tanam ( revolusi agraris). Mengalami
perkembangan pesat yang disebut evolusi hijau (green revolution). Pada masa ini terjadi
perkembangan teknologi pertanian (dikembangkannya bibit unggul, pemupukan,
pembasmian hama dan mekanisasi). Pada masa ini terjadi perubahan kehidupan manusia
yang berarti dengan ditemukannya berbagai alat dan pesawat 1769 James Watt–mesin
uapnya, Thomas Alpha Edison–lampu pijarnya. Kondisi tadi menjembatani untuk
masuk ke gelombang kedua peradaban industry yang menguasai dunia barat dan jepang
menyusul 4 negara asia (the four tiger): Korea Selatan, Taiwan, Singapore, Hongkong.
Gelombang kedua sebagai tahap peradaban industri penemuan mesin uap, energi
listrik, mesin untuk mobil dan pesawat terbang. (revolusi industri). Perkembangan
IPTEK industri sangat berpengaruh pada perkembangan bidang elektronik . Kemajuan
media elektronik berpengaruh pada penyebaran informasi yang cepat di seluruh dunia.
Perkembangan microchip membawa teknologi dunia. Kehidupan budaya memasuki era
revolusi komunikasi, revolusi informasi.
Gelombang ketiga sebagai tahap peradaban informasi. Penemuan TI dan
komunikasi dengan komputer atau alat komunikasi digital. Jepang sudah sampai pada
level “the age high mass consumption”, Komputer, internet, satelit . Hal yang menarik
dikenal Budaya kegagalan adalah aib. Pada era ini, kerja pikiran menjadi tuntutan dalam
rangka membuat program dan memanfaatkan program baik untuk mencapai informasi,
menyimpan maupun untuk menyebarkan informasi tersebut.
Adapun wujud dari peradaban dapat berupa:
1 Nilai
Menilai berarti mempertimbangkan untuk menentukan apakah sesuatu itu
bermanfaat atau tidak, hasil penilaian disebut nilai (value). Nilai adalah sesuatu yang
berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu
bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Adanya
dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi
terbuka.
Sifat – sifat nilai menurut bambang daroeso (1986) adalah sebagai berikut:
 Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang
bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah obyek
yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah
nilai, tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu.
 Nilai memiliki sifat normative, artinya nilai mengandung harapan, cita – cita,
dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal (das sollen). Misalnya,
nilai keadila. Semua orang berharap untuk mendapatkan dan berperilaku yang
mencerminkan nilai keadilan.
 Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung
nilai. Manusia bertindak didorong oleh nilai yang diyakininya. Misalnya, nilai
ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa
mencapai derajat ketakwaan.
Berdasarkan klasifikasi diatas, kita dapat memberikan contoh dalam kehidupan.
Jika seorang siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika. Apabila
ia keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan siswa itu
buruk karena jawabannya salah. Buruk adalah nilai moral sehingga bukan pada
tempatnya mengatakan demikian. Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan
adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai itu adalah sebagai berikut:
a) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia
atau kebutuhan ragawi manusia.
b) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktvitas.
c) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
kerohanian meliputi:
 Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
 Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsure perasaan
(emotion) manusia.
 Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsure kehendak (karsa
will) manusia.
 Nilai religious yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta
bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
2 Moral
Moral adalah kebiasaan berbuat baik disebut perbuatan moral atau susila. Nilai
nilai dalam masyarakat dalam hubungan dengan kesusilaan. Moral bersifat kodrati,
artinya manusia sejak diciptakan dibekali dengan sifat-sifat baik, jujur, dan adil.
Orang dikatakan bermoral apabila dapat mewujudkan kodratnya untuk berfungsi
berbuat baik, jujur, dan adil dalam tindakannya.
Moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti adat kebiasaan. Kata mores
ini mempunyai sinonim mos, moris, manner more atau manners, morals. Dalam
bahasa Indonesia, kata moral berarti akhlak (bahasa arab) atau kesusilaan yang
mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi
pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral ini dalam bahasa yunani
sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang
baik buruk yang diterima masyarakat umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban, dan
sebagainya.
Contoh nilai adalah keindahan, keadilan, kemanusiaan, kesejahteraan, kearifan,
keagungan, dan sebagainya. Dalam kehidupan ini banyak sekali nilai yang
melingkupi kita. Nilai beraga dapat diklasifikasikan kedalam macam atau jenis-jenis
nilai. Prof. Drs. Notonegoro, S.H. menyatakan nilai terdiri dari;
1. Nilai materiil, yaitu sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
2. Nilai vital, sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaksanakan
kegiatan.
Dari beberapa pendapat di atas, istilah moral dapat dipersamakan dengan istilah
etika, etik, akhlak, kesusilaan, dan budi pekerti. Dalam hubungannya dengan nilai,
moral adalah bagian dari nilai, yaitu nilai moral. Tidak semua nilai adalah nilai moral.
Nilai moral berkaitan dengan perilaku manusia (human) tentang hal baik dan buruk.
Dalam filsafat nilai secara sederhana dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu;
 Nilai logika, yaitu nilai tentang benar salah.
 Nilai etika, yaitu nilai tentang baik buruk.
 Nilai estetika, yaitu nilai tentang indah jelek.
Nilai etik atau etika adalah nilai tentang baik buruk yang berkaitan dengan
perilaku manusia. Jadi, kalau kita mengatakan etika orang itu buruk, bukan berarti
wajahnya buruk, tetapi menunjuk perilaku orang itu yang buruk. Nilai etika adalah
nilai norma. Jadi, moral yang dimaksud adalah nilai moral sebagai bagian dari nilai.
3 Norma
Norma adalah suatu aturan yang berlaku, bersifat mengikat, norma diperlukan
dalam menuntun sikap dan tingkah laku manusia. Aturan, ukuran atau pedoman yang
dipergunakan dalam menenetukan suatu benar atau salah, baik atau buruk. Norma
adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Aturan yang bertujuan untuk
mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan sentosa. Namun masih ada
segelintir orang yang masih melanggar norma-norma dalam masyarakat, itu
dikarenakan beberapa factor, diantaranya adalah factor pendidikan, ekonomi dan lain-
lain.
Norma terdiri dari beberapa macam/jenis, antara lain yaitu;
o Norma agama, Adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran aqidah suatu agama.
Norma ini bersifat mutlak yang mengharuskan ketaatan para penganutnya.
o Norma kesusilaan, Norma ini didasarkan pada hati nurani atau akhlak manusia.
Melakukan pelecehan seksual adalah salah satu dari pelanggaran dari norma
kesusilaan.
o Norma kesopanan, Adalah norma yang berpangkal dari aturan tingkah laku yang
berlaku di masyarakat. Cara berpakaian dan bersikap adalah beberapa contoh dari
norma kesopanan.
o Norma kebiasaan (habit), Norma ini merupakan hasil dari perbuatan yang
dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi
kebiasaan.
o Norma hokum, Adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan larangan yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (Negara). Sangsi norma hokum
bersifat mengikat dan memaksa.
4 Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu etika yang berarti adat
kebiasaan atau akhlak yang baik. Etika adalah ilmu tentang kebiasaan yang baik
berupa perilaku. Etika (etimologi), berasal dari bahasa yunani adalah “ethos”, yang
berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat
dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa latin, yaitu “Mos” dan
dalam bentuk jamaknya “mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup
seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-
hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi
dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk
penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian system
nilai yang berlaku.
Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu: usila (sanskerta), lebih menunjukkan
kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). Dan yang kedua
adalah akhlak (arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Perkataan etika atau
lazim juga disebut etik, berasal dari kata yunani “ETHOS” yang berarti norma-norma,
nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik,
seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli sebagai berkut;
a) Drs, O.P. SIMORANGKIR, Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
b) Drs. Sidi Gajalba, Dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentuka oleh akal.
c) Drs. H. Burhanudin salam, Etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Filsuf aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang
pembahasan Etika, diantaranya adalah:
a) Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk
ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
b) Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan
kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature)
yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk”suatu tingkah laku atau perbuatan
manusia.
Pengertian dan definisi etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok
perhatiannya antara lain;
o Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat
dari hak (the principles of morality, including the science of good and the nature
of the right)
o Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama
dari kegiatan manusia. (the rules of conduct, recognize in respect to a particular
class of a human action)
o Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai individual. (the
science of human character in its ideal state, and moral principles as of an
individual)
Dalam membahas etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan
atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Termasuk didalamnya
membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua
macam etika, yaitu:
a) Etika Deskriptif, Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap
dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya
sebagai sesuatu yang bernilai. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam
penghayatan nilai atau tanpan nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan
dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
b) Etika Normatif, Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal
dan seharusnya dimilki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh
manusia. Jadi etika normative merupakan norma yang dapat menuntun agar
manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal yang buruk, sesuai dengan
kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat
5 Estetika
Estetika adalah ilmu yang mengkaji tentang sifat estetis suatu objek dan
merupakan bagian dari ilmu filsafat yang menelaah dan membahas aspek-aspek
keindahan sesuatu, yaitu mengenai rasa, sifat, norma, cara menanggapi, dan cara
membandingkannya dengan menggunakan penilaian perasaan.Berhubungan denagn
segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan, mencakup kesatuan (unity),
keselarasan (balance), dan kebaikan (contrast). Estetika (sthetics 忙 juga dieja atau
estetika) adalah cabang filsafat yang berhubungan dengan sifat keindahan seni, rasa,
penciptaan dan apresiasi terhadap keindahan. Sedangkan etimologi itu sendiri berasal
dari bahasa yunani (aisthetikos, yang berarti “estetis, sensitive, makhluk”). Istilah
estetika adalah disesuaikan dan diciptakan dengan makna baru dalam bentuk jerman
sthetik (ejaan modern sthetik) oleh Alexander Baumgarten pada tahun 1735.
Kata estetika berasal dari kata yunani aesthesis yang berarti perasaan, selera
perasaan atau taste. Dalam prosesnya munro mengatakan bahwa estetika adalah cara
merespon terhadap stimuli, terutama lewat persepsi indera, tetapi juga dikaitkan
dengan proses kejiwaan, seperti asosiasi, pemahaman, imajinasi, dan emosi. Ilmu
estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan
keindahan, mempelajari semua aspek dari apa yang kita sebut keindahan. Estetika
adalah hal yang mempelajari kualitas keindahan dari obyek, maupunh daya impuls dan
pengalaman estetik pencipta dan pengamatnya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Peradaban memiliki kaitan yang erat dengan kebudayaan. Kebudayaan pada
hakikatnya adalah cipta, rasa, dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kemampuan cipta manusia menghasilkan ilmu pengetahuan. Kemampuan rasa manusia
melalui alat-alat inderanya menghasilkan beragam barang seni dan bentuk-bentuk
kesenian. Sedangkan karsa manusia menghendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan, dan
kebahagiaan sehingga menghasilkan berbagai aktivitas hidup manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Hasil atau produk kebudayaan manusia inilah yang menghasilkan
peradaban.
Kesimpulan ditambahi tentang makhluk dan masyarakat beradab (Ain)
Proses evolusi unuk tiap tiap kelompok masyarakat di berbagai tempat berbeda-
beda bergantung pada tantangan, lingkungan, dan kemampuan intelektual manusianya
untuk mengantisipasi tantangan. Tiga Periodisasi Peradaban (Alvin Tofler) yaitu
gelombang perubahan dari meramu (food gathering) menjadi budaya cocok tanam
(peradaban pertanian) kehidupan manusia menjadi menetap, peradaban industri,
peradaban informasi. Gelombang pertama sebagai tahap peradaban pertanian, dimana
dimulai kehidupan baru dari budaya meramu ke bercocok tanam ( revolusi agraris).
Gelombang kedua sebagai tahap peradaban industri penemuan mesin uap, energi listrik,
mesin untuk mobil dan pesawat terbang. (revolusi industri). Gelombang ketiga sebagai
tahap peradaban informasi. Penemuan TI dan komunikasi dengan komputer atau alat
komunikasi digital. Wujud dari peradaban berupa nilai, moral, norma, etika, dan
estetika. Pengaruh besar kemajuan zaman dan ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan proses evolusi kebudayaan manusia yang sudah sampai taraf
kompleksitasnya.
DAFTAR PUSTAKA

Amir. A. Rahman, Pengantar Tamadun Islam, Kuala Lumpur: DBP, 1990


Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafinda Persada, 1999
M.Abdul Karim, 2009, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta : Pustaka
BOOK Publisher.
Mudji, Sutrisno, Filsafat Kebudayaan- Ihtiar Sebuah Teks, Jakarta: Cetekan Pertama,
Hujan Kabisat, 2008.
Irene Siti, 2016, Pendidikan Sosial Budaya, Yogyakarta: UNY Press.
Koentjaraningrat, 2002, Kebudayaan, Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai