Oleh:
Annisa Aulia (20176001)
1. KONSEP KEBUDAYAAN
2. KARAKTERISTIK KEBUDAYAAN
Unsur-unsur kebudayaan tersebut bersifat universal, yakni terdapat dalam
semua masyarakat di mana pun di dunia, baik masyarakat “primitif”
(underdeveloped society) dan terpencil (isolated), masyarakat sederhana (less
developed society) atau prapertanian (preagricultural society), maupun
masyarakat berkembang (developing society) atau mengindustri (industrializing
society) dan masyarakat maju (developed society) atau masyarakat industri
(industrial society) dan pascaindustri (postindustrial society) yang sangat rumit
dan canggih (highly complicated society). Unsur-unsur tersebut juga menunjukkan
jenis-jenis atau kategori-kategori kegiatan manusia untuk “mengisi” atau
“mengerjakan,” atau “menciptakan” kebudayaan sebagai tugas manusia
diturunkan ke dunia sebagai “utusan” atau khalifah untuk mengelola dunia dan
seisinya, memayu hayuning bawana – tidak hanya melestarikan isi alam semesta
melainkan juga merawat, melestarikan dan membuatnya indah.
Unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat dirinci dan dipelajari dengan
kategori-kategori sub
unsur dan sub-sub-unsur, yang saling berkaitan dalam suatu
sistem budaya dan sistem social, yang meliputi (1) Sistem dan organisasi
kemasyarakatan; (2) Sistem religi dan upacara keagamaan; (3) Sistem mata
pencaharian; (4) Sistem (ilmu) pengetahuan; (5) Sistem teknologi dan peralatan;
(6) Bahasa; dan (7) Kesenian.
3. ALIRAN-ALIRAN KEBUDAYAAN
A. Aliran Progresif
a) Pendidikan progresif, menawarkan sesuatu via media antara dua pandangan
yangmengatakan bahwa perubahan pendidikan seluruhnya tergantung pada
perubahankebudayaan dan pendidikan dapat merubah dirinya sendiri dan
masyarakat tanpa perlu bekerja sama dengan kekuatan-kekuatan sosial.
b) Pendidikan dapat mengembangkan mentalitas yang sanggup
menghadapi perubahan bila terjadi yaitu pendidikan dapat mengajari
anak-anak untuk bereaksiterhadap perubahan secara inteligen.
c) Menginginkan sekolah menanamkan kecerdasan individual. Kecerdasan
inidiperlukan untuk bekerjasama.
d) Masyarakat yang baru mesti menghormati nilai-nilai dasar kebudayaan
Baratdengan kekuatan-kekuaan pendorong dunia modern.
e) Membuat sekolah menjadi agen perubahan juga akan menjadikan
sekolahdiperebutkan oleh kelompok-kelompok kepentingan yang saling
bersaingsehingga memungkinkan terjadinya semacam lobby politik.B.
B. Aliran Konservatif
a) Sekolah tidak dapat memaksakan gerak perubahan sosial tanpa mengkorup
fungsi pendidikan yang sebenarnya, yaitu melatih intelektual.
b) Sekolah bukanlah lembaga perubahan yang tepat tetapi sebuah pranata
belajar.
c) Individu-individulah yang merubah masyarakat, bukan sebaliknya. Cara yang
tepatuntuk memperbaiki masyarakat adalah dengan memperbaiki
individu-individu yangada di dalamnya.
d) Sekolah bertanggung jawab menanamkan dalam diri siswa apa yang
secara permanen berguna dalam warisan budaya dan bagi penyesuaian mere-
ka terhadapmasyarakat yang ada pada waktu itu
C. Aliran Rekonstruksionis
Rekonstruksionis adalah para pendidik sendiri harus membangun kembali
masyarakat dengan mengajarkan kepada generasi muda sebuah program
perubahan sosial secara bersamaan baik secara detail maupun secara keseluruhan.
Aliran ini memperbaiki 3 kekurangan aliran progresif: kekurangan tujuan-tujuan,
suatu penekanan yang tidak tepat pada individualism, dan peremehan:
rintangan-rintangan budaya terhadap perubahan sosial.
5. PERSEBARAN KEBUDAYAAN
Budaya dicapai manusia melalui proses yang panjang, melalui pendidikan,
melalui sosialisasi sehingga diperoleh internalisasi nilai yang menjadikan sesuatu
nilai itu menjadi satu dengan dirinya, menjadi miliknya yang diaktualisasikan
secara spontan dalam kehidupan nyata.
Pendidikan pada dasarnya adalah proses budaya. Pendidikan secara praktis
tak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Transfer nilai-nilai budaya
dimiliki paling efektif adalah melalui proses pendidikan. Keduanya sangat erat
sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara satru sama
lainnya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan juga suatu usaha masyarakat dan
bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan
masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu
ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan
bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter
bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter
bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa
mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif
peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi,
dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di
masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta
mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta
didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan
peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik
hidup tak terpishkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan
kaidah-kaidah budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan
menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi,
maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi
orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang
lebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai
budayanya.
Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai
dari budaya di lingkungan terdekat berkembang ke lingkungan yang lebih luas
yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal yang dianut oleh ummat
manusia. Apabila peserta didik menjadi asing dari budaya terdekat maka dia tidak
mengenal dengan baik budaya bangsa dan dia tidak mengenal dirinya sebagai
anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia sangat rentan terhadap
pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa
proses pertimbangan. Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma
dan nilai budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
melakukan pertimbangan. Oleh karena itu kebudayaan suatu bangsa wajib
dipertahankan dan dikembangkan, sebab berfungsi sebagai filter (counter culture)
dan motor penggerak dalam meningkatkan kreatifitas yang tinggi, ketahanan jati
diri, dan kelangsungan hidup suatu bangsa.
Pendidikan dipandang sebagai proses melaksanakan acculturation and
culturation, artinya pendidikan adalah sebagai sarana pengembangan budaya,
ekonomi, teknologi dan pengetahuan sekaligus pula pendidikan harus dapat
mengembangkan sikap hidup, cara bekerja yang tercermin dalam sistem
kemasyarakatan sehingga mampu menghadapi perkembangan yang ada tanpa
membawa akibat destruktif terhadap identitas bangsa sebagai subjek budaya.
Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada program
pendidikan secara formal yaitu melalui pendidikan di sekolah. Melalui sekolah,
siswa belajar berbagai macam hal yang nantinya menunjukkan adanya perubahan
yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan,
kecakapan dan pengetahuan baru. Salah satu peran kebudayaan dalam pendidikan
di sekolah adalah membentuk kepribadian.