Anda di halaman 1dari 5

KEGIATAN BELAJAR

a. Pendahuluan
Mata kuliah Sosiologi dan Antropologi Pendidikan membahas tentang
pendidikan sebagai suatu proses sosio-kultural. Mata kuliah ini memberikan
bekal pengetahuan fondasional tentang pentingnya iklim, pendekatan-
pendekatan, dan pengaruh-pengaruh sosio-budaya, baik dari sekolah maupun
dari luar sekolah (keluarga, peer group, masyarakat-bangsa, dan mass media)
dalam masyarakat yang multikultural (pluralistik) dan pendidikan yang paling
sesuai dengan manusia (anthropos) Indonesia dalam mewujudkan tujuan
pendidikan nasional Indonesia kini dan masa depan.

b. Capaian Pembelajaran
Mendeskripsikan relevansi antara pendidikan dengan masyarakat dan
kebudayaan.

c. Sub CP
Mendeskripsikan hubungan antara pendidikan dan masyarakat serta hubungan
pendidikan dengan kebudayaan.

d. Uraian materi

PENDIDIKAN DALAM KONTEKS SOSIO-KULTURAL

Matakuliah Sosiologi dan Antropologi Pendidikan merupakan matakuliah


dasar kependidikan. Sosiologi dan antropologi merupakan disiplin keilmuan yang
mempelajari proses dan struktur sosial serta kebudayaan. Sosiologi dan antropologi
memiliki perbedaan fokus dan cara bekerja. Sosiologi lebih memandang masyarakat
sebagai sistem hubungan peranan (role relationship systems) dan antropologi melihat

1
sebagai sistem jaringan nilai (values network systems). Kedua persepektif tersebut
dapat saling mengisi dan melengkapi dalam menganalisis orang di dalam masyarakat,
sekaligus orang di dalam kebudayaan untuk memahami konteks sosio-kulturalnya.
Masyarakat pendidikan dapat mengambil manfaat dan menggunakan perspektif
tersebut untuk menjelaskan dan menganalisis fenomena, isu-isu, dan masalah sosial
yang dihadapi dalam masyarakat majemuk (multikultural).
Seorang antropolog pendidikan Theodore Bramled (Tilaar, 1999) mengkaji
keterkaitan yang erat antara pendidikan, masyarakat, dan kebudayaan. Pendidikan
dan kebudayaan memiliki hubungan yang erat karena keduanya sama-sama
berkenaan dengan nilai-nilai. Pendidikan tidak dapat terlepas dari kebudayaan dan
hanya dapat terlaksana dalam suatu masyarakat. Tidak ada suatu proses pendidikan
tanpa kebudayaan dan tanpa masyarakat, demikian pula sebaliknya. Pendidikan hanya
dapat berlangsung dan terlaksana dalam hubungan antarmanusia di dalam suatu
masyarakat tertentu.
Pendidikan digunakan oleh setiap masyarakat untuk mempertahankan
kelangsungan hidup masyarakat dan budayanya, untuk mengupayakan agar setiap
warga masyarakat menjadi pendukung aktif institusi dan budaya yang bersangkutan.
Melalui pendidikan, keutuhan sosio-budaya beserta komponen-komponennya
dipertahankan dan dikembangkan. Pendidikan sosio-budaya menjadi suatu keharusan
supaya eksistensi masyarakat budaya dapat terjamin (Suyata, 2000). Pendidikan juga
merupakan proses transfer pengetahuan dan reproduksi sosial yang ada dalam suatu
masyarakat, baik dalam satu generasi yang sama maupun melibatkan orang-orang
dari generasi yang berbeda (PM. Laksono, 2016).
Oleh karenanya dapat dibayangkan, betapa suatu proses pendidikan yang
terlepas dari kebudayaan dalam masyarakat maupun kebudayaan tanpa proses
pendidikan, hanya akan menyongsong dan menuai kepunahan kebudayaan.
Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyenankan alienasi (keterasingan)
dari subjek didik dan kemungkinan matinya kebudayaan. Sebagaimana realitas yang
terjadi, proses kebudayaan dan proses pendidikan seringkali berjalan sendiri-sendiri,

2
dan kemungkinan saling bertabrakan satu dengan yang lain karena arah orientasi yang
tidak sama.
Di satu sisi, pendidikan merupakan proses, dimana terjadi interaksi antara
pendidik dan peserta didik di dalam suatu masyarakat. Di sisi lain, pendidikan
memiliki suatu visi kehidupan yang hidup dalam suatu masyarakat. Pendidikan
merupakan suatu proses menaburkan benih-benih budaya dan menyemaikan
peradaban manusia yang hidup dan dihidupi oleh nilai-nilai atau visi yang
berkembang dan dikembangkan di dalam suatu masyarakat. Dalam konteks inilah
pendidikan disebut sebagai proses pembudayaan. Sedangkan kebudayaan merupakan
sesuatu yang dinamis, bukan statis, dalam arti kebudayaan senantiasa berada dalam
proses transformasi melalui proses pendidikan. Budaya yang tidak mengalami
transformasi melalui proses pendidikan merupakan budaya yang mati, yang berarti
pula suatu masyarakat yang mati.
Pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia berbudaya Indonesia
yang inetraktif berkesinambungan dan konsentris. Maksudnya bahwa manusia
Indonesia berakar pada budaya bangsa dalam membawa manusia dan masyarakat
Indonesai ke dalam suatu masyarakat madani Indonesia memasuki pergaulan bangsa-
bangsa di dunia yang terbuka. Proses pemanusiaan berimplikasi bahwa proses
pendidikan terjadi dalam interaksi antarmanusia dalam masyarakat Indonesia yang
majemuk. Proses pemanusiaan itu merupakan suatu proses interkultural yang meliputi
budaya lokal, nasional, dan internasional (global) menuju kepada terciptanya suatu
masyarakat madani global.
Sosiologi dan Antropologi Pendidikan memandang fenomena tersebut secara
utuh dan komprehensif untuk memahami pendidikan nasional Indonesia secara
keseluruhan. Kajian sosiologik dan antropologik memberikan sumbangan dan
kontribusi dalam perumusan kebijakan, strategi, program, dan intervensi pendidikan
bagi orang tua, pendidik, dan para pemimpin pendidikan sesuai dengan posisi dan
peranan mereka. Dalam kajiannya, Suyata (2000) mengemukakan bahwa setiap orang
berada di dalam masyarakat (man in community/society) dan sekaligus berada di

3
dalam kebudayaan (man in culture). Setiap pribadi adalah makhluk biologis,
sosiologis, dan kultural (biososiokultural) melalui proses belajar di dalam masyarakat
(proses sosial) dan di dalam kebudayaan (proses budaya). Dalam konteks sosiologis,
pendidikan merupakan alat untuk memelihara kelangsungan hidup bersama di dalam
sistem yang ada. Sedangkan dalam konteks antropologis, pendidikan merupakan alat
dimana dengan itu kebudayaan masyarakat dilestarikan melalui proses pewarisan
kebudayaan yang bersangkutan.

e. Tugas
Buatlah tulisan singkat dengan tema “Potret pendidikan di daerah anda”,
berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman anda masing-masing !

f. Tes Formatif
1. Jelaskan maksud pernyataan bahwa setiap orang berada di dalam
masyarakat (man in society) dan manusia berada di dalam kebudayaan
(man in culture) ?
2. Mengapa pendidikan memerlukan perspektif sosio-kultural?

g. Rangkuman
Relevansi pendidikan dan kebudayaan disebabkan karena keduanya
sama-sama berkenaan dengan nilai-nilai. Pendidikan hanya dapat berlangsung
dan terlaksana dalam hubungan antarmanusia di dalam suatu masyarakat
tertentu. Pendidikan digunakan oleh setiap masyarakat untuk
mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat dan budayanya. Pendidikan
sosio-budaya menjadi suatu keharusan supaya eksistensi masyarakat budaya
dapat terjamin. Dapat dibayangkan, betapa suatu proses pendidikan yang
terlepas dari kebudayaan dalam masyarakat maupun kebudayaan tanpa proses
pendidikan, hanya akan menyongsong dan menuai kepunahan kebudayaan.

4
h. Daftar Pustaka
HAR. Tilaar, 1999. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani
Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya.
P.M. Laksono. 2015. Antropologi Pendidikan. Yogyakarta: Kepel Press.
Suyata. 2000. Sosio-Antropologi Pendidikan. Modul Perkuliahan.

i. Kunci Jawaban Tes Formatif


1. Man in society maksudnya adalah manusia berada dalam konteks sosial
kemasyarakatan, dimana manusia tidak dapat hidup sendirian, melainkan
selalu membutuhan keberadaan orang lain melalui interaksi sosial. Man in
culture maksudnya bahwa manusia berada dalam konteks budaya. Setiap
masyarakat memiliki kebudayaan yang menjadi acuan perilaku sosialnya.
2. Pendidikan memerlukan pendekatan kultural, karena peserta didik
dibesarkan dalam kultur masing-masing yang berbeda-beda. Mendidik
siswa dalam keterpisahan dengan kebudayaan, mengakibatkan siswa
tercabut dari akar kebudayaannya.

Anda mungkin juga menyukai