Disusun Oleh :
Ayu Rahmawati
Dewi Kurniasari
Milawati Dewi
Kelas: 3/R3
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayahnya. Sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Multikultural.
Demikian tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Multikultural dan kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi kami dan khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang tak retak
begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang
kontruksif dan membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna meningkatkan
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Kelompok 5
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi suatu bangsa pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Dengan
pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan, manusia
juga akan mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Oleh
karena itu membangun pendidikan menjadi suatu keharusan, baik dilihat dari
perspektif internal (kehidupan internal bangsa) maupun dalam perspektif eksternal
(kaitannya dengan kehidupan bangsa-bangsa lain).
Dalam pengertian yang sederhana dan umum, pendidikan adalah usaha
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan,
baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam
masyarakat dan kebudayaan. Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan
diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang
lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke
generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok
diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
Selayaknyalah kita mengembangkan paradigma baru di dunia pendidikan,
yakni pendidikan multikultural. Paradigma multikultural pada akhirnya bermuara
pada terciptanya sikap siswa/peserta didik yang mau memahami, menghormati,
menghargai perbedaan budaya, etnis, agama dan lainnya yang ada di masyarakat.
Pendidikan multikultural memberikan penyadaran bahwaperbedaan suku, etnis,
budaya, agama dan lainnya tidak menjaji penghalang bagi siswa untuk bersatu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan dan kebudayaan?
2. Bagaimana konsep kebudayaan?
3. Bagaimana proses transformasi budaya?
4. Bagaimana wacana pendidikan multikultural di indonesia?
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pendidikan dan kebudayaan.
2. Agar kita mampu memahami konsep kebudayaan.
3. Agar kita mengerti proses transformasi budaya.
4. Supaya kita memahami wacana-wacana pendidikan multikultural di Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
B. Konsep Kebudayaan
1. Definisi kebudayaan
Kata dasar budaya adalah budaya. Budaya adalah segala hasil pikiran,
perasaan, kemauan, karya manusia secara individual atau kelompok untuk,
meningkatkan hidup dan kehidupan manusia secara singkat adalah cara hidup
yang telah dikembangkan oleh masyarakat. Budaya dapat berupa benda-benda
kongkret dapat pula bersifat abstrak. Contoh benda kongkreat adalah
bangunan rumah, mobil, televisi, dan barang-barang seni, dan adapun contoh
yang abstrak adalah cara berpikir ilmiah, kemampuan menciptakan sesuatu,
imajinasi, cita-cita, Kemauan yang kuat untuk mencapai sesuatu dan
keimanan. ( Made Pidarta, 2003: 2-3 )
Kneller (Mde Pidarta, 2000:157) menegaskan bahwa kebudayaan adalah
cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.
4
Berdasarkan pandangan tersebut dapat disimpulkan beberapa hal yang
menjadi hakikat kebudayaan adalah:
a.) Hakikat dan inti dari kebudayaan adalah manusia. Dengan kata lain
kebudayaaan adalah khas insani hanya manusia yang berbudaya dan
membudaya.
b.) Kebudayaan merupakan suatu pencapaian manusia yang bersifat material.
Bentuk-bentuk pencapaian manusia tersebut seperti ilmu pengetahuan,
kepercayaan, ekonomi dan seni.
c.) Kebudayaan dapat pula berbentuk kelakuan-kelakuan yang terarah seperti
hukum dan adat istiadat yang berkesinambungan.
d.) Kebudayaan merupakan satu realitas objektif yang dapat dilihat.
e.) Kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia yang solider atau
terasing tetapi yang hidup dalam suatu masyarakat.
f.) Kebudayaan di wariskan melalui transformasi dan satu generasi ke
generasi berikutnya.
Dengan demikian hakikat kebudayaan dikategorikan dalam suatu pendekatan
yaitu pendekatan epistimologi, dan pendekatan ontologi.
2. Wujud kebudayaan
Mengenai wujud kebudayaan, Elly M. Setiadi dkk. (2007:29-30) menjelaskan:
a.) Wujud ide
Wujud dari kebudayaan menunjukan wujud ide, sifatnya abstrak
tidak dapat di raba, dipegang, ataupun difoto, dan tempatnya ada dalam
pikiran warga masyarakat tempat kebudayaan yang bersangkutan itu
hidup. Budaya ideal memiiki fungsi mengatur, mengendalikan, dan
memberikan arah pada tidakan, kelakuan, dan perbuatan manusia dan
masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini dapat disebut juga
adat istiadat.
b.) Wujud perilaku
Wujud ini dinamakan sistem sosial karena menyangkut tidakan dan
kelakuan berpola dari manusia. Wujud ini dapat di observasi dan
didokumentasi karena dalam sistem sosial ini terdapat aktivitas manusia
5
yang berinteraksi, berhubungan, dan bergaul satu dengan yang lainnya
dalam masyarakat. Bersifat kongkreat dalam wujud perilaku dan bahas.
c.) Wujud artefak
Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik yang seluruhnya
merupakan hasil fisik. Sifatnya paling kongkret dapat diraba, dilihat, dan
di dokumentasi. Contohnya: candi, bangunan, baju, kain, komputer dan
lainnya.
3. Fungsi kebudayaan
Kebudayaan berfungsi unruk mengatur manusia agar dapat bertindak dan
berbuat untuk menentukan sikap jika akan berhubungan dengan orang lain,
dalam menjalankan hidupnya. Kebudayaan memiliki fungsi:
a.) Suatu hubungan pedoman antara manusia atau kelompok.
b.) Wadah untuk menyalurkan perasaan dan kehidupan lainnya. Contohnya
adalah kesenian.
c.) Melindungi diri pada alam. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi
atau kebudayaan kebendaan yang memiliki kegunaan utama dalam
melindungi masyarakat terhadap lingkungan alamnya.
d.) Pembimbing kehidupan manusia.
e.) Pembeda antara manusia dengan binatang.
6
budaya (cultural bearer) berkepentingan untuk memelihara keterjalinan antara
berbagai upaya pendidikan dan usaha mengembangkan budaya.
Pendidikan sebagai budaya harus dapat membuat peserta didik
mengembangkan kata hati atau suara hati dan perasaannya untuk taat terhadap
ajaran-ajaran agama yang dipeluknya. Yang harus dikembangkan bukan hanya
pemahaman dan perasaan melainkan juga tindakan atas perilaku sehari-hari
yang cocok (etika dan moralitas) dengan ajaran agama perlu dibina. Untuk
pencapain tujuan itu pengalihan nilai budaya dan norma sosil dilakukan melalui
perkenalan dengan berbagai sumber belajar yang relevan dalam konteks inilah
mulai dibicarakan mengenai proses-proses transformasi kebudayaan
2. Proses transformasi
Meliputi proses imitasi, Identifikasi, dan sosialisasi. Imitasi adalah meniru
tingkah laku dari sekitar. Awalnya tentu imitasi dalam lingkungan keluarga dan
semakin lama semakin meluas terhadap masyarakat lokal yang di imitasi adalah
unsur yang telah dikemukakan di atas. transmisi unsur- unsur tidak dapat
berjalan dengan sendirinya. Manusia adalah aktor dan memanipulasi
kebudayaan. Oles sebab itu unsur-unsur tersebut harus di identifikasi. Proses
identifikasi itu berjalan sepanjang hayat sesuai dengan tingkat kemampuan
manusia. Selanjutnya sosialisasi artinya harus diwujudkan dalam kehidupan
nyata dilingkungan yang semakin lama semakin meluas. Nilai-nilai yang
dimiliki oleh seseorang harus mendapatkan pengakuan lingkungan sekitarnya
3. Cara transformasi kebudayaan
Ketiga proses transformasi berkaitan erat dengan cara mentransformasikan.
Dalam hal ini ada dua cara yaitu peran serta dan bimbingan, cara peran serta
melalui tandingan ikut serta dalam segiatan sehari-hari. Adapun bentuk
bimbingan dapat berupa instruksi, persuasi, rangsangan, dan hukuman.
Dalam proses transformasi kebudayaaan, pendidikan berfungsi untuk
mengembangkan kepribadian yang kreatif dan dapat memilih nilai-nilai budaya
dar berbagai lingkungan.
Dalam perkembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan kebudayaan
akan dapat berkembang melalui kepribadian tersebut. Hal ini menunjukan
bahwa pendidikan bukan semata mata transmisi kebudayaan yang pasif,
melainkan perlu mengembangkan kepribadian yang kreatif.
7
Pada dasarnya proses pendidiksn tidak terjadi secara pasif atau cultural
determined. Proses tersebut memungkinkan terjadinya perkembangan budaya
melalui kemampuan kreatif yang memungkinkan terjadinya inovasi dan
penemuan budaya lainnya, serta asimilasi, akulturasi. Tetapi melalui proses
interaktif antara pendidik.
8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan merupakan proses perubahan tingkah laku, dari seorang
manusia menuju pada kedewasaan. Salah satu indikator manusia adalah memiliki
budaya yang unggul dan tangguh. Artinya di samping memiliki pengetahuan dan
keterampilan juga memiliki nilai-nilai dan norma yang unggul dalam peri
kehidupannya. Melalui pendidikan manusia dapat mengetahui baik, buruk dan
mengenal budaya.
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari budaya, hal itu disebabkan antara
pendidikan dan budaya terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti kebudayaan
berkenaan dengan suatu hal yang sama
B. Saran
Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki makalah
ini.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/434089433/PENDIDIKAN-SEBAGAI-PROSES-TRANSFORMASI-
BUDAYA-docx
(diakses pada tanggal 23 November 2022, pukul 09.00 WIB)
10