Anda di halaman 1dari 14

PANDANGAN MAHASISWA TERHADAP GAYA BERPAKAIAN REMAJA

MILLENIAL DI ERA GLOBALISASI

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Budaya
Dosen Pengampu : Mohammad Khasan, S.Psi., M.Psi.

Oleh :
Linda Nur Hidayah 202260003

Filla Attq’e 20226020

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Koentjaraningrat (dalam Tim Dosen MKDU FPIPS UPI, PSB 2015, hlm. 75)
mengemukakan bahwa “Kebudayaan merupakan sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta
karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya
dengan belajar. Tindakan yang merupakan nalurinya (seperti makan, minum, dan
berjalan) telah dirombak oleh manusia itu sendiri menjadi tindakan kebudayaan”.
Setiap bangsa dan negara mempunyai budaya yang beragam dan unik.
Menjunjung tinggi nilai kesopanan merupakan salah satu ciri dari bangsa Indonesia, baik
dari tata bahasa, perilaku, gaya hidup seperti style/fashion yang telah menjadi budaya.
Adapun gaya hidup khususnya gaya berpakaian orang Indonesia sangatlah sopan,
mengikuti budaya timur yaitu mayoritas berkerudung, utamanya menutup aurat atau
istilah kasarnya tidak buka-bukaan, sesuai norma keagamaan dan norma kesopanan.
Pada era globalisasi ini, banyak warga Indonesia yang gaya berpakaiannya
mengikuti budaya barat, tidak seharusnya diikuti seluruhnya karena budaya barat tidak
sesuai dengan budaya timur. Remaja masa kini yang mendominasi gaya berpakaiannya
mengikuti gaya berpakaian barat. Hal tersebut terbukti dari hasil observasi kepada remaja
Bandung terdekatnya. Hubungannya dengan peradaban, kasus ini terjadi pengaruh dari
globalisasi. Kebudayaan dan peradaban merupakan kesatuan yang saling berkaitan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa faktor penyebab gaya berpakaian remaja masa kini menjadi minim dalam arti
bertentangan dengan norma keagamaan dan kesopanan?
b. Bagaimana solusi untuk mengatasi permasalahan diatas?
C. Pendekatan Dan Metode Pemecahan Masalah
Metode yang digunakan pada kasus ini yaitu metode kuantitatif. Adapun metode
kuantitatif dilakukan dengan cara menyebarkan angket, dan observasi.
Adapun pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan multi aspek.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Kebudayaan
Secara etimologis istilah kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, yaitu
budhaya yang merupakan bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal.
Koentjaraningrat (dalam Tim Dosen MKDU FPIPS UPI, PSB 2015, hlm. 73)
mengemukakan bahwa “kebudayaan sebagai seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan,
serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan
miliknya dengan belajar. Sehingga menurutnya, hampir semua tindakan manusia adalah
kebudayaan”.
Kebudayaan menurut penuyusun merupakan hasil pemikiran sekelompok
masyarakat yang berkenaan dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku.
B. Wujud Dan Unsur Kebudayaan
1. Wujud kebudayaan
Koentjaraningrat (dalam Tim Dosen MKDU FPIPS UPI, PSB 2015, hlm. 75)
mengemukakan bahwa “kebudayaan dibagi menjadi 4 wujud, adalah sebagai berikut”.
a. Wujud kebudayaan sebagai artifact atau benda-benda fisik.
Kebudayaan dalam wujud ini yaitu semua benda hasil karya manusia bersifat
konkrit dan dapat diraba serta difoto.
b. Wujud kebudayaan sebagai sistem tingkah laku dan tindakan yang berpola.
Kebudayaan dalam wujud ini bersifat konkrit dapat difoto dan dapat difilm. Semua
gerak-gerik yang dilakukan dari hari ke hari dan masa ke masa merupakan pola-
pola tingkah laku yang dilakukan berdasarkan sistem.
2. Unsur kebudayaan
Unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat (dalam Tim Dosen MKDU FPIPS UPI,
PSB 2015, hlm. 76 ) sebagai berikut.
1. Kepercayaan
Kepercayaan berkaitan dengan pandangan tentang bagaimana dunia ini
beroperasi.
2. Nilai
Jika kepercayaan menjelaskan apa itu sesuatu, nilai menjelaskan apa yang
seharusnya terjadi, Nilai itu luas, abstrak, standar kebenaran yang harus dimiliki,
yang diinginkan, dan yang layak dihormati.
3. Norma dan Sanksi
Norma adalah standar yang ditetapkan sebagai garis pedoman bagi setup
aktivitas manusia – lahir dan kematian, bercinta dan berperang, apa yang harus
dimakan, apa yang harus dipakai dan sebagainya.
4. Teknologi
Sebagai hasil penerapan ilmu, teknologi adalah cara kerja manusisa. Dengan
teknologi manusia secara intensif berhubungan dengan alam dan membangun
kebudayaan dunia sekunder yang erbeda dengan dunia primer (alam ).
5. Simbol
Simbol adalah sesuatu yang dapat mengekspresikan atau memberikan makna.
Banyak simbol berupa objek – objek fisik yang telah memperoleh makna kultural
dan dipergunakan untuk tujuan – tujuan yang lebih bersifat simbolik ketimbang
tujuan – tujuan instrumental.
6. Bahasa
Bahasa merupakan sarana utama dalam arti menangkap, mengkomunikasikan,
mendiskusikan, mengubah, dan mewarikan arti – arti ini kepada generasi baru.
Kemampuan untuk melakukan komunikasi simbolik, khususnya melalui bahasa,
membedakan manusia dari hewan.
7. Kesenian
Setiap kebudayaan memiliki ekspresi-ekspresi artistik. Itu tidak berarti bahwa
semua bentuk seni dikembankan dalam setiap kebudayaan
C. Tahap-Tahap Perkembangan Kebudayaan
Kekayaan dan keanekaragaman sejarah kebudayaan manusia sangat sulit untuk
digambarkan secara lengkap. C.A. Van Peursen (dalam Tim Dosen MKDU FPIPS UPI,
PSB 2015, hlm. 79) mengemukakan bahwa “sejarah kebudayaan umat manusia ini dapat
dipilah menjadi 3 tahap, yaitu:”
1. Tahap Mitis, yaitu sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh
kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau
kekkuasaan kesuburan, seperti dipentaskan dalam mitologi-mitologi yang
dinamakan bangsa-bangsa primitif.
2. Tahap Ontologis, yaitu sikap manusia yang tidak lagi hidup dalam kepungan
kekuasaan kekuatan mitis, melainkan secara bebas ingin meneliti segala hal.
3. Tahap Fungsional, yaitu sikap dan alam pikiran yang tidak begitu terpesona lagi
oleh lingkungannya (sikap mitis), ia tidak lagi dengan kepala dingin ambil jarak
terhadap objek penyelidikannya (sikap ontologis), ia ingin mengadakan relasi-relasi
baru, suatu kebertautan yang baru terhadap segala sesuatu dalam lingkungannya.
D. Peradaban
Tim Dosen MKDU FPIPS UPI, PSB (2015, hlm. 80) menyatakan bahwa
“Peradaban memilik berbagai arti dalam kaitannya dengan masyarakat manusia yang
berbudaya. Istilah ini digunakan untuk merujuk pada suatu masyarakat yang “kompleks”
bercirikan kepada hasil cipta, karya, dan karsa manusia”.
Istilah peradaban menurut Sulismadi dan Sofwani (dalam Tim Dosen MKDU
FPIPS UPI, 2015, hlm. 83-84) sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari
istilah “budaya” yang populer dalam kalangan akademis.
E. Problematika Kebudayaan dan Peradaban
Tim Dosen MKDU FPIPS UPI, PSB (2015, hlm. 80) menyatakan bahwa;
1) Beberapa problematika kebudayaan antara lain :
a. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem
kepercayaan.
b. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang
c. Hambatan budaya berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
d. Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi peradaban suatu bangsa
Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
a. Tingkat pendidikan
b. Kemajuan teknologi dan ilmu pendidikan
c. Problematika peradaban dalam kehidupan manusia
BAB III
PEMBAHASAN

A. Keadaan Objektif Gaya Berpakaian Remaja Kota


Pada era globalisasi saat ini, kebudayaan sangat mudah masuk ke Indonesia
termasuk budaya berpakaian layaknya orang barat. Indonesia yang memang mempunyai
budaya terbuka akan mudah menerima budaya sehingga akan mengikuti budaya tersebut.
Masyarakat metropolitan cenderung akan mengikuti budaya trend masa kini yang terus
maju termasuk budaya dalam berpakaian.
Remaja kota yang menjadi sasaran dalam permasalahan ini mempunyai
kecenderungan untuk menerima begitu saja budaya yang masuk. Dapat terlihat dari gaya
berpakaian remaja kota masa kini yang minim sebagai hasil imitasi dari budaya barat.

B. Contoh Angket

Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan
menggambarkan seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakat disekitarnya.
Gaya hidup adalah suatu seni yang dibudayakan oleh setiap orang. Gaya hidup juga sangat
berkaitan dengan perkembangan zaman pengaruh dari peradaban. Gaya hidup salah satunya
dapat dilihat dari gaya berpakaian. Kalangan remaja menjadi kalangan yang mendominasi
sebagai hasil imitasi gaya berpakaian barat tak lagi memperhatikan norma keagamaan dan
norma kesopanan, padahal budaya Indonesia terkenal dengan kesopanannya, namun dewasa ini
hal itu tak lagi melekat erat didalam diri masyarakat Indonesia. Dampak negatif ini perlahan
merubah budaya timur – budaya barat. Menurut teman-teman sekalian, faktor apa yang
menyebabkan hal ini terjadi? (urutkan dari yang terbesar-terkecil)!

f. Kualitas pendidikan rendah


a. Pengaruh dari budaya asing g. Rendahnya kesadaran akan kesopanan
b. Perkembangan teknologi yang pesat h. Kurangnya kontrol orangtua
c. Lingkungan masyarakat i. Lemahnya kontrol masyarakat
d. Pergaulan j. (isi bila ada faktor lain)……….
e. Kurangnya iman dan taqwa
Sertakan solusi yang dapat mengatasi atau meminimalisir permasalahan tersebut!
Faktor penyebab dari kasus ini didapatkan berdasarkan literatur yang mana faktor
tersebut merupakan unsur kebudayaan. Berikut faktor terbesar hingga terkecil;

1. Pengaruh dari budaya asing


Budaya asing sangat berpengaruh terhadap perkembangan gaya hidup, khususnya
di kota yang memang memiliki keterbukaan terhadap budaya asing. Budaya asing
khusunya budaya barat menjadi trend dikalangan masyarakat Indonesia saat ini. Namun
tak semua budaya tersebut cocok dan bisa di akulturasi dengan budaya di Indonesia.
Sehingga terjadilah penyerapan budaya barat secara mentah dan menyebabkan maraknya
pakaian minim.
Berdasarkan hasil penyebaran angket, pengaruh budaya asing merupakan faktor
utama yang menjadi penyebab dalam kasus ini. Dari angket terlihat bahwa ada sebanyak
6 orang yang berpendapat bahwa pengaruh budaya asing merupakan faktor pertama yang
menyebabkan permasalahan ini terjadi.

2. Perkembangan teknologi yang pesat


Pesatnya perkembangan IT menjadi salah satu penyebab masalah gaya hidup.
Mudahnya mencari informasi membuat masyarakat bertransformasi mengubah gaya
hidup mereka sesuai keinginannya agar tidak ketinggalan zaman.
Berdasarkan hasil penyebaran angket, perkembangan teknologi yang pesat
merupakan faktor kedua yang menyebabkan permasalahan ini terjadi. Dari angket terlihat
bahwa ada 4 orang yang berpendapat bahwa perkembangan tekonologi yang pesat
merupakan faktor kedua yang menyebabkan permasalahan ini terjadi.

3. Pergaulan
Faktor yang paling mempengaruhi remaja dalam mengadaptasi budaya barat
dalam hal berpakaian adalah teman pergaulan. Bagi sebagian besar remaja, teman
memiliki posisi yang lebih penting daripada orangtua. Oleh karena itu, muncullah suatu
ketergantungan terhadap teman.
Berdasarkan penyebaran angket, pergaulan merupakan faktor ketiga yang
menyebabkan permasalahan ini terjadi. Dari angket terlihat bahwa ada 5 orang yang
berpendapat bahwa pergaulan merupakan faktor ketiga yang menyebabkan permasalahan
ini terjadi.

4. Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat sekitar kota tidak berbeda dengan di desa. Namun
kehidupan mereka berbeda. Setelah masuknya budaya asing dan mencontoh budaya
tersebut, masyarakat kota akan membiasakan hal-hal tersebut. Umumnya lingkungan di
sekitar kota akan terjadi kelatahan sosial. Ketika satu lingkungan melaksanakan sesuatu
maka semua lingkungan tersebut cenderung akan mengikuti dan terbawa arus.
Berdasarkan hasil penyebaran angket, lingkungan masyarakat menjadi faktor
selanjutnya yaitu faktor kelima yang menyebabkan permasalahan ini terjadi. Dari angket
terlihat bahwa ada 4 orang yang berpendapat lingkungan masyarakat merupakan faktor
keempat yang menyebabkan permasalahan ini terjadi.

5. Rendahnya kesadaran akan kesopanan


Rendahnya kesadaran akan kesopanan menjadi salah satu faktor penyebab
permasalahan tersebut. Kesadaran akan kesopanan diakibatkan kurangnya pengajaran
dari lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat sehingga menyebabkan
rendahnya kesopananan dan kurangnya kesadaran dikarenakan kebiasaan lingkungan.
Berdasarkan hasil penyebaran angket, rendahnya kesadaran kesopanan menjadi
faktor selanjutnya yaitu faktor kelima yang menyebabkan permasalahan ini terjadi. Dari
angket terlihat bahwa ada 4 orang yang berpendapat rendahnya akan kesopanan
merupakan faktor kelima yang menyebabkan permasalahan ini terjadi.

6. Kurangnya kontrol orangtua


Kurangnya kontrol orangtua dapat berakibat fatal terhadap remaja khususnya
dalam proses perkembangan remaja. Orangtua memiliki peran yang penting untuk
mengontrol sejauh mana anaknya bergaul. Banyak orangtua dari masyarakat kota yang
kurang mengontrol pergaulan anaknya sehingga anak merasa bebas karena tidak ada
pengawasan orangtua dan berdampak pada pergaulan yang bebas.
Berdasarkan hasil penyebaran angket, kurangnya kontrol orangtua menjadi faktor
selanjutnya yaitu faktor keenam yang menyebabkan permasalahan ini terjadi. Dari angket
terlihat bahwa ada 4 orang yang berpendapat kurangnya kontrol orangtua merupakan
faktor keenam yang menyebabkan permasalahan ini terjadi.

7. Lemahnya kontrol masyarakat


Masyarakat perkotaan dewasa ini kurang memiliki sifat peka terhadap lingkungan
sekitar, salah satu contohnya terhadap remaja. Banyak remaja yang melanggar norma-
norma yang berlaku dimasyarakat seperti adat dalam berpakaian, tetapi akibat lemahnya
kontrol masyarakat mengakibatkan pengabaian terhadap pelanggaran-pelanggaran norma
tersebut sehingga remaja yang berpakaian minim sekalipun dihiraukan.
Berdasarkan hasil penyebaran angket, lemahnya kontrol masyarakat menjadi
faktor selanjutnya yaitu faktor ketujuh yang menyebabkan permasalahan ini terjadi. Hal
ini juga didasari atas hasil angket yang mana untuk faktor yang paling banyak mengisi
pada faktor ketujuh tidak ada, sehingga faktor yang paling banyak mengisi faktor
kedelapan menjadi faktor ketujuh.

8. Kurangnya iman dan taqwa


Kurangnya iman dan taqwa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya permasalahan minimnya gaya berpakaian remaja kota masa kini. Hal ini terkait
dengan pengetahuan agama, semakin banyak ilmu agamanya maka semakin tahu pula ia
dalam membedakan mana yang baik dan benar, serta mana yang dianggap sopan sesuai
dengan budaya Indonesia. Didalam ilmu agama terkandung nilai-nilai keagamaan dan
moral yang baik, seperti perempuan diwajibkan menutup aurat. Jika ilmu ini didalami
oleh setiap orang mungkin sedikit atau bahkan tidak ada orang yang berpakaian terbuka
layaknya budaya barat.
Berdasarkan hasil penyebaran angket, lemahnya kontrol masyarakat menjadi
faktor selanjutnya yaitu faktor kedelapan yang menyebabkan permasalahan ini terjadi.
Hal ini juga didasari atas hasil angket yang mana untuk faktor yang paling banyak
mengisi pada faktor ketujuh tidak ada, sehingga faktor yang paling banyak mengisi faktor
kedelapan menjadi faktor ketujuh, dan yang paling banyak mengisi pada faktor nomor
Sembilan menjadi faktor kedelapan.

9. Kualitas pendidikan rendah


Kualitas pendidikan rendah juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
permasalahan tersebut. Semakin tinggi kualitas pendidikan seseorang, maka semakin
tinggi pula cara ia berpikir sehingga ia dapat memilah mana yang baik atau sesuai dengan
mana yang kurang baik atau kurang sesuai. Semakin berpendidikan seseorang, maka
semakin ia menyadari bahwa ia harus memegang teguh budaya yang tercipta oleh
Indonesia termasuk kesopanan dalam berpakaian.
Berdasarkan hasil penyebaran angket, kualitas pendidikan rendah menjadi faktor
selanjutnya yaitu faktor kesembilan yang menyebabkan permasalahan ini terjadi. Warna
biru pada tabel tepatnya kolom tujuh merupakan disitulah seharusnya frekuensi terbesar
dari responden, namun justru 0. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya responden, sehingga
sulit dalam mengolah data.

C. Solusi Mengatasi Permasalahan Minimnya Gaya Berpakaian Remaja Kota Masa


Kini
Adapun solusi yang dikira dapat mengatasi permasalahan tersebut, yaitu:
1. Pengawasan dan peran orangtua sangat diperlukan untuk mencegah atau menanggulangi
penggunaan pakaian minim. Dalam pencegahannya orangtua bisa mencontohkan cara
berpakaian yang baik dan ada kedekatan harus ada peran konrol perkembangan anak,
bisa dengan pengawasan dalam pergaulan anak,
2. Menumbuhkan kesadaran individu untuk dapat menyaring budaya asing yang masuk,
dengan cara memilah mana yang baik dan benar. Untuk meningkatkan kesadaran
tersebut harus ada penanaman pemahaman. Dalam hal ini diperlukan kesadaran
masing-masing individu, peranan orangtua, lembaga pendidikan, serta ilmu agama.
3. Menanamkan prinsip pada individu agar tidak mudah terpengaruh dalam pergaulan
yang kurang baik, ini bisa terjadi degan mengikuti pengajian, majelis, dan adanya
peran orangtua dalam hal tersebut.
4. Adanya sanksi dari masyarakat terhadap individu yang terlibat masalah ini, seperti
awalnya diberi teguran, kemudian jika masih diulangi maka diberi sanksi berupa
pengucilan, dan lain-lain.
5. Memberikan sosialisasi atau penyuluhan terkait gaya berpakaian yang sesuai dengan
norma dan budaya Indonesia.
6. Seringnya dilaksanakan siraman rohani atau ceramah mengenai gaya berpakaian yang
sesuai dengan norma agama.
7. Lebih selektif dan mensortir kembali budaya asing yang masuk, yang baik dicontohi,
yang buruk tidak untuk ditiru.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Pengaruh budaya asing
2. Perkembangan teknologi yang pesat
3. Pergaulan
4. Lingkungan masyarakat
5. Rendahnya akan kesopanan
6. Kurangnya kontrol orangtua
7. Lemahnya kontrol masyarakat
8. Kurangnya iman dan taqwa
9. Kualitas pendidikan rendah.
Adapun rekomendasi solusi yang dapat mengatasi permasalahan tersebut, yaitu:
1) Pengawasan dan peran orangtua sangat diperlukan untuk mencegah atau
menanggulangi penggunaan pakaian minim. Dalam pencegahannya orangtua bisa
mencontohkan cara berpakaian yang baik dan ada kedekatan harus ada peran
kontrol perkembangan anak, bisa dengan pengawasan dalam pergaulan anak,
2) Menumbuhkan kesadaran individu untuk dapat menyaring budaya asing yang
masuk, dengan cara memilah mana yang baik dan benar. Untuk meningkatkan
kesadaran tersebut harus ada penanaman pemahaman. Dalam hal ini diperlukan
kesadaran masing-masing individu, peranan orangtua, lembaga pendidikan, serta
ilmu agama.
3) Menanamkan prinsip pada individu agar tidak mudah terpengaruh dalam pergaulan
yang kurang baik, ini bisa terjadi degan mengikuti pengajian, majelis, dan adanya
peran orangtua dalam hal tersebut.
4) Adanya sanksi dari masyarakat terhadap individu yang terlibat masalah ini, seperti
awalnya diberi teguran, kemudian jika masih diulangi maka diberi sanksi berupa
pengucilan, dan lain-lain.
5) Memberikan sosialisasi atau penyuluhan terkait gaya berpakaian yang sesuai
dengan norma dan budaya Indonesia.
6) Seringnya dilaksanakan siraman rohani atau ceramah mengenai gaya berpakaian
yang sesuai dengan norma agama.
7) Lebih selektif dan menyortir kembali budaya asing yang masuk, yang baik
dicontohi, yang buruk tidak untuk ditiru.
B. Saran
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
diharapkan kepada membaca untuk mencari sumber referensi yang lainnya. Sangat
dibutuhkan kritik dan sarannya atas isi dari makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
https://e-jurnal.stkiprokania.ac.id/index.php/jpr/article/view/201/151

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-sapala/article/download/48051/40110

Tim Dosen MKDU FPIPS UPI. (2015). Pendidikan Sosial Budaya. Bumi Siliwangi: CV
Maulana Media Grafika.

(Decade, 2015; Decade, 2015)

____.(2012).MetodelogiPenelitian.[Online].Tersedia:http://widisudharta.weebly.com/
metode-penelitian-skripsi.html/ Diakses pada 18 November 2015

Anda mungkin juga menyukai