Anda di halaman 1dari 2

Nama : Putra Adji Bintoro

Nim : 20520244006

Pertanyaan : Setiap orang berada di dalam masyarakat (man in society) dan manusia
berada di dalam kebudayaan (man in culture). Jelaskan mengapa pendidikan
memerlukan perspektif sosio-kultural

Jawaban :Setiap orang berada di dalam masyarakat (man in community/society)


dan sekaligus berada di dalam kebudayaan (man in culture) (Suyata, 2000). Setiap
pribadi merupakan makhluk biologis, sosiologis, dan kultural (biososiokultural) yang
melalui proses belajar di dalam masyarakat (proses sosial) dan di dalam kebudayaan
(proses budaya). Dalam konteks sosiologis, pendidikan merupakan alat untuk
memelihara kelangsungan hidup bersama di dalam sistem yang ada. Sedangkan dalam
konteks antropologis, pendidikan merupakan alat dimana dengan itu kebudayaan
masyarakat dilestarikan melalui proses pewarisan kebudayaan.

Pendidikan merupakan proses, dimana terjadi interaksi antara pendidik dan


peserta didik di dalam suatu masyarakat. Pendidikan memiliki visi kehidupan untuk
hidup dalam suatu masyarakat. Pendidikan merupakan proses pembudayaan dimana
terdapat proses menaburkan benih-benih budaya dan menyemaikan peradaban
manusia yang hidup dan dihidupi oleh nilai-nilai atau visi yang berkembang dan
dikembangkan di dalam suatu masyarakat. Kebudayaan merupakan sesuatu yang
dinamis, bukan statis, dalam arti kebudayaan senantiasa berada dalam proses
transformasi melalui proses pendidikan. Budaya yang tidak mengalami transformasi
melalui proses pendidikan merupakan budaya yang mati, yang berarti pula suatu
masyarakat yang mati.

Seorang antropolog pendidikan Theodore Bramled (Tilaar, 1999) mengkaji


keterkaitan yang erat antara pendidikan, masyarakat, dan kebudayaan. Pendidikan dan
kebudayaan memiliki hubungan yang erat karena keduanya sama-sama berkenaan
dengan nilai-nilai. Pendidikan tidak dapat terlepas dari kebudayaan dan hanya dapat
terlaksana dalam suatu masyarakat. Tidak ada suatu proses pendidikan tanpa
kebudayaan dan tanpa masyarakat, demikian pula sebaliknya. Pendidikan hanya dapat
berlangsung dan terlaksana dalam hubungan antarmanusia di dalam suatu masyarakat
tertentu. Pendidikan digunakan oleh setiap masyarakat untuk mempertahankan
kelangsungan hidup masyarakat dan budayanya, serta untuk mengupayakan agar
setiap warga masyarakat menjadi pendukung aktif institusi dan budaya yang
bersangkutan.
Melalui pendidikan, keutuhan sosio-budaya beserta komponen-komponennya
dipertahankan dan dikembangkan. Pendidikan sosio-budaya menjadi suatu keharusan
supaya eksistensi masyarakat budaya dapat terjamin (Suyata, 2000). Pendidikan juga
merupakan proses transfer pengetahuan dan reproduksi sosial yang ada dalam suatu
masyarakat, baik dalam satu generasi yang sama maupun melibatkan orang-orang dari
generasi yang berbeda (PM. Laksono, 2016). Oleh karenanya dapat dibayangkan,
betapa suatu proses pendidikan yang terlepas dari kebudayaan dalam masyarakat
maupun kebudayaan tanpa proses pendidikan, hanya akan menyongsong dan menuai
kepunahan kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan
menyenankan alienasi (keterasingan) dari subjek didik dan kemungkinan matinya
kebudayaan. Sebagai akibatnya proses kebudayaan dan proses pendidikan seringkali
berjalan sendiri-sendiri, dan kemungkinan saling bertabrakan satu dengan yang lain
karena arah orientasi yang tidak sama. Pendidikan merupakan proses pemanusiaan
manusia berbudaya Indonesia yang inetraktif berkesinambungan dan konsentris.
Maksudnya bahwa manusia Indonesia berakar pada budaya bangsa dalam membawa
manusia dan masyarakat Indonesai ke dalam suatu masyarakat madani Indonesia
memasuki pergaulan bangsa-bangsa di dunia yang terbuka. Proses pemanusiaan
berimplikasi bahwa proses pendidikan terjadi dalam interaksi antar manusia dalam
masyarakat Indonesia yang majemuk. Proses pemanusiaan itu merupakan suatu proses
interkultural yang meliputi budaya lokal, nasional, dan internasional (global) menuju
kepada terciptanya suatu masyarakat madani global. Oleh karena itu pendidikan
memerlukan perspektif sosio-kultural

Daftar Pustaka :

HAR. Tilaar, 1999. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

P.M. Laksono. 2015. Antropologi Pendidikan. Yogyakarta: Kepel Press.

Suyata. 2000. Sosio-Antropologi Pendidikan. Modul Perkuliahan.

Anda mungkin juga menyukai