Pertanyaan : Setiap orang berada di dalam masyarakat (man in society) dan manusia berada di dalam kebudayaan (man in culture). Jelaskan mengapa pendidikan memerlukan perspektif sosio-kultural
Jawaban :Setiap orang berada di dalam masyarakat (man in community/society)
dan sekaligus berada di dalam kebudayaan (man in culture) (Suyata, 2000). Setiap pribadi merupakan makhluk biologis, sosiologis, dan kultural (biososiokultural) yang melalui proses belajar di dalam masyarakat (proses sosial) dan di dalam kebudayaan (proses budaya). Dalam konteks sosiologis, pendidikan merupakan alat untuk memelihara kelangsungan hidup bersama di dalam sistem yang ada. Sedangkan dalam konteks antropologis, pendidikan merupakan alat dimana dengan itu kebudayaan masyarakat dilestarikan melalui proses pewarisan kebudayaan.
Pendidikan merupakan proses, dimana terjadi interaksi antara pendidik dan
peserta didik di dalam suatu masyarakat. Pendidikan memiliki visi kehidupan untuk hidup dalam suatu masyarakat. Pendidikan merupakan proses pembudayaan dimana terdapat proses menaburkan benih-benih budaya dan menyemaikan peradaban manusia yang hidup dan dihidupi oleh nilai-nilai atau visi yang berkembang dan dikembangkan di dalam suatu masyarakat. Kebudayaan merupakan sesuatu yang dinamis, bukan statis, dalam arti kebudayaan senantiasa berada dalam proses transformasi melalui proses pendidikan. Budaya yang tidak mengalami transformasi melalui proses pendidikan merupakan budaya yang mati, yang berarti pula suatu masyarakat yang mati.
Seorang antropolog pendidikan Theodore Bramled (Tilaar, 1999) mengkaji
keterkaitan yang erat antara pendidikan, masyarakat, dan kebudayaan. Pendidikan dan kebudayaan memiliki hubungan yang erat karena keduanya sama-sama berkenaan dengan nilai-nilai. Pendidikan tidak dapat terlepas dari kebudayaan dan hanya dapat terlaksana dalam suatu masyarakat. Tidak ada suatu proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa masyarakat, demikian pula sebaliknya. Pendidikan hanya dapat berlangsung dan terlaksana dalam hubungan antarmanusia di dalam suatu masyarakat tertentu. Pendidikan digunakan oleh setiap masyarakat untuk mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat dan budayanya, serta untuk mengupayakan agar setiap warga masyarakat menjadi pendukung aktif institusi dan budaya yang bersangkutan. Melalui pendidikan, keutuhan sosio-budaya beserta komponen-komponennya dipertahankan dan dikembangkan. Pendidikan sosio-budaya menjadi suatu keharusan supaya eksistensi masyarakat budaya dapat terjamin (Suyata, 2000). Pendidikan juga merupakan proses transfer pengetahuan dan reproduksi sosial yang ada dalam suatu masyarakat, baik dalam satu generasi yang sama maupun melibatkan orang-orang dari generasi yang berbeda (PM. Laksono, 2016). Oleh karenanya dapat dibayangkan, betapa suatu proses pendidikan yang terlepas dari kebudayaan dalam masyarakat maupun kebudayaan tanpa proses pendidikan, hanya akan menyongsong dan menuai kepunahan kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyenankan alienasi (keterasingan) dari subjek didik dan kemungkinan matinya kebudayaan. Sebagai akibatnya proses kebudayaan dan proses pendidikan seringkali berjalan sendiri-sendiri, dan kemungkinan saling bertabrakan satu dengan yang lain karena arah orientasi yang tidak sama. Pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia berbudaya Indonesia yang inetraktif berkesinambungan dan konsentris. Maksudnya bahwa manusia Indonesia berakar pada budaya bangsa dalam membawa manusia dan masyarakat Indonesai ke dalam suatu masyarakat madani Indonesia memasuki pergaulan bangsa-bangsa di dunia yang terbuka. Proses pemanusiaan berimplikasi bahwa proses pendidikan terjadi dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. Proses pemanusiaan itu merupakan suatu proses interkultural yang meliputi budaya lokal, nasional, dan internasional (global) menuju kepada terciptanya suatu masyarakat madani global. Oleh karena itu pendidikan memerlukan perspektif sosio-kultural
Daftar Pustaka :
HAR. Tilaar, 1999. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia.