Disusun Oleh
Nama
: HAERUN NAHIS
NIM
: 21112026
10
11
12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Gula merupakan salah satu komoditas pertanian Indonesia yang berskala
besar dan termasuk ke dalam komoditas khusus yang ditetapkan dalam WTO
(organisasi perdagangan dunia) disamping jagung dan kedelai. Oleh karena itu,
produksi bahan pangan ini perlu ditingkatkan terus agar kesejahteraan rakyat
dapat tercapai. Peningkatan hasil produksi gula dapat ditekankan kepada dua hal,
yaitu melakukan rekontruksi basis produksi dalam sistem usaha tani tebu dan
meningkatkan efisensi teknis dan ekonomis pabrik-pabrik gula yang ada di
Indonesia. Dalam peningkatan produksi gula ini, kedua hal tersebut harus
dijalankan bersama-sama sehingga tujuan akhir yang akan dicapai, yaitu
peningkatan produksi gula (dengan cara meningkatkan persen rendemennya)
dapat terlaksana. Hal ini sangat mustahil jika menginginkan produktivitas gula
yang tinggi sementara persen rendemen gula yang dihasilkan sangat rendah
(sekitar 7 atau kurang) atau tidak adanya sektor non-industri seperti pemerintah
dan perbankan yang mendukung kegiatan tersebut. Sehingga kesinambungan dua
faktor di atas sangat diperlukan untuk mendongkrak kembali produktivitas gula di
Indonesia. Industri gula di Indonesia sudah berjalan cukup lama, bahkan pada
zaman penjajahan Belanda pun industri ini sudah ada. Pada tahun 1930-an
Indonesia mengalami masa kejayaan terhadap produksi gula ini. Sekitar 179
perusahaan gula beroperasi di Indonesia dan menghasilkan gula dengan persen
rendemen sekitar 11-13.8 persen dengan puncak ekspor sekitar 2.4 juta ton.
Tetapi, melihat keadaan sekarang, fakta tersebut menjadi terbalik. Dahulu yang
pada dasarnya Indonesia menjadi negara pengekspor gula sekarang menjadi
negara pengimpor gula dalam jumlah yang besar. Produksi gula yang ada di
Indonesia saat ini masih belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Kebutuhan gula nasional selama ini adalah sekitar 2.8 juta ton/tahun sedangkan
13
produksi gula dalam negeri hanya sekitar 1.8 juta ton/tahun. Dari hal ini,
Indonesia harus melakukan impor gula untuk memenuhi kebutuhan gula dalam
negeri sekitar 1 juta ton lebih pertahunnya.Kebijakan selanjutnya yang diambil
oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri adalah dengan
melakukan impor gula dan raw sugar dari luar negeri yang harganya relatif lebih
murah sehingga ketika dijadikan gula putih (white sugar) harganya tidak terlalu
mahal dan diperkirakan masih bisa dijangkau oleh masyarakat. Di samping itu,
kebijakan impor yang dilakukan pemerintah, selain untuk menutupi kekurangan
gula sebagai konsumsi masyarakat langsung juga bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan gula pada beberapa industri yang menggunakan gula sebagai bahan
bakunya seperti industri susu dan makanan. Khusus untuk industri, gula yang
digunakan sebagai bahan bakunya harus memiliki kualitas tinggi sehingga produk
yang dihasilkan dapat memenuhi standar kesehatan yang tersedia. Mengingat
kualitas gula yang dihasilkan di Indonesia masih memiliki kualitas yang rendah
sehingga hanya bisa digunakan sebagai konsumsi langsung bagi masyarakat dan
tidak dapat dipakai dalam bidang industri. Industri gula yang ada di Indonesia
hanya mampu menghasilkan white sugar dengan kualitas yang standar dan kadar
pencemar dan sebagainya yang terdapat di dalam gula tersebut masih berada
dalam batas toleransi sehingga masih aman untuk dionsumsi (tetapi jumlahnya
dalam keadaan maksimum). Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan gula di
industri, dilakukan impor raw sugar untuk diolah dan dimurnikan lebih lanjut
sehingga diperoleh gula dengan kualitas yang lebih baik daripada gula putih.
Industri gula yang mengolah raw sugar ini menjadi gula yang lebih murni lagi
disebut sebagai industri gula rafinasi. Perkembangan industri gula rafinasi di
Indonesia menimbulkan dampak positif dan ada juga dampak negatifnya terhadap
perkembangan gula di Indonesia sendiri.Industri gula rafinasi tidak umum dikenal
oleh sebagian besar konsumen Indonesia, karena pasar yang dituju oleh industri
gula rafinasi ini adalah industri makanan dan minuman, tidak untuk dijual
dipasaran sebagai gula konsumsi langsung. Hal ini berakibat pada adanya
anggapan yang salah pada masyarakat bahwa tidak ada gula yang lebih baik (dari
segi kualitas) selain gula yang beredar sekarang dengan merk yang terkenal.
14
Dengan pengemasan gula yang lebih baik dan iklan besar-besaran membuat
konsumen gula di Indonesia percaya bahwa gula tersebut merupakan gula
konsumsi terbaik. Adanya miskonsepsi ini terjadi karena minimnya pengetahuan
masyarakat mengenai perindustrian gula dan regulasinya sehingga banyak
masyarakat yang tidak menyadari bahwa ada produk gula yang lebih baik yang
dikenal sebagai gula rafinasi. Oleh karena itu, analisa lebih lanjut mengenai gula
rafinasi dan gula yang selama ini beredar dipasaran yang dianggap sebagai gula
terbaik harus digali lebih lanjut agar tidak terjadi kesalahpahaman di dalam
masyarakat Indonesia sendiri.
PT. Jawamanis Rafinasi juga melakukan semua prosedur yang telah
ditetapkan oleh pemerintah, limbah yang dihasilkan oleh pabrik ini sebelum
dibuang, harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu, baik berupa limbah
cair, padat maupun gas.Dalam proses produksi, setidaknya terdapat tiga macam
limbah dengan volume yang sigifikan dan mensyaratkan dilakukan pengendalian
dan pengolahan sehingga memenuhi standar baku mutu sesuai regulasi pemerintah
yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh Dinas Lingkungan Hidup
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek ini adalah
sebagai berikut:
15
1.3
Tujuan
Adapun Tujuan yang dicapai dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek ini
adalah:
1.4
Manfaat
Manfaat dari kuliah kerja praktek ( KKP ) di Waste Water Treatment Plant di
Dapat mengetahui proses pembuatan gula rafinasi dari proses bahan baku
sampai produk.
16
1.5
tepatnya 25 hari yaitu dari tanggal 14 September 2015 sampai dengan 16 Oktober
2015.
Lokasi PT.Jawamanis Rafinasi beralamatkan di Jl. Raya Anyer KM 11 Desa
Randakari KecamatanCiwandan, Kota Cilegon Banten Indonesia.
17
Hari/Tangga
Uraian kegiatan
l
Senin / 14 Sep Perkenalan,Pengarahan Safety
2015
Sep-02
sampel WWTP
Pengerjaan dan percobaan tugas khusus
Okt
2015
Senin-Rabu
Kamis-Jumat
( KKP )
18
Paraf
BAB II
TINJAUAN UMUM OBJEK KKP
2.1
Sejarah Perusahaan
PT. Jawamanis rafinasi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang pemurnian gula yang ada di Indonesia. PT. Jawamanis rafinasi merupakan
salah satu perusahaan Wilmar group. Pabrik ini berdiri pada tahun 2002 yang
berlokasi di Ciwandan, Provinsi Banten, atas dasar kerjasama pengusaha lokal dan
investor asing .
Lokasi Jawamanis Rafinasi berada dekat dengan pelabuhan Ciwandan dan
Cigading sehingga dapat mempermudah pengangkutan material mentah dari
pelabuhan ke pabrik. Di samping itu, Jawamanis rafinasi juga mudah diakses dari
Jakarta sehingga transportasi produk akhir ke beberapa daerah di Jawa dapat
dilakukan dengan lancar. Setiap tahunnya PT. Jawamanis Rafinasi mampu
memproduksi gula rafinasi sebanyak 150.000 mt per tahun dan terus ditingkatkan
hingga 340.000 mt per tahunnya. Pasar yang dituju difokuskan pada industri
makanan, minuman, dan sektor farmasi Seiring dengan perkembangan dan
pertumbuhan dunia industri di Indonesia semakin maju di kawasan Asia Tenggara
di tuntut meningkatkan efektifitas kerjanya. Dengan produsen gula dari negara
lain maupun Sumber Daya Manusia ( SDM ).
Salah satu kendala yang perlu dihadapi untuk mencapai target yang diatas
adalah keahlian karyawan. Kondisi seperti ini menyebabkan biaya yang
dikeluarkan perusahaan lebih besar dibanding dengan produk yang dihasilkan
pada giliran akan membahayakan kelangsungan perusahaan.
Direksi PT. Jawa Manis Rafinasi pada saat itu langsung mengambil
kebijakan yaitu dengan langkah perampingan organisasi ( Restrukturisasi ) di
seluruh unit kerja, yang selama ini merupakan unit pendukung.
19
2.
sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa
a. Memenuhi kewajiban mata kuliah kerja praktek program studi
teknik kimia Universitas Serang Raya
b. Memperoleh pengalaman operasional dalam suatu industri dengan
menerapkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidang yang
diambil oleh penulis.
20
2.3
menerangkan hubungan kerja antara bagian yang satu dengan lainnya dan juga
mengatur hak dan kewajiban masing-masing bagian. Tujuan dibuatnya struktur
organisasi ini adalah untuk mempertegas kedudukan suatu bagian dalam
menjalankan tugas sehingga mempermudah untuk mencapai tujuan dari organisasi
yang telah ditetapkan.
Suatu proses atau kegiatan akan berjalan dengan baik apabila dilengkapi dengan
struktur organisasi yang tepat dan memadai. Struktur organisasi yang baik akan
dapat mempermudah dalam mengkoordinir setiap pekerjaan dan keselarasan
hubungan kerja karena dapat dilihat dengan jelas wewenang dan tanggung jawab
pada masing-masing bagian yang ditunjukkan dalam struktur organisasi.
Struktur organisasi PT. JAWAMANIS RAFINASI adalah sebagai berikut :
1. Dewan Komisaris
21
Divisi Engineering
Bertanggung jawab untuk mengawasi utilitas, mechanical,
electrical, instrument, dan safety.
b.
Divisi Production
Bertanggung jawab untuk mengawasi dan menjalankan proses,
proses kontrol, dan lingkungan.
c.
Divisi gudang
Bertanggung jawab untuk mengawasi banyaknya bahan baku dan
produk yang dihasilkan.
2.4
23
: PT JAWAMANIS RAFINASI
Alamat Perusahaan
No Telp/Fax
Bidang Usaha
No NPWP
SP / SP Perubahannya
No.siup
: 2. 163 / 09 04 / PB / IX / 99
No TDP
: 090315130160
Luas Lahan
: 85.740 M
: 457 orang
Jumlah Shift
: 3 ( tiga ) shift
24
Shift II (Siang)
Istirahat
BAB III
25
TEKNOLOGI PROSES
Gula rafinasi adalah gula yang dimurnikan kembali
sehingga diperoleh gula dengan kualitas yang lebih baik. Sedangkan menurut SNI,
gula rafinasi adalah sukrosa yang diproduksi dengan tahapan proses pengolahan
gula kristal mentah (GKM) yang meliputi delapan tahap pengolahan (afinasi,
pelarutan kembali, klarifikasi, dekolorisasi, kristalisasi, pugalisasi, pengeringan,
dan pengemasan).
AFINASI
FUGALISASI
PENGERINGAN
KLARIFIKASI
FILTRASI
KRISTALISASI
DEKOLORISASI
26
28
cairan(coklat).
Campuran
hasil(magma)
di-sentrifugasi
untuk
memisahkan kristal dari sirup sehingga kotoran dapat dipisahkan dari gula dan
dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan sebelum proses karbonatasi.
Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung
berbagai zat warna, partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan
gula lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari proses. Hasil dari proses
affinasi ini adalah affinasi mamga dan affinasi sugar. Afinasi pada proses produksi
gula rafinasi ini bertujuan untuk menghilangkan pengotor-pengotor dan molase
yang ada pada permukaan kristal dengan cara mencuci kristal sehingga warna
yang diperoleh lebih bening dan warna ICUMSA-nya lebih kecil. Sebelumnya,
kristal gula mentah ini dicampur dengan sirup sehingga membentuk cairan yang
jenuh kemudian dilakukan pencucian kristal di dalam mesin sentrifugasi. Setelah
itu, sirup dan kristal gula dipisahkan dengan cara sentrifugasi pada kecepatan
tinggi. Kristal yang diperoleh selanjutnya dicuci dengan air panas dan dilebur
dengan air manis. Pada proses ini, penurunan intensitas warna yang terjadi sekita
30-50% sehingga warna kristal sekarang yang dihasilkan lebih jernih dan tidak
banyak mengandung pengotor.
29
c. Karbonatasi
Gula terlarut dari melter direaksikan pada kondisi yang diatur pH dan
temperaturnya dengan susu kapur (CaO) dan karbon dioksida (CO 2) untuk
membentuk endapan kalsium karbonat (CaCO3). Pada reaksi ini, pengotor raw
sugar akan diendapkan bersama dengan kalsium karbonat sehingga dapat
dipisahkan dengan mudah melalui proses filtrasi.
Karbonatasi adalah proses Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula
berikutnya bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang
menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen warna juga
akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan dengan
karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime
[ kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas
karbondioksida ke dalam campuran tersebut.
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O
Gas karbondioksida ini berasal dari proses pembakaran gas metan dimana terjadi
reaksi sebagai berikut : CH4 + O2 CO2 + H2O. Gas karbondioksida akan
bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel kristal halus berupa kalsium
karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan.
Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan pengawasan
yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Fungsi dari penambahan lime dossage
yaitu untuk mengabsobrsi koloid pengotor, suspensi tersebut kemudian disaring
sehingga menghasilkan filtrat yang disebut filtrat liquor. Hasil dari proses ini yaitu
susu carbonat (carbonator). Karbonatasi merupakan salah satu cara untuk
mengikat pengotor yang larut di dalam larutan kristal gula dengan melakukan
30
Dari proses ini, karbon dioksida yang dihasilkan diolah kembali sehingga dapat
meminimalisir kadar pencemar di udara yang dapat mempertebal lapisan CO 2 di
atmosfer. CO2 yang diperoleh harus di-filter terlebih dahulu untuk menghilangkan
gas lainnya yang ikut tercampur di dalam campuran gas CO 2 tersebut. Selanjutnya
CO2 yang sudah tidak terlalu banyak mengandung pengotor gas lain direaksikan
dengan kalsium oksida sehingga membentuk kalsium karbonat.
Secara umum, proses karbonatasi yang terjadi melaui dua tahap, yaitu
pembubuhan kapur sebanyak 0.5% brix dengan pengaliran CO2 yang jumlahnya
sebanding dengan jumlah kapur yang ditambahkan. Selanjutnya karbonator akhir
yang dialiri dengan CO2 berfungsi untuk menyempurnakan pengikatan kotoran
dan pH akhir mencapai 8.3. Setelah itu, larutan disaring dengan penyaring
bertekanan untuk memperoleh filtratnya. Proses karbonatasi ini banyak
dikembangkan pada industri gula rafinasi di Indonesia.
31
d. Filtrasi
Filtrasi adalah proses untuk memisahkan antara endapan dan filtrat yang bersih
dalam carbonated liquor. Dalam proses filtrasi ini dihasilkan beberapa produk
seperti leaf filtrat, filter cake dan sweet water. Dalam proses filtrasi ini carbonator
di filtrasi dalam rotary filter dengan penambahan hot water maka akan dihasilkan
leaf filtrat. Leaf filtart ialah filtrat yang bersih.
Kemudian sisa ( mud ) dari proses filtrasi ini diproses lanjut dalam mesin
filter press dan mengahasilkan sweet water. Sisa dari proses filter press ini disebut
filter cake. Sweet water yang dihasilkan kemudian digunakan sebagai bahan
pembantu dalam proses centrifugal.
e.Ion Exchanger Resin ( Resin Penukar Ion )
Penukar ion adalah proses penangkapan ion warna yang ada dalam leaf
filtrat hingga diperoleh fine liquor. Filtrat liquor selanjutnya dilewatkan pada resin
penukar ion dimana dalam proses ini terjadi pembersihan dari zat pengotor
berwarna.
Cairan dari proses dekolorisasi selanjutnyaq dilewatkan pada falling film
evaporator untuk dipekatkan.
f. Evaporasi
Evaporasi adalah proses penguapan air dalam fine liqour yang dilakukan
secara bertahap agar diperoleh konsentrasi atau kekentalan yang lebih tinggi yang
disebut thick liquor.
g. Kristalisasi
32
33
34
Setelah diperoleh kristal gula yang sudah murni (kualitas tinggi), tahap
selanjutnya adalah melakukan pengemasan gula yang sesuai dengan keperluan
industri. Biasanya gula ini dikemas dalam wadah 50 kilogram.
Gula rafinasi yang boleh diperjualbelikan di industri hanya gula rafinasi tipe I dan
II saja. Sedangkan gula rafinasi hasil penyaringan yang ketiga tidak boleh
diperjualbelikan untuk industri makanan seperti susu dan lain-lain. Biasanya hasil
penyaringan yang ketiga ini dijual kepada industri-industri kecil yang tidak terlalu
memerlukan kemurnian yang tinggi dalam produk olahannya (seperti industri
minuman berwarna yang tidak menuntut kejernihan sirup hasil olahannya).
Pada industri gula rafinasi ini, limbah yang dihasilkan sangat sedikit. Produksi
limbah yang sedikit ini disebabkan oleh pada sistem produksi gula rafinasi
tersebut. Proses yang terjadi dilakukan secara siklus dan berulang sehingga setiap
sisa larutan kristal gula yang diperoleh, dapat dilakukan pengkristalan ulang
kembali sehingga pada akhirnya jumlah limbah yang dihasilkan sangat sedikit.
Hal ini berarti bahwa efesiensi dari industri gula rafinasi ini sangat tinggi dan
sangat menguntungkan di dalam proses industri. Disamping itu limbah ini dapat
dimanfaatkan lebih lanjut. Limbah dari industri gula rafinasi ini digunakan dalam
pembuatan MSG, gula tetes tebu (menjadi etanol), dan lain-lain. Limbah yang
dihasilkan berupa malose, larutan gula yang sudah tidak dapat dikristalkan
kembali ini dapat dikonversi menjadi etanol melalui dua proses, yaitu fermentasi
dan penyulingan. Proses fermentasi dilakukan dengan bantuan Sacharomyeces
cerevicae. Setelah difermentasikan, larutan ini dimurnikan dengan cara distilasi
sehingga dapat diperoleh etanol dalam jumlah yang banyak. Seandainya saja
petani tebu Indonesia ini mampu menyediakan raw sugar dalam jumlah yang
besar maka untuk konsumsi gula langsung masyarakat indonesia dapat berasal
dari gula rafinasi ini karena dengan kualitas gula yang bagus, harga yang harus
dibayarkan pun tidak terlau mahal.
Pengepakan adalah proses pengemasan gula produk yang diperoleh dari gula
rafinasi yang telah kering selanjutnya diayak untuk memisahkan ukuran kristal
yang diinginkan.
35
36
37
Kewajiban penerapan SNI diberlakukan untuk gula impor maupun produk dalam
negeri dan harus dilakukan pengawasan langsung karena masih banyak produk
GKM dalam negeri yang sulit dibedakan dengan GKM impor. Oleh karena itu,
untuk memperlancar pengawasan kualitas agar sesuai dengan SNI diperlukan
Laboratorium Penguji Mutu (LPM) yang kompeten.
Gula Kristal mentah yang digunakan sesuai SNI 01-3140.1-2001 merupakan gula
setengah jadi yang dibuat dari tebu melalui proses defikasi dan tidak dapat
langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Karena pabrik-pabrik gula di Indonesia
kebanyakan dibangun pada masa kolonial Belanda, proses produksi yang ada
tidak sesuai untuk pengolahan Gula Kristal Mentah sehingga untuk memenuhi
kebutuhan di dalam negeri harus dilakukan impor GKM dalam jumlah yang besar.
Impor GKM yang dilakukan harus memiliki stadarisasi mutu baku sesuai dengan
SNI agar tidak merugikan konsumen. Standar baku untuk GKM meliputi warna
larutan, polarisasi, kadar abu, dan penyusutan.
Tabel 3.1 Syarat Mutu Gula Kristal Mentah (PT.Jawamanis Rafinasi,2011)
No.
1.
2.
3.
4.
Kriteria Uji
Warna Larutan
Polarisasi
Kadar Abu
Penyusutan
Satuan
IU
o
Z
%b/b
%b/b
Persyaratan
Minimal 600
Minimal 95
Maksimal 0.5
Maksimal 0.5
Syarat mutu GKM tersebut harus dipenuhi untuk selanjutnya diproses sebagai
bahan baku gula rafinasi. Beberapa parameter yang harus dipenuhi oleh produk
gula rafinasi tipe I dan II berdasarkan data SNI 01-3140.2-2006 :
38
Names of the
product
R1 GRADE SUGAR
R2 GRADE SUGAR
Characteristics :
Polarisation
99.8 oZ min
99.8 oZ min
Invert Sugar
0.04 % max
0.04 % max
Grain Size
0.400 0.600 mm
0.400 0.600 mm
Colour
35 ICUMSA Unit
max
0.05 % max
0.05 % max
0.02 % max
0.05 % max
7 ppm
10ppm
Moisture
Ash
Sediment
How is the
product tobe
used?
Granulated sweeteners
Type of packages
Length of shelflife
Intended use
Labeling
instruction
Semua parameter di atas harus dapat dipenuhi oleh produk gula rafinasi agar dapat
diperjualbelikan dan diterima oleh konsumen industri.
39
1. Pengendapan
Air ditampung dalam raw water pond untuk dilakukan pengendapan
suspensi padatan tak terlarut.
40
2.
3. Air dipompa ke unit sand filter untuk memaksimalkan pembebasan air dari
padatan tidak terlarut. Air inilah yang selanjutnya digunakan untuk
keperluan pendukung proses produksi, kecuali pemanfaatan untuk proses
di Ion Exchanger Resin, air yang digunakan merupakan air
proses
41
senyawa
kimia
tertentu
sesuai
dengan
angka
20 Kg/cm 2
21 ~39 Kg /cm 2 40 ~59 KG/cm 2
3000 ~3500 1500~2500 ppm 500~1500 ppm
Hardness
ppm
500 ppm
1000
200 ppm
400
150 ppm
300
20 ~40 ppm
10 ~ 10,5
24 ppm
20~40 ppm
10 ~ 10,5
10 ppm
15~ 25 ppm
8 ~10,2
Conductivity
Specific at 250C (ohm)
Phospat
Ph
Silica (max)
42
dan
karbon
dioksida).
PT.Jawamanis
Rafinasi
menggunakan
metode
demineralizer untuk mencukupi kebutuhan air yang digunakan sebagai air umpan
boiler dan pada proses decolorization yang berlangsung di Ion Exchanger Resin.
Proses Demineralizer.
1. Raw water dipompa masuk ke tangki activated carbon filter.
2. Activated carbon filter.
Fungsi: Menyaring sisa oksidator yang terkandung didalam raw water
menggunakan media filter berupa carbon active ( media utama) dan gravel
( sebagai media pendukung ) agar tidak masuk ke cation & anion
exchanger
3. Cation Exchanger.
Fungsi: Menukar ion- ion positive dalam air dengan ion hydrogen dari
resin.
4. Degassifier.
Fungsi: Melepaskan kandungan karbon dioksida dalam air .
5. Anion Exchanger.
43
Fungsi: Menukar ion- ion positive dalam air dengan ion hidroksida dari
resin.
44
Pengerakan.
Kerak atau deposit kerak pada ketel disebabkan oleh terbentuknya endapan
dari air yang menempel pada permukaan pemindah panas oleh suspensi air
yang menempel pada permukaan logam menjadi keras dan lengket.
2. Korosi.
Korosi adalah kerusakan yang timbul pada logam yng disebabkan karena
terjadinya reaksi kimia antara permukaan logam dengan media
sekelilingnya.
Peristiwa
korosi
meningkat
dengan
meningkatnya
kosentrasi oksigen.
3. Keretakan Basa.
Keretakan basa disebakan oleh kandungan basa ( NaOH ) yang terdapat
dalam bagan penguapan.
Parameter Kontrol Kualitas Air Boiler
Berikut ini adalah parameter-parameter control kualitas feed water boiler
dan potensi masalah yang dapat terjadi oleh kondisi kualitas air yang buruk dan
kegagalan dalam proses water treatment.
a. Alkalinity: Alkaliniti berhubungan dengan pH air, Alkaliniti tidak besar
berarti pH air tinggi dan sebaliknya. Untuk itu alkaliniti air ketel harus
diatur sedemikian rupa sehingga pH air tidak terlalu rendah dan terlalu
tinggi. Karena pada pH rendah akan terjadi korosi dan pada pH tinggi
akan terjadi buih. Dibawah ini diberikan batas alkaliniti air ketel
berdasarkan tekanan uap
b. Kesadahan: Penentuan kesadahan dalam air ketel yaitu untuk dasar
perhitungan jumlah bahan kimia yang dibutuhkan pada internal treatment
45
e.
f.
g. pH:
Pada pH rendah akan terjadi korosi dan pada pH tinggi akan terjadi kerak.
Selain itu pH tinggi menimbulkan busa, sehingga akan menimbulkan
carry over.
46
h.
Konduktivity:
Konduktiviti
merupakan
kesanggupan
air
untuk
Korosi karena CO2: Bikarbonat yang ada dalam feed water, bila
dipanaskan pada tekanan tertentu akan menghasilkan CO2. CO2 dengan
air membentuk H2CO3 yang bersifat asam. Asam ini bereaksi dengan Fe
dan logam lain membentuk Bikarbonat. Bikarbonat terurai dengan panas
dan mengeluarkan gas CO2. Gas ini bergabung dengan air membentuk
asam Bikarbonat. Siklus ini terbentuk Berulang Terus. Korosi juga
disebabkan karena : H2S: Hidrogen Sulfida SO2 : Sulfur Dioksida NH 3
: Amoniak
Unit
Standart boiler
1. pH
10.5-11.5
2. Conductivity
US/cm
< 3500
3. p-alkalinity
Mg/L as CaCO3
4. t-alkalinity
Mg/L as CaCO3
5. o-alkalinity
Mg/L as CaCO3
2.5 x silica
6. Ca- hardness
Mg/L as CaCO3
< 0.01
7. t- hardness
Mg/L as CaCO3
trace
8. chloride
< 300
9. silica
< 150
20-40
12. sulphite
30-40
47
TD
S
Hardnes
s
PP
MO
Silic
a
Chlorid
e
68
10
44
27
31
8.7
10
0.11
12
7.1
461
108
180
P205
52
Sulphit
e
1.40
pH
Sugar
Content
8.1
11.0
7.1
Inj water in
Inj water
out
t 0C
37
40
Scruber
6.1
40
Uap gas
turbo
digunakan kembali untuk proses steam yang dapat mengefisienkan bahan bakar
untuk proses yang ada. Efisiensi ini dapat mengurangi bahan bakar yang
digunakan secara keseluruhan dan dapat meminimalisir emisi yang dibuang ke
lingkungan. Listrik yang dihasilkan dari alternator turbo ini dapat memenuhi
keperluan listrik di pabrik.
Buangan kapur dari proses masih bernilai dan dapat digunakan untuk pertanian
dengan mengatur pH-nya. Disamping itu juga dapat digunakan pada pertanian
organik dan restorasi lahan coklat untuk membuat pH tanah menjadi lebih baik
dan sebagai penyedia nutrisi bagi tanaman.
49
BAB IV
TUGAS KHUSUS
4.1
Landasan Teori
PT. Jawamanis Rafinasi juga melakukan semua prosedur yang telah
ditetapkan oleh pemerintah, limbah yang dihasilkan oleh pabrik ini sebelum
dibuang, harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu, baik berupa limbah
cair, padat maupun gas.
Dalam proses produksi, setidaknya terdapat tiga macam limbah dengan
volume yang sigifikan dan mensyaratkan dilakukan pengendalian dan pengolahan
sehingga memenuhi standar baku mutu sesuai regulasi pemerintah yang
dikeluarkan dan ditetapkan oleh Dinas Lingkungan Hidup yaitu:
1. Limbah padat
Limbah padat PT.Jawamanis Rafinasi diperoleh dari hasil proses pada
filter press, hasil dari proses filter press tersebut berupa sweet water dan filter
cake (blotong). Sweet water dapat digunakan kembali dalam proses produksi,
sementara filter cake (blotong) merupakan ampas yang tidak dapat digunakan
dalam proses produksi. Blotong ini akan dibuang langsung ketempat
pembuangan sampah (TPS) didaerah Ciwedus, Cilegon.
2. Limbah Cair
50
Secara fisika.
a. Temperatur
51
Secara kimia.
a. pH.
b. Ammoniak
c. Nitrat
d. Nitrit
e. BOD (Biochemical Oxygen Demend).
f. COD (Chemical Oxygen Demend).
Proses pengeloalaan dan penanganan limbah cair dilakukan pada stasiun
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Proses pengolahan limbah cair pada PT.
Jawa Manis Rafinasi ini diproses melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Screening
Berfungsi sebagai alat untuk menangkap kotoran-kotoran yang
ukurannya besar, agar pompa tidak cepat rusak dan operasional wwtp
(waste water treatment proses) maksimal.
2. Bak Feeding
Berfungsi untuk menampung dan mengalirkan influent ke bak
pengendapan pendahuluan sehingga aliran lebih konstan. Bak feeder ini
merupakan awal masuknya air limbah ke IPAL maka perlu pengawasan
parameter diantaranya pH, Temperature, TDS, COD, BOD, Minyak dan
TSS
3. Bak Pengendap Pendahuluan
Berfungsi untuk memisahkan partikel dengan cairan secara gravitasi
berdasarkan berat jenisnya. Alat pengendap di IPAL saat ini pada prinsip
kerjanya memiliki 3 bagian daerah :
1. Daerah pemasukan (inlet zone )
Pada daerah ini diharapkan air limbah dapat disebarkan
secara merata dan tidak menimbulkan turbulensi didaerah
pengendapan. Zone inlet ini bisa juga untuk chemical reaction jika
52
polutan yang
53
54
lebih mudah untuk dibuang ke TPA. Cairan yang keluar dari press filter
akan dialirkan kembali ke bak aerasi
Screening
Visual
Bak feeding
Visual
pH
Suhu
COD/BO
D
Bak pengendap
pendahuluan
TSS/TDS
Equalisasi
Solid sludge
Bak Stabilizer
Flow
Aerasi I
Sludge
Aktive
Bak Pengendap I
Aerasi II
SV
DO
MLSS
Visual
pH
Suhu
Bak Pengendap II
Filter Press
Filtrate
SLUDGE
55
Sand Filter
Efflue
nt
4.2
INLET
Normal
Abnorm
OUTLET
Normal
Abnorm
al
3
Lajualir (m /d)
Temperature
600
45-55
600
45-55
al
600
39-40
600
39-40
(oC)
PH
7-9
7-9
7-8
7-8
TDS ( mg/L)
11000
25000
10000
10000
TSS ( mg/L)
300
400
110
130
COD (mg/L)
5500
15000
130
140
Ket: Abnormal: Kondisi dimana terjadi pencucian resin dari
ion exchanger pada unit produksi dan utility
56
TSS
pH
Debit Limbah
Maksimum
150
0.1
6,0 9,0
0.4 m3 perton Produk gula
58
BPMi = BPM x Pb
BPM = 0.2 Kg/Ton
Pb = 1000 Ton/hari
BPMi = 0.2 kg/Ton x 1000 ton /hari = 200 kg/hari
BPAi = (Ca)j x Dp x F
CA COD = 140 mg/l
Dp = 600 m3/hari
BPAi = 140 mg/l x 600 m3/hari x kg/106mg x 1000 L/1m3
= 84 kg parameter/hari
BPM i > BPAi Tidak melanggar beban pencemaran maksimum
4.2.1.4 Untuk Parameter COD Outlet
Kondisi Normal
Diketahui:
Pb = 1000 Ton/hari
(CA)i COD = 130 mg/l
Pengecekan Kadar Maksimum
(CA)i = 130 mg/l
(CM)i = 150 mg/l
CA < CM Tidak melanggar ketentuan kadar maksimum
Pengecekan debit limbah maksimum
Pb = 1000 Ton/hari
Dm = 0.4 m3/hari
DM = Pb x Dm
= 0.4 m3/ton x 1000 Ton/hari
= 400 m3/hari
= 400 m3/hari x 30 hari/1bulan
= 12000 m3/bulan
DA = 600 m3/hari x 30 hari/bulan = 18000 m3/bulan
DA >DM Melanggar ketentuan debit limbah maksimum
Pengecekan bahan pencemar
BPMi = BPM x Pb
BPM = 0.2 Kg/Ton
Pb = 1000 Ton/hari
BPMi = 0.2 kg/Ton x 1000 ton /hari = 200 kg/hari
BPAi = (Ca)j x Dp x F
CA COD = 130 mg/l
Dp = 600 m3/hari
BPAi = 130 mg/l x 600 m3/hari x kg/106mg x 1000 L/1m3
= 78 kg parameter/hari
BPM i > BPAi Tidak melanggar beban pencemaran maksimum
4.2.1.5 Untuk Parameter TSS Inlet
Kondisi Abnormal
Diketahui:
59
Pb = 1000 ton/hari
(CA)i TSS = 400 mg/l
Pengecekan Kadar Maksimum
(CA)i =400 mg/l
(CM)i = 150 mg/l
CA > CM Melanggar ketentuan kadar maksimum
Pengecekan debit limbah maksimum
Pb = 1000 ton/hari
Dm = 0.4 m3/hari
DM = Dm x Pb
= 0.4 m3/ton x 1000 ton/hari
= 400 m3/hari
= 400 m3/hari x 30 hari/1bulan
= 12000 m3/bulan
DA = 600 m3/hari x 30 hari/bulan = 18000 m3/bulan
DA > DM Melanggar ketentuan debit limbah maksimum
Pengecekan bahan pencemar
BPMi = BPM x Pb
BPM = 0.1 kg/ton
Pb =1000 ton/hari
BPMi = 0.1 kg/hari x 1000 ton /hari = 100 kg/hari
BPAi =(Ca)j x Dp x F
CA TSS = 400 mg/l
Dp = 600 m3/hari
BPAi = 400 mg/l x 600 m3/hari x kg/106mg x 1000 L/1m3
= 240 kg parameter/hari
BPM i < BPAi Melanggar beban pencemaran maksimum
61
Keterangan :
DM = Debit air limbah maksimum yang diperbolehkan bagi setiap industri
yang bersangkutan
DA = hasil pengukuran debit air limbah (m3/bulan)
Dm = Debit air limbah maks sesuai dengan lampiran baku mutu yang
sesuai dengan jenis industri (m3/satuan kapasitas produksi)
62
4.3
Pembahasan
Parameter
yang
digunakan
untuk
menentukan
kadar
Laju alir
Temperature
pH
TDS
TSS
63
COD
Angka COD (chemical oxygen demand) inlet pada limbah gula
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan pengamatan dapat disimpulkan bahwa:
64
1.
2.
3.
4.
5.2 saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama Kuliah kerja Praktek ( KKP ) maka
saran yang dapat di rekomendasikan adalah membuat scedule transfer limbah
regenerasi ion exenger dari unit produksi dan Demin plant agar tidak bersamaan
pada saat transfer ke unit WWTP.Kondisi ini menyebabkan proses di kolom aerasi
bisa terganggau.
65
DAFTAR PUSTAKA
Hydrolysis of Sucrose (sumber: http://www.bio.miami.edu/~cmallery/150/protein/
c8.8x13.hydrolysis.sucrose.jpg, tanggal akses 06 Oktober 2015)
Inverted Sugar Syrup (sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/Inverted_sugar_syrup,
tanggal akses 06 Oktober 2015)
Prosessing Nira Tebu menjadi Gula (sumber: http://disbunjatim.co.cc/processing/
prosesing_ nira_tebu_menjadi_gula.htm, tanggal akses 10 Oktober 2015)
Proses
Produksi
Gula
Rafinasi,
(Sumber
content/uploads/ 2008/07/rafinasi.jpg)
66
http://www.risvank.com/wp-
67