Anda di halaman 1dari 5

Materi Web sementara

Sumber:

http://seputarpurworejo.com/adanya-potensi-pantai-selatan-purworejo-mulai-
kembangkan-produksi-garam/

https://www.tvonenews.com/lifestyle/kesehatan/44052-wisata-terapi-garam-di-pantai-
jetis-purworejo-berkhasiat-untuk-kesehatan?page=all

https://jatengprov.go.id/beritadaerah/purworejo-kembangkan-produksi-garam-
mengandung-nacl-tinggi/

https://www.youtube.com/watch?v=OgqITCODk6Y

https://www.youtube.com/watch?v=vYKolPkPxsk

Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) PENDOWO LIMO dibentuk dari 5 petani
tambak udang yang mengalami kebangkrutan sebagai imbas Pandemi Covid-19. Kelompok
ini diketuai oleh Bapak Marsino. KUGAR ini berada di Pantai Jetis, Desa Patutrejo,
Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo. Modal usaha merupakan patungan dari 5 petani,
dengan manajemen yang dijalankan masih sederhana dan belum memiliki struktur organisasi
yang baik. KUGAR belum memiliki sistem pembukuan yang baik dan rapi, sehingga tidak
tampak jelas keuntungan atau kerugian yang mereka peroleh.

Gambar 1. Wawancara bersama pemilik Kelompok Usaha Garam Rakyat Pendowo Limo
Dinas Kelautan dan Perikanan Bantul mengklaim bahwa kadar garam di pesisir pantai
selatan sangat tinggi, yaitu mencapai 97%. Bahkan setelah diujikan ke Sucofindo, secara
tepat garam di Pantai Jetis mencapai 97,49 %. Alasan inilah yang membuat Pendowo Limo
membuka tambak garam di lokasi tersebut. Produk yang dihasilkan sejauh ini adalah garam
konsumsi dan garam terapi. Atas saran dari pemerintah Kabupaten, KUGAR menambah
usahanya dengan membuka terapi kolam garam.
Sejauh ini, sudah ada perusahaan garam dari Jakarta yang bersedia menampung garam
dengan volume sebesar 100 Ton per bulan. Namun, KUGAR Pendowo Limo baru bisa
menghasilkan maksimal 4 Ton atau 4% per bulannya. Untuk bisa memenuhi potensi tersebut,
KUGAR membutuhkan modal yang sangat besar, yaitu sekitar 3 Milyar Rupiah untuk
pembuatan tunnel garam dan 1 milyar Rupiah untuk sewa lahannya. Total penambahan
modal membutuhkan dana sekitar 4 milyar Rupiah. Dengan harga 5.000/kg untuk garam
konsumsi dan 10.000/kg untuk garam terapi, ditambah rata-rata 200.000/hari untuk kolam
terapi, maka omset per bulan KUGAR mencapai 66.000.000 Rupiah per bulan.

Gambar 2. Produksi Garam

Proses produksi tambak garam menggunakan terowongan yang diberi atap transparan,
sehingga tidak terpengaruh hujan dan proses pemanasan masih bisa dilakukan. Pembuatan
terowongan menggunakan peralatan sederhana berupa plastik tebal sebagai penutup dan pipa
paralon serta bambu sebagai kerangka atapnya. Peralatan yang digunakan dalam proses
produksi diantaranya adalah sekop, alat penggaruk, ember, karung, timbangan digital, dan
plastik tebal untuk mengemas garam.
Garam yang diproduksi masih dikemas dengan sederhana dan dikemas hanya apabila
ada permintaan. Garam yang dihasilkan belum melalui uji BPOM, belum mendapatkan
serttifikat halal, dan belum mendapatkan SNI. Selain itu, garam konsumsi juga belum layak
karena belum ditambah unsur Yodium. Proses penjualan juga tidak dicatat secara baik dan
tidak memperhitungkan berapa modal dan biaya produksi yang telah dikeluarkan.
Sedangkan untuk kolam terapi, belum ada sentuhan manajemen dan teknologi yang
diterapkan. Suhu kolam pada saat matahari bersinar bisa sangat panas. Pembayaran terapi
masih secara sukarela, dan petugas kolam belum mendapatkan pengetahuan tentang
pelayanan prima. Petugas juga belum diberi seragam, sehingga saat pengunjung berjumlah
besar datang secara bersamaan, tidak mengenali siapa yang bertugas. Selain itu, karena tidak
diatur dengan baik, antrian kedatangan pengunjung sangat kacau.

Gambar 3. Ruang tunggu terapi yang masih sangat sederhana

Terapi kolam garam mendapat sambutan yang sangat baik dari masyarakat. Jumlah
pengunjung yang selalu ramai setiap harinya merupakan potensi yang perlu dikembangkan.
Setelah terapi, pengunjung juga seringkali membeli garam terapi dan garam konsumsi.
Kadang-kadang, testimoni dari masyarakat diupload di media sosial.
Namun, hal ini kurang baik karena masih dilakukan secara acak dan simpangsiur,
tidak tertata dengan rapi, dan bukan berasal dari pemilik terapi kolam garam itu sendiri. Oleh
karena itu, perlu dikembangkan sebuah media yang berisi informasi terapi garam dan
testimoni pengunjung yang resmi dikeluarkan oleh KUGAR Pendowo Limo. Media berupa
video-video yang dikemas dengan baik dan menarik, serta berisi informasi mengenai konten
video termasuk pengunjung, lokasi, kontak pemilik KUGAR.
Gambar 4. Kotak pembayaran terapi garam

Permasalahan Mitra
Permasalahan mitra terkait baru berdirinya usaha di masa pemulihan pandemi Covid-
19 yang didasarkan pada hasil observasi dan wawancara mengerucut pada masalah produksi
dan manajemen. Adapun permasalahan mitra prioritas yang harus diupayakan diselesaikan
pada tahun 2022 sebagai berikut.

Permasalahan terkait dengan produksi atau jasa:


- Kemasan produk garam masih sangat sederhana, belum memiliki label, dan
komposisi belum layak konsumsi (belum ditambah Yodium).
- Produk belum mendapat sertifikasi halal, PIRT, dan ijin dari BPOM setempat.
- Produk hanya dikemas bila ada permintaan dari pengunjung atau tidak siap jual,
sehingga membutuhkan waktu untuk mengemas produk ketika ada permintaan
barang.
- Belum adanya alat pengukur kadar garam pada kolam produksi untuk memastikan
kelayakan produk.
- Pada kolam terapi, tidak ada informasi yang cukup terkait apa yang harus
dilakukan pengunjung saat memasuki kolam garam terapi.

Permasalahan terkait dengan manajemen pelayanan:


- Belum ada cash flow harian, sehingga mitra tidak bisa menghitung berapa
pengeluaran dan berapa pemasukan setiap harinya. Hal ini menyebabkan KUGAR
tidak dapat mengetahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh.
- Belum ada manajemen pelayanan di terapi kolam garam, sehingga tidak jelas
siapa petugas yang sedang bertugas.
- Tidak adanya manajemen antrian, sehingga saat pengunjung datang dalam jumlah
yang besar, petugas mengalami kesulitan pelayanan.
- Pada saat terik matahari, kolam garam terapi bisa jadi sangat panas, sehingga
perlu ditambahkan alat pendisplai suhu air kolam untuk keamanan pengunjung.
- Belum adanya petugas parkir dan belum adanya standar biaya/retribusi untuk
pengunjung terapi kolam garam (masih menggunakan wadah seperti kotak amal,
dengan besaran biaya sukarela)
- Belum adanya sumber resmi dari pemilik KUGAR berupa media sosial terkait
testimoni pengunjung yang berobat di kolam terapi. Hal ini menyebabkan
kesimpangsiuran berita dan isu yang beredar terkait terapi di kolam garam
KUGAR Pantai Jetis.

Anda mungkin juga menyukai