Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia meruapakan negara yang sangat kaya akan sumber daya alam.

Hasil perkebunan dan pertanian yang melimpah merupakan salah satu dasar bagi

Indonesia untuk dapat menjadi produsen dari berbagai kebutuhan pokok

masyarakatnya, seperti berasa, gula, garam, dan lain-lain.

Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat dan industri

yang saat ini masih terus menjadi masalah. Hal ini disebabkan karena kebutuhan

nasional akan konsumsi gula sangat tinggi dan produksi dalam negeri masih

belum dapat memenuhi kebutuhan tersebut, sementara kebutuhan terus

meningkat.

Gula di Indonesia terdapat berbagai jenis berdasarkan bahan

pembuatannya, misal gula tebu, gula aren, dan gula kelapa. Untuk gula tebu

sendiri secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga, yakni gula kristal mentah

(GKM) atau raw sugar, gula kristal putih (GKP) dan gula kristal rafinasi (GKR).

Gula kristal mentah merupakan gula yang digunakan sebagai bahan baku untuk

produksi gula refinasi. Gula kristal putih merupakan gula yang terbuat dari tebu

yang dapat dikonsumsi rumah tangga, sedangkan gula kristal rafinasi merupakan

gula yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan industi makanan, minuman, dan

farmasi.

Perbedaan segmen pasar antara gula kristal putih dan gula kristal rafinasi

yang ditujukan untuk industri makanan dan farmaasi mengakibatkan investasi


baru dan menjadi peluang besar bagi peningkatan kapasitas produksi dalam negeri

dan juga penyerapan lapangan kerja. Meskipun di lain pihak Indonesia mengalami

ketergantungan impor bahan baku gula kristal mentah. Ketidakmampuan

Indonesia dalam memproduksi gula kristal mentah menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan impor gula mentah, selain faktor biaya yang murah.

PT. Permata Dunia Sukses Utama ( PDSU ) merupakan pabrik gula

rafinasi yang didirikan pada tahun 2003 dan mulai berproduksi pada bulan

oktober 2005 pabrik beroprasi diatas lahan seluas 15 Ha yang berlokasi di

Cilegon-Banten. Walaupun PT. PDSU salah satu pabrik termuda dalam industri

gula rafinasi, PT. PDSU belum pernah gagal dalam memuaskan kebutuhan dan

keinginan para pelanggan, karena PT. PDSU terus menerus berkembang dan

berinovasi. Pada saat ini, produksi sudah mencapai 1.800 ton raw sugar per hari.

1.2 Rumusan masalah

Berhubungan dengan latar belakang permaslahan diatas, masalah pokok

yang menjadi fokus pembahasan dalam tugas kuiah kerja praktik ini adalah :

1. Bagaimana proses produksi Gula Rafinasi PT. Permata Dunia Sukses

Utama?

2. Bagaimana cara menghitung efisiensi Steam Boiler skala industri?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari Kuliah Kerja Praktik di PT PERMATA DUNIA

SUKSES UTAMA sebagai berikut :


1. Tujuan umum

 Mahasiswa dapat mengetahui proses produksi Gula Rafinasi di

PT. Permata Dunia Sukses Utama dimulai dari bahan baku,

sistem proses, peralatan proses dan utilitas.

 Memenuhi beban Satuan Kredit Semester (SKS) yang harus

ditempuh sebagai persyaratan akademis di Program Studi S-1 Teknik

Kimia Universitas Serang Raya, Banten.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan dari tugas khusus ini adalah Untuk

mempelajari Boiler secara langsung dan menghitung nilai

Efisiensi dari boiler tersebut di PT. Permata Dunia Sukses Utama

1.4 Manfaat Kuliah Kerja Praktik

Adapun manfaat dari Kuliah Kerja Praktik untuk beberapa pihak yang

terkait sebagai berikut :

1. Mahasiswa

 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kerja

perusahaan dan di PT. Permata Dunia Sukses Utama

 Mahasiswa dapat menjelaskan proses utama dari Produksi

Gula Rafinasi dan mampu menjelaskan spesifikasi alat, bahan

baku dan produk di PT.Permata Dunia Sukses Utama.


 Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk

mendapatkan pengalaman kerja sebelum memasuki dunia

kerja yang sebenarnya.

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktik

Pelaksanaan kuliah kerja praktik berlangsung di PT PERMATA DUNIA

SUKSES UTAMA dimulai pada tanggal 02 Maret 2020 sampai dengan

tanggal 31 Maret 2020 ditempatkan pada bagian proses produksi yang

bertempat di Jalan Raya Anyer Km. 10 Desa Tegal Buntu Cigading – Banten

42447.

Waktu kegitan kerja praktek mengikuti jam kerja karyawan harian (daily)

yaitu dari hari Senin sampai Sabtu selama 8 jam mulai pukul 08.00 sampai

16.00 WIB dengan waktu istirahat 1 jam yaitu pukul 12.00 sampai 13.00

WIB.

1.6 Jadwal kegiatan


BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT Permata Dunia Sukses Utama

PT. Permata Dunia Sukses Utama merupakan salah satu perusahaan yang

memperoduksi gula rafinasi ( gula pasir ) yang ada di provinsi banten PT.

Permata Dunia Sukses Utama didirikan pad tahun 2003 sebagai perusahaan

penanaman modal Asing, dan mulai beroprasi secara komersial pada bulan

Oktober 2009.

PT. PDSU telah mencapai 1.800 ton per hari. Kepala kantor perusahaan

tersebut berada di sampoerna Strategic Square – Jakarta. Kilang situs ini

terletak di cigading, Banten sekitar 130 km ke ini memproduksi gula rafinasi

( gula pasir ) khusus untuk industri makanan dan minuman sepreti ABC, La

Salle, Indofood, Mayora dan lain-lain. Perusahaan tersebut sudah berhasil

memperoleh ISO 22000:2005 ( Sistem Menejemen Keamanan Pangan )

sertifikasi pada bulan November 2009.

Gambar 2.1 Tingkat Produksi tahun 2003 – 2010


2.2 Visi, Misi dan Tujuan

2.2.1 Visi Perusahaan

Visi PT. Permata Dunia Sukses Utama yaitu :

“ Menjadi yang TERDEPAN dan TERBAIK dalam industri gula

rafinasi Indonesia “.

2.2.2 Misi Perusahaan

Misi PT. Permata Dunia Sukses Utama yaitu :

1. Memberikan layanan yang terbaik kepada seluruh pelanggan.

2. Memproduksi gula rafinasi dengan kualitas tinggi, aman, dan

higienis dengan teknologi yang ramah lingkungan.

3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan harmonis dengan

penuh tanggung jawab seluruh karyawan.

Desember 2003 PT. Permata Dunia Sukses Utama membentuk kesatuan


Juni 2004 Peletakan batu pertama
Agustus 2004 Pembangunan pabrik
19 Januari 2005 Pemasangan pertama peralatan proses
19 Oktober 2005 Produksi pertama
2005 Sertiikasi halal
2006 Sertifikasi Aman dan Ramah Lingkungan
3 Januari 2007 Inagurasi PDSU oleh Bapak Susilo Bambang Yudoyono,

selaku presiden RI ke-6


21 Juli 2008 Sertifikasi SNI
20 November 2009 Sertifikasi ISO 22000 : 2005
2012 Sertifikasi FSSC 22000 : 2005
Gambar 2.2 Perkembangan perusahaan

PT. Permata Dunia Sukses Utama menetapkan kebijakan pangan yaitu :

OUR FOOD SAFETY STATEMENT


P – PRODUCT

Berkomitmen untuk menyediakan produk berkualitas tinggi, aman, dan

higienis untuk dikonsumsi.

D – DEVELOPMENT

Berkomitment untuk terus mengembangkan keterampilan karyawan,

berkualitas dan kepuasan serta loyalitas pelanggan

S – STRENGTH

Kerja sama tim yang kuat dalam penerapan, pelaksanaan dan pengelolaan

kebijakan dan keamanan pangan, dan praktek produksi yang baik.

U – UNITY

Kesatuan diantara tim manajemen dan karyawan dalam mengejar visi dan

misi perusahaan

2.2.3 Tujuan Perusahaan

PT. Permata Dunia Sukses Utama bertujuan untuk mencapai

visinya dengan memperoduksi gula yang berkualitas dengan harga

yang kompetitif dan dengan menyediakan layanan berkualitas kepada

pelanggan dan misi yang bertujuan untuk memenuhi atau melampaui

kebutuhan dan harapan pelanggan, berkomitmen untuk memproduksi

gula yang natural, aman, dan sehat untuk dikonsumsi manusia,


didedikasikan untuk meningkatkan pertumbuhan dan profitabilitas

perusahaan, tetapi pada saat yang sama, berkomitmen untuk

pembangunan dan kesejahteraan karyawan dengan menyediakan

brankass, harmonis dan menantang lingkungan kerja

2.3 Sruktur Organisasi

Pelanggan, berkomitmen untuk memproduksi gula yang natural, aman,

dan sehat untuk dikonsumsi manusia, didedikasikan untuk meningkatkan

pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan, tetapi pada saat yang sama,

berkomitmen untuk pembangunan dan kesejahteraan karyawan dengan

menyediakan brankas, harmonis dan menantang lingkungan kerja.


Gambar 2.3 Struktur organisasi

2.4 Lokasi Lay Out Pabrik dan Block flow Diagram Pabrik

PT. Permata Dunia Sukses Utama ( PDSU ) berlokasi di Jl. Raya

Anyer km. 10 Desa Tegal Buntu Cigading – Banten dengan luas tanah sebesar

15 Ha. Sedangkan head office terletak di Sampoerna Strategic Square –

Jakarta.

Gambar 2.4Lokasi Pabrik


Gambar 2.5 Block Flow Diagram Pabrik

Gambar 2.6 Layout Pabrik


BAB III

PROSES PRODUKSI, PEMASARAN, PENGOLAHAN LIMBAH DAN K3

3.1 Proses Produksi

Proses rafinasi adalah proses pemurnian gula mentah ( raw sugar ),

sehingga menghasilkan gula yang lebih murni dibandingkan dengan gula

mentah. Gula mentah ialah gula yang membentuk kristal berwarna coklat dan

digunakan sebagai bahan baku gula rafinasi ( Moerdikusumo 1993 )

pengolahan gula mentah menjadi gula murni pada dasarnya merupakan

serangkaian pemisahan yang bertujuan untuk menghilangkan zat-zat yang

terdapat dalam gula mentah, seperti zat pembentuk warna. Langkah utama

dalam memilih proses pengolahan ialah menetapkan tahapan-tahapan proses

yang diperlukan untuk mengolah gula mentah dengan kualitas tertentu

menjadi gula murni dengan kualitas seperti yang dikehendaki. Langkah-

langkah proses pemurnian gula mentah yaitu proses pemurnian gula mentah

melalui beberapa tahap, yaitu affinasi station, decolorization station, boiling

station, centrifugal station dan bagging station.


Gambar 3.1 Proses Umum Pemurnian Gula

3.2 Fasilitasi Proses Produksi

Fasilitas utama PT. Permata Dunia Sukses Utama ( PDSU ) yang

digunakan untuk produksi gula rainasi menggunakan mesin-mesin sebagai

berikut :

1. Raw Sugar Weigher

2. Premingler

3. Magma Mingler
4. Feed Mixer Affinasi

5. Centrifugal Affinasi

6. Premingler

7. Melter

8. Reaction tank

9. Carbonator

10. Rotary leaf filter

11. Ion Excanger Resin

12. Evaporator

13. Vacuum Pan

3.3 Bahan Baku Utama

Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi gula rafinasi adalah

raw sugar atau gula mentah, gula mentah adalah sukrosa yang dibuat dari tebu

melalui proses defikasi yang tidak dapat dikonsumsi sebelum melalui proses

permunian untuk menghasilkan gula rafinasi dengan nilai ICUMSA ≤ 1.500

dan nilai ICUMSA gula mentah >1.500. Tinggkat kemurnian gula yang

berkaitan dengan warna gula, dinyatakan dengan standar bilangan ICUMSA

(International commission for unifrom methods of sugar analysis). Raw sugar

yang digunakan PT. Permata Dunia Sukses Utama diperoleh dengan

mengimpor dari negara- negara penghasil raw sugar seperti Thailand,

Australia, Brazil dan India. Hal tersebut dilakukan karena raw sugar dalam
negeri masih sangat langka sehingga pasokan raw sugar lebih mengandalkan

impor.

1. Raw Sugar

Raw sugar adalah gula yang dipergunakan sebagai bahan baku

proses produksi, yang termasuk dalam pos tariff/HS. 1701.11.00.00 dan

1701.12.00.00.Dilihat berdasarkan standar International Commission for

Uniform Methods of Sugar Analysis (ICUMSA), maka yang termasuk

dalam gula mentah ini adalah dengan besaran IHV atau ICUMSA 600-

1500 (Group Centena, 2016). Meski menjadi bahan baku industri gula

rafinasi, namun gula mentah tidak dapat dikunsumsi langsung sebagai

bahan makanan.

Dalam perdagangan dunia, Brasil dikenal sebagai Negara eksportir

terbesar dengan jumlah ekspor mencapai 20 juta ton per tahun.VPH (Very

high polarization) adalah raw sugar yang di produksi oleh Brasil. Metode

ini di temukan pada tahun 1993. Metode VHP ini berbeda dengan raw

sugar lainya. Sebelum jus tebu di kristalisasi, jus tebu mengalami proses

sentriugasi untuk menghilangkan molassenya, sehingga menghasilkan

raw sugar dengan warna coklat terang. VHP raw sugar merupakan jenis

raw sugar yang paling diminati oleh perusahaan rafinasi saat ini, karena

memiliki kandungan sukrosa yang tinggi, 99.4 % (Group Centana, 2016).

Gambar 3.2 Raw Sugar


3.4 Urutan Proses

1. Affinasi

Tahap affinasi adalah tahap pencucian pada bahan seperti raw

sugar, air, dan affinasi molasses.Sebelum di produksi, raw sugar

ditimbang terlebih dahulu menggunakan raw sugar weigher yang

berfungsi agar mengetahui berat awal pada bahan baku raw sugar yang

akan digunakan. Raw sugar yang sudah di timbang kemudian di transfer

menggunakan bucket elevator ke mesin premingler untuk tahap

pencampuran dengan air dan molasses affinasi, lalu tahap perataan

kekentalan pada mesin magma mingler, setelah larutan sudah tercampur,

kemudian gula kristal di pisahkan dari molassesnya dengan menggunakan

mesin centrifugal affinasi dengan kecepatan putaran 900 – 1100 RPM

yang berfungsi untuk memisahkan antara molasses dan gula. Ketika tahap

pemisahan gula kristal tersebut, molasses yang terpisah dari gula kristal

hasil dari pencucian di sebut dengan molasses affinasi yang nantinya dapat

digunakan kembali pada tahap pencucian untuk di proses kembali.

Gula kristal yang telah di cuci tersebut kemudian di alirkan ke

mesin premelter untuk proses peleburan menjadi cairan ( liquor ). Di

premelter ini gula akan dicampur dengan hot water dan steam, lalu di atur

kekentalannya hingga brix mencapai 57 – 67 ºbrix dan selanjutnya

ditampung pada mesin melter tank, output pada proses affinasi ini adalah

raw liquor.
2. Decolorization

a. Carbonation

Tahap karbonatasi adalah tahap pencampuran raw liquor dengan

bahan tambahan Ca(OH)2 dan CO2. Pada tahap ini, cairan raw liquor

adalah hasil dari larutan yang diperoses pada melter tank yang

kemudian di transfer ketangki carbonator tank. Setiap tangki memiliki

steam yang berbeda–beda. Mesin yang di gunakan untuk proses

karbonatasi yaitu carbonator tank, dengan larutannya yang di sebut

dengan carbonated liquor. Pada mesin carbonator di PT. Permata

Dunia Sukses Utama memiliki 3 carbonator dengan kapasitas yang

berbeda – beda. Pada carbonator 1, pH yang di butuhkan 9 – 10.5

dengan steam 65 – 75 ºC.Pada carbonator 2, pH yang di butuhkan 7.5

– 9 dengan steam 70 – 80 ºC.Pada carbonator3, pH yang di butuhkan 7

– 8.5 dengan steam 75 – 85 ºC.Tekanan standar CO2 minimal 0.4

kg/cm2.Dengan kapasitas carbonator 30m3 Pada tahap karbonasi ini,

memiliki standarisasi dan bahaya yang terjadi jika tidak menggunakan

prosedur kerja yang benar atau Critical Control Point ( CCP ). Bahaya

yang di timbulkan bakteri Mesofilik, Salmonella, dan E-

Colli.Pengendalian ada pada tanki final carbonator 3. Output dari

proses ini adalah Carbonated liquor.


b. RLF (Rotary leaf filter)

Pada prsoes RLF terdapat dua tahapan yaitu first RLF dan second

RLF. Pada masing – masing tahapan tersebut terdapat proses tahapan

yang sama yaitu precoating, produksi atau filtrasi, draining dan

slucing. Tahap yang pertama di lakukan adalah precoating atau

plapisan daun filter dengan filter aid. Filter aid akan menutup pori –

pori pada daun filter sehingga kotoran tidak bisa masuk ke dalam daun

filter. Tahap kedua yaitu produksi atau filtering dimana carbonated

liquor yang sudah di saring di tahap precoating akan masuk ke sigh

glass dengan oprasional pressure maximal 5 kg/cm 2. Bahan yang

keluar dari sigh glass disebut dengan first filtrate liquor yang di

tampung di tanki filtrate satu. Proses ketiga yaitu draining, proses

draining di lakukan jika oprasional pressure melebihi 5 kg/cm 2 karena

akan menyebabkan daun filter rusak. Tujuan dari proses draining yaitu

membersihkan sisa carbonated liquor yang terdapat pada RLF

sehingga perlu di lakukan proses draining, ketika sudah bersih

carbonated liquor akan masuk kembali ke dalam carbonated tank.

Proses yang ke empat yaitu sluicing yang menghasilkan sweet sludge

yang di tampung kedalam sweet sludge tank, sweet sludge masuk ke

dalam filter press yang menghasilkan sweet water dan blotong ( filter

cake ). Sweet water kemudian di tampung dalam sweet water tank

sedangkan sludge akan di buang menjadi limbah. First filtrate liquor

yang sudah di tampung di tanki penampungan kemudian masuk ke 2 nd


RLF. First filtrate liquor yang di alirkan menuju second RLF akan

mengalami tahapan yang sama pada first RLF dan larutan gula yang

keluar dari second RLF adalah second filtrate liquor yang di tampung

dalam tanki filtrate dua.

c. Ion Exchange Resin (IER)

Pada proses IER terdapat 15 tahapan proses untuk setiap tank

bahan tambahan yang di gunakan pada proses IER adalah resin, NaCl (

garam ), NaOH, dan HCl. Tahap pertama IER adalah sweetening on 1

yakni penambahan hot water kedalam tank yang kemudian di buang

dalam saluran waste, namun hal ini sering kali di lewati karena hawatir

larutan yang di buang ke dalam pipa waste masih mengandung gula

sehingga proses awal biasanya dengan memulai sweetening on 2.

Proses sweetening on 2 adalah mengalirkan hot water kedalam tank

yang kemudian di alirkan ke dalam sweet water yang mencapai

kekentalan 40ºBrix. Selanjutnya adalah produksi atau proses yakni

mengalirkan second filtrate liquor kedalam tank yang sudah terdapat

resin. Dalam tank terdapat strainer yakni penyaring resin sehingga

ketika liquor di alirkan ke dalam tank dan terjadi penurunan warna

maka second filtrate liquor dapat meninggalkan tank tanpa tercampur

resin di dalamnya. Hasil dari proses ini dinamakan fine liquor yang

kemudian di alirkan menuju resin chatcher, sebuah alat yang dapat

menyaring resin sehingga resin tidak dapat tercampur ke dalam fine

liquor. Tahapan 5 dan 6 adalah draining yakni penambahan hot water


kedalam tank yang kemudian di alirkan dalam pipa draining.Tahapan 7

adalah sweetening off 1 yakni penambahan hot water dan out late nya

yaitu first filtrate.Tahapan 8 adalah sweetening off 2 yakni

penambahan hot water dan out late nya sweet water lalu di alirkan ke

sweet water tank. Tahapan 9 adalah filling yakni di hembus oleh

kompresore, kemudian dilakukan proses drying material. In late tahap

9 yakni compressore dan out late yakni waste di alirkan ke waste tank.

Tahap 10 adalah back wash dengan penambahan hot water yang

nantinya akan menjadi waste di alirkan ke waste tank. Tahapan 11 dan

12 yakni regenerasi resin dengan penambahan reagent NaCl yang

berfungsi untuk mengikat ion-ion yang berada dalam resin supaya aktif

kembali. Ion yang akan mengikat adalah Na+ Visual dari penambahan

reagent ini adalah hitam. Tahapan terakhir adalah slow rinsing yakni

dengan mengalirkan hot water ke dalam tank. Namun jika resin pada

tank dalam kondisi yang jenuh biasanya setelah 20 kali pemakaian

maka resin di regenersi dengan penambahan NaOH dan HCl. Tahapan

ke 14 yakni dengan penambahan reagent NaCl maka ditambahkan

reagent NaOH yang berfungsi untuk mengikat resin kation, kemudian

di slow rinsing dan menjadi waste. Tahapan ke 15 yakni penambahan

HCl yang berfungsi untuk mengikat resin anion, kemudian di slow

rinsing dengan penambahan hot water, dengan ph. Output pada proses

ini adalah fine liquor.


3. Evaporator

Proses evaporsi adalah proses penguapan uap air untuk mengurangi

kadar air pada larutan fine liquor. Proses evaporasi terjadi pada mesin

evaporator dengan mengasilkan larutan yang di sebut concentrate fine

liquor. Concentrate fine liquor yang memiliki nilai brix yang tinggi

sehingga menyebabkan larutan tersebut manjadi kental. Nilai rata-rata dari

larutan concentrate fine liquor yang di butuhkan yaitu dengan brix

maksimal 70, pH 7 – 8, dan warna <300 IU (ICUMSA).

4. Boiling

a. Refinery

Pada proses refinery akan menghasilkan gula produk yakni

R1 dan R2. Gula dengan kualitas R1 meruapakan gula yang

memiliki warna lebih rendah atau lebih putih dibandingkan dengan

R2 disamping itu kristal yang dimiliki R1 lebih halus di

bandingkan dengan gula R2. Proses pembuatan untuk

menghasilkan kedua produk tersebut adalah sama, namun bahan

yang di tambahkan berbeda. Proses yang di perlukan pada boiling

refinery adalah persiapan masakan yakni dengan membuat vacuum

pan pada kondisi vacuum ( hampa udara ) 66 cm/hg hal tersebut

dimaksudkan untuk membuat titik didih stabil yakni pada suhu 70-

80 ºC. setelah vacuum pan siap maka CFL/fine liquor ditarik

kedalam vacuum pan hingga 30 m3 setelah itu fine liquor di aduk

dengan agitator hingga mengental ( 68 ºbrix ). Kemudian dilakukan


graining yakni penambahan campuran gula dengan alcohol dengan

perbandingan gula 1 : 1 yang di namakan fondant di gunakan

sebanyak 200 ml sebagai bibit gula pada kekentalan 76 ºbrix, pada

proses ini dilakukan sampling terus menerus untuk melihat kristal

gula yang tumbuh agar tidak terjadi pengumpalan kristal gula.

Setelah kristal gula terbentuk maka dilakukan pencucian dengan

hot water. Setelah pencucian selesai di lakukan penambahan fine

liquor hingga 45 m3 kemudian di tambah RO1 hingga 55 m3.

Ketika masakan sudah tua dengan kristal gula sesuai dengan yang

di harapkan dan brix sebesar 90, maka gula dapat di alirkan menuju

receiver tank. Output pada proses ini adalah gula masakan R1 dan

R2

b. Recovery

Proses yang di gunakan dalam memasak gula pada recovery

sama halnya dengan proses yang berada pada refinery. Namun

jenis bahan yang berbeda akan mempengaruhi hasil yang berbeda

pula. Terdapat 3 masakan pada proses recovery. Masakan yang

pertama yakni masakan A, masakan ini memilki bahan masakan

affinasi molasses, RO3 dan B/C melter. Bahan – bahan tersebut di

alirkan kedalam vacuum pan hingga volume mancapai 30 m3

kemudian jika sudah mengental maka di tambahkan fondant atau

bibit gula untuk bibit kristal gula. Setelah itu di lakukan pencucian

dengan sweet water, setelah itu di tambahkan A molasses hingga


volumenya mencapai 50 m3. Jika masakan sudah tua maka gula di

alirkan dalam Recever A. Selanjutnya adalah masakan B, masakan

ini menggunakan A molasses sebagai bahan dasar hingga 25 m3

kemudian di beri fondant untuk bibit kristal gula. Setelah gula

kristal membesar maka dilakukan pencucian dengan sweet water

dan selanjutnya adalah penambahan volume hingga 40 m3 dengan

B molasses. Masakan yang terakhir adalah masakan C masakan ini

berbahan baku A molasses 40% dan B molasses 60% volume yang

digunakan pada bahan baku ini sama dengan bahan baku lainnya

yakni 25 m3.

Setelah bahan mengental maka dilakukan graining yakni

penambahan bibit gula sebagai bibit gula. Setelah kristal terlihat

maka dilakukan pencucian menggunakan sweet water dan

kemudian penambahan volume dengan B molasses hingga 35 m3.

Untuk setiap gula yang di hasilkan akan ditampung dalam Recever

dan akan masuk ke proses selanjutnya yakni centrifugal. Output

dari proses ini adalah gula masakan A, gula masakan B, dan gula

masakan C.

5. Centrifugal

a. Refinery

Proses centrifugal memiliki prinsip yang sama dengan

proses affinasi. Namun bahan yang di pisahkan adalah masakan

gula yang akan menjadi produk. Gula masakan hasil boiling


refinery yang berada di receiver kemudian di alirkan menuju

feedmixer kemudian masakan tersebut masuk kedalam mesin

centrifugal refinery dengan kecepatan 900-1100 rpm dan dengan

penambahan steam serta spray ( hot water ) maka gula akan

terpisah dengan molassesnya. Molasses yang dihasilkan dari

masakan R1 disebut RO1 sedangkan molassesnya yang dihasilkan

dari masakan R2 adalah RO2. Gula yang di hasilkan dari proses

centrifugal akan dikeringkan di dyer cooler terlebih dahulu agar

tidak lembab. Kemudian dialirkan ke screen grader, untuk

memisahkan partikel gula yang tidak sesuai.selanjutnya di transfer

menuju bagging untuk proses pengemasan. Output dari proses ini

adalah Gula R1 dan Gula R2 produk

b. Recovery

Pada centrifugal recovery menggunakan steam dan spray

hot water. Pada masakan A menggunakan mesin dengan kecepatan

maksimal 1100 rpm sehingga gula dan molasses akan terpisah.

Gula hasil masakan A akan di larutkan dan dinamakan A melter

yang selanjutnya akan dialirkan menuju proses afinasi. Sedangkan

pada masakan B dan masakan C, pada pemisahan gula dengan

molassesnya menggunakan continuous centrifugal ( Merk Balmac,

RRI ). Gula hasil dari masakan B dan masakan C di melter menjadi

satu yang dinamakan BC Melter yang kemudian di alirkan pada

proses boiling recovery, sedangkan molasses dari masakan B dan C


terpisah menjadi B molasses dan C molasses, B molasses akan di

alirkan kembali pada proses boiling recovery sedangkan C

molasses jika Purity kurang dari 52% disebut dengan final

molasses, dan akan di alirkan menuju storage tank final molasses,

biasanya menjadi bahan baku kecap atau mononatrium glutamate,

jika Purity masih berada di atas 55% maka C molasses kembali

digunakan pada proses boiling. Output dari proses ini adalah A

melter, B/C melter, A molasses, B molasses, dan C molasses ( final

molasses ).

6. Dry cooler

Proses drycooler merupakan proses pengeringan serta pendinginan

gula yang sudah jadi, karena gula yang keluar dari centrifugal masih

lembab sehingga perlu di keringkan. Setelah masuk ke bucket elevator wet

gula kemudian dikeringkan menggunakan mesin dryer-cooler, di mesin

dryer cooler diberi hembusan udara panas kering. Setelah masuk kedalam

mesin dryer cooler, kristal gula yang sudah kering keluar menuju mesin

grader, mesin garder berfungsi untuk menyaring gula, yang terdapat

screen. Selain itu mesin grader akan memisahkan gula dengan ukuran

oversize dan undersize. Gula yang tidak sesuai dengan spesifikasi akan

masuk kedalam lump sugar yang kemudian akan di lebur kembali. Gula

produk yang memiliki besaran R1 0.5 – 0.9 dan R2 lebih dari 1.0 mesh

akan masuk ke bin produk. Sebelum masuk bin gula produk akan

dilewatkan memasuki bucket dry yang di dalamnya terdapat magnet


separator, sehingga jika terdapat logam maka akan menempel dan

dibersihkan sesuai schedule. Output dari proses ini adalah Gula R1 dan

R2.

7. Bagging

Proses pengemasan dilakukan diruang terpisah dari ruang proses,

ruang pengemasan atau bagging sangat tertutup dan memiliki higienis

yang tinggi. Tahap pertama proses pengemsaan adalah penimbangan gula,

gula ditimbang secara otomatis melalui timbangan sehingga gula akan

masuk kedalam karung secara langsung hingga 50.12 – 50.17 kg. Setelah

penimbangan karung dijahit dan dilewatkan melalui alat bagging code

untuk mencetak tanggal produksi dan tanggal kadaluwarsa setelah itu

melewati mesin metal detector, gula yang mengandung logam akan

dideteksi oleh alat metal detector kemudian di tandai dengan di semprot

(tinta merah) menjadi produk hold atau tertahan lalu dipisahkan. Output

pada proses bagging adalah gula kemasan dalam karung dengan berat

50.12 – 50.17 kg
3.5 Opration Proses Chart

3.6 Pemasaran produk

Berdasarkan spesifikasi SNI, PT. PDSU gula olahan mempertahankan nilai

sukrosa murni karena tingkat pemurnian yang optimal dalam kondisi

higienis.Saat ini PT. PDSU menghasilkan dua kualitas berbeda yaitu gula R1
dan gula R2.Hal ini dapat digunakan sebagai bahan pemanis untuk semua

jenis minuman dan makanan, serta produk industri.

Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan PT.PDSU menghasilkan produk gula

mencapai 1800 ton perhari. Proses produksi di PT.PDSU beroprasi selama 24

jam, berhenti memproduksi apabila ada shutdown dan itu terjadi sekitar 1

tahun 2 kali shutdown. PT.PDSU mampu menghasilkan gula rafinasi dengan

ukuran gula R1 0.5 – 0.9 dan R2 lebih dari 1.0.

3.7

Anda mungkin juga menyukai