Anda di halaman 1dari 67

MENGHITUNG KADAR ,DEBIT & BEBAN PENCEMARAN

MAKSIMUM LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA RAFINASI DI


PT.JAWAMANIS RAFINASI
( WILMAR GROUP )
Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP)
Diajukan untuk memenuhi tugas dan memenuhi salah satu syarat skripsi

Disusun Oleh
Nama

: HAERUN NAHIS

NIM

: 21112026

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SERANG RAYA


TAHUN 2015

10

11

12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang
Gula merupakan salah satu komoditas pertanian Indonesia yang berskala

besar dan termasuk ke dalam komoditas khusus yang ditetapkan dalam WTO
(organisasi perdagangan dunia) disamping jagung dan kedelai. Oleh karena itu,
produksi bahan pangan ini perlu ditingkatkan terus agar kesejahteraan rakyat
dapat tercapai. Peningkatan hasil produksi gula dapat ditekankan kepada dua hal,
yaitu melakukan rekontruksi basis produksi dalam sistem usaha tani tebu dan
meningkatkan efisensi teknis dan ekonomis pabrik-pabrik gula yang ada di
Indonesia. Dalam peningkatan produksi gula ini, kedua hal tersebut harus
dijalankan bersama-sama sehingga tujuan akhir yang akan dicapai, yaitu
peningkatan produksi gula (dengan cara meningkatkan persen rendemennya)
dapat terlaksana. Hal ini sangat mustahil jika menginginkan produktivitas gula
yang tinggi sementara persen rendemen gula yang dihasilkan sangat rendah
(sekitar 7 atau kurang) atau tidak adanya sektor non-industri seperti pemerintah
dan perbankan yang mendukung kegiatan tersebut. Sehingga kesinambungan dua
faktor di atas sangat diperlukan untuk mendongkrak kembali produktivitas gula di
Indonesia. Industri gula di Indonesia sudah berjalan cukup lama, bahkan pada
zaman penjajahan Belanda pun industri ini sudah ada. Pada tahun 1930-an
Indonesia mengalami masa kejayaan terhadap produksi gula ini. Sekitar 179
perusahaan gula beroperasi di Indonesia dan menghasilkan gula dengan persen
rendemen sekitar 11-13.8 persen dengan puncak ekspor sekitar 2.4 juta ton.
Tetapi, melihat keadaan sekarang, fakta tersebut menjadi terbalik. Dahulu yang
pada dasarnya Indonesia menjadi negara pengekspor gula sekarang menjadi
negara pengimpor gula dalam jumlah yang besar. Produksi gula yang ada di
Indonesia saat ini masih belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Kebutuhan gula nasional selama ini adalah sekitar 2.8 juta ton/tahun sedangkan

13

produksi gula dalam negeri hanya sekitar 1.8 juta ton/tahun. Dari hal ini,
Indonesia harus melakukan impor gula untuk memenuhi kebutuhan gula dalam
negeri sekitar 1 juta ton lebih pertahunnya.Kebijakan selanjutnya yang diambil
oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri adalah dengan
melakukan impor gula dan raw sugar dari luar negeri yang harganya relatif lebih
murah sehingga ketika dijadikan gula putih (white sugar) harganya tidak terlalu
mahal dan diperkirakan masih bisa dijangkau oleh masyarakat. Di samping itu,
kebijakan impor yang dilakukan pemerintah, selain untuk menutupi kekurangan
gula sebagai konsumsi masyarakat langsung juga bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan gula pada beberapa industri yang menggunakan gula sebagai bahan
bakunya seperti industri susu dan makanan. Khusus untuk industri, gula yang
digunakan sebagai bahan bakunya harus memiliki kualitas tinggi sehingga produk
yang dihasilkan dapat memenuhi standar kesehatan yang tersedia. Mengingat
kualitas gula yang dihasilkan di Indonesia masih memiliki kualitas yang rendah
sehingga hanya bisa digunakan sebagai konsumsi langsung bagi masyarakat dan
tidak dapat dipakai dalam bidang industri. Industri gula yang ada di Indonesia
hanya mampu menghasilkan white sugar dengan kualitas yang standar dan kadar
pencemar dan sebagainya yang terdapat di dalam gula tersebut masih berada
dalam batas toleransi sehingga masih aman untuk dionsumsi (tetapi jumlahnya
dalam keadaan maksimum). Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan gula di
industri, dilakukan impor raw sugar untuk diolah dan dimurnikan lebih lanjut
sehingga diperoleh gula dengan kualitas yang lebih baik daripada gula putih.
Industri gula yang mengolah raw sugar ini menjadi gula yang lebih murni lagi
disebut sebagai industri gula rafinasi. Perkembangan industri gula rafinasi di
Indonesia menimbulkan dampak positif dan ada juga dampak negatifnya terhadap
perkembangan gula di Indonesia sendiri.Industri gula rafinasi tidak umum dikenal
oleh sebagian besar konsumen Indonesia, karena pasar yang dituju oleh industri
gula rafinasi ini adalah industri makanan dan minuman, tidak untuk dijual
dipasaran sebagai gula konsumsi langsung. Hal ini berakibat pada adanya
anggapan yang salah pada masyarakat bahwa tidak ada gula yang lebih baik (dari
segi kualitas) selain gula yang beredar sekarang dengan merk yang terkenal.

14

Dengan pengemasan gula yang lebih baik dan iklan besar-besaran membuat
konsumen gula di Indonesia percaya bahwa gula tersebut merupakan gula
konsumsi terbaik. Adanya miskonsepsi ini terjadi karena minimnya pengetahuan
masyarakat mengenai perindustrian gula dan regulasinya sehingga banyak
masyarakat yang tidak menyadari bahwa ada produk gula yang lebih baik yang
dikenal sebagai gula rafinasi. Oleh karena itu, analisa lebih lanjut mengenai gula
rafinasi dan gula yang selama ini beredar dipasaran yang dianggap sebagai gula
terbaik harus digali lebih lanjut agar tidak terjadi kesalahpahaman di dalam
masyarakat Indonesia sendiri.
PT. Jawamanis Rafinasi juga melakukan semua prosedur yang telah
ditetapkan oleh pemerintah, limbah yang dihasilkan oleh pabrik ini sebelum
dibuang, harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu, baik berupa limbah
cair, padat maupun gas.Dalam proses produksi, setidaknya terdapat tiga macam
limbah dengan volume yang sigifikan dan mensyaratkan dilakukan pengendalian
dan pengolahan sehingga memenuhi standar baku mutu sesuai regulasi pemerintah
yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh Dinas Lingkungan Hidup

1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek ini adalah

sebagai berikut:

Bagaimana proses pengolahan limbah di PT.Jawamanis Rafinasi ?

Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi kenaikan COD (chemical


oxygen demand) ?

Berapakah kadar pencemaran air limbah di PT.Jawamanis Rafinasi ?


.

15

1.3

Tujuan
Adapun Tujuan yang dicapai dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek ini
adalah:

Memahami Penerapan Ilmu Teknik kimia dalam dunia industri, khususnya


industri di PT JawaManis Rafinasi

Meningkatkan,memperluas dan memantapkan keterlampilan mahasiswa


sebagai bekal untuk terjun di dunia industri sesuai dengan program study
yang dipilihnya.

Memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk memasyarakatkan diri


pada suasana kerja sebenarnya.

Mengembangkan sikap professionalisme yang diperlukan untuk memasuki


lapangan kerja.

Mendapatkan gambaran nyata tentang analisa yang dilakukan di industri.

Memahami karakteristik perangkat-perangkat analisa di PT JawaManis


Rafinasi pada kerja khususnya di divisi QA,QC dan WWTP

1.4

Manfaat
Manfaat dari kuliah kerja praktek ( KKP ) di Waste Water Treatment Plant di

PT.Jawamanis Rafinasi agar mahasiswa :

Dapat memahami Penerapan Ilmu Teknik kimia dalam dunia industri,


khususnya industri di PT Jawamanis Rafinasi

Dapat mengetahui proses pembuatan gula rafinasi dari proses bahan baku
sampai produk.

Dapat mengetahui proses pengolahan limbah cair di PT.Jawamanis


Rafinasi

Dapat memahami karakteristik perangkat-perangkat analisa di PT


JawaManis Rafinasi pada kerja khususnya di divisi QA,QC dan WWTP

16

1.5

Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kuliah kerja Praktek ( KKP ) berlangsung selama kurang lebih 1 bulan

tepatnya 25 hari yaitu dari tanggal 14 September 2015 sampai dengan 16 Oktober
2015.
Lokasi PT.Jawamanis Rafinasi beralamatkan di Jl. Raya Anyer KM 11 Desa
Randakari KecamatanCiwandan, Kota Cilegon Banten Indonesia.

17

1.6 Jadwal Kegiatan serta alokasinya waktu Perhari


Adapun jadwal kegiatan pelaksanaan kuliah kerja praktek di PT.Jawamanis
Rafinasi adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jadwal kegiatan Kuliah Kerja Praktek

Hari/Tangga

Uraian kegiatan

l
Senin / 14 Sep Perkenalan,Pengarahan Safety
2015

induction,history PT.Jawamanis Rafinasi

Selasa / 15 Sep Plant venture


2015
Rabu / 16 Sep Penjelasan proses pembuatan produk
2015
Kamis / 17 Sep Penjelasan secara rinci mengenai proses
2015
pembuatan produk
Jumat / 18 Sep Plant venture dengan salah satu karyawan
2015
Senin-Selasa

Pemberian tugas khusus dan penjelasan

21-22 Sep 2015


rinci di lapangan
Rabu / 23 Sep Pengenalan unit WWTP di PT.Jawamanis
2015
Rafinasi
Kamis / 24 Sep Pengenalan laboratorium untuk analisa
2015
Senin- Jumat
28

Sep-02

sampel WWTP
Pengerjaan dan percobaan tugas khusus
Okt

2015
Senin-Rabu

Penyusunan laporan dan evaluasi selama

5-14 Okt 2015

percobaan tugas Khusus

Kamis-Jumat

Evaluasi akhir kuliah kerja praktek

15-16 Okt 2015

( KKP )

18

Paraf

BAB II
TINJAUAN UMUM OBJEK KKP

2.1

Sejarah Perusahaan
PT. Jawamanis rafinasi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di

bidang pemurnian gula yang ada di Indonesia. PT. Jawamanis rafinasi merupakan
salah satu perusahaan Wilmar group. Pabrik ini berdiri pada tahun 2002 yang
berlokasi di Ciwandan, Provinsi Banten, atas dasar kerjasama pengusaha lokal dan
investor asing .
Lokasi Jawamanis Rafinasi berada dekat dengan pelabuhan Ciwandan dan
Cigading sehingga dapat mempermudah pengangkutan material mentah dari
pelabuhan ke pabrik. Di samping itu, Jawamanis rafinasi juga mudah diakses dari
Jakarta sehingga transportasi produk akhir ke beberapa daerah di Jawa dapat
dilakukan dengan lancar. Setiap tahunnya PT. Jawamanis Rafinasi mampu
memproduksi gula rafinasi sebanyak 150.000 mt per tahun dan terus ditingkatkan
hingga 340.000 mt per tahunnya. Pasar yang dituju difokuskan pada industri
makanan, minuman, dan sektor farmasi Seiring dengan perkembangan dan
pertumbuhan dunia industri di Indonesia semakin maju di kawasan Asia Tenggara
di tuntut meningkatkan efektifitas kerjanya. Dengan produsen gula dari negara
lain maupun Sumber Daya Manusia ( SDM ).
Salah satu kendala yang perlu dihadapi untuk mencapai target yang diatas
adalah keahlian karyawan. Kondisi seperti ini menyebabkan biaya yang
dikeluarkan perusahaan lebih besar dibanding dengan produk yang dihasilkan
pada giliran akan membahayakan kelangsungan perusahaan.
Direksi PT. Jawa Manis Rafinasi pada saat itu langsung mengambil
kebijakan yaitu dengan langkah perampingan organisasi ( Restrukturisasi ) di
seluruh unit kerja, yang selama ini merupakan unit pendukung.

19

Visi dan Misi Perusahaan


1.

Visi dari Perusahaan adalah :


a. Untuk menciptakan produktifitas gula rafinasi, selain itu untuk
mensejahterakan karyawan dan masyarakat pada umumnya.

2.

Misi dari Perusahaan adalah :


a. Sebagai salah satu pabrik Rafinasi di Indonesia yang dapat
memberikan produk dengan kwalitas yang terbaik atau Word Class
Rafinery.
b. Memproduksi gula rafinasi berkualitas tinggi sesuai persyaratan
industri makanan an minuman berkualitas tinggi dan kelas dunia.
c. Menerapkan dan menetapkan standar berkualitas, higinies,
terpercaya dan inovatif di Indonesia .
d. Mempunyai komitmen untuk menjaga kesehatan dan kondisi
keamanan bagi pekerja dan tingkat yang tinggi.
e. Menjadi mitra yang berdaya guna dan berhasil bagi masyarakat
sekitarnya.
f. Tempat bagi karyawan untuk mambangun dan mengembangkan
keahlian hingga mencapai predikat profesional.
g. Secara terus menerus meningkatkan diri sendiri melalui tantangan
yang di hadapi.
2.2

Tujuan dan fungsi Instansi yang terkait dengan bidang kajian


Tujuan dan fungsi instansi yang terkait dengan bidang kajian ini adalah

sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa
a. Memenuhi kewajiban mata kuliah kerja praktek program studi
teknik kimia Universitas Serang Raya
b. Memperoleh pengalaman operasional dalam suatu industri dengan
menerapkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidang yang
diambil oleh penulis.
20

c. Memperoleh kesempatan dalam menganalisa permasalahan yang


ada di lapangan berdasarkan teori yang diperoleh selama proses
belajar.
d. Memperoleh wawasan mengenai dunia kerja.
e. Membandingkan dan menerapkan pengetahuan akademis dengan
lingkungan kerja yang sebenarnya.
2. Bagi Institusi pendidikan
a. Menjalin kerjasama antara pihak universitas dengan dunia
industri,khususnya PT.Jawamanis Rafinasi
b. Mendapatkan masukan pengembangan teknis pengajaran dalam
rangka link and mach antara dunia pendidikan dan dunia kerja.
c. Untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas yang siap bersaing di
dunia industri.
3. Bagi Institusi Perusahaan
a. Membina hubungan baik dengan pihak institusi pendidikan dan
mahasiswa.
b. Untuk merealisasikan partisipasi dunia terhadap pengembangan
dunia pendidikan.

2.3

Strukturisasi Organisasi Perusahaan.


PT. JAWAMANIS RAFINASI mempunyai struktur organisasi yang

menerangkan hubungan kerja antara bagian yang satu dengan lainnya dan juga
mengatur hak dan kewajiban masing-masing bagian. Tujuan dibuatnya struktur
organisasi ini adalah untuk mempertegas kedudukan suatu bagian dalam
menjalankan tugas sehingga mempermudah untuk mencapai tujuan dari organisasi
yang telah ditetapkan.
Suatu proses atau kegiatan akan berjalan dengan baik apabila dilengkapi dengan
struktur organisasi yang tepat dan memadai. Struktur organisasi yang baik akan
dapat mempermudah dalam mengkoordinir setiap pekerjaan dan keselarasan
hubungan kerja karena dapat dilihat dengan jelas wewenang dan tanggung jawab
pada masing-masing bagian yang ditunjukkan dalam struktur organisasi.
Struktur organisasi PT. JAWAMANIS RAFINASI adalah sebagai berikut :
1. Dewan Komisaris

21

Merupakan pimpinan tertinggi PT. JAWAMANIS RAFINASI yang


berkedudukan di Cilegon dan dewan ini merupakan perwakilan dari
pemegang saham.
2. Presiden Direktur
Bertanggung jawab mengatasi investasi secara keseluruhan, investasi
sesuai perjanjian, dan mengadakan hubungan baik dengan pihak luar.
3. Direktur Eksekutif
Bertugas mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan perusahaan.
4. General Manager
Bertugas mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan perusahaan.
General Manager membawahi HRD dan General Affair.
HRD (Human Resources Department) bertanggung jawab

dalam pengembangan sumber daya manusia yang ada.


General Affair bertanggung jawab dalam pengaturan fasilitas

yang telah tersedia di perusahaan, seperti penyediaan kendaraan dan


bus karyawan, dll.
5. Project Manager
Bertanggung jawab dalam perencanaan dan pengembangan perusahaan.
6. Sales dan Marketing Manager
Bertanggung jawab dalam mengatur dan mengawasi penjualan dan
pemasaran.
7. Accounting Manager
Bertanggung jawab dalam pembuatan dan pengawasan pembukuan
perusahaan.
8. Manager Keuangan
Bertanggung jawab dalam pengaturan keuangan perusahaan.
9. IT Manager
Bertanggung jawab dalam pengadaan dan pengembangan teknologi
perusahaan.
10. Procurement Manager
22

Bertanggung jawab dalam pengadaan material dan alat yang dibutuhkan


oleh perusahaan.
11. Operation Manager
Bertanggung jawab dalam pengoperasian pabrik.
Yang membawahi Divisi Engineering, Chemical, dan Gudang.
a.

Divisi Engineering
Bertanggung jawab untuk mengawasi utilitas, mechanical,
electrical, instrument, dan safety.

b.

Divisi Production
Bertanggung jawab untuk mengawasi dan menjalankan proses,
proses kontrol, dan lingkungan.

c.

Divisi gudang
Bertanggung jawab untuk mengawasi banyaknya bahan baku dan
produk yang dihasilkan.

2.4

Sistem kerja dan Layout pabrik

23

Gambar 2.1 Peta lokasi PT.Jawamanis Rafinasi


Nama Perusahaan

: PT JAWAMANIS RAFINASI

Alamat Perusahaan

:Jl.Raya Anyer KM 11 Ciwandan Cilegon

No Telp/Fax

: ( 0254 ) 605520 / 0605521.

Bidang Usaha

: Industri rafinasi gula

No NPWP

: 01. 565. 312. 4 401. 001

No Izin Usaha Industri

: 235 / T INDUSTRI / 2002 TANGGAL 28


AGUSTUS 2002.

Status Penanaman Modal Asing

: PMA ( ENANAMAN MODAL ASING )

SP / SP Perubahannya

: 11/ I /PMDA / 2000 TGL 19 JANUARI


2000 54 / V PMA / 2001 TGL 22 MEI
2001

Akte pendirian dan perubahan


( Nama Notaris, NO dan tanggal )

: Ny. Anne Meyanne Alwie. SH


31 Januari 2002

No.siup

: 2. 163 / 09 04 / PB / IX / 99

No TDP

: 090315130160

Luas Lahan

: 85.740 M

Jumlah Tenaga Kerja

: 457 orang

Jumlah Shift

: 3 ( tiga ) shift
24

Peraturan jam kerja pada karyawan PT. JAWAMANIS RAFINASI yang


dibagi menjadi dua bagian, yaitu karyawan shift dan karyawan reguler.
1. Jam kerja shift dilakukan secara bergilir, berlaku bagi karyawan yang
terlibat langsung dalam kegiatan produksi dan pengamanan pabrik.
Jam kerja shift yaitu:
Shift I (pagi)

: 07.00 - 15.00 WIB

Shift II (Siang)

: 15.00 - 23.00 WIB

Shift III (Malam)

: 23.00 - 07.00 WIB

Karyawan shift terbagi atas empat kelompok yaitu A, B, C, dan D.


dimana jadwal kerja dari masing-masing kelompok adalah bekerja selam 3
hari berturut-turut pada shift yang sama dan setelah itu bergeser ke shift
berikutnya untuk 3 hari selanjutnya. Pergantian antar pergeseran shift,
setiap kelompok akan mendapat libur selama 1 hari.
2. Untuk jam nonsif berlaku bagi karyawan yang tidak terlibat langsung dalam
kegiatan produksi dan keamanan pabrik. Jam kerja ini berlaku bagi tingkat
staf ke atas. Jadwal kerja jam reguler adalah sebagai berikut:

Senin-Jumat : pukul 07.00-17.00 WIB

Istirahat

: pukul 12.00-13.00 WIB

Sabtu dan Minggu : libur

BAB III

25

TEKNOLOGI PROSES
Gula rafinasi adalah gula yang dimurnikan kembali

dari raw sugar

sehingga diperoleh gula dengan kualitas yang lebih baik. Sedangkan menurut SNI,
gula rafinasi adalah sukrosa yang diproduksi dengan tahapan proses pengolahan
gula kristal mentah (GKM) yang meliputi delapan tahap pengolahan (afinasi,
pelarutan kembali, klarifikasi, dekolorisasi, kristalisasi, pugalisasi, pengeringan,
dan pengemasan).

AFINASI

FUGALISASI

PENGERINGAN

KLARIFIKASI

FILTRASI

KRISTALISASI

DEKOLORISASI

GULA KRISTAL RAFINASI

Gambar 3.1 Alur proses pembuatan gula rafinasi


Gula rafinasi di Indonesia berkembang karena adanya tututan bahwa
dalam proses industri, bahan baku yang digunakan harus memenuhi standar baku
kesehatan masyarakat. Hal ini mewajibkan kepada setiap industri yang ada di
Indonesia untuk menggunakan bahan baku yang benar-benar bersih dan
diusahakan agar kandungan logam berbahya atau yang lainnya masih berada di
dalam batas toleransi kesehatan dengan jumlah minimal. Oleh sebab itu, gula
rafinasi ini hanya diperuntukkan bagi industri saja, sedangkan untuk konsumsi
masyarakat hanya menggunakan gula putih pada umumnya.
Proses pembutan gula rafinasi secara umum terbagi menjadi delapan tahap, yaitu
afinasi, pelarutan kembali, klarifikasi, dekolorisasi, kristalisasi, pugalisasi,
pengeringan, dan pengemasan. Masing-masing tahap akan dijelaskan sebagai
berikut

26

Proses pada PT. Jawamanis Rafinasi

Gambar 3.2 Proses Pembuatan Gula Rafinasi

3.1. Pengolahan Produk Gula Rafinasi


Kata rafinasi berasal dari bahasa inggris yaitu refenery yang artinya
menyaring, menyuling, dan membersihkan.Gula rafinasi adalah gula yang
mempunyai kualitas kemurnian yang tinggi.
Dalam proses pengolahan gula rafinasi ini sifatnya adalah kontinyu
dengan bahan baku raw sugar. Perusahaan ini mempunyai kapasitas 500 ton/hari,
proses produksi terdiri dari beberapa tahap adalah: affinasi,karbonatasi, filtrasi,
penukar ion atau resin( Ion Exchanger Resin), evaporasi, kristalisasi, centrifugal,
drying and cooling dan packing.. Secara garis besar dapat diuraikan menjadi
stasiun sebagai berikut .

Tahap tahap proses produksi gula rafinasi:


27

a. Penanganan Raw Sugar


Raw sugar adalah gula setengah jadi berwarna coklat dan beraroma kuat.
Raw Sugar dibongkar dari bulk vessel kemudian dibawa dengan drum truk
menuju pabrik, setelah ditimbang di weightbridge raw sugar dilewatkan pada Belt
Conveyor menuju SILO yang akan membawa raw sugar ke gedung proses. Raw
sugar disimpan di penampungan yaitu di raw sugar tank kemudian dipindahkan
kemesin mixer yaitu dimana raw sugar dicampur dengan sirup yang disebut green
molasess. Fungsi dari green molasess yaitu untuk mengikat kotoran yang
menempel pada raw sugar. Hasil dari proses pencampuran ini akan menghasilkan
affinasi mamga. Raw sugar disimpan di dalam gudang penyimpanan yang diberi
nama silo dengan menggunakan mesin shovel ke dalam keranjang elevator
sebelum dimasukkan ke bagian produksi. Semua gula yang memasuki proses
produksi harus ditimbang dengan teliti terlebih dahulu untuk memperhitungkan
persen konversi yang akan dihasilkan dari raw sugar hingga mejadi gula rafinasi.
b. Affinasi
Proses afinasi terdiri atas mixer-U, magma panas, sentrifugal, dan lelehan gula.
Pada mixer-U, raw sugar diaduk dengan sedikit air sebelum ditransfer ke mingler
untuk dipanaskan perlahan. Pada proses ini terjadi penghilangan warna pengotor
pada permukaan kristal raw sugar dan membuatnya mudah untuk dipindahkan ke
dalam sentrifugal dengan kecepatan tinggi. Cairan yang dihasilkan (disebut
molases) dipindahkan dari proses dan dijual sebagai produk samping, sementara
kristal gula dilelehkan dan dilarutkan ke dalam air hingga kekentalannya 60-65
derajat.
Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan
pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses
yang dinamakan dengan afinasi. Tujuan afinasi adalah mencuci kristal GKM (raw
sugar) agar lapisan molases yang melapisi kristal berkurang sehingga warnanya
semakin ringan atau warna ICUMSA lebih kecil. Pencucian dilakukan dalam
mesin sentrifugal yaitu setelah GKM dicampur dengan sirup menjadi magma.
Kristal yang telah dicuci dilebur dengan mencampur dengan air atau sweet water

28

menghasilkan leburan(liquor) dengan brix sekitar 65.Gula kasar dicampur dengan


sirup kental(konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi
dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi hanya
sekeliling

cairan(coklat).

Campuran

hasil(magma)

di-sentrifugasi

untuk

memisahkan kristal dari sirup sehingga kotoran dapat dipisahkan dari gula dan
dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan sebelum proses karbonatasi.
Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung
berbagai zat warna, partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan
gula lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari proses. Hasil dari proses
affinasi ini adalah affinasi mamga dan affinasi sugar. Afinasi pada proses produksi
gula rafinasi ini bertujuan untuk menghilangkan pengotor-pengotor dan molase
yang ada pada permukaan kristal dengan cara mencuci kristal sehingga warna
yang diperoleh lebih bening dan warna ICUMSA-nya lebih kecil. Sebelumnya,
kristal gula mentah ini dicampur dengan sirup sehingga membentuk cairan yang
jenuh kemudian dilakukan pencucian kristal di dalam mesin sentrifugasi. Setelah
itu, sirup dan kristal gula dipisahkan dengan cara sentrifugasi pada kecepatan
tinggi. Kristal yang diperoleh selanjutnya dicuci dengan air panas dan dilebur
dengan air manis. Pada proses ini, penurunan intensitas warna yang terjadi sekita
30-50% sehingga warna kristal sekarang yang dihasilkan lebih jernih dan tidak
banyak mengandung pengotor.

29

Gambar 3.3 Perangkat Proses Afinasi pada PT. Jawamanis Rafinasi

(Sumber : slide presentasi Bapak Arimulyo Nugroho (Jumat, 13 Maret 2009))

c. Karbonatasi
Gula terlarut dari melter direaksikan pada kondisi yang diatur pH dan
temperaturnya dengan susu kapur (CaO) dan karbon dioksida (CO 2) untuk
membentuk endapan kalsium karbonat (CaCO3). Pada reaksi ini, pengotor raw
sugar akan diendapkan bersama dengan kalsium karbonat sehingga dapat
dipisahkan dengan mudah melalui proses filtrasi.
Karbonatasi adalah proses Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula
berikutnya bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang
menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen warna juga
akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan dengan
karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime
[ kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas
karbondioksida ke dalam campuran tersebut.
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O
Gas karbondioksida ini berasal dari proses pembakaran gas metan dimana terjadi
reaksi sebagai berikut : CH4 + O2 CO2 + H2O. Gas karbondioksida akan
bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel kristal halus berupa kalsium
karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan.
Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan pengawasan
yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Fungsi dari penambahan lime dossage
yaitu untuk mengabsobrsi koloid pengotor, suspensi tersebut kemudian disaring
sehingga menghasilkan filtrat yang disebut filtrat liquor. Hasil dari proses ini yaitu
susu carbonat (carbonator). Karbonatasi merupakan salah satu cara untuk
mengikat pengotor yang larut di dalam larutan kristal gula dengan melakukan

30

penambahan karbonat ke dalam reaktornya. Cara yang paling menguntungkan dari


proses karbonatasi ini adalah dengan mengolah kembali karbon dioksida yang
dihasilkan pada cerobong ketel yang sudah dimurnikan melaui scrubber dengan
kalsium oksida sehingga menghasilkan kalsium karbonat yang dapat mengikat
pegotor di dalam larutan.

Gambar 3.4 Karbonator dalam Industri PT. Jawamanis Rafinasi

Dari proses ini, karbon dioksida yang dihasilkan diolah kembali sehingga dapat
meminimalisir kadar pencemar di udara yang dapat mempertebal lapisan CO 2 di
atmosfer. CO2 yang diperoleh harus di-filter terlebih dahulu untuk menghilangkan
gas lainnya yang ikut tercampur di dalam campuran gas CO 2 tersebut. Selanjutnya
CO2 yang sudah tidak terlalu banyak mengandung pengotor gas lain direaksikan
dengan kalsium oksida sehingga membentuk kalsium karbonat.
Secara umum, proses karbonatasi yang terjadi melaui dua tahap, yaitu
pembubuhan kapur sebanyak 0.5% brix dengan pengaliran CO2 yang jumlahnya
sebanding dengan jumlah kapur yang ditambahkan. Selanjutnya karbonator akhir
yang dialiri dengan CO2 berfungsi untuk menyempurnakan pengikatan kotoran
dan pH akhir mencapai 8.3. Setelah itu, larutan disaring dengan penyaring
bertekanan untuk memperoleh filtratnya. Proses karbonatasi ini banyak
dikembangkan pada industri gula rafinasi di Indonesia.

31

d. Filtrasi
Filtrasi adalah proses untuk memisahkan antara endapan dan filtrat yang bersih
dalam carbonated liquor. Dalam proses filtrasi ini dihasilkan beberapa produk
seperti leaf filtrat, filter cake dan sweet water. Dalam proses filtrasi ini carbonator
di filtrasi dalam rotary filter dengan penambahan hot water maka akan dihasilkan
leaf filtrat. Leaf filtart ialah filtrat yang bersih.
Kemudian sisa ( mud ) dari proses filtrasi ini diproses lanjut dalam mesin
filter press dan mengahasilkan sweet water. Sisa dari proses filter press ini disebut
filter cake. Sweet water yang dihasilkan kemudian digunakan sebagai bahan
pembantu dalam proses centrifugal.
e.Ion Exchanger Resin ( Resin Penukar Ion )
Penukar ion adalah proses penangkapan ion warna yang ada dalam leaf
filtrat hingga diperoleh fine liquor. Filtrat liquor selanjutnya dilewatkan pada resin
penukar ion dimana dalam proses ini terjadi pembersihan dari zat pengotor
berwarna.
Cairan dari proses dekolorisasi selanjutnyaq dilewatkan pada falling film
evaporator untuk dipekatkan.
f. Evaporasi
Evaporasi adalah proses penguapan air dalam fine liqour yang dilakukan
secara bertahap agar diperoleh konsentrasi atau kekentalan yang lebih tinggi yang
disebut thick liquor.

g. Kristalisasi

32

Setelah tahap dekolorisasi dan evaporasi ini, kemudian larutan gula


berkonsentrasi tinggi ini melalui suatu tahap yang dinamakan kristalisasi
(crystallization). Pada tahap ini larutan gula yang sebelumnya telah dipekatkan,
dipanaskan kembali. Timbul kekhawatiran dalam proses ini, mengingat bahwa
sukrosa sendiri akan rusak pada suhu sekitar 70 oC. Oleh karena itu, pemanasan
larutan gula berkonsentrasi tinggi ini dilakukan di dalam suatu vessel yang vakum
sehingga diharapkan pada tekanan yang rendah ini, titik didih larutan menurun
menjadi begitu rendah sehingga tidak mencapai suhu 70oC, sehingga sukrosa yang
terkandung di dalam larutan tidak rusak. Setelah itu, ke dalam larutan gula
tersebut ditambahkan kristal-kristal gula yang bagus, sehingga diharapkan dapat
memancing terjadinya kristalisasi dari larutan gula yang telah mencapai
konsentrasi yang sangat jenuh tersebut. Penambahan lebih banyak larutan gula
dapat membuat proses ini dapat menghasilkan kristal-kristal gula yang memiliki
ukuran yang diinginkan.
Larutan yang dihasilkan dari proses dekolorisasi ini dipekatkan dengan
pemanasan di dalam wadah vakum (65 mmHg, T = 70-80 oC) dan benih kristal
dimasukkan ke dalamnya. Kristal ini akan tumbuh dengan menjadikan larutan
dalam kondisi sangat jenuh sehingga kristal yang terbentuk banyak. Ketika kristal
yang ditumbuhkan sudah mencapai ukuran tertentu, campuran sirup dengan kristal
gula ini kemudian dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Kristal gula yang
diperoleh pada tahap ini merupakan kristal gula rafinasi tipe I. Sirup yang
dihasilkan dari pemisahan ini kemudian dipanaskan kembali untuk mengekstraksi
gula yang lebih banyak. Tahap ini kembali berulang seperti pada tahap yang
pertama, tetapi kristal gula rafinasi yang dihasilkan akan masuk kategori kristal
gula rafinasi tipe II, dan seterusnya.
Kristalisasi adalah proses pengkristralan gula ( sukrosa ) pada thick liquor pada
pan kristralisasi dilakukan bertingkat untuk mendapatkan kristal sebanyak
banyaknya dan menekan kehilangan gula dalam final molasses sekecil kecilnya.
Hasil dari proses kritalisasi disebut mascuite, dengan cara:

33

Cairan pekat dari proses evaporasi pada proses dsebelumnya selanjutnya


dipekatkan lebih lanjut hingga terbentuk kristal gula rafinasi dalam vakum pan.
Setelah kristal mencapai ukuran yang diinginkan, proses kristalisasi dihentikan.
h. Pemutaran Dryer and Coller
Setelah tahap purging selesai, dan pada akhirnya dihasilkan dua jenis
kristal gula rafinasi yang telah memenuhi standar-standar tertentu sebagai kristal
gula rafinasi kualitas pertama dan kedua menurut Standar Nasional Indonesia
(SNI), kristal-kristal ini kemudian harus melalui tahap drying and cooling. Pada
tahap drying and cooling ini gula rafinasi dikeringkan menggunakan udara panas.
Mungkin tahap ini sama konsepnya seperti penggunaan hair dryer, hanya saja
perbedaannya terletak pada tempat pengeringan gula rafinasi ini yang tertutup dan
biasa disebut rotary dryer. Setelah melalui proses pengeringan menggunakan
udara panas ketika dilewatkan di dalam rotary dryer, kristal gula rafinasi tersebut
kemudian didinginkan di dalam suatu alat bernama rotary cooler.
Pemutaran (curring) merupakan bagian dalam tahap preoses gula rafinasi
pemutaran dilaksanakan dalam centrifugal untuk memisahkan antara kristal dan
larutan. Kristal gula rafinasi hasil sentrifugasi selanjutnya dikeringakan dalam
rotary dryer yang dialiri uadara panas. Lalu kristal gula rafinasi didinginkan dalam
rotary cooler.
Pengeringan (Drying) adalah proses pemisahan air dari zat padat dengan
memberikan panas yang cukup untuk menguapkan air yang masih menempel pada
gula. Gula yang dikeringkan tidak bolehdikeringkan pada suhu tinggi harus
dilakukan pendinginan terlebih dahulu. Oleh karena itu pengeringan diikuti
dengan pendinginan. Pada pendinginan
udara yang dingin atau udara yang luar dihembuskan melewati lapisan gula untuk
memisahkan air yang tidak terikat dan mendinginkan pada suhu yang mendekati
udara luar.
i.Packing (Pengepakan)

34

Setelah diperoleh kristal gula yang sudah murni (kualitas tinggi), tahap
selanjutnya adalah melakukan pengemasan gula yang sesuai dengan keperluan
industri. Biasanya gula ini dikemas dalam wadah 50 kilogram.
Gula rafinasi yang boleh diperjualbelikan di industri hanya gula rafinasi tipe I dan
II saja. Sedangkan gula rafinasi hasil penyaringan yang ketiga tidak boleh
diperjualbelikan untuk industri makanan seperti susu dan lain-lain. Biasanya hasil
penyaringan yang ketiga ini dijual kepada industri-industri kecil yang tidak terlalu
memerlukan kemurnian yang tinggi dalam produk olahannya (seperti industri
minuman berwarna yang tidak menuntut kejernihan sirup hasil olahannya).
Pada industri gula rafinasi ini, limbah yang dihasilkan sangat sedikit. Produksi
limbah yang sedikit ini disebabkan oleh pada sistem produksi gula rafinasi
tersebut. Proses yang terjadi dilakukan secara siklus dan berulang sehingga setiap
sisa larutan kristal gula yang diperoleh, dapat dilakukan pengkristalan ulang
kembali sehingga pada akhirnya jumlah limbah yang dihasilkan sangat sedikit.
Hal ini berarti bahwa efesiensi dari industri gula rafinasi ini sangat tinggi dan
sangat menguntungkan di dalam proses industri. Disamping itu limbah ini dapat
dimanfaatkan lebih lanjut. Limbah dari industri gula rafinasi ini digunakan dalam
pembuatan MSG, gula tetes tebu (menjadi etanol), dan lain-lain. Limbah yang
dihasilkan berupa malose, larutan gula yang sudah tidak dapat dikristalkan
kembali ini dapat dikonversi menjadi etanol melalui dua proses, yaitu fermentasi
dan penyulingan. Proses fermentasi dilakukan dengan bantuan Sacharomyeces
cerevicae. Setelah difermentasikan, larutan ini dimurnikan dengan cara distilasi
sehingga dapat diperoleh etanol dalam jumlah yang banyak. Seandainya saja
petani tebu Indonesia ini mampu menyediakan raw sugar dalam jumlah yang
besar maka untuk konsumsi gula langsung masyarakat indonesia dapat berasal
dari gula rafinasi ini karena dengan kualitas gula yang bagus, harga yang harus
dibayarkan pun tidak terlau mahal.
Pengepakan adalah proses pengemasan gula produk yang diperoleh dari gula
rafinasi yang telah kering selanjutnya diayak untuk memisahkan ukuran kristal
yang diinginkan.

35

Kristal gula rafinasi hasil pengayakan selanjutnya ditampng dalam sugar


bin untuk selanjutnya ditimbang dan dikemas dalam karung dengan berat 50 kg
atau 1 ton.
Pengepakan dibagi menjadi dua jenis kualitas produk, yaitu : R1 dikemas dengan
cap tebu merah, R2 dicap dengan tebu hijau.Hasil pengemasan disimpan dalam
gedung produksi. Tahap produksi gula rafinasi tidak hanya berhenti disini, satu
tahap lagi kurang untuk melengkapi keseluruhan tahap produksi. Tahap ini adalah
tahap sieving and bagging. Tahap ini sangat penting untuk semua jenis produksi
barang, karena jika tidak dilakukan tentu saja barang hasil produksi tersebut tidak
dapat didistribusikan ke konsumen. Pada tahap sieving and bagging ini, gula
yang telah dikeringkan dan didinginkan pada tahap sebelumnya yaitu tahap
drying and cooling dipisahkan menurut ukurannya dengan melewatkan gula
rafinasi kering tersebut ke suatu jenis alat semacam saringan. Hal ini dilakukan
agar gula yng kemudian akan didistribusikan ke konsumen telah sesuai dengan
standar tertentu dan ukurannya sama secara keseluruhan. Setelah disaring
menggunakan saringan (sieve), gula rafinasi tersebut di-packing ke dalam
kantung-kantung yang dikhususkan sesuai brand-nya berdasarkan ukuran-ukuran
tertentu, misalnya kantung ukuran 50 kilogram hingga kantung ukuran satu Ton.
Proses ini ditentukan oleh pesanan yang diminta konsumen, karena kebutuhan
konsumen berbeda-beda baik dari segi kualitas maupun ukuran pengepakannya.

36

Gambar 3.5 proses pengepakan gula PT.Jawamanis Rafinasi


Parameter Analisa Gula Produk
Dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
Nomor 527/MPP/Kep/9/2004 tentang Ketentuan Impor Gula Pasal 1, produk gula
di Indonesia dikategorikan ke dalam tiga jenis, yaitu:
1. Raw sugar (gula kristal mentah [GKM]), diproduksi langsung dari tebu
dengan proses defikasi;
2. Refined sugar (gula kristal rafinasi [GKR]), diproduksi dari kilang refinery
menggunakan bahan baku GKM;
3. Plantation white sugar (gula kristal putih [GKP]), berasal dari bit dan tebu
dengan proses karbonatasi atau sulfatasi.
Untuk menjamin kualitas produk gula yang beredar di Indonesia, harus dilakukan
penjaminan kualitas terhadap GKM, GKR, dan GKP sebagai bentuk perlindungan
terhadap konsumen dalam bentuk standarisasi gula pada beberapa parameter.
Sejak tahun 2000, standarisasi mutu produk gula didasarkan pada SNI yang masih
bersifat sukarela. Namun pada tanggal 5 Januari 2002 diwajibkan penerapan SNI
01-3140-2001 GKM yang berisi tentang mutu GKM dan pernyataan bahwa GKM
sebagai bahan mentah yang harus diolah lebih lanjut dan tidak dapat dikonsumsi
langsung oleh masyarakat.

37

Kewajiban penerapan SNI diberlakukan untuk gula impor maupun produk dalam
negeri dan harus dilakukan pengawasan langsung karena masih banyak produk
GKM dalam negeri yang sulit dibedakan dengan GKM impor. Oleh karena itu,
untuk memperlancar pengawasan kualitas agar sesuai dengan SNI diperlukan
Laboratorium Penguji Mutu (LPM) yang kompeten.
Gula Kristal mentah yang digunakan sesuai SNI 01-3140.1-2001 merupakan gula
setengah jadi yang dibuat dari tebu melalui proses defikasi dan tidak dapat
langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Karena pabrik-pabrik gula di Indonesia
kebanyakan dibangun pada masa kolonial Belanda, proses produksi yang ada
tidak sesuai untuk pengolahan Gula Kristal Mentah sehingga untuk memenuhi
kebutuhan di dalam negeri harus dilakukan impor GKM dalam jumlah yang besar.
Impor GKM yang dilakukan harus memiliki stadarisasi mutu baku sesuai dengan
SNI agar tidak merugikan konsumen. Standar baku untuk GKM meliputi warna
larutan, polarisasi, kadar abu, dan penyusutan.
Tabel 3.1 Syarat Mutu Gula Kristal Mentah (PT.Jawamanis Rafinasi,2011)
No.
1.
2.
3.
4.

Kriteria Uji
Warna Larutan
Polarisasi
Kadar Abu
Penyusutan

Satuan
IU
o
Z
%b/b
%b/b

Persyaratan
Minimal 600
Minimal 95
Maksimal 0.5
Maksimal 0.5

Syarat mutu GKM tersebut harus dipenuhi untuk selanjutnya diproses sebagai
bahan baku gula rafinasi. Beberapa parameter yang harus dipenuhi oleh produk
gula rafinasi tipe I dan II berdasarkan data SNI 01-3140.2-2006 :

Tabel 3.2 Parameter Gula Kristal Rafinasi

38

Names of the
product

R1 GRADE SUGAR

R2 GRADE SUGAR

Characteristics :
Polarisation

99.8 oZ min

99.8 oZ min

Invert Sugar

0.04 % max

0.04 % max

Grain Size

0.400 0.600 mm

0.400 0.600 mm

Colour

35 ICUMSA Unit
max

80 ICUMSA Unit max

0.05 % max

0.05 % max

0.02 % max

0.05 % max

7 ppm

10ppm

Moisture
Ash
Sediment
How is the
product tobe
used?

Granulated sweeteners

Type of packages

50 kg bags ; Polypropylene bags with plastic liner

Length of shelflife

2 year; in cool, dry conditions

Intended use
Labeling
instruction

Raw ingredient for industries; Direct consumption


Not necessary for the safety of the product

Semua parameter di atas harus dapat dipenuhi oleh produk gula rafinasi agar dapat
diperjualbelikan dan diterima oleh konsumen industri.
39

3.2.Utility dan Waste Treatment


Air merupakan salah satu bahan utama dalam proses produksi. Kualitas air
yang buruk akan memberikan dampak

buruk secara signifikan, baik secara

langsung maupun dampak karena terakumulasi untuk periode yang lama.


Untuk penggunaan diproses produksi gula, persyaratan kualitas air yang
baik mutlak diperlukan terutama untuk penggunaan air yang langsung kontak
dengan bahan bahan proses produksi. Kualitas air menjadi sangat penting dan
vital terutama untuk pemanfaatan air sebagai air umpan boiler ( boiler feed
water).
Penekanan tujuan pengolahan air adalah untuk mendapatkan kulaitas air
yang baik, sehingga tidak memberikan dampak yang buruk terhadap kualitas
produk dan peralatan yang menggunakan air dalam prosesnya. Secara garis besar
terdapat dua pemanfaatan air dalam skala besar yang saling berkaitan.
1. Pengolahan air untuk proses produksi.
Air diolah dengan menggunakan metode pengolahan external.
2. Pengolahan air untuk air umpan boiler.
Pengolahan air dilakukan dengan metode internal dan external water
treatment.
Pengolahan air untuk proses produksi.
Pemanfaatan air untuk proses produksi sebagian besar digunakan untuk
pembuatan hot water yang selanjutnya digunakan untuk mendukung kegiatan
proses produksi seperti, pengencer pada proses melting, mingling, flushing
peralatan dll. Untuk pemanfaatan tersebut diatas, pengolahan air yang dilakukan
dalam beberapa tahap sbb:

1. Pengendapan
Air ditampung dalam raw water pond untuk dilakukan pengendapan
suspensi padatan tak terlarut.

40

2.

Pemberian kaporit untuk memperoleh kualitas air yang jernih dan


mempercepat proses pengendapan kotoran.

3. Air dipompa ke unit sand filter untuk memaksimalkan pembebasan air dari
padatan tidak terlarut. Air inilah yang selanjutnya digunakan untuk
keperluan pendukung proses produksi, kecuali pemanfaatan untuk proses
di Ion Exchanger Resin, air yang digunakan merupakan air

proses

pengolahan pada demineralizer plant.


.

Pengolahan Air Boiler


Memproduksi steam yang berkualitas tergantung pada pengolahan air yang
benar untuk mengendalikan kemurnian steam, endapan dan korosi. Sebuah boiler
merupakan bagian dari sistim boiler, yang menerima semua bahan pencemar dari
sistim didepannya. Kinerja boiler, efisiensi, dan umur layanan merupakan hasil
langsung dari pemilihan dan pengendalian air umpan yang digunakan dalam
boiler.
Jika air umpan masuk ke boiler, kenaikan suhu dan tekanan menyebabkan
komponen air memiliki sifat yang berbeda. Hampir semua komponen dalam air
umpan dalam keadaan terlarut. Walau demikian, dibawah kondisi panas dan
tekanan, hampir seluruh komponen terlarut keluar dari larutan sebagai padatan
partikuat, kadang-kadang dalam bentuk Kristal dan pada waktu yang lain sebagai
bentuk amorph. Jika kelarutan komponen spesifik dalam air terlewati, maka akan
terjadi pembentukan kerak dan endapan. Air boiler harus cukup bebas dari
pembentukan endapan padat supaya terjadi perpindahan panas yang cepat dan
efisien dan harus tidak korosif terhadap logam boiler.
Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan steam . Air olahan yang disuplai ke boiler untuk dirubah
menjadi steam disebut sebagai air umpan atau bolier feed water. Dua sumber air
umpan adalah:

41

1. Kondensat ,air dari proses kondensasi


2. Air makeup ,diperoleh dengan mengolah raw water.
Metode pengolahan air umpan boiler dilakukan dengan 2 metode, sebagai berikut
:
1. Pengolahan diluar atau external water treatment.
Merupakan sistem pengolahan air umpan yang dilakukan diluar sistem
boiler, umumnya menggunakan metode demineralisasi.
2. Pengolahan internal atau internal water treatment.
Metode pengolahan yang dilangsungkan didalam sistem boiler dengan
menambahkan

senyawa

kimia

tertentu

sesuai

dengan

angka

kecenderungan kasus pentimpangan yang terjadi di boiler water. Boiler


water adalah istilah untuk menyebutkan air yang telah berada dalam
sistem boiler.
Pada table berikut dapat dilihat standar rekomendasi air umpan boiler
maupun boiler water mengacu ke rekomendasi batas air boiler ( IS-103921982- Spirax Sarco. Module 3 of Spirax Sarcos web based Learning
Centre )
Tabel3.3 Standar rekomendasi air umpan boiler (PT.Jawamanis Rafinasi, 2011)
Boiler pressure
TDS

20 Kg/cm 2
21 ~39 Kg /cm 2 40 ~59 KG/cm 2
3000 ~3500 1500~2500 ppm 500~1500 ppm

Hardness

ppm
500 ppm
1000

200 ppm
400

150 ppm
300

20 ~40 ppm
10 ~ 10,5
24 ppm

20~40 ppm
10 ~ 10,5
10 ppm

15~ 25 ppm
8 ~10,2

Conductivity
Specific at 250C (ohm)

Phospat
Ph
Silica (max)

Pengolahan Air External Metode Demineralizer.


Merupakan external water treatment, digunakan untuk membuang padatan
tersuspensi, padatan telarut (terutama ion kalsium dan magnesium yang
merupakan penyebab utama pembentukan kerak) dan gas- gas terlarut (oksigen

42

dan

karbon

dioksida).

PT.Jawamanis

Rafinasi

menggunakan

metode

demineralizer untuk mencukupi kebutuhan air yang digunakan sebagai air umpan
boiler dan pada proses decolorization yang berlangsung di Ion Exchanger Resin.

Gambar.3.6 Demineralizer Plant

Proses Demineralizer.
1. Raw water dipompa masuk ke tangki activated carbon filter.
2. Activated carbon filter.
Fungsi: Menyaring sisa oksidator yang terkandung didalam raw water
menggunakan media filter berupa carbon active ( media utama) dan gravel
( sebagai media pendukung ) agar tidak masuk ke cation & anion
exchanger

3. Cation Exchanger.
Fungsi: Menukar ion- ion positive dalam air dengan ion hydrogen dari
resin.
4. Degassifier.
Fungsi: Melepaskan kandungan karbon dioksida dalam air .
5. Anion Exchanger.

43

Fungsi: Menukar ion- ion positive dalam air dengan ion hidroksida dari
resin.

6. Mixed Bed Exchanger.


Fungsi: Bertindak sebagai polisher untuk memperoleh kualitas air yang
tinggi. Mixed bad berisi resin cation dan anion.
Kondisi operasional demineralisasi.
Demineralisasi merupakan penghilangan lengkap seluruh garam. Hal ini
dicapai dengan menggunakan resin kation, yang menukar kation dalam air
baku dengan ion hydrogen menghasilkan asam hidroklorida, asam sulfat dan asam
karbonat. Asam karbonat dihilangkan dalam menara degassing dimana udara
dihembuskan melalui air asam.
Berikutnya, air melewati resin anion, yang menukar anion dengan asam
mineral (misalnya asam sulfat) dan membentuk air. Regenerasi kation dan anion
perlu dilakukan pada jangka waktu tertentu dengan menggunakan asam mineral
dan soda kaustik.
Penghilangan lengkap silica dapat dicapai dengan pemilihan resin anion
yang benar. Proses pertukaran ion, jika diperlukan, dapat digunakan untuk
demineralisasi yang hampir total, seperti untuk boiler pembangkit tenaga listrik.
Pengolahan Air Internal Pada Boiler
Pengolahan internal adalah penambahan bahan kimia ke boiler untuk
mencegah pembentukan kerak. Senyawa pembentuk kerak diubah menjadi lumpur
yang mengalir bebas, yang dapat dibuang dengan blowdown.
Metode ini terbatas pada boiler dimana air umpan mengandung garam
sadah yang rendah, dengan tekanan rendah, kandungan TDS tinggi dalam boiler
dapat ditoleransi, dan jika jumlah airnya kecil. Jika kondisi tersebut tidak
terpenuhi maka laju blowdown yang tinggi diperlukan untuk membuang lumpur.
Pengolahan air hanya dengan pengolahan internal tidak direkomendasikan

44

Kerusakan Akibat Kualitas Air Yang Buruk


Kualitas air yang dihasilkan dari boiler sangat penting sekali terhadap
peralatan yang berkaitan, karena hal tersebut maka kualitas air diharapkan
menghasilkan kualitas yang baik untuk menghindari kerusakan alat. Ada beberapa
contoh kasus dari pengaruh kualitas air yang sangat buruk, antara lain :
1.

Pengerakan.
Kerak atau deposit kerak pada ketel disebabkan oleh terbentuknya endapan
dari air yang menempel pada permukaan pemindah panas oleh suspensi air
yang menempel pada permukaan logam menjadi keras dan lengket.

2. Korosi.
Korosi adalah kerusakan yang timbul pada logam yng disebabkan karena
terjadinya reaksi kimia antara permukaan logam dengan media
sekelilingnya.

Peristiwa

korosi

meningkat

dengan

meningkatnya

kosentrasi oksigen.
3. Keretakan Basa.
Keretakan basa disebakan oleh kandungan basa ( NaOH ) yang terdapat
dalam bagan penguapan.
Parameter Kontrol Kualitas Air Boiler
Berikut ini adalah parameter-parameter control kualitas feed water boiler
dan potensi masalah yang dapat terjadi oleh kondisi kualitas air yang buruk dan
kegagalan dalam proses water treatment.
a. Alkalinity: Alkaliniti berhubungan dengan pH air, Alkaliniti tidak besar
berarti pH air tinggi dan sebaliknya. Untuk itu alkaliniti air ketel harus
diatur sedemikian rupa sehingga pH air tidak terlalu rendah dan terlalu
tinggi. Karena pada pH rendah akan terjadi korosi dan pada pH tinggi
akan terjadi buih. Dibawah ini diberikan batas alkaliniti air ketel
berdasarkan tekanan uap
b. Kesadahan: Penentuan kesadahan dalam air ketel yaitu untuk dasar
perhitungan jumlah bahan kimia yang dibutuhkan pada internal treatment

45

(senyawa fosfat). Karena akibat kesadahan ini adalah terbentuknya kerak,


maka air ketel sebaliknya mempunyai kesadahan nol.
c. Oksigen terlarut: Penentuan oksigen terlarut diperlukan untuk dasar
perhitungan jumlah bahan kimia yang dibutuhkan pada internal
treatment. Adanya oksigen terlarut akan mengakibatkan terjadinya korosi,
untuk itu konsentrasinya harus dibatasi. Biasanya nilai dibatasi dibawah
0,02 mg/l dan untuk tekanan tinggi harus dibawah 0,005mg/l.
d.

Fosfat: Penentuan fosfat diperlukan untuk mengontrol pembentukan


kerak dan keretakan, sebagai contoh dalam pemakaian fosfat sebagai
internal treatment untuk mengontrol kerak, maka kelebihan sedikit
fosfat harus dipertahankan dalam ketel. Unuk mengontrol keretakan,
maka harus dijaga hubungan antara alkaliniti dan fosfat( ukuran pH)
sehingga tidak terjadi hidroksida bebas. Konsentrasi fosfat dalam air ketel
berkisar antara 30-60 ppm PO4.

e.

Khlorida: Hampir semua air mengandung garam khlorida, sehingga


konsentrasi garam khlorida dapat dipakai untuk memperkirakan
banyaknya zat padat terlarut dalam air. Pada PLTU, penguapan yang terus
menerus pada boiler akan mengakibatkan zat padat terlarut akan makin
banyak (konsentrasinya bertambah). Dengan mengontrol konsentrasi
khlorida dalam air ketel, maka dapat diperkirakan zat padat terlarutnya
dan selanjutnya dapat dilakukan blowdown untuk menguranginya.

f.

Hidrasin: Penentuan Hidrasin untuk mengontrol korosi dengan


mempertahankan konsentrasi hidrasin sedikit kelebihan dalam air ketel.

g. pH:

Pengukuran pH diperlukan untuk mengontrol korosi atau kerak.

Pada pH rendah akan terjadi korosi dan pada pH tinggi akan terjadi kerak.
Selain itu pH tinggi menimbulkan busa, sehingga akan menimbulkan
carry over.

46

h.

Konduktivity:

Konduktiviti

merupakan

kesanggupan

air

untuk

menghantarkan arus listrik. Dalam larutan, daya hantar listrik ini


disebabkan oleh adanya ion-ion sehingga dengan mengukur konduktiviti
dapat diketahui jumlah zat padat terlarut didalamnya. Kemurnian uap
dapat dilihat dengan mengukur konduktiviti kondensat yang merupakan
taksiran zat padat yang carry over sebagai uap tidak murni.
i.

Korosi karena CO2: Bikarbonat yang ada dalam feed water, bila
dipanaskan pada tekanan tertentu akan menghasilkan CO2. CO2 dengan
air membentuk H2CO3 yang bersifat asam. Asam ini bereaksi dengan Fe
dan logam lain membentuk Bikarbonat. Bikarbonat terurai dengan panas
dan mengeluarkan gas CO2. Gas ini bergabung dengan air membentuk
asam Bikarbonat. Siklus ini terbentuk Berulang Terus. Korosi juga
disebabkan karena : H2S: Hidrogen Sulfida SO2 : Sulfur Dioksida NH 3
: Amoniak

Tabel 3.4 Daily analisis boiler feed water ( PT.Jawamanis Rafinasi,2011 )


. Item

Unit

Standart boiler

1. pH

10.5-11.5

2. Conductivity

US/cm

< 3500

3. p-alkalinity

Mg/L as CaCO3

4. t-alkalinity

Mg/L as CaCO3

5. o-alkalinity

Mg/L as CaCO3

2.5 x silica

6. Ca- hardness

Mg/L as CaCO3

< 0.01

7. t- hardness

Mg/L as CaCO3

trace

8. chloride

< 300

9. silica

< 150

10. total iron


11. phosphate

20-40

12. sulphite

30-40

47

Tabel 3.5 Daily Form Water analysis (PT.Jawamanis Rafinasi,2011)


Sample
Raw water
Demin
water
Boiler Feed
water
Boiler
Water
Condensat
e tank

TD
S

Hardnes
s

PP

MO

Silic
a

Chlorid
e

68

10

44

27

31

8.7

10

0.11

12

7.1

461

108

180

P205

52

Sulphit
e

1.40

pH

Sugar
Content

8.1

11.0

7.1

Inj water in
Inj water
out

t 0C

37
40

Scruber

6.1

3.3.Kesehatan dan Keselamatan Kerja


PT. Jawamanis Rafinasi berkomitmen untuk menjamin kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan para pekerjanya melalui pengadaan bidang kerja
yang aman dan lingkungan kerja yang bersih. Persyaratan yang legal harus
dipenuhi oleh setiap pekerja dan harus berpartisipasi di dalam managemen
program house safety. Jam bebas kecelakaan kerja terus dimonitor dan dilaporkan
kepada pimpinan.
PT.Jawamanis Rafinasi sangat peduli terhadap lingkungan tempat segala
proses terjadi dan berkomitmen terhadap peningkatan yang berkelanjutan,
termasuk pemonitoran kinerja dan peninjauan ulang. Perusahaan akan mengikuti
segala peraturan yang telah dilegalkan untuk mencegah terjadinya polusi.
48

40

Perusahaan rafinasi menggunakan sistem power generation yang diproduksi oleh


steam dan listrik. Gas alam merupakan bahan bakar yang digunakan di boiler
untuk menghasilkan tekanan uap yang tinggi yang dapat menggerakkan alternator
elektrik generating turbo.

Uap gas

yang dikeluarkan dari alternator

turbo

digunakan kembali untuk proses steam yang dapat mengefisienkan bahan bakar
untuk proses yang ada. Efisiensi ini dapat mengurangi bahan bakar yang
digunakan secara keseluruhan dan dapat meminimalisir emisi yang dibuang ke
lingkungan. Listrik yang dihasilkan dari alternator turbo ini dapat memenuhi
keperluan listrik di pabrik.
Buangan kapur dari proses masih bernilai dan dapat digunakan untuk pertanian
dengan mengatur pH-nya. Disamping itu juga dapat digunakan pada pertanian
organik dan restorasi lahan coklat untuk membuat pH tanah menjadi lebih baik
dan sebagai penyedia nutrisi bagi tanaman.

49

BAB IV
TUGAS KHUSUS

4.1

Landasan Teori
PT. Jawamanis Rafinasi juga melakukan semua prosedur yang telah

ditetapkan oleh pemerintah, limbah yang dihasilkan oleh pabrik ini sebelum
dibuang, harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu, baik berupa limbah
cair, padat maupun gas.
Dalam proses produksi, setidaknya terdapat tiga macam limbah dengan
volume yang sigifikan dan mensyaratkan dilakukan pengendalian dan pengolahan
sehingga memenuhi standar baku mutu sesuai regulasi pemerintah yang
dikeluarkan dan ditetapkan oleh Dinas Lingkungan Hidup yaitu:
1. Limbah padat
Limbah padat PT.Jawamanis Rafinasi diperoleh dari hasil proses pada
filter press, hasil dari proses filter press tersebut berupa sweet water dan filter
cake (blotong). Sweet water dapat digunakan kembali dalam proses produksi,
sementara filter cake (blotong) merupakan ampas yang tidak dapat digunakan
dalam proses produksi. Blotong ini akan dibuang langsung ketempat
pembuangan sampah (TPS) didaerah Ciwedus, Cilegon.
2. Limbah Cair

50

Limbah cair yang dihasilkan PT. Jawamanis Rafinasi merupakan limbah


organik dan bukan limbah B3 ( bahan beracun dan berbahaya ). Limbah cair
ini diperoleh dari hasil proses produksi gula rafinasi dan dapat diolah lebih
lanjut di IPAL ( Instalasi pengolahan Air Limbah ) dengan cara mendegradasi
senyawa-senyawa organik yang terkandung dalam limbah cair tersebut.
3. Limbah Gas
Limbah gas dihasilkan oleh proses pembakaran yang berlangsung di boiler
serta unit diesel generator berupa gas C02. Dengan penggunaan gas sebagai
bahan bakar utama boiler, potensi polutan berupa debu dan terutama Gas C0 2
dapat diminimalkan.
4. Limbah Debu
Proses drying and cooling serta screening menghasilkan debu gula dengan
kepadatan yang cukup tinggi jika tidak dilakukan penanganan secara benar.
Penanganan jenis limbah ini menggunakan unit dust catcher.
Tujuan dari pengelolaan limbah lingkungan hidup adalah :
1. Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungannya
sebagian dari penciptaan manusia Indonesia seutuhnya.
2. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya yang bijaksana.
3. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan
generasi sekarang dan mendatang.
4. Mempertahankan biota lingkungan hidup agar terhindar dari kerusakan
`lingkungan.
4.1.1 Penanganan dan Pengolahan Limbah Cair.
Pokok bahasan akan difokuskan pada penanganan limbah cair, karena
dampak yang ditimbulkan sangat besar jika tidak dilakukan penanganan secara
benar disamping juga volume limbah yang dihasilkan juga besar. Parameter yang
umum dipakai untuk menentukan kadar pencemaran limbah buangan pabrik gula
adalah :
1

Secara fisika.
a. Temperatur

51

b. Jumlah padatan terlarut.


c. Padatan tersuspensi.
d. Zat yang terendap.
2

Secara kimia.
a. pH.
b. Ammoniak
c. Nitrat
d. Nitrit
e. BOD (Biochemical Oxygen Demend).
f. COD (Chemical Oxygen Demend).
Proses pengeloalaan dan penanganan limbah cair dilakukan pada stasiun

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Proses pengolahan limbah cair pada PT.
Jawa Manis Rafinasi ini diproses melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Screening
Berfungsi sebagai alat untuk menangkap kotoran-kotoran yang
ukurannya besar, agar pompa tidak cepat rusak dan operasional wwtp
(waste water treatment proses) maksimal.
2. Bak Feeding
Berfungsi untuk menampung dan mengalirkan influent ke bak
pengendapan pendahuluan sehingga aliran lebih konstan. Bak feeder ini
merupakan awal masuknya air limbah ke IPAL maka perlu pengawasan
parameter diantaranya pH, Temperature, TDS, COD, BOD, Minyak dan
TSS
3. Bak Pengendap Pendahuluan
Berfungsi untuk memisahkan partikel dengan cairan secara gravitasi
berdasarkan berat jenisnya. Alat pengendap di IPAL saat ini pada prinsip
kerjanya memiliki 3 bagian daerah :
1. Daerah pemasukan (inlet zone )
Pada daerah ini diharapkan air limbah dapat disebarkan
secara merata dan tidak menimbulkan turbulensi didaerah
pengendapan. Zone inlet ini bisa juga untuk chemical reaction jika

52

ditemukan parameter yang bisa mengganggu kelancaran pada


proses berikutnya diantaranya adjust pH.
2. Daerah pengendapan (settling zone )
Pada daerah ini diharapkan partikel mengendap dengan
kecepatan sama. Kecepatan air juga dibuat sama dan konstan pada
setiap titik sehingga memungkinkan partikel mengendap karena
gaya gravitasi. Air yang terpisah dengan partikel pengendap
dikumpulkan melalui saluran yang ada diatas dialirkan kedaerah
zone inlet dan endapan dikumpulkan dibawahnya.
3. Daerah pengeluaran (outlet zone )
Air yang sudah dipisahkan dengan partikel pengendap
ditampung di zone outlet yang dialirkan ke bak equalisasi.
4. Bak Equalisasi dan Bak stabilizer
Berfungsi untuk meratakan fluktuasi flow dan konsentrasi polutan.
Supaya proses pengolahan air limbah dapat berjalan dengan stabil baik
kualitas maupun kuantitasnya. Pada bak ekualisasi juga harus dilengkapi
dengan pengaduk, dengan cara pemberian udara lewat diffuser atau dapat
menggunakan aerator supaya air limbah dapat tercampur dengan baik dan
untuk menghindari terjadinya fase anaerob. Adanya supplai O2 maka
bakteri aerob dapat tumbuh dan membantu menguraikan bahan organic
yang ada dalam air limbah. Agar opersional berjalan dengan baik maka
perlu pengawasan parameter diantaranya pH, temperature, TSS/TDS dan
SV
5. Bak Aerasi I
Berfungsi sebagai tempat penguraian zatzat

polutan yang

terdapat dalam limbah cair secara biologiaerob oleh mikro organisme.


Pada dasarnya senyawa organic yang terkandung dalam air limbah akan
diuraikan atau dirombak oleh bakteri menjadi materi sel baru.
Proses ini berlangsung dalam kondisi cukup oksigen yang disuplai
dari blower dengan kecepatan 10 m3/menit lewat diffuser atau aerator.

53

Penambahan oksigen ini berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan


bakteri aerob.
Waktu yang diperlukan agar bakteri dapat tumbuh adalah sekitar 40
hari. Agar operasional berjalan dengan baik maka perlu pengawasan
parameter supaya mikro organisme tetap tumbuh dan berkembang secara
baik. Pengawasan parameter diantaranya pH, temperature, TSS/TDS dan
SV. Bakteri ini berfungsi untuk menyerap sari gula yang kadar
kemanisannya telah berkurang.
6. Bak aerasi 2
Berfungsi untuk mengembangkan bakteri yang sudah tumbuh pada
bak aerasi 1 dengan cara menambahkan / mengalirkan udara (oksigen)
dari blower pada bagian bawah bak aerasi 1. kemudian air akan dialirkan
kedalam bak pengendap 2.
7. Bak Pengendapan II
Berfungsi untuk memisahkan endapan bakteri dengan effluent yang
terdapat di dalam sludge secara grafitasi, sludge yang dihasilkan pada bak
pengendapan ini akan dipompakan kedalam press filter, sedangkan cairan
selanjutnya dialirkan menuju ke sand filter.
8. Sand Filter
Berfungsi untuk memisahkan partikelpartikel dengan cairannya
dengan cara melewatkan pada media yang porous. Didalam sand filter
tersebut
terdapat lapisan pasir dan batuan yang diantaranya diletakkan saringan.
Hasil dari sand filter diharapkan dapat memenuhi BML maka perlu
pengawasan parameter diantaranya pH, temperatur, TDS, COD dan BOD
9. Filter Press
Berfungsi untuk memisahkan partikelpartikel dengan cairannya
pada medium bertekanan. Sludge yang dihasilkan dari bak pengendapan 1
dan 2 dikumpulkan menjadi satu didalam suatu bak yang disebut Sludge
holding. Sludge yang telah dikumpulkan ini kemudian dialirkan kedalam
press filter untuk menurunkan kandungan air didalam sludge, sehingga

54

lebih mudah untuk dibuang ke TPA. Cairan yang keluar dari press filter
akan dialirkan kembali ke bak aerasi

Screening

Visual
Bak feeding

Visual
pH
Suhu
COD/BO
D

Bak pengendap
pendahuluan

TSS/TDS
Equalisasi

Solid sludge

Bak Stabilizer
Flow

Aerasi I
Sludge
Aktive

Bak Pengendap I

Aerasi II

SV
DO
MLSS
Visual
pH
Suhu

Bak Pengendap II

Filter Press

Filtrate

SLUDGE

55

Sand Filter

Efflue
nt

Gambar 4.1 Lay out Pengolahan Limbah Cair

4.2

Data dan Hasil Pengamatan


Dari hasil pengamatan selama Kuliah Kerja Praktek (KKP) di
PT.Jawamanis Rafinasi diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data pengamatan ( PT.Jawamanis Rafinasi,2015 )
Parameter

INLET
Normal
Abnorm

OUTLET
Normal
Abnorm

al
3

Lajualir (m /d)
Temperature

600
45-55

600
45-55

al
600
39-40

600
39-40

(oC)
PH
7-9
7-9
7-8
7-8
TDS ( mg/L)
11000
25000
10000
10000
TSS ( mg/L)
300
400
110
130
COD (mg/L)
5500
15000
130
140
Ket: Abnormal: Kondisi dimana terjadi pencucian resin dari
ion exchanger pada unit produksi dan utility

Tabel 4.2 Baku mutu limbah cair industri gula rafinasi


( Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No.5
Tahun 2014 )
PARAMETER
KADAR
BEBAN
MAKSIMUM
PENCEMARAN
( mg / L)
MAKSIMUM
( Kg / Ton)
BOD5
75
0.1
COD
150
0.2

56

TSS
pH
Debit Limbah
Maksimum

150

0.1
6,0 9,0
0.4 m3 perton Produk gula

4.2.1 Hasil Perhitungan


4.2.1.1 Untuk Parameter COD Inlet
Kondisi Abnormal
Diketahui:
Pb = 1000 Ton/hari
(CA)i COD = 15000 mg/l
Pengecekan Kadar Maksimum
(CA)i = 15000mg/l
(CM)i = 150mg/l
CA > CM Melanggar ketentuan kadar maksimum
Pengecekan debit limbah maksimum
Pb = 1000 Ton/hari
Dm = 0.4 m3/hari
DM = Pb x Dm
= 0.4 m3/ton x 1000 Ton/hari
= 400 m3/hari
= 400 m3/hari x 30 hari/1bulan
= 12000 m3/bulan
DA = 600 m3/hari x 30 hari/bulan = 18000 m3/bulan
DA > DM Melanggar ketentuan debit limbah maksimum
Pengecekan bahan pencemar
BPMi = BPM x Pb
BPM = 0.2 Kg/Ton
Pb = 1000 Ton/hari
BPMi = 0.2 kg/Ton x 1000 ton /hari = 200 kg/hari
BPAi = (Ca)j x Dp x F
CA COD = 15000 mg/l
Dp = 600 m3/hari
BPAi = 15000 mg/l x 600 m3/hari x kg/106mg x 1000 L/1m3
= 9000 kg parameter/hari
BPM i< BPAi Melanggar beban pencemaran maksimum
4.2.1.2 Untuk Parameter COD Inlet
Kondisi Normal
Diketahui:
Pb = 1000 Ton/hari
(CA)i COD = 5500 mg/l
Pengecekan Kadar Maksimum
57

(CA)i = 5500 mg/l


(CM)i = 150 mg/l
CA > CM Melanggar ketentuan kadar maksimum
Pengecekan debit limbah maksimum
Pb = 1000 Ton/hari
Dm = 0.4 m3/hari
DM = Pb x Dm
= 0.4 m3/ton x 1000 Ton/hari
= 400 m3/hari
= 400 m3/hari x 30 hari/1bulan
= 12000 m3/bulan
DA = 600 m3/hari x 30 hari/bulan = 18000 m3/bulan
DA > DM Melanggar ketentuan debit limbah maksimum
Pengecekan bahan pencemar
BPMi = BPM x Pb
BPM = 0.2 Kg/Ton
Pb = 1000 Ton/hari
BPMi = 0.2 kg/Ton x 1000 ton /hari = 200 kg/hari
BPAi = (Ca)j x Dp x F
CA COD = 5500 mg/l
Dp = 600 m3/hari
BPAi = 5500 mg/l x 600 m3/hari x kg/106mg x 1000 L/1m3
= 3300 kg parameter/hari
BPM i < BPAi Melanggar beban pencemaran maksimum

4.2.1.3 Untuk Parameter COD Outlet


Kondisi Abnormal
Diketahui:
Pb = 1000 Ton/hari
(CA)i COD = 140 mg/l
Pengecekan Kadar Maksimum
(CA)i = 140 mg/l
(CM)i = 150 mg/l
CA < CM Tidak melanggar ketentuan kadar maksimum
Pengecekan debit limbah maksimum
Pb = 1000 Ton/hari
Dm = 0.4 m3/hari
DM = Pb x Dm
= 0.4 m3/ton x 1000 Ton/hari
= 400 m3/hari
= 400 m3/hari x 30 hari/1bulan
= 12000 m3/bulan
DA = 600 m3/hari x 30 hari/bulan = 18000 m3/bulan
DA > DM Melanggar ketentuan debit limbah maksimum
Pengecekan bahan pencemar

58

BPMi = BPM x Pb
BPM = 0.2 Kg/Ton
Pb = 1000 Ton/hari
BPMi = 0.2 kg/Ton x 1000 ton /hari = 200 kg/hari
BPAi = (Ca)j x Dp x F
CA COD = 140 mg/l
Dp = 600 m3/hari
BPAi = 140 mg/l x 600 m3/hari x kg/106mg x 1000 L/1m3
= 84 kg parameter/hari
BPM i > BPAi Tidak melanggar beban pencemaran maksimum
4.2.1.4 Untuk Parameter COD Outlet
Kondisi Normal
Diketahui:
Pb = 1000 Ton/hari
(CA)i COD = 130 mg/l
Pengecekan Kadar Maksimum
(CA)i = 130 mg/l
(CM)i = 150 mg/l
CA < CM Tidak melanggar ketentuan kadar maksimum
Pengecekan debit limbah maksimum
Pb = 1000 Ton/hari
Dm = 0.4 m3/hari
DM = Pb x Dm
= 0.4 m3/ton x 1000 Ton/hari
= 400 m3/hari
= 400 m3/hari x 30 hari/1bulan
= 12000 m3/bulan
DA = 600 m3/hari x 30 hari/bulan = 18000 m3/bulan
DA >DM Melanggar ketentuan debit limbah maksimum
Pengecekan bahan pencemar
BPMi = BPM x Pb
BPM = 0.2 Kg/Ton
Pb = 1000 Ton/hari
BPMi = 0.2 kg/Ton x 1000 ton /hari = 200 kg/hari
BPAi = (Ca)j x Dp x F
CA COD = 130 mg/l
Dp = 600 m3/hari
BPAi = 130 mg/l x 600 m3/hari x kg/106mg x 1000 L/1m3
= 78 kg parameter/hari
BPM i > BPAi Tidak melanggar beban pencemaran maksimum
4.2.1.5 Untuk Parameter TSS Inlet
Kondisi Abnormal
Diketahui:
59

Pb = 1000 ton/hari
(CA)i TSS = 400 mg/l
Pengecekan Kadar Maksimum
(CA)i =400 mg/l
(CM)i = 150 mg/l
CA > CM Melanggar ketentuan kadar maksimum
Pengecekan debit limbah maksimum
Pb = 1000 ton/hari
Dm = 0.4 m3/hari
DM = Dm x Pb
= 0.4 m3/ton x 1000 ton/hari
= 400 m3/hari
= 400 m3/hari x 30 hari/1bulan
= 12000 m3/bulan
DA = 600 m3/hari x 30 hari/bulan = 18000 m3/bulan
DA > DM Melanggar ketentuan debit limbah maksimum
Pengecekan bahan pencemar
BPMi = BPM x Pb
BPM = 0.1 kg/ton
Pb =1000 ton/hari
BPMi = 0.1 kg/hari x 1000 ton /hari = 100 kg/hari
BPAi =(Ca)j x Dp x F
CA TSS = 400 mg/l
Dp = 600 m3/hari
BPAi = 400 mg/l x 600 m3/hari x kg/106mg x 1000 L/1m3
= 240 kg parameter/hari
BPM i < BPAi Melanggar beban pencemaran maksimum

4.2.1.6 Untuk Parameter TSS Inlet


Kondisi Normal
Diketahui:
Pb = 1000 ton/hari
(CA)i TSS = 300 mg/l
Pengecekan Kadar Maksimum
(CA)i =300 mg/l
(CM)i = 150 mg/l
CA > CM Melanggar ketentuan kadar maksimum
Pengecekan debit limbah maksimum
Pb = 1000 ton/hari
Dm = 0.4 m3/hari
DM = Dm x Pb
= 0.4 m3/ton x 1000 ton/hari
= 400 m3/hari
= 400 m3/hari x 30 hari/1bulan
= 12000 m3/bulan
60

DA = 600 m3/hari x 30 hari/bulan = 18000 m3/bulan


DA > DM Melanggar ketentuan debit limbah maksimum
Pengecekan bahan pencemar
BPMi = BPM x Pb
BPM = 0.1 kg/ton
Pb =1000 ton/hari
BPMi = 0.1 kg/hari x 1000 ton /hari = 100 kg/hari
BPAi =(Ca)j x Dp x F
CA TSS = 300 mg/l
Dp = 600 m3/hari
BPAi = 300 mg/l x 600 m3/hari x kg/106mg x 1000 L/1m3
= 180 kg parameter/hari
BPM i < BPAi Melanggar beban pencemaran maksimum

4.2.1.7 Untuk Parameter TSS Outlet


Kondisi Abnormal
Diketahui:
Pb = 1000 ton/hari
(CA)i TSS = 140 mg/l
Pengecekan Kadar Maksimum
(CA)i =140 mg/l
(CM)i = 150 mg/l
CA < CM Tidak melanggar ketentuan kadar maksimum
Pengecekan debit limbah maksimum
Pb = 1000 ton/hari
Dm = 0.4 m3/hari
DM = Dm x Pb
= 0.4 m3/ton x 1000 ton/hari
= 400 m3/hari
= 400 m3/hari x 30 hari/1bulan
= 12000 m3/bulan
DA = 600 m3/hari x 30 hari/bulan = 18000 m3/bulan
DA > DM Melanggar ketentuan debit limbah maksimum
Pengecekan bahan pencemar
BPMi = BPM x Pb
BPM = 0.1 kg/ton
Pb =1000 ton/hari
BPMi = 0.1 kg/hari x 1000 ton /hari = 100 kg/hari
BPAi =(Ca)j x Dp x F
CA TSS = 140 mg/l
Dp = 600 m3/hari
BPAi = 140 mg/l x 600 m3/hari x kg/106mg x 1000 L/1m3
= 84 kg parameter/hari
BPM i > BPAi Tidak melanggar beban pencemaran maksimum

61

4.2.1.8 Untuk Parameter TSS Outlet


Kondisi Normal
Diketahui:
Pb = 1000 ton/hari
(CA)i TSS = 130 mg/l
Pengecekan Kadar Maksimum
(CA)i =130 mg/l
(CM)i = 150 mg/l
CA < CM Tidak melanggar ketentuan kadar maksimum
Pengecekan debit limbah maksimum
Pb = 1000 ton/hari
Dm = 0.4 m3/hari
DM = Dm x Pb
= 0.4 m3/ton x 1000 ton/hari
= 400 m3/hari
= 400 m3/hari x 30 hari/1bulan
= 12000 m3/bulan
DA = 600 m3/hari x 30 hari/bulan = 18000 m3/bulan
DA > DM Melanggar ketentuan debit limbah maksimum
Pengecekan bahan pencemar
BPMi = BPM x Pb
BPM = 0.1 kg/ton
Pb =1000 ton/hari
BPMi = 0.1 kg/hari x 1000 ton /hari = 100 kg/hari
BPAi =(Ca)j x Dp x F
CA TSS = 130 mg/l
Dp = 600 m3/hari
BPAi = 130 mg/l x 600 m3/hari x kg/106mg x 1000 L/1m3
= 78 kg parameter/hari
BPM i > BPAi Tidak melanggar beban pencemaran maksimum

Keterangan :
DM = Debit air limbah maksimum yang diperbolehkan bagi setiap industri
yang bersangkutan
DA = hasil pengukuran debit air limbah (m3/bulan)
Dm = Debit air limbah maks sesuai dengan lampiran baku mutu yang
sesuai dengan jenis industri (m3/satuan kapasitas produksi)

62

Pb = Jumlah produksi sebenarnya setiap bulan sebagaimana tercantum


dalam izin produksi yang diberikan kepada industri yang bersangkutan
(m3/satuan kapasitas produksi)
Dp = hasil pengukuran debit air limbah (m3/hari)
H = Jumlah hari kerja pada bulan yang bersangkutan (Hari/bulan)
BPM = Beban Pencemaran Maksimum
BPA = Beban pencemaran aktual
(CM)j = kadar unsur pencemar j, (mg/l)
BPMi = Beban Pencemaran Maksimum untuk industri (kg parameter/Hari)
BPAi = Beban pencemaran aktual untuk industri (Kg parameter/Hari)
(CA)i = kadar sebenarnya dari unsur pencemar (j), diketahui dari
pengukuran (mg/l)

4.3

Pembahasan
Parameter

yang

digunakan

untuk

menentukan

kadar

pencemaran,debit maksimum,dan beben pencemaran maksimum adalah


sebagai berikut:

Laju alir
Temperature
pH
TDS
TSS

63

COD
Angka COD (chemical oxygen demand) inlet pada limbah gula

PT.Jawamanis rafinasi pada kondisi abnormal sangatlah tinggi dan


mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Hal ini di sebabkan karena
beberapa faktor diantaranya hasil transfer regenerasi atau pencucian resin
yang menghasilkan riject BRS (brine recovery system) dari proses
penghilangan warna dengan menggunakan alat ion exchanger. Proses
penghilangan warna dengan melakukan pertukaran ion memakai resin
penukar kation dan anion.
Jenis resin yang digunakan :
1. Resin penukar ( penangkap ) kation
H-R + Na-Cl < ----- > Na-R + H-Cl
2. Resin penukar ( penangkap ) anion
OH-R +Na-Cl < ----- > Cl-R + NaOH
Kemudian faktor lain adalah dari regenerasi ion exchanger demin plant,
serta hasil claening tanki yang bocor yang masih banyak mengandung
larutan gula. Kondisi ini yang menyebakan angka COD pada inlet limbah
PT.Jawamanis Rafinasi naik secara signifikan,sehingga menyebabkan
kadar pencemaran dan beban pencemaran bagi lingkungan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan pengamatan dapat disimpulkan bahwa:

64

1.

Limbah Inlet PT.Jawamanis Rafinasi pada kondisi abnormal untuk


parameter COD melanggar beban pencemaran maksimum, namun setelah
di olah limbah outlet tersebut tidak melanggar beban pencemaran
maksimum.

2.

Limbah Inlet PT.Jawamanis Rafinasi pada kondisi abnormal untuk


parameter TSS telah melanggar beban pencemaran maksimum, namun
setelah di olah limbah outlet tersebut tidak melanggar beban pencemaran
maksimum.

3.

Faktor yang menyebabkan angka COD naik secara signifikan yaitu


bersumber dari proses regenerasi / pencucian ion exchanger pada unit
produksi yang menghasilkan riject BRS (brine recovery system) dan
proses regenerasi / pencucian ion exchanger demin plant, serta hasil
cleaning tanki yang bocor pada unit produksi yang masih banyak
mengandung larutan gula.

4.

Berdasarkan perhitungan, beban pencemaran parameter COD pada kondisi


abnormal dapat di turunkan sebanyak 99 %. Namun karena nilai COD
yang sangat tinggi, nilai BPAi (beban pencemaran aktual) masih lebih
besar dari BPMi (beban pencemaran maksimum).

5.2 saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama Kuliah kerja Praktek ( KKP ) maka
saran yang dapat di rekomendasikan adalah membuat scedule transfer limbah
regenerasi ion exenger dari unit produksi dan Demin plant agar tidak bersamaan
pada saat transfer ke unit WWTP.Kondisi ini menyebabkan proses di kolom aerasi
bisa terganggau.

65

DAFTAR PUSTAKA
Hydrolysis of Sucrose (sumber: http://www.bio.miami.edu/~cmallery/150/protein/
c8.8x13.hydrolysis.sucrose.jpg, tanggal akses 06 Oktober 2015)
Inverted Sugar Syrup (sumber:http://en.wikipedia.org/wiki/Inverted_sugar_syrup,
tanggal akses 06 Oktober 2015)
Prosessing Nira Tebu menjadi Gula (sumber: http://disbunjatim.co.cc/processing/
prosesing_ nira_tebu_menjadi_gula.htm, tanggal akses 10 Oktober 2015)
Proses

Produksi

Gula

Rafinasi,

(Sumber

content/uploads/ 2008/07/rafinasi.jpg)
66

http://www.risvank.com/wp-

PT.Jawamanis Rafinasi (sumber:http://jawamanis.rakdata.com/jawamanis/images/


stories/process_big.gif, tanggal akses 16 November 2015)
Yusmanto.2011. Laporan kuliah kerja praktek PT.Jawamanis Rafinasi
Quality Asurance Standard Operational Procedure PT.Jawamanis Rafinasi

67

Anda mungkin juga menyukai