Anda di halaman 1dari 14

RESUME DAN MIND MAPPING KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN

Tugas Mata Kuliah:


Landasan Ilmu Pendidikan

Oleh:
Annisa Aulia (20176001)

Dosen Pengampu Matakuliah:


1. Prof. Dr. Ellizar, S.Pd.
2. Dr. Yerimadesi, S.Pd., M.Si.

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
Topik yang dibahas:
1. Konsep Kebudayaan
2. Karakteristik Kebudayaan
3. Aliran-aliran Kebudayaan
4. Pewarisan dan Perkembangan Kebudayaan
5. Persebaran Kebudayaan
6. Keanekaragaman Suku Bangsa dan Kebudayaan Indonesia
7. Dinamika dan Perubahan Sosial Budaya

1. KONSEP KEBUDAYAAN

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah,


yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia, dalam bahasa Inggris
kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata latin colere yaitu mengolah
atau mengerjakan dapat diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani, kata
culture juga kadang sering diterjemahkan sebagai “Kultur” dalam bahasa
IndonesiaBudaya atau culture merupakan istilah yang datang dari disiplin
antropologi sosial. Dalam dunia pendidikan budaya dapat digunakan sebagai salah
satu transmisi pengetahuan, karena sebenarnya yang tercakup dalam budaya
sangatlah luas. Budaya laksana software yang berada dalam otak manusia, yang
menuntun persepsi, mengidentifikasi apa yang dilihat, mengarahkan fokus pada
suatu hal, serta menghindar dari yang lain.
Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang ditemukan dan ditentukan oleh
suatu kelompok tertentu karena mempelajari dan menguasai masalah adaptasi
eksternal dan integrasi internal, yang telah bekerja dengan cukup baik untuk
dipertimbangkan secara layak dan karena itu diajarkan pada anggota baru sebagai
cara yang dipersepsikan, berpikir dan dirasakan dengan benar dalam hubungan
dengan masalah tersebut.
Webster’s New Collegiate Dictionary mendefinisikan, budaya sebagai pola
terintegrasi dari perilaku manusia termasuk pikiran, pembicaraan, tindakan, dan
artifak serta tergantung pada kapasitas orang untuk menyimak, dan meneruskan
pengetahuan kepada generasi penerus. Dalam pandangan Jeff Carttwright budaya
adalah penentu yang kuat dari keyakinan, sikap dan perilaku orang, dan
pengaruhnya dapat diukur melalui bagaimana orang termotivasi untuk merespons
pada lingkungan budaya mereka. Atas dasar itu, Carttwright mendefinisikan
budaya sebagai sebuah kumpulan orang yang terorganisasi yang berbagi tujuan,
keyakinan dan nilai-nilai yang sama, dan dapat diukur dalam bentuk pengaruhnya
pada motivasi.

2. KARAKTERISTIK KEBUDAYAAN
Unsur-unsur kebudayaan tersebut bersifat universal, yakni terdapat dalam
semua masyarakat di mana pun di dunia, baik masyarakat “primitif”
(underdeveloped society) dan terpencil (isolated), masyarakat sederhana (less
developed society) atau prapertanian (preagricultural society), maupun
masyarakat berkembang (developing society) atau mengindustri (industrializing
society) dan masyarakat maju (developed society) atau masyarakat industri
(industrial society) dan pascaindustri (postindustrial society) yang sangat rumit
dan canggih (highly complicated society). Unsur-unsur tersebut juga menunjukkan
jenis-jenis atau kategori-kategori kegiatan manusia untuk “mengisi” atau
“mengerjakan,” atau “menciptakan” kebudayaan sebagai tugas manusia
diturunkan ke dunia sebagai “utusan” atau khalifah untuk mengelola dunia dan
seisinya, memayu hayuning bawana – tidak hanya melestarikan isi alam semesta
melainkan juga merawat, melestarikan dan membuatnya indah.
Unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat dirinci dan dipelajari dengan
kategori-kategori sub unsur dan sub-sub-unsur, yang saling berkaitan dalam suatu
sistem budaya dan sistem social, yang meliputi (1) Sistem dan organisasi
kemasyarakatan; (2) Sistem religi dan upacara keagamaan; (3) Sistem mata
pencaharian; (4) Sistem (ilmu) pengetahuan; (5) Sistem teknologi dan peralatan;
(6) Bahasa; dan (7) Kesenian.
3. ALIRAN-ALIRAN KEBUDAYAAN

A. Aliran Progresif
a) Pendidikan progresif, menawarkan sesuatu via media antara dua pandangan
yangmengatakan bahwa perubahan pendidikan seluruhnya tergantung pada
perubahankebudayaan dan pendidikan dapat merubah dirinya sendiri dan
masyarakat tanpa perlu bekerja sama dengan kekuatan-kekuatan sosial.
b) Pendidikan dapat mengembangkan mentalitas yang sanggup
menghadapi perubahan bila terjadi yaitu pendidikan dapat mengajari
anak-anak untuk bereaksiterhadap perubahan secara inteligen.
c) Menginginkan sekolah menanamkan kecerdasan individual. Kecerdasan
inidiperlukan untuk bekerjasama.
d) Masyarakat yang baru mesti menghormati nilai-nilai dasar kebudayaan
Baratdengan kekuatan-kekuaan pendorong dunia modern.
e) Membuat sekolah menjadi agen perubahan juga akan menjadikan
sekolahdiperebutkan oleh kelompok-kelompok kepentingan yang saling
bersaingsehingga memungkinkan terjadinya semacam lobby politik.B.

B. Aliran Konservatif
a) Sekolah tidak dapat memaksakan gerak perubahan sosial tanpa mengkorup
fungsi pendidikan yang sebenarnya, yaitu melatih intelektual.
b) Sekolah bukanlah lembaga perubahan yang tepat tetapi sebuah pranata
belajar.
c) Individu-individulah yang merubah masyarakat, bukan sebaliknya. Cara yang
tepatuntuk memperbaiki masyarakat adalah dengan memperbaiki
individu-individu yangada di dalamnya.
d) Sekolah bertanggung jawab menanamkan dalam diri siswa apa yang
secara permanen berguna dalam warisan budaya dan bagi penyesuaian mere-
ka terhadapmasyarakat yang ada pada waktu itu
C. Aliran Rekonstruksionis
Rekonstruksionis adalah para pendidik sendiri harus membangun kembali
masyarakat dengan mengajarkan kepada generasi muda sebuah program
perubahan sosial secara bersamaan baik secara detail maupun secara keseluruhan.
Aliran ini memperbaiki 3 kekurangan aliran progresif: kekurangan tujuan-tujuan,
suatu penekanan yang tidak tepat pada individualism, dan peremehan:
rintangan-rintangan budaya terhadap perubahan sosial.

4. PEWARISAN DAN PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN


Pada hakikatnya, kebudayaan adalah warisan sosial. Dalam arti bahwa
kebudayaan diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya melalui suatu proses
pembelajaran, baik secara formal maupun secara informal. Adapun proses
pembelajaran formal itu umumnya dilakukan lewat program-program pendidikan
dalam berbagai lembaga pendidikan, seperti sekolah, kursus, akademi, perguruan
tinggi, dan lain-lain tempat pusat pelatihan kerja dan keterampilan. Di sini semua
wujud kebudayaan spiritual maupun material yang berupa sistem gagasan, ideide,
norma-norma, aktivitas-aktivitas berpola, serta berbagai benda hasil karya
manusia dikemas dalam mata pelajaran dan kurikulum yang disusun serta
diberikan secara sistematik. Sementara itu, proses pembelajaran informal
diselenggarakan melalui proses enkulturasi (enculturation) dan sosialisasi
(socialization).
Enkulturasi adalah proses penerusan kebudayaan kepada seseorang individu
yang dimulai segera setelah dilahirkan, yaitu pada saat kesadaran diri yang
bersangkutan mulai tumbuh dan berkembang. Agar kesadaran diri itu dapat
berfungsi, seorang individu harus dilengkapi dengan lingkungan sosialnya.
Mula-mula ia mengetahui objek-objek di luar dirinya. Obyek ini selalu dipahami
menurut nilai kebudayaan di tempat dia dibesarkan. Bersamaan dengan itu,
individu tersebut memperoleh orientasi yang bersifat ruang, waktu, dan normatif.
Dengan kata lain, dalam proses enkulturasi ini seorang individu mempelajari dan
menyesuaikan alam pikiran serta sikap perilakunya dengan adat istiadat, sistem
norma, dan peraturan-peraturan yang ada di dalam kebudayaannya.
Dalam pada itu, dampak enkulturasi terhadap kepribadian ialah bahwa di
dalam beberapa kebudayaan, kebiasaan membesarkan dan mengasuh anak dengan
caracara represif cenderung meningkatkan pertumbuhan kepribadian yang penurut,
sedangkan dalam kebudayaan lain, kebiasaan membesarkan dan mengasuh anak
yang permisif tampaknya mempermudah terbentuknya kepribadian yang
sebaliknya, yaitu kepribadian yang bebas dan lebih percaya diri.
Adapun pewarisan kebudayaan yang dilakukan melalui proses sosialisasi
sangat erat berkaitan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungannya
dengan sistem sosial. Dalam proses ini seorang individu mulai dari masa
kanak-kanak, masa dewasa, hingga masa tuanya, belajar bermacam-macam pola
tindakan dalam interaksi dengan semua orang di sekitarnya yang menduduki
bermacam-macam status dan peranan sosialnya yang ada dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Perlu diketahui bahwa proses sosialisasi dalam setiap masyarakat dan
golongan sosial lainnya amat berbeda-beda atau tidak sama. Sebagai contoh,
seseorang yang sejak bayi diasuh dalam keluarga kaum petani di pedesaan di
Indonesia akan lain proses sosialisasinya dengan seorang individu yang dilahirkan
dalam golongan atau keluarga kaum buruh di perkotaan di Inggris atau di
Amerika. Demikianlah, setiap individu dalam masyarakat yang berlainan akan
mengalami proses sosialisasi yang berlainan pula karena proses ini lebih banyak
ditentukan oleh sistem budaya dan lingkungan sosial masyarakat yang
bersangkutan.
Pendidikan dan kebudayaan merupakan suatu hal yang saling berintegrasi,
pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan, karena pendidikan
merupakan proses transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai-nilai kebudayaan
(pendidikan bersifat reflektif). Pendidikan juga bersifat progresif, yaitu selalu
mengalami perubahan perkembangan sesuai tuntutan perkembangan kebudayaan.
Kedua sifat tersebut berkaitan erat dan terintegrasi. Dilihat dari sudut pandang
individu, pendidikan merupakan usaha untuk menimbang dan menghubungkan
potensi individu. Adapun dari sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan
merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi tua kepada generasi
muda, agar nilai-nilai budaya tersebut tetap terpelihara.
Transfer nilai-nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses
pendidikan. Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan
pada program pendidikan secara formal. Oleh sebab itu dalam penyelenggarannya
dibentuk kelembagaan pendidikan formal. Pendidikan mencakup dua kepentingan
utama, yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya.
Maka sudah jelas sekali bahwa kedua hal tersebut pendidikan dan kebudayaan
berkaitan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa itu
masing-masing, kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling
membutuhkan antara satu sama lainnya. pendidikan dalam hubungan dengan
individu dan masyarakat, akan tetapi dapat dilihat bagaimana garis hubung antara
pendidikan dan sumber daya manusia. Dari sudut pandangan individu pendidikan
merupakan usaha untuk mengembangkan potensi individu, sebaliknya dari sudut
pandang kemasyarakatan pendidikan adalah sebagai pewarisan nilai-nilai budaya.
Dalam pandangan ini, pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu
peningkatan potensi individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai
mahluk berbudaya, pada hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya
itu kemudian meningkatkan sejalan dengan peningkatan potensi manusia pencipta
budaya itu. Misalnya pendidikan sebagai transformasi budaya, Sebagai proses
transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari
satu generasi ke generasi yang lain. Seperti bayi lahir sudah berada di dalam suatu
lingkungan budaya tertentu. Di dalam lingkungan masyarakat dimana seorang
bayi dilahirkan telah terdapat kebiasaan-kebiasaan tertentu seperti yang
dikehendaki oleh masyarakat. Hal-hal tersebut mengenai banyak hal seperti
bahasa, cara menerima tamu, makanan, istirahat, bekerja, perkawinan, bercocok
tanam, dan seterusya.
Nilai-nilai kebudayaan tersebut mengalami proses transformasi dari
generasi tua ke generasi muda. Ada 3 bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang
masih cocok untuk diteruskan misalnya nilai-nilia kejujuran, rasa tanggung jawab,
dan yang lain-lain. Disini tampak bahwa proses pewarisan budaya tidak
semata-mata mengekalkan budaya secara estafet. Pendidikan justru mempunyai
tugas meyiapkan peserta didik untuk hari esok.
Dengan perkembangan zaman yang semakin cepat dan luas, pemahaman
tentang kebudayaan masyarakat harus dimiliki oleh setiap kelompok-kelompok
sosial, untuk mempelajari kebudayan ini diperlukan kerja sama antara pendidik
dan antropolog dengan berbagai macam metode-metode baru untuk menganalisis
dan mencari potensi-potensi kebudayaan yang dapat menyesuaikan diri dengan
tuntutan perkembangan zaman dalam menghadapi perubahan sosial budaya.

5. PERSEBARAN KEBUDAYAAN
Budaya dicapai manusia melalui proses yang panjang, melalui pendidikan,
melalui sosialisasi sehingga diperoleh internalisasi nilai yang menjadikan sesuatu
nilai itu menjadi satu dengan dirinya, menjadi miliknya yang diaktualisasikan
secara spontan dalam kehidupan nyata.
Pendidikan pada dasarnya adalah proses budaya. Pendidikan secara praktis
tak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Transfer nilai-nilai budaya
dimiliki paling efektif adalah melalui proses pendidikan. Keduanya sangat erat
sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara satru sama
lainnya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan juga suatu usaha masyarakat dan
bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan
masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu
ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan
bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter
bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter
bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa
mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif
peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi,
dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di
masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta
mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta
didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan
peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik
hidup tak terpishkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan
kaidah-kaidah budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan
menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi,
maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi
orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang
lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai
budayanya.
Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai
dari budaya di lingkungan terdekat berkembang ke lingkungan yang lebih luas
yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal yang dianut oleh ummat
manusia. Apabila peserta didik menjadi asing dari budaya terdekat maka dia tidak
mengenal dengan baik budaya bangsa dan dia tidak mengenal dirinya sebagai
anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia sangat rentan terhadap
pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa
proses pertimbangan. Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma
dan nilai budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
melakukan pertimbangan. Oleh karena itu kebudayaan suatu bangsa wajib
dipertahankan dan dikembangkan, sebab berfungsi sebagai filter (counter culture)
dan motor penggerak dalam meningkatkan kreatifitas yang tinggi, ketahanan jati
diri, dan kelangsungan hidup suatu bangsa.
Pendidikan dipandang sebagai proses melaksanakan acculturation and
culturation, artinya pendidikan adalah sebagai sarana pengembangan budaya,
ekonomi, teknologi dan pengetahuan sekaligus pula pendidikan harus dapat
mengembangkan sikap hidup, cara bekerja yang tercermin dalam sistem
kemasyarakatan sehingga mampu menghadapi perkembangan yang ada tanpa
membawa akibat destruktif terhadap identitas bangsa sebagai subjek budaya.
Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada program
pendidikan secara formal yaitu melalui pendidikan di sekolah. Melalui sekolah,
siswa belajar berbagai macam hal yang nantinya menunjukkan adanya perubahan
yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan,
kecakapan dan pengetahuan baru. Salah satu peran kebudayaan dalam pendidikan
di sekolah adalah membentuk kepribadian.

6. KEANEKARAGAMAN SUKU BANGSA DAN KEBUDAYAAN


INDONESIA
Suku bangsa sering juga disebut etnik, Menurut Koentjaraningrat, suku
bangsa berarti sekelompok manusia yang memiliki kesatuan budaya dan terikat
oleh kesadaran dan identitas tersebut. Kesadaran dan identitas biasanya dikuatkan
oleh kesatuan bahasa. Jadi, suku bangsa merupakan gabungan sosial yang
dibedakan dari golongan-golongan sosial karena mempunyai ciri-ciri paling
mendasar dan umum berkaitan dengan asal usul dan tempat asal serta kebudayaan.
Ciri-ciri suku bangsa adalah memiliki kesamaan kebudayaan, bahasa, adat istiadat,
dan kesamaan nenek moyang. Ciri-ciri mendasar yang membedakan suku bangsa
satu dengan lainnya, antara lain bahasa daerah, adat istiadat, sistem kekerabatan,
kesenian daerah, dan tempat asal.
Keberagaman bangsa Indonesia, terutama terbentuk oleh jumlah suku
bangsa yang mendiami wilayah Indonesia sangat banyak dan tersebar di
mana-mana. Setiap suku bangsa mempunyai ciri atau karakter tersendiri, baik
dalam aspek sosial maupun budaya. Antarsuku bangsa di Indonesia memiliki
berbagai perbedaan dan itulah yang membentuk keanekaragaman di Indonesia.
Kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia sangat beragam. Kehidupan
sosial itu dibentuk oleh kehidupan sosial budaya di berbagai daerah di seluruh
Indonesia. Suatu daerah dengan daerah lainnya memiliki berbagai perbedaan
dalam kehidupan sosial budaya. Kehidupan sosial budaya di suatu daerah
dipengaruhi berbagai faktor. Faktor lingkungan mempengaruhi kehidupan sosial
budaya masyarakat di daerah tersebut. Masyarakat yang tinggal di daerah
pegunungan akan lebih banyak menggantungkan kehidupannya dari pertanian.
Oleh karena itu, akan berkembang kehidupan sosial budaya masyarakat petani.
Sementara itu, daerah pantai akan memengaruhi masyarakatnya untuk memiliki
mata pencarian sebagai nelayan dan berkembanglah kehidupan sosial masyarakat
nelayan. Keragaman bangsa Indonesia tampak pula dalam seni sebagai hasil
kebudayaan daerah di Indonesia, misalnya dalam bentuk tarian dan nyanyian.
Hampir semua daerah atau suku bangsa mempunyai tarian dan nyanyian yang
berbeda. Begitu juga dalam hasil karya, setiap daerah mempunyai hasil karya
yang berbeda dan menjadi ciri khas daerahnya masing-masing.

7. DINAMIKA DAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA


Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat
yang mencakup perubahan dalam aspek-aspek struktur dari suatu masyarakat, atau
karena terjadinya perubahan dari faktor lingkungan, dikarenakan berubahnya
sistem komposisi penduduk, keadaan geografis, serta berubahnya sistem
hubungan sosial, maupun perubahan pada lembaga kemasyarakatannya.
Perubahan ini menyangkut pada seluruh segmen yang terjadi di masyarakat pada
waktu tertentu. Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil
atau produk tetapi merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah
keputusan bersama yang diambil oleh anggota masyarakat.
Konsep dinamika kelompok menjadi sebuah bahasan yang menarik untuk
memahami perubahan sosial. Berdasarkan besar kecilnya pengaruh yang terjadi
pada masyarakat, perubahan sosial dibagi menjadi 2, yakni perubahan sosial yang
besar dan perubahan sosial yang kecil. Perubahan sosial yang besar pada
umumnya adalah perubahan yang akan membawa pengaruh yang besar pada
masyarakat. Misalnya, terjadinya proses industrialisasi pada masyarakat yang
masih agraris. Di sini lembagalembaga kemasyarakatan akan terkena pengaruhnya,
yakni hubungan kerja, sistem pemilikan tanah, klasifikasi masyarakat, dan lainnya.
Sedangkan perubahan sosial yang kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi
pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa akibat yang langsung pada
masyarakat. Misalnya, perubahan bentuk potongan rambut pada seseorang, tidak
akan membawa pengaruh yang langsung pada masyarakat secara keseluruhan. Hal
ini dikarenakan tidak akan menyebabkan terjadinya perubahan pada
lembagalembaga kemasyarakatan.
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial
dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan
gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu
terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin
mengadakan perubahan. Dalam kehidupan nyata, perubahan sosial yang terjadi
pada masyarakat, pasti akan terjadi. Setiap segmen masyarakat hendaknya
fleksibel terhadap perubahan yang akan terjadi baik cepat maupun lambat. Dengan
keunggulan seperti itu, masyarakat akan mengurangi tingkat pengaruh negatif dari
perubahan ini. Arah timbulnya pengaruh pun dapat berasal dari dalam maupun
luar. Berikut adalah penjelasan faktor-faktor perubahan sosial berdasarkan arah
timbulnya pengaruh.
a) Internal Faktor: Internal faktor (faktor dalam) adalah faktor-faktor yang
berasal dari dalam masyarakat itu yang menyebabkan timbulnya perubahan
pada masyarakat itu sendiri baik secara individu, kelompok ataupun
organisasi. Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari
dalam masyarakat (sebab intern).
b) External Faktor: Selain internal factor, pada masyarakat juga dikenal
external factor. External factor atau faktor luar adalah faktor-faktor yang
berasal dari luar masyarakat yang menyebabkan timbulnya perubahan pada
masyarakat. Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari
luar masyarakat (sebab ekstern).
REFERENSI

Jacobus Ranjabar. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia; Suatu Pengantar


Bogor : Ghalia.
Manan, Imran. (1989). Dasar-Dasar Sosial Budaya Pendidikan. Jakarta: Dirjen
Dikti Depdikbud.
Poerwanto.(2000). Periodesasi Kebudayaan dan Peradaban Umat Manusia,
Jakarta: Graha Ilmu.
Tasmuji, Dkk. (2011_. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya
Dasar. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
Tilaar, H. A. R. (2002). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani
Indonesia. PT. Remaja Rosdakarya.
Wibowo. (2013). Budaya Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers.
MIND MAPPING

Anda mungkin juga menyukai