Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Potensi cadangan batubara di negeri Indonesia sangatlah
melimpah dengan beragam jenis produk tambang yang beragam.
Beberapa diantaranya ialah minyak bumi, emas, timah, tembaga, nikel,
timah dan batubara. Dengan beragam potensi hasil tambang tersebut
kebutuhan akan barang tambang di Indonesia terus bertambah hal ini lah
yang menyebabkan berkembangnya industri pertambangan di Indonesia.
Salah satu teknik popular di pertambangan ialah peledakan. Teknik
peledakan di lakukan karena struktuk tanah dan batuan di lokasi memiliki
tingkat kekerasan yang tinggi dan dari segi ekonomis lebih efisien
disbanding teknik rippling-dozing. Dengan semakin meningkatnya
kebutuhan akan bahan peledak maka perusahaan penghasil bahan
peledak sangat diperlukan untuk menyuplai bahan untuk proses
penambangan (Mayura,2014).
PT Multi Nitrotama Kimia merupakan perusahaan penyedia bahan
peledak dan jasa pertambangan. Perusahaan ini memiliki luasan 5 hektar
dengan rincian plant 1 (1,3 ha) plant 2 (2,5 ha), bagging plant & ware hose
1,2 (ha) dan berada di Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek, Jawa
Barat. Produk utama dari perusahaan ini ialah asam nitrat dan amonium
nitrat. Asam nitrat yang diproduksi harus memlilki konsentrasi sebesar
57,5 % dan digunakan sebagai bahan baku amonium nitrat yang
digunakan sebagai bahan peledak, pupuk dan nitrogen oksida. Pada
pembuatan asam nitrat di plant satu maupun plant 2 tidak jauh berbeda.
Asam nitrat pada plant 1 menggunakan teknologi weatherly Inc (USA)
untuk produksi asam nitrat dan Kaltenbach Thuring (Francis) dengan
kapasitas produksi 93,3 ton/hari dan plant 2 menggunakan teknologi
chemico dari USA untuk produksi asam nitrat dan CFlh ( Francis) untuk
produkksi amonium nitrat dengan kapasitas produksi sebesar 450
Ton/hari. Persamaan kedua teknologi ini ialah sama sama menggunakan

1
gas sisa proses sebagai media panas dan meminimalisir gas NOx yang di
hasilkan. Selain NOx perusahaan ini juga mengahsilkan limbah padat,
cair, gas dan Limbah B3.
Dalam pengelolaan limbah B3 PT MNK mengacu UU No 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 59.
Pasal ini menyatakan bahwa setiap orang yang mengasilkan limbah B3
wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkanya Limbah B3
yang dihasilkan oleh PT MNK diantara lain oli bekas, resin, aditif sisa, dan
chemical cleaning. Tujuan pengelolaan Limbah B3 ialah mencegah dan
menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh limbah B3 agar kualitas lingkungan hidup yang sudah
tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kerja praktik ini ialah :
1. Mengetahui sumber timbulan limbah B3 di PT MNK
2. Memahami jenis, karakteristik limbah B3 yang dihasilkan di PT MNK
3. Memahami proses pengelolaan limbah B3 di PT MNK
1.3 Ruang lingkup masalah
Ruang lingkup permasalahan yang diuraikan dalam laporan saya sebagai
berikut :
1. Sumber timbulan limbah B3 PT MNK
2. Jenis dan karakteristik limbah B3 PT MNK
3. Proses pengelolaan limbah B3 PT MNK
1.4 Waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek
Kegiatan kerja praktik ini dilaksanakan pada :
1. Tanggal : 2 Juli – 14 Agustus 2018
2. Tempat : PT MNK, Cikampek Jawa Barat, Indonesia
3. Waktu pelaksanaan : Senin – Jumat
Senin (07.00 - 16.00) istirahat (11.30-12.30)
Jumat (07.00 – 16.30) istirahat (11.30-13.00)

2
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah, Pofil, Visi Misi dan Strategi

2.1.1. Sejarah
Berdirinya Perusahaan ini diawali dengan penandatanganan
perjanjian usaha pada tanggal 10 februari 1987 oleh ketiga mitra usaha,
masing-masing ialah PT Bimantara Citra, PT Pupuk Kujang dan Yayasan
Dana Abadi Karya Bakti (DAKAB). Tanggal 10 April 1987 dibentuklah
badan usaha Perseroan Terbatas dengan nama PT Multi Nitrotama Kimia
(PT MNK) berdasarkan akta notaris Imas fatimah SH, nomor 84 di Jakarta
dengan status Penenaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Produksi
perdana pabrik Asam nitrat tanggal 20 juni 1990 dan pabrik Ammonium
nitrate tanggal 5 Juli 1990. Kedua unit pabrik ini terletak di kawasan
Industri Pupuk Kujang Cikampek dengan menempati lahan seluas 5
hektar. Kapasitas masing-masing pabrik, untuk asam nitrat 55.000
MT/tahun dan amonium nitrat 37.000 MT/tahun.
Pada tahun 1994 PT MNK memulai perluasan bisnisnya dengan
melakuakan suplai asesoris peledakan sekaligus melakukan jasa
peledakan di area tambang pelanggan. Pada tahun 2000 PT MNK
melakukan perubahan lingkup bisnisnya, yang semula sebagai pelaku
industri berbasis nitrat, menjadi “explosive manufacturer & mining
services. Secara resmi pada tanggal 10 april 2007, PT MNK melakukan
lagi perubahan fokus bisnisnya menjadi “PT MNK Mining Services” di
bidang explosive secara terintegrasi.
Pada tahun 2007 Bimantara menjual saham mereka di PT.MNK ke
PT Sumber Daya Ancora Indonesia (AIR). Kemudian pada tahun 2009
PT.AIR melakukan injeksi modal ke PT.MNK sehingga komposisi
pemegang saham sebesar 50% untuk PT.AIR, 25% untuk Yayasan
DAKAB dan PT.Pupuk Kujang. Pada tahun 2010 PT MNK mulai
melakukan pembangunan pabrik Ammonium nitrate dengan kapasitas
produksi 100.000 MT/Tahun

3
Pada tanggal 17 januari 2011 PT MNK berhasil mendapatkan
sertifikasi standar SNI ISO : 2008 , ISO 14001:2004,&OHSAS 18001:2007
dari badan sertifikasi Sucofindo International Certificate Service.Pabrik
Amonium Nitrat baru (MNK-2) mulai berproduksi secara komersial pada
bulan Februari 2012.

2.1.2. Profil, Visi, Misi dan Strategi

Sumber : PT MNK
Gambar 2.1 Logo PT Multi Nitrotamakimia

Nama perusahaan PT Multi Nitrotama Kimia (PT MNK)

Lokasi/ alamat perusahaan Pabrik : kawasan industri kujang


cikampek, jalan jendral ahmad yani,
dawuan, cikampek jawa barat 41373
Kantor : equity tower 40 th floor suite
E,SCB
D, Jalan Jendral Sudirman kav 52 -53 lot
9, Jakarta
Gedung BRI Balikpapan 8th floor, jalan
jendral sudirman no 37 Balik papan
Telepon : (0264) 313 700, 313390
Telefax : (0264) 313389, 300875

Status tahun pendirian, dan Status perusahaan adalah perseroan


jenis perusahaan terbatas. PT MNK didirikan pada tanggal
10 April 1987. PT MNK merupakan
perusahaan yang bergerak dibidang
produksi bahana baku peldeak dan jasa
peledakan untuk pertambangan.

Produk perusahaan Produk perusahaan adalah asam nitrat


dan amonium nitrat yang meliputi

4
High Density Ammonium Nitrat (HDAN),
Low Density Ammonium Nitrat (LDAN),
Chemical Pure Ammonium Nitrate
(CPNA). PT MNK juga menawarkan jasa
peledakan di lokasi jasa pertambangan.

Kapasitas produksi Ammonium Nitrate = 150.000 MT per


tahun (50.000 MT Pertahun dari MNK 1
dan 100.000 MT pertahun MNK-2. Asam
nitrat 280 ton perhari dari MNK 2

Asam nitrat : DM. WEATHERLY USA


Teknologi proses (MNK 1) CHEMICO USA (MNK 2)

Ammonium nitrat : Kaltenbach thuring


france (MNK 1) CFlh France (MNK 2)

Produksi perdana Juli 1990

Visi perusahaan Menjadi perusahaan kebanggaan


Indonesia yang terkemuka di industri
pertambangan.

Misi perusahaan 1. Menjadi mitra bisnis yang handal dan


dapat dipercaya bagi setiap pelanggan.
2. Menciptakan lingkungan kerja yang
aman, bersih dan ramah lingkungan.
3. Menciptakan nilai bagi pemegang
saham dan berkontribusi terhadap
perekonomian dan masyarakat
Indonesia.
4. Bertindak dengan menjunjung tinggi
intregritas kepercayaan dan rasa
hormat.
5. Mengembangkan kompetensi karyawan
dan inovasi perusahaan untuk

5
mencapai visi.

Strategi
1. Meningkatkan kepasitas dan efisiensi
produksi
2. Mengembangkan kemampuan jasa
peledakan yang berwawasan
lingkungan dan keselamatan &
kesehatan kerja
3. Mengembangkan industri Explosive
Accessories
4. Mengembangkan sistem logistik yang
efektif
5. Mengembangkan dan meningkatkan
SDM yang berkualitas tinggi dan
berkompeten.

2.2 Struktur organisasi dan Fungsi bagian bagian

2.2.1 Struktur organisasi

Sumber : PT MNK
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT MNK

6
Sumber : PT MNK

Gambar 2.2 Struktur Departemen EHS PT MNK

2.2.2 Uraian tugas dan tanggung jawab organisasi EHS

2.2.2.1 Supervisor Enviro

1. Menyusun program kerja tahunan untuk kegiatan operasional unit


kerjanya dengan mengacu pada kebijakan dan program kerja
tahunan unit kerja EHS dan memonitor implementasinya dengan
efektif, efisien, dan tepat waktu guna mendukung kegiatan
operasional perusahaan agar berjalan lancar, aman, sehat
lingkungan, dan terhindar dari kecelakaan kerja.

2. Menyusun jadwal kegiatan sosialisasi dan pelatihan yang terkait


dengan EHS dan memastikan agar jadwal tersebut dibuat dan
dikoordinasikan dengan efektif sehingga dapat diikuti oleh semua
pihak terkait dengan optimal dan tepat waktu.

3. Melakukan koordinasi dengan seluruh unit kerja perusahaan dalam


melakukan sosialisasi reguler tentang kebijakan, sistem, dan SOP
yang terkait dengan EHS (“Safety Campaign”) agar seluruh
karyawan di seluruh wilayah kerja PTMNK selalu peduli terhadap
keamanan, kesehatan, lingkungan, dan keselamatan kerja dan
mengikuti peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan.

7
4. Memberikan “induction program” kepada karyawan baru, tamu, dan
pihak terkait lainnya agar timbul kesadaran mereka untuk mengikuti
standar prosedur yang telah ditetapkan dalam hal yang terkait
dengan “Safety, Health, dan Environment” (EHS)

5. Melaksanakan pemantauan mengenai penerapan EHS manajemen


system di perusahaan agar dilaksanakan sesuai dengan kebijakan
dan SOP yang berlaku sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan
lancar, aman, tertib, dan sesuai dengan ketetapan pemerintah
yang berlaku.

6. Melakukan kegiatan pencegahan kejadian (preventive analysis)


dengan membuat rambu-rambu /poster yang terkait dengan EHS
guna meningkatkan kesadaran seluruh karyawan serta tamu-tamu
yang berkunjung mengenai prosedur dan peraturan EHS yang
berlaku.

7. Melaksanakan pelatihan K3L sesuai dengan matrix pelatihan


kepada seluruh karyawan

8. Memantau dan menilai kinerja bawahan langsung maupun tak


langsung secara periodik, mengidentifikasi dan mengevaluasi
kebutuhan training dan mengembangkan kompetensi mereka,
serta memberikan ‘feedback’ yang membangun guna
meningkatkan kapabilitas dan kinerja individu terkait maupun unit
kerja secara keseluruhan.

9. Menangani kejadian lingkungan (jika terjadi) dengan cepat dan


tanggap serta melakukan analisa komprehensif untuk mengetahui
penyebab terjadinya kejadian serta menindaklanjutinya dengan
efektif dan sesuai SOP dan peraturan yang berlaku.

10. Menangani kecelakaan kerja (jika terjadi) dengan cepat dan


tanggap serta melakukan analisa komprehensif untuk mengetahui
penyebab terjadinya kecelakaan serta menindaklanjutinya dengan
efektif dan sesuai SOP dan peraturan yang berlaku

11. Melakukan audit kepatuhan terhadap Peraturan Perundangan


Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan Indonesia serta
kebijakan, prosedur dan program PTMNK.

12. Memastikan data dan dokumen EHS dipelihara dan diperbaharui


sesui dengan ketentuan.

13. Membuat laporan UPL dan UKL setiap 6 bulan dan melaporkannya

8
ke KLH Setempat.

14. Memantau progress atau perkembangan penerapan tindakan


perbaikan yang diperlukan dari hasil accident investigation,
inspection dan audit, dll. untuk memastikan tindak lanjut atau
tindakan perbaikan sesuai dan dilaksanakan tepat waktu.

2.2.2.2 Super Safety and Fire

1. Melaksanakan pemantauan mengenai penerapan EHS manajemen


system di perusahaan agar dilaksanakan sesuai dengan kebijakan
dan SOP yang berlaku sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan
lancar dan aman.
2. Melakukan kegiatan pencegahan kejadian (preventive analysis)
dengan inspeksi, membuat rambu-rambu /poster dan safety talk
yang terkait dengan EHS guna meningkatkan kesadaran seluruh
karyawan mengenai prosedur dan peraturan EHS yang berlaku.
3. Menangani dan menyelidiki kecelakaan kerja (jika terjadi) dengan
cepat dan tanggap untuk mencegah lebih parahnya kejadian serta
melakukan analisa secara umum untuk mengetahui penyebab
terjadinya kecelakaan.
4. Melakukan analisa kepatuhan terhadap Peraturan K3L dan
melaporkan hasilnya ke EHS Supervisor.
5. Memasukan, memelihara dan memperbaharui seluruh data dan
dokumen EHS dalam bentuk hard copy sesuai dengan ketentuan,
agar lebih memudahkan dalam pencarian data atau dokumen
tersebut jika suatu saat dibutuhkan.
6. Terlibat aktif dalam pelatihan dan simulasi tanggap darurat untuk
memberikan pemaham setiap karyawan dalam merespon keadaan
darurat.
7. Memantau progress tindakan perbaikan dari hasil pemantaun
kepatuhan K3L
8. Melakukan pengelolaan lingkungan sesuai dengan program K3L
untuk mencegah pencemaran lingkungan.
9. Memberikan masukan terkaitan kinerja K3L dan usulan tindakan
perbaikannya kepada EHS Supervisor.
10. Memberikan “induction program” kepada karyawan baru, tamu, dan
pihak terkait lainnya agar timbul kesadaran mereka untuk mengikuti
standar prosedur yang telah ditetapkan dalam hal yang terkait
dengan “Safety, Health, dan Environment” (EHS).
2.3 Uraian Proses Produksi
PT MNK memiliki dua pabrik yang beroperasi yaitu MNK 1 dan
MNK 2. Baik MNK 1 dan MNK 2 memproduksi produk yang sama yaitu
asam nitrat dan aminium nitrat. MNK 1 memiliki kapasitas produkasi yang

9
lebih kecil dari pada MNK 2. MNK 1 memproduksi AN sebesar 50.000 MT
per tahun. Sedangkan MNK 2 mampu memproduksi 100.0000 MT per
tahun.

Gambar 2.1 Produk Amonium Nitrat


2.3.1 Unit Produksi Asam Nitrat
Asam nitrat sebagai bahan baku produksi aminium nitrat
diproduksi sendir oleh PT MNK. Pabrik MNK 2 mampu memproduksi
asam nitrt dengan konsenstrasi 57,5% sebesar 280 ton per hair. Produksi
asam nitrat pada pabrik MNK-2 menggunakan Chemical Construction
Company (Chemico). Teknologi ini memanfaatkan process gas yang
dihasilkan sebagai media pemanas sehingga emisi NOX di udara dapat
dikurangi.
2.3.1.1 Persiapan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk sintensis asam nitrat adalah
amonia, udara dan air. Amona dari Ammonia Storage Tank dipisahkan
dari padatan kotor dengan filter. Selanjutnya diuapkan dalam ammonia
Vaporizer (NA-E-004) dengan menggunkan Low Pressure Steam (LPS).
Uap yang dihasilkan kemudian dialirkan melewati Ammonia Mist
Eliminator (NA-V-001) untuk menahan droplet amonia yang terbawa uap
amonia. Sementara yang lolos dari Ammonia Mist Eliminator (NA-V-001)
dinaikkan suhunya dalam Ammonia Superhater (NA-E-005) dengan
menggunkan High Pressure Steam (HPS) sebagai pemanas. Amonia cair
yang tidak lolos kembali akan terkumpl kembali di Ammonia Mist
Eliminator (NA-V-001).

10
Kebutuhan udara PT MNK disuplai dari udara atmosfer kemudian
dialirkan memasuki Air Intake Filter (NA-F-001). Udara kemudian
dikompresi dalam kompreseor udara 4 tahap Multi Stage Air Compressor
(NA-C-001). Dalam setiap tahapnya terjadi proses pendinginan pada
udara yang di kompresi. Pendinginan udara ini bertujuan untuk
meningkatkan kinerja kompresor dan mengurangi kemungkinan kenaikan
temperatur yang berlebihan. Setelah melalui kompresor udara di alirkan
menjadi dua iatu aliran process air (udara proses) dan bleach air (udara
pemucat). Sebelum dialirkan udara disaringng dalam compressed Air
Filter ((NA-F-006) untuk menghilangkan kotoran dari pipa dan kotoran
lainnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi pada katalis.
Pembagian udaranya adalh 80% untuk udara proses dan 20% untuk
udara pemucat.
Kebutuhan air PT MNK disuplai dari PT Pupuk Kujang Cikampek.
Air di alirkan melewati Filtered water kemudian diolah di Demineralized
water untuk dijadikan air demin. Air demin digunakan untuk umpan pada
Absorption tower (NA-V-002) dan Massar Tower (NA-V-003).
2.3.1.2 Persiapan Media Pendingin
Media pendingin menggunakan campuran air deminerlisasi
dengan etilen glikol 10%. Media pendingin disiapkan didalam heat
exchanger jenis shell & tube. Media pendingin mengalir pada tube,
sedangkan amonia mengalir di dalam shell. Media pendingin ini juga
digunakan untuk mendinginkan bagian atas Absoprtion Tower.
2.4.1.3 Persiapan Katalis
Katalis yang digunakan merupakan campuran 90% rodium,
rodium 50% dan paladium 5% tipe nitro-loc kniited catalyst yang berbentuk
kawat. Katalis dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan
menggunakan gas hidrogen hingga berwarna merah dan mencapai suhu
651̊C. Pada temperatur tersebut merupakan titik nyala amonia sehingga
amonia dapat menyala di sekitar katalis. Katalis digunakan untuk oksidasi
amonia pada Ammonia Converter cone (NA-R-001).
2.3.1.3 Oksidasi Amonia

11
Pada unit ini terjadi reaksi pembentukan gas NOx dan uap air
dari percampuran uap amonia dan udara. Uap amonia dan udara di
campur pada Ammonia Air Static Mixer. Mixer ini berupa pipa dengan
baffle sehingga akan terbentuk aliran yang turbulen. Perbandingan antara
uap amonia dan udara adalah 1:10,5 persen volume. Campuran kemudian
dialirkan menuju Ammmonia Converter Cone (NA-R-001). Pada
Ammmonia Converter Cone (NA-R-001) terjadi reaksi eksoterm oksidasi
amonia. Rekasi ini dibantu dengan katalis platina,rodium dan paladium

4NH3(g) + 5 O2(g) → 4NO(g) + 6H2O(g) ∆H928̊C = -183,56 kcal/gmol (1)

Temperatur Ammmonia Converter Cone (NA-R-001) pada kisaran 870


hingga 928 C. Reaksi (1) 90-95%. Selain reaksi satu terdapat
kemungkinan terjadi rekasi pembentukan gas sampingan berupa gas
nitrogen .

4NH3(g) + 3 O2(g) → 2 N(g) + 6H2O(g) ∆H928̊C = -263,6 kcal/gmol (2)


2.3.1.4 Oksidasi Gas NO
Oksidasi gas NO dilakukan dengan menyerap panas dari gas
keluaran Amonia Converter (NA-R-001) pada Nitric Acid Heat Train. Nitric
Heat Train terdiri atas Burner Chamber Boiler (2-E-006), Burner Gas
Boiler (2-E-007). Pada proses pengambilan panas terjadi reaksi oksidasi
lanjutan sesuai dengan reaksi (3)
2 NO(g) + O2(g) → 2NO(g) ∆H173C = -183,56 kcal/gmol (3)
Gas dari Nitric Acid train kemudian dialirkan ke cooler condenser
(NA-E-001) untuk mengalami proses pendinginan. Uap air akan
mengembun dan bereaksi dengan NO2 membentuk asam nitrat sesuai
dengan rekasi (4).
3NO2(g) + H2O(l) → 2 HNO3(aq) + NO(g) ∆H 56C = -17,07 kcal/gmol (4)
Dari reaksi ini dihasilkan asam nitrat dengan konsentrasi 35-45%.
Konsentrasi asm nitrat yang tidak teralu tinggi disebabkan asam nitrat
masih menggandung air dan NO3
2.4.1.7 Absorpsi

12
Absorpsi yang dimaksudkan disini adalah mengontakkan kembali
NO2 yang belum beraksi dengan H2O untuk menghasilkan asam nitrat.
Proses absorpsi terjadi pada Absorption Tower (NA-V-002) dan Masar
Tower (2-V-003). Reaksi yang terjadi pada Absorption Tower (NA-V-002)
dan Masar Tower (2-V-003) merupakan reaksi eksotermik dengan
efisiensi reaksi tinggi apabila berlangsung pada temperatur rendah.
Dengan temperatur rendah juga akan menurunkan kadar NO x pada tail
gas.
Pada bagian bawah Absorption Tower (NA-V-002), gas proses
yang masih mengandung NOx dikontakan dengan udara pemucat (Beach
air) sehingga menghasilkan gasNO2. Sebelum masuk kedalam Absorption
Tower (NA-V-002) Udara pemucat akan mengalami pendinginan di bleach
air cooler (NA-E-012). Udara pemucat bergerak ke atas dan mengalami
kontak dengan aliran weak acid menghasilkan reaksi (3) sehingga NO
yang tersissa berubah menjadi NO2. Asam itrat yang terbentuk dari proses
absorpsi memiliki konsentrasi 58%. Asam nitrat kemudian dikumpulkan di
dasar Absorption Tower (NA-V-002) dan kemudian masuk ke Nitric Acid
Storage Tank (NA-T-001) setalh mealaui Product Acid Filter (2-F-008).
2.4.1.8 Pengolahan Tail gas
Proses absoprsi gas NO2 di Absorption Tower (NA-V-002)
menghasilkan tail gas. Tail gas mengandung NO2 dan NO sekitar0,22%.
Sebelum dilepaskan ke atmosfer kandungan NOx pada tail gas harus
dikurangi sampai ambang batas yang diperbolehkan. Tail gas mengalami
pemanasan di Tail gas preHeater (NA-E-014) agar temperatur tail gas
berada di atas dew point. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari korosi
pada Tail gas Heater (NA-E-008). Kemudian tail gas mengalami
pemanasan lanjutan padaNitric Acid Heat train melalui pengambilan
panas aliran NOx. Selanjutnya tail gas masuk ke Turbine Gas Heater (NA-
E-010). Disini tail gas mengalami pemanasan dengan gas panasdari
Amonia Converter (NA-R-001).
Tail gas keluaran Turbine Gas Heater (NA-E-010) memilki
temepratur 475 C dan kandungan NOX sekitar 2200 ppm. Kandungan NOx

13
yang masih tinggi masih harus dikurangi kembali. Tail gas dicampurkan
dengan gas alam (CH4) pada Static Mixer (NA-z-002). Hal ini
mengakibatkan terjadinya reaksi antara oksigen dengan NO x dengan
bantuan akatalis platina menghasilkan nitrogen, karbon dioksida, dan uap
air. Kondesat bersih ditambahkan ke Static Mixer (NA-Z-002) dengan
tujuan menghindari perengkahan gas alam yang menyebabkan
terbentuknya karbon. Campuran gas alam dan tail gas kemudian dibakar
di Catalytic Combuster (NA-R-002). Saat pembakaran terjadi reaksi (5),
(6) dan (7). Selama proses ditambahkan Boiler feed water dengan
temperatur 105̊C untuk menjaga temperatur di dalam combuster tidak
terlalu tinggi.
CH4(g) + 4NO2(g) → CO29() + 2H2O(g) + 4 NO(g) ∆H650̊C=-49,45kcal/gmol
(5)
CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g) ∆H650̊C=-
175,37kcal/gmol (6)
CH4(g) + 4NO(g) → CO29g) + 2H2O(g) + 2 N2(g) ∆H650̊C=-233,17kcal/gmol (7)
Akibat reaksi pembakaran tersebut,kadar NOx turun sampai
mendekati nol sesuai dengan kadar yang diperbolehkan. Selanjutnya,tail
dialirkan ke Hot gas expander (NA-GT-001). Tail gas akan mengalami
ekspansi dan menghasilkan daya. Daya yang ada dimanfaatkan untuk
menggerakkan Multistage Air compressor (NA-C-001). Sementara itu
temperatur tail gas yang masih cukup tinggi dimanfaatkan untuk
memanaskan Turbine gas Boiler (NA-E015). Gas keluar kemudian
dilepaskan ke atsmosfer melalui Tail gas Stack (NA-J-001).
2.3.2 Unit Produksi Amonium Nitrat
MNK-2 menggunakann teknologi Kaltenbanch Thuring dari
Perancis untuk produksi Amonium nitratnhya. Secara garis besar, unit
produksi amonium nitrat terbagi menjadi dua yaitu tahap operasi basah
dan tahap operasi kering.
2.3.2.1 Tahap Operasi Basah

2.3.2.1.1 Persiapan Bahan Baku

14
Amonium nitrat dari bahan baku berupa asam nitrat dan amonia.
Asam nitrat diproduksi oleh PT MNK dan amonia dipasok dari PT Pupuk
Kujang Cikampek. Amonia cair disaring dengan filter (AN-z-020 A/B) untuk
menyairng pengotor berupal oil. Amonia cair kemudian dievaporasi di
Amonia Evaporator (AN-E-002) sehingga amonia menjadi fasa gas. Gas
amoni kemudian dinaikkaan temperaturnya dalam Amonia SuperHeater
(AN-E-001) dengan menggunakn proses steam.
2.3.2.1.2 Netralisasi
Netralisasi merupakan proses reaksi gas amonia dengan asam
nitrat cair 57,5% menghsailkan amonium nitrat di dalam Neutrallizer (AN-
R-001). Amonia dengan temperatur 70̊C dan tekanan 6,3 bar dan asam
nirat dengan temperatur 35,1̊C dan tekanan 7,5 bar di masukkan ke
Neutrallizer (AN-R-001) dengan perbandingan mol 1:1. Reaksi
pembentukan amonium nitrat ditunjukkan pada persamaan (8). Reaksi
bersifat eksotermis pada temperatur 180̊C dan tekanan 4,7 bar . Amonium
nitrat yang dihasilkan memilki konsentrasi 78%.

NH3(g) + HNO3(aq) → NH4NO(aq) ∆H298,15C=-15,3384kcal/gmol (8)

2.3.2.1.3 Pemekatan Amonium Nitrat


Ammonium yang dihasilkan dari proses netralisasi baru memiki
konsentrasi 78%. Sedangkan standar produk yang dimilki PT MNK adalah
97,5%. Untuk itu dilakukan pemekatan di dalam Evaporator (AN-E-003B)
untuk memisahkan kandungan air.
Sebelum diuapkan larutan amonium nirat ditampung di dalam
Evaporator Flash drum (AN-E-003A). Larutan amonium nitrat mengalami
ekspansi tekanan dari 4,7 bar menjadi 0,3 bar selama di dalam Evaporator
Flash drum. Ekspansi dilakukan untuk menurunkan titik didih amonium
nitrat dan diharapkan dengan begitu dapat menrunkan jumlah panas yang
dibutuhkan untuk menguapkan amonium. Kemudian larutan aminium nitrat
78% diumpakan bersama dengan amonium nitrat 50% dari scrubber tank
(AN-T-008) ke Evaporator separator (AN-E-003B).

15
Evaporator bekerja dalam kondisi tekan vakum (0,32 bar) dan
temperatur 160̊C. Media pemanas yang digunakan Evaporator adalah
processs steam dari Neutralizer (AN-R-001). Pada prosesnya amonium
nitrat 97,5% dihasilkaan saat titik didih dan proces steam (170 C) berada
pada kesetimbangan. Amonium nitrat 97,5% kemudian masuk ke
Evaporator Separator (AN-E-003B) untuk memisahkan amonium nitrat
yang masih mengandung uap air. Pemisahan amonium nitrat dengan uap
air didasari prinsip perbedaan massa jenis. Uap air akan mengalir ke
bagian atas separator menuju Evaporator condenser (AN-E-004),
sedangkan larutan amonium nitrat pekat akan mengalir ke bagian bawah
separator menuju Remelt tank (AN-T-002).

16
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

2.3.2.2 Tahap operasi kering


2.4.2.2.1 Pembutiran (prilling)
Pril ammonium nitrat dibentuk dari ammonium nitrat yang
dibutirkan di Prilling Tower (AN V-002). Ammonium nitrat pekat
dipompakan ke filter (AN-F-001A) ukuran 100 mikron. Selanjutnya
ammonium dialirkan menuju Head Tank (AN-T-004) bagian atas Prilling
Tower. Pada tahap ini ammonium nitrat ditambahkan solid additive.
Penambahan ini dilakukan agar pril membentuk rongga, menjaga ke
stabilan, struktur, mencegah penggumpalan, dan menghasilkan pril yang
seragam. Pada proses ini juga gas ammonia perlu ditambahkan untuk
menjaga ke stabilan pH pada Head Tank.
Ammonium nitrat pada Head Tank (AN-T-004) dialirkan pada
Prilling Nozzle ( AN-Z-002ABC) pada bagian atas Prilling Tower (AN V-
002). Pada bagian ini ammonium nitrat pekat akan dibentuk butiran cair
ammonium nitrat pekat ke dasar prilling nozzle akibat gravitasi. Selama
proses ini berlangsung butiran ammonium nitrat dikontakan dengan udara
yang dihembuskan dari Prilling Blower (AN-C-001) dari Prilling Scrubber
(AN-0V-003). Kontak tersebut mengakibatkan butiran ammonium nitrat
mengalami penurunan temperatur hingga mencapai titik beku amonium
nitrat dan terjadi proses solidifikasi. Proses ini menghasilkan prill pada
temperature 80-85 oC. prill yang terbentuk akan ditampung pada Bottom
Prilling Tower (AN V-002) dan dialirkan dengan Prillling Tower Conveyor
(AN-L-001).
Udara yang telah dikontakkan dengan butiran ammonium nitrat
masih mengandung debu dialirkan pada Prilling Scrubber (AN-0V-003).
Pada tahap ini udara di kontakan dengan air agar ammonium nitrat
terperangkap dalam bentuk cair lalu dialirkan pada Scrubber Tank (AN-T-
008) ,sedang udara yang bebas oleh ammonium nitrat dari Prilling
Scrubber (AN-0V-003) kemudian di recycle pada Prilling Tower (AN V-
002) untuk dikontakan pada ammonium nitrat kembali.
2.3.2.2.2 Pengeringan prill
Prill yang masih basah dari konveyor dilairkan pada unit
pengeringan. Tujuan dari pengeringan ini untuk menghilangkan air yang
terperangkap pada rogga-rongga prill ammonium nitrat dari 2,5 % menjadi
0.1 %. Proses pengeringan berlangsung dua tahap yaitu Pre Dryer dan
Dryer (AN-E-014). Tahap ini berjenis rotary drum dengan media udara
sebagai pengering. Pada pre dryer temperature udara 55 oC yang berasal
dari Process Steam Pre Heater ( AN-E-008) dan dikontakan searah
sehingga kadarnya menjadi 0,2 % dan prilll menjadi berongga dan berpori
pori. Selanjutnya prill dialirkan pada dryer dan dikontakan pada udara
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

kering 120 oC. kadar prill mengalami penurunan hingga 0,1 % pada
bagian dryer struktur prill yang mengkerut akan kembali mengembang dan
membentuk pori-pori. Temperatur prill pada tahap ini berkisar 90-95 oC.
prill keluaran pre dryer & dryer dipindahkan dengan Prill Conveyor (AN-
L-002/1) dan Dyer Conveyor (AN-L-002/2) dan Screen Feed Bucked
Elevator (AN-L-003) menuju proses pengayakan.
2.3.2.2.3 Pengayakan prill
Pada tahap ini prill akan diayak dengan screen ( AN-S-001) hingga
diperoleh prill 0.01-0.4 mm) dan ukuran terbaik sekitar 1-2 mm. prill yang
memenuhi spesifikasi di kembalikan ke remel tank (AN-T-002) untuk di
leleehkan dan diumpankan kembali ke prilling tower(AN V-002). Prill yang
sesuai standar akan didinginkan pada fuidized Cooler (AN-E-011).
2.3.2.2.4 Pendinginan Prill
Prill pada tahap ini akan mengalami penurunan temperature akibat
di dinginkan pada Fuidized Cooler (AN-E-011). Udara pendinginan
dihembuskan pada 1st dan 2nd Table Blower (AN-C-001) & (AN-C-003).
Proses fluidisasi mengasilkan perpindahan panas antara udara pendingin
dengan prill. Prill yang semula bertemperatur 80 oC akan menurun jadi 30o
C , dan udara yang akan meninggalkan alat dilepaskan oleh 1st dan 2nd
Table Exhauster (AN-C-005) dan (AN-C-006) kemudian dikeluarkan
menuju Pre Dryer dan Dryer (AN-E-014).
2.3.2.2.5 Pelapisan Prill
Prill pada tahap ini dilapisi dengan coating oil dengan tujuan agar
tidak terjadi penggumpalan saat penyimpanan maupun saat
peendistribusian. Coating oil mulanya berbentukn padatan kemudian
dilelehkan oleh Coating Agen Melter ( AN-E-012) dan ditampung oleh
Coating Oil Tank (AN-T-011) ke Coating Drum (AN-T-011) . Drum akan
berotasi dan pril akan disemprotkan oleh coating oil dalam bentuk spray
dan prill selanjutnya akan dikemas.
2.3.2.2.6 Pengemasan prill
Prill dari Coating Drum (AN-T-011) akan dibawa oleh Storage
Elevator (AN-L-005) dan Discharge Conveyor (AN-L-006) ke tempat
penyimpanan prill yaitu Prill Silo (AN-V008). Prill ini harus dijaga
temperature dan kelembabanya dengan air humidity karena prill bersifat
higroskopis agar dapat bertahan selama 12 jam sebelum pegemasan. Prill
kemudian dikemas dengan bagging machine (AN-Z-032) dengan
kapasitas tiap kemasan 1000 kg. selanjutnya prill disimpan pada prill
warehouse. Pada penyimpanan ini prill dibatasi menjadi dua tumpuk untuk
mencegah pengerasan pada bagian kemasan bawah.
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

2.3.2.3 Tahap recoveri product


2.3.2.3.1 Proses Condensate Treatment
Proses condensate treatmen (PCT) ialah Unit recovery ammonium
nitrat dari kondensat yang menghasilkan konsentrat dan treated
condensate. Kondensate yang dihasilkan oleh process steam yang telah
dimanfaatkan panasnya oleh pabrik ammonium nitrat MNK2. Sedangkan
treated condensate kondensat dengan kandungan ammonium nitrat
seminimum mungkin. Prinsip kerja PCT dengan cara menguapkan air
yang terkandung dalam kondensate menguapkan air yang terkandung
dalam kondensat sehingga yang dihasilkan konsentrat yang
menagandung ammonium nitrat dan kondensat berupa air.
PCT terdiri dari dua unit faling film evaporator yaitu 1st effect
evaporator (AN-E-0122A) dan 2nd effect evaporator (AN-E-0122A) dan
dua unit condenser. Pada prosesnya faling film evaporator berfungsi
memisah uap kondensat dan konsentrat. Process condensate dari trangki
penampung dialirkan dari tangki penampung menuju 2nd effect evaporator
sedangkan kukus dialirkan menuju 1st effect evaporator. Pada tahap ini
akan terjadi penguapan yang disebabkan oleh pemanasan kukus dari
keluaran shell 1st effect evaporator dan upa dari separator. Konsentrat
yang dihasilkan menuju bagian bawah dan uapnya menuju separator.
Uap yang dihasilkan akan dipisahkan kembali dengan cairanya dan
mengalir ke vapour condenser untuk dicairkan sedangkan cairanya
menuju bagian bawah 2nd effect evaporator. Kondensat keluaran 2nd effect
evaporator akan dialirkan ke 1st effect evaporator untuk proses
penguapan selanjutnya.
2.3.2.4 Scrubbing
Scrubbing merupakan proses recovery debu ammonium nitrat dari
udara proses di unit scrubber (AN-V-004). Proses ini dilakukan dengan
cara mengontakan udara proses dengan air demin. Umpan akan menuju
ke bawah sedang air demin akan disemprotkan bagian atas scrubber.
Debu ammonium nitrat akan larut dalam air demin dan membentuk larutan
sehingga udara umpan akan menjadi bersih. Udara bersih akan naik ke
atas melalui scrubber entraiment separator (AN-F-007) agar menghindari
kontak udara yang mengandung ammonium nitrat. Udara bersih akan
dilepaskan ke atmosfer dan larutan ammonium nitrat akan ditampung
pada scrubber tank (AN-T-008) bersama dengan konsentrat ammonium
nitrat 30% dari unit PCT larutan ammonium nitrat dari prilling scrubber
(AN-V-004) dan purge darii vacuum system PCT.

2.4 Uraian peralatan


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

2.4.1 Peralatan Utama Produksi Asam Nitrat

2.4.1.1 Air Compressor Set

Air Compressor Set berfungsi menyediakan udara bertekanan


pada keseluruhan proses produksi asam nitrat. Air compressor set terdiri
atas kompresor udara, steam turbin, dan Hot Gas Expander. Pada unit ini
kompresor bekerja dengan energi dari kukus turbin dan Hot Gas
Expander. Pada saat start up kompresor bekerja melalui suplai energi dari
Hot Gas Expander yang bekerja dengan bahan bakar gas alam. Namun
saat proses Ammonia Converter sudah berjalan energi kompresor berasal
dari kukus turbin dan Hot Gas Expander dengan gas perbandingan kerja
1:1.

2.4.1.2 Filter

Filter digunakan untuk persiapan bahan baku ada jenis yaitu


Compress Air Filter dan Ammonia Filter. Compresse Air Filter berfungsi
menyaring udara keluaran kompresor dari pengotor yang terbawa dari
kompresor sebelum masuk ke mixer. Sedangkan ammonia filter berfungsi
menyaring gas amonia sebelum masuk ke mixer.

2.4.1.3 Oksidasi ammonia

a) Ammonia Air Static Mixer

Ammonia Air Static Mixer berfungsi mencampur udara terkompresi


dengan gas ammonia sebelum direaksikan pada Ammonia Converter.

b) Ammonia Converter Cone

Ammonia Converter Cone adalah tempat konversi campuran


udara terkompresi dan gas ammonia menjadi nitrogen oksida dengan
bantuan katalis campuran platina, palladium, dan rhodium.

2.4.1.4 Oksidasi gas NO

Gas NO dapat teroksidasi apabila gas keluaran Ammonia


Converter mengalami penurunan temperatur tersebut dilakukan dengan
cara melewatkan pada rangkaian Heat Train. Heat train terdiri atas Waste
Heater Boiler, Boiler Feed Water,dan Tail Gas Heater. Waste head boiler
1 dan 2 berfungsi menghasilkan LP steam HP steam dari keluaran
Ammonia Converter Cone. Boiler Feed Water berfungsi memanaskan
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

umpan boiler dengan panas yang dibawa gas proses ammonia converter.
Sedangkan Tail Gas Heater berfungsi memanaskan gas buang.

2.4.1.5 Absorpsi

Peralatan utama proses absorpsi ialah Absorpsion Tower ( AN-V-


002) dan Masar Tower (AN-V-003). Absorsion Tower berfungsi
memproduksi asam nitrat 57.5% melalui kontak anatar NOx dengan air.
Masar tower berfungsi sebagai tempat terjadinya konversi sisa NOx
berlebih dari kolom absorpsi menjadi asam nitrat.

2.4.1.6 Pengolahan tail gas

Tail Gas merupakan gas hasil produksi yang memiliki kadar NOx
yang tinggi. NOx harus diolah terlebih dahulu agar tidak berbahaya saat
dilepaskan ke atmosfer. Perlatan pengolahan ini meliputi Natural Gas
Filter, Tail Gas –Natural Gas Static Mixer, Catalytic Combuster dan
Exhause Stack.

2.4.2 Peralatan Utama unit Produksi Amonium Nitrat

2.4.2.1 Tahap produksi Basah

Proses produksi basah meliputi pembentukan amonium nitrat dan


reaksi pemekatan amonium nitrat. Reksi pembentukan amonium nitrat
78% terjadi pada neutralizer (AN-R-001). Amoium nitrat 78% dipekatkan
dengan Falling Film Evaporator. Falling Film Evaporator terdiri atas
Evaporator Flash Drum (AN-E-003A), Evaporator (AN-E-003B) dan
Evaporator Separator (AN-E-003). Evaporator Flash Drum berfungsi
sebagai penampungan dan ekspansi amonium nitrat sehingga tekanan
dan titik diddih amonium nitrat lebih rendah sebelum dipekatkan. Amonium
nitrat keluaran flash drum kemudian dipekatkan dengan Evaporator.

2.5.2.2 Tahap Operasi Kering

Tahap operasi kering diawali dengan proses penyaringan


amonium nitrat 97,5%. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan
Solution Filters (AN-F-001A/B). Amonium nitrat yang sudah disaring
dialirkan ke head tank ( AN-T-004) kemudian dibutirkn di prilling tower.
Head Tank dilengkapi dengan Agiator (AN-N-002) untuk pencampuran zat
aditif pada amonium nitrat.
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Amonium nitrat dari head tank kemudian dialirkan ke Prilling Nozle


(AN-Z-002ABC) untuk dibutirkan. Terdapat tiga buah nozzle dengan
kondisi nozzle yang standby. Aliran udara yang digunakan untuk kontak
dengan butiran amonium nitrat dispulai dari prilling Blower (AN-C-001).
Prill yang terbentuk kemudian dikurangi kadar airnya hingga0,2% di
Predry&dryer (AN-E-014). Prill yang sudah mengering kemudian diangkat
oleh screen feed Bucket Elevator (AN-L-003) ke screen (AN-S-001) untuk
diayak sesuai ukuran spesifikasi prill.

Prill yang masuk ke dalam spesifikasi kemudian didingnkan di


Fluidized Bed Cooler. Fluidized Bed Cooler menggunakan udara kering
dingin temperatur 5C. Setealah prill didinginkan, prill dilapisi dengan
coating agent didalam Coating Drum (AN-T-041). Prill yang sudah dilapisi
kemudian ddimsimpan dalam silo (AN-V-008A/B/C). Silo digunakan
sebagai tempat penyimpanan sementara amonium nitrat.

2.5.2.3 Process Condensate Treatment

Process Condesate Treatment (PCT) adalah unit untuk recovery


kandungan amonium nitrat di kondesat. PCT menggunakan 1 dan 2nd
Effect Evaporator untuk menguapakan air di kondesat sehingga dapat
dipisahkan antara konsentrat amonium nitrat dan treated condesate.

2.5.2.4 Scrubbing

Scrubber merupakan unit proses utama dalam proses scrubbing.


Scrubber digunakan untuk meperoler debu amonium nitrat yang masih
terkandung di udara proses.

2.5.3 Peralatan Unit Utilitas

Unit utilitas terdiri dari refrigerasi, demineralisasi air dan unit


penyimpanan air. Refrigerasi digunakan untuk menghasilkan air pendingin
dengan refrigeration package (AN-M-002). Sedangkan untuk air
demineralisasi digunakan unit demineralisasi air. Unit demineralisasi terdiri
dari Activated carbon Filter, Cation Exchanger, Anion Exchanger, Mixed
Bed Exchanger, Codesate Polisher. Air disimpan terlebih dahulu di unit
penyimpanan air apabila kebutuhan air untuk proses sudah di penuhi.
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN KERJA PRAKTEK

3.1 Jadwal Kerja Praktik

Kegiatan kerja praktik ini dilaksanakan selama 1.5 bulan yaitu dari
tanggal 2 Juli hingga 14 Agustus 2018. Bertempat di PT MNK, Cikampek,
Jawa Barat. Sesuai dengan peraturan menteri tenaga kerja dan
transmigrasi no 102 tahun 2004 jam kerja seorang karyawan adalh 40
jam/minggu untuk 5 hari kerja. Apabila lebih dari ketentuan tersebut maka
waktu dianggap jam lembur. Jadwal kerja praktik ini dilaksanakan setiap
hari Senin-Jumat dengan rincian sebagai berikut :

Waktu :Senin – Kamis 07.00 – 16.00 istirahat (11.30-12.30)

Jumat 07.00-16.30 istirahat (11.00–13.00)

Hari libur : Sabtu dan Minggu

3.2 Uraian Kegiatan Selama Kerja Praktik

Uraian kegiatan selama kerja praktik di PT MNK dapat dilihat pada tabel
3.1 sebagai berikut :

Table 3.1 uraian kegiatan kerja praktik PT Multi Nitrotama Kimia

Jam Kerja
No Tanggal Kegiatan
(WIB)
1 2 Juli 2018 07.00 - 16.00 Safety Induksi
2 3 Juli 2018 07.00 - 16.00 Kunjungan Ruang Control
3 4 Juli 2018 07.00 - 16.00 Mempelajari Proses Produksi
4 5 Juli 2018 07.00 - 16.00 Kunjungan Pabrik MNK 1 & 2
5 6 Juli 2018 07.00 - 16.30 Mempelajari Data Timbulan LB3
Mengamati Sampling Air Limbah
6 9 Juli 2018 07.00 - 16.00
Kunjungan TPS LB3
7 10 Juli 2018 07.00 - 16.00 Mengumpulkan profil perusahaan
8 11 Juli 2018 07.00 - 16.00 Kunjungan unit utilitas
Kunjungan unit produksi ammonium
9 12 Juli 2018 07.00 - 16.00 nitrat
10 13 Juli 2018 07.00 - 16.30 Mengamati proses Bagging
11 16 Juli 2018 07.00 - 16.00 Melanjutkan pembuatan laporan
12 17 Juli 2018 07.00 - 16.00 Melanjutkan pembuatan laporan
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

13 18 Juli 2018 07.00 - 16.00 Melanjutkan pembuatan laporan


14 19 Juli 2018 07.00 - 16.00 Melanjutkan pembuatan laporan
15 20 Juli 2018 07.00 - 16.30 Melanjutkan pembuatan laporan
16 23 Juli 2018 07.00 - 16.00 Melanjutkan pembuatan laporan
17 24 Juli 2018 07.00 - 16.00 Kunjungan ke kolam kawasan
18 25 Juli 2018 07.00 - 16.00 Melanjutkan pembuatan laporan
19 26 Juli 2018 07.00 - 16.00 Melanjutkan pembuatan laporan
20 27 Juli 2018 07.00 - 16.30 Mengekstrak peraturan Mentri LH
21 30 Juli 2018 07.00 - 16.00 Penyusunan laporan
22 31 Juli 2018 07.00 - 16.00 Penyusunan laporan
23 1 Agustus 2018 07.00 - 16.00 Pengujian Coating Oil
24 2 Agustus 2018 07.00 - 16.00 Penyusunan laporan
25 3 Agustus 2018 07.00 - 16.30
26 6 Agustus 2018 07.00 - 16.00
27 7 Agustus 2018 07.00 - 16.00
28 8 Agustus 2018 07.00 - 16.00
29 9 Agustus 2018 07.00 - 16.00
30 10 Agustus 2018 07.00 - 16.30
31 13 Agustus 2018 07.00 - 16.00
32 14 Agustus 2018 07.00 - 16.00
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

BAB IV
PEMBAHASAN TOPIK KERJA PRAKTEK

4.1 Dasar Teori Limbah B3


4.1.1 Definisi limbah B3
Berdasar PP No. 101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun limbah ialah sisa suatu usaha dan / kegiatan.
Ditinjau berdasarkan bentuknya limbah terbagi menjadi tiga jenis yaitu :
limbah cair, limbah padat dan limbah B3. Limbah (B3) bahan berbahaya
dan beracun ialah zat energy dan /atau komponen lain yang karena sifat,
konsentarasi dan /atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup,
kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup yang
lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa limbah B3 merupakan sisa suatu
usaha dan atau kegiatan yang mengandung limbah B3.
4.1.2 Sumber Limbah B3
Menurut PP 101 tahun 2014 limbah B3 dapat diklasifikasikan berdasar
sumbernya yaitu :
a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
Limbah B3 yang tidak berasal dari sumber proses utamanya, tetapi
berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan
korosi, pelarut kerak, pengemasan dan lain lain. Contohnya ialah
pelumas bekas, kain majun, tabung Freon dan lain-lain.
b. Limbah B3 dari sumber spesifik
Limbah B3 yang berasal dari sumber proses utama. Contohnya asam
nitrat terkontaminasi, bag bekas, drum bekas dan lain-lain
c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan
dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Limbah ini
berasal dari produk yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan
atau tidak dapat dimanfaatkan kembali. Limbah ini memerlukan
pengolahan dengan metode tertentu.
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

4.1.3 Sifat dan Karakteristik Limbah B3


Menurut Peraturan Pemerintah No 101 tahun 2014 Tentang limbah bahan
berbahaya dan beracun dibedakan menjadi beberapa karakteristik
meliputi :
a. Mudah meledak
Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui proses kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu tekanan tinggi serta dapat merusak
lingkungan
b. Mudah menyala
Bahan limbah yang mudah menyala ialah limbah yang mengandung
bahan yang menghasilkan gesekan atau percikan api jika berdekatan
api.
c. Reaktif
Limbah reaktif adalah limbah yang memiliki sifat mudah bereaksi
dengan oksigen atau limbah organic peroksida yang tidak stabil dalam
suhu tinggi dan dapat menyebabkan kebakaran.

d. Infeksius
Merupakan limbah yang menyebabkan infeksi berasal dari bagian
tubuh manusia dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi kuman
penyakit yang dapat menular.
e. Korosif
Limbah yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan dapat membuat
perkaratan pada logam atau lempeng baja.
f. Beracun
Limbah yang mengandung pencemar bersifat racun bagi manusia atau
lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
apabila masuk dalam tubuh baik melalui pernapasan, kulit atau mulut.
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

4.1.4 Peraturan Perundang Undangan Pengelolaan Limbah B3


1. Undang –undang Republik Indonesia No 23 tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup
2. Undang- undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Peraturan Mentri Lingkungan Hidup No 14 Tahun 2013 Tentang
Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya
4. Peraturan pemerintah no 101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun
5. Kepdal-01/BAPEDAL/09/1995 Tata cara dan penyimpanan dan
pengumpulan limbah
6. Kepdal-02/BAPEDAL/09/1995 dokumen limbah berbahaya dan
beracun
7. Kepdal-03/BAPEDAL/09/1995 tata cara pengolahan limbah bahan
berbahaya dan beracun
8. Kepdal-04/BAPEDAL/09/1995 Tata cara syarat penyimpanan dan
penimbunan limbah berbahaya dan beracun.
9. Kepdal-05/BAPEDAL/09/1995 Simbol dan Label limbah bahan
berbahaya dan beracun

4.1.5 Tahapan Pengelolaan Limbah B3

4.1.5.1 Tahapan Pra syarat pra pengemasan


Berdasar Bapedal No.1 tahun 1995 tentang tata cara dan
persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah berbahaya dan
beracun, persayaratan pengemasan dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Setiap penghasil/pengumpul limbah B3 harus dengan pasti mengetahui
karakteristik bahaya dari setiap limbah B3 yang
dihasilkan/dikumpulkannya. Apabila ada keragu-raguan dengan
karakteristik limbah B3 yang dihasilkan/dikumpulkannya, maka
terhadap limbah B3 tersebut harus dilakukan pengujian karakteristik di
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

laboratorium yang telah mendapat persetujuan Bapedal dengan


prosedur dan metode pengujian yang ditetapkan oleh Bapedal.
2. Bagi penghasil yang menghasilkan limbah B3 yang sama secara terus
menerus, maka pengujian karakteristik masing-masing limbah B3 dapat
dilakukan sekurang-kurangnya satu kali. Apabila dalam
perkembangannya terjadi perubahan kegiatan yang diperkirakan
mengakibatkan berubahnya karakteristik limbah B3 yang dihasilkan,
maka terhadap masing-masing limbah B3 hasil kegiatan perubahan
tersebut harus dilakukan pengujian kembali terhadap karakteristiknya.
3. Bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih berdasarkan
kecocokannya terhadap jenis dan karakteristik limbah yang akan
dikemasnya.
Sedangkan untuk prinsip pengemasan limbah harus
mempertimbangkan beberapa factor diantaranya :
1. Limbah limbah B3 yang saling tidak cocok atau limbah dan bahan yang
saling tidak cocok tidak boleh disimpan secara bersama-sama dalam
suatu kemasan.
2. Untuk mencegah risiko timbulnya bahaya selama penyimpanan maka
jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan
gas atau terjadinya kenaikan tekanan.
3. Jika kemasan yang berisi limbah B3 sudah dalam kondisi yang tidak
layak (misal terjadi perkaratan atau terjadi kerusakan permane) atau
terjadi kebocoran maka limbah B3 harus dipindahkan kedalam
kemasan lain yang memeuhi syarat sebagai kemasan bagi limbah B3.
4. Terhadap kemasan yang telah berisi lmbah harus diberi penandaan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan
memenuhi ketentuan tentang tata cara dan persyaratan bagi
penyimpanan limbah B3.
5. Terhadap kemasan wajib dilakukan pemeriksaan oleh penanggung
jawab pengelola limbah B3 fasilitas( penghasil, pengumpul, atau
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

pengolah) untuk memastikan tidak terjadinya kerusakan atau


kebocoran pada kemasan akibat korosi atau factor lainnya,
6. Kegiatan pengemasan, penyimpanan, pengumpulan, harus dilaporkan
sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan limbah B3.
4.1.5.2 Tahapan pengemasan
Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut
belum dapat diolah dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3
dimaksudkan agar limbah B3 tidak terlepas ke lingkungan sehingga risiko
terhadap manusia, hewan dan t umbuhan dapat dikurangi. Untuk
meningkatkan pengamananya limbah perlu dikemas pada sebuah wadah.
Tata cara pengemasan / pewadahan berdasar keputusan kepala Bapeda
No. 1 tahun 1995 adalah sebagai berikut :
1. Kemasan (drum, tong, atau bak container yang digunakan harus :
a) Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak
b) Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang
akan disimpan
c) Mampu mengamankan limbah yang disimpan didalamnya
d) Memiliki penutup yang kuat untuk menjaga terjadinya tumpahan saat
dilakukan pemindahan atau pengangkutan
2. Kemasan yang digunakan untuk pengemasan limbah dapat berupa
drum/ tong dengan volume 50 liter,100 liter atau 200 liter atau dapat
juga berupa bak container berpenutup dengan kapasitas 2 M 3 ,3 M3 ,4
M3 atau 8 M3
3. Limbah B3 yang disimpan dalam satu kemasan adalah limbah yang
sama atau dapat pula disimpan bersama-sama dengan limbah lain
yang ,memeiliki karakteristik yang sama atau limbah dengan limbah
lain
4. Untuk mempermudah pengisian limbah kedalam kemasan, serta agar
lebih aman, limba B3 dapat terlebih terdahulu dikemas dalam kantong
kemasan yang tahan terhadap sifat limbah sebelum kemudian dikemas
dalam kemasan dengan memenuhi standar
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

5. Pengisian limbah B3 dalam suatu kemasan harus dengan


mempertimbangkan karakteristik dan jenis limbah pengaruh pemuaian
limbah, pembentukan gas dan kenaikan tekanan selama penyimpanan.
a) Untuk limbah B3 cair harus dipertimbangkan ruangan untuk
pengembangan volume dan pembentukan gas
b) Untuk limbah B3 yang bereaksi sendiri sebaiknya tidak menyisakan
ruang kosong dalam kemasan
c) Untuk limbah B3 yang mudahmeledak kemasan dirancang tahan akan
kenaikan dari dalam dan luar kemasan
6. Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh limbah B3 harus :
a) Ditandai dengan Simbol dan label yang sesuai dengan ketentuan
mengenai penandaan pada kemasan limbah B3
b) Selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika
akan dilakukan dengan penambahan atau pengambilan limbah dari
dalamnya.
c) Disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan untuk
penyimpanan limbah B3 serta memenuhi tata cara penyimpananya
7. Terhadap drum dalam drum/ tong atau bak container yang telah berisi
limbah B3 dan disimpan ditempat penyimpanan harus dilakukan
pemeriksaan kondisi kemasan sekurang kurangya satu minggu sekali
a) Apabila diketahui terdapat kemasan yang mengalami kerusakan
(karat atau bocor), maka isi limbah tersebut harus segera
dipindahkan kedalam drum/tong yang baru, sesuai dengan butir
satu
b) Apabila terdapat ceceran atau bocoran limbah, maka tumpahan
tersebut harus segera diangkat dan dibersihkan kemudian disimpan
dalam kemasan limbah B3 terpisah.
8. Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan kembali untuk
mengemas limbah B3 dengan karakteristik :
a) Sama dengan limbah sebelumnya
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

b) Saling cocok dengan limbah B3 yang dikemas sebelumnya. Jika


akan digunakan untuk mengemas limbah B3 yang tidak saling
cocok, maka kemasan tersebut harus dicuci bersih terlebih
dahulusebelum digunakan sbeagai kemasan limbah B3 dengan
memenuhi butir satu
9. Kemasan yang telah dikosongkan apabila akan digunakan kembali
untuk mengemas limbah B3 lain dengan karakteristik yang sama, harus
disimpan ditempat penyimpanan limbah B3. Jika akan digunakan untuk
menyimpan limbah B3 dengan karakteristik yang tidak saling sesuai
dengan sebelumnya, maka kemasan sebelumnya kemasan harus di
cuci terlebih dahulu dan disimpan degan memasang “LABEL KOSONG”
sesuai dengan ketentuan penandaan kemasan limbah B3.
10. Kemasan yang telah rusak (bocor atau berkarat) dan kemasan yang
tidak digunakan kembali sebagai kemasan limbah B3 harus
diperlakukan sebagai limbah B3. Pada tahap pengemasan diperlukan
juga penanda yang dapat mempermudah dalam mengidentifikasi suatu
jenis limbah.
a) Simbol
Simbol Limbah B3 merupakan gambar yang menunjukan
karakteristik limbah. Simbol berbentuk bujur sangkar dipuar 45
derajat sehingga memebntuk belah ketupat. Pada sisi sebelah
ketupat dibuat garis sejajar yang menyambung sehingga membentuk
belah ketupat dalam 95% dari ukuran belah ketupat. Pada
bagianbawah terdapat bentuk segi lima dengan sudut terlancip
mengahdap ke bawah belah ketupat bagian dalam. Simbol yang
dipasang pada kemasan minimal berukuran 10 cm x 10 cm
sedangkan Simbol pada kendaraan pengangkut limbah B3 dan
tempat penyimpanan limbah B3 minimal 25 cm x 25 cm. Simbol
harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap goresan ataupun
bahan kimia yang mengenainya. Warna Simbol yang dipasang pada
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

kendaran pengangkut limbah B3 harus dengan cat yang dapat


berpendar (flourescene).
Berdasarkan klasifikasinya terdapat delapan jenis Simbol limbah B3
yaitu :
 Simbol klasifikasi limbah B3 mudah meledak
 Simbol klasifikasi limbah B3 padatan mudah terbakar
 Simbol klasifikasi limbah B3 cairan mudah terbakar
 Simbol klasifikasi limbah B3 reaktif
 Simbol klasifikasi limbah B3 beracun
 Simbol klasifikasi limbah B3 korosif
 Simbol klasifikasi limbah B3 menimbulkan infeksi
 Simbol klasifikasi limbah B3 campuran

Sumber : www.google.com
Gambar 4.1 Simbol Klasifikasi Limbah B3
b) Label
Label limbah B3 merupakan keterangan mengenai limbah B3 yang
berbentuk tulisan yang berisi informasi mengenai penghasil limbah
B3, waktu pengemasan, alamat penghasil limbah B3, waktu
pengemasan, jumlah, dan karakteristik limbah B3. Label
merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi memberikan
informasi dasar mengenai kondisi kualitatif dan kuantitatif dari
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

suatu limbah B3 yang dikemas. Terdapat 3 jenis label yang


berkaitan dengan system pengemasan limbah B3 yaitu :
 Label identitas limbah
 Bentuk, warna dan ukuran
Label identitas limbah berfungsi memberikan informasi tentang asal
usul limbah, identitas limbah serta kuantitasi limbah dalam
kemasan suatu kemasan limbah B3. Label identitas limbah B3
berukuran minimum 15 cm x 20 cm atau lebih besar, dengan warna
dasar kuning dan tulian serta garis tepi berwarna hitam dan tulisan
“PERINGATAN”dengan huruf yang berukuran lebih besar dan
berwarna merah.
 Pengisian label identitas limbah
Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca dan tidak mudah
terhapus serta dipasang pada setiapkemasan limbah B3 yang
disimpan di tempat penyimpanan.
 Pemasangan label identitas limbah
Label identitas limbah dipasang pada kemasan disebelah atas
Simbol harus terlihat denga jelas. Label ini juga harus dipasang
pada kemasan yang akan dimasukan dalam kemasan yang lebih
besar.
 Label untuk penanda kemasan kosong
 Bentuk warna dan ukuran
Bentuk dasar label sama dengan bentuk dasar Simbol dengan
ukuran sisi minimal 10 cm x 10 cm dan tulisan “KOSONG”
berwarna hitam di tengahnya
 Pemasangan
Label harus dipasang pada kemasan bekas pengemasan limbah
B3 yang telah dikosongkan dan atau akan digunakan dan atau
akan digunakan kembali untuk mengemas limbah B3.
 Label penunjuk kemasan tutup kemasan
 Bentuk, warna, dan ukuran
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Label berukuran minimal 7 cm x 15 m2 dengan warna dasar


putih dan warna gambar hitam.
 Pemasangan
Label dipasang dekat tutup kemasan dengan arah panah
menunjukan posisi penutup kemasan. Label harus terpasang kuat
pada setiap kemasan limbah B3 baik yang telah diisi limbah B3
maupun kemasan yang akan digunakan untuk mengemas limbah
B3.

Sumber : www.google.com
Gambar 4.2 Pelabelan Limbah B3
4.1.5.3 Tahapan penyimpanan

4.1.5.3.1 Penyimpanan kemasan limbah B3


Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
penyimpanan limbah B3. Untuk menyimpan limbah B3 diperlukan
perlakuan khusus untuk menghidndari terlepasnya limbah B3 ke
lingkungan. Adapun persyaratan tersebut meliputi :
a) Lokasi penyimpanan limbah B3
b) Fasilitas penyimpanan limbah B3 yang sesuai dengan jumlah limbah
B3, karakterisitik limbah B3 dan dilengkapi denganupaya pengendalian
pencemaran lingkungan hidup dan
c) Peralatan penanggulangan keadaan darurat
4.1.5.3.2 Tata cara penyimpanan limbah B3
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

a) Penyimpanan harus dibuat sepertisi sistem blok. Setiap blok terdiri


atas 2 x 2 cm kemasan gambar supaya kerusakan yang lebih parah
dapat diminimalisir.
b) Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan untuk
peruntukanya. Lebar gang untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm
dan lebar jalan untuk kendaraan pengangkut (forklift) disesuailkan
dengan kelayakan pengoperasianya.
c) Penumpukan kemasan limbah B3
d) Jarak tumpuan kemasaman tertinggi dan jarak blok kemasan terluar
terhadap terhadap atap dan dinding bangunan penyimpanan nya
tidak bolehkan kurang dari satu menit
e) Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus
disimpan secara terpisah tidak dalam satu bloc atau bagian yang
sama. Penyimpanan dapat dengan syarat produk tersebut tidak kan
4.1.5.3.3 Penyimpanan kemasan limbah B3

A. Penyimpananan kemasanan
a) Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok
terdiri atas dua kemasan, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan
menyeluruh jika terjadi kerusakan, kecelakaan dapat segera ditangani.
b) Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukanya.
Lebar gang untuk lalu lintas kendaraan pengangkut (forklift)
disesuaikan dengan kelayakn pengoperasianya.
c) Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan
kestabilan tumpukan kemasan. Jika kemasan berupa drum logam isi
200 liter, maka tumpukan maksimum adalah 3 lapis dengan tiap lapis
dialasi palet setiap palet mealasi 4 drum , jika tumpukan lebih dari 3
lapis atau kemasan terbuat dari plastik maka harus dipergunakan rak.
d) Jarak tumpuan kemasan tertingggi dan jarak balok kemasan terluar
terhadap tinggi atap dinding bangunan penyimpan tidak boleh kurang
dari 1 meter
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

e) Kemasan kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus


disimpan secara terpisah tidak dalam satu blok dan tidak dalam
bagian penyimpanan yang sama,. Penempatan kemasan harus
dengan syarat bahwa kemungkinan bagi limbah limbah tersebut
terguling/tumpah akan tercampur/ masuk kedalam bak
penmampungan bagian penyimpanan lain,
B. Penyimpanan limbah cair
Penyimpanan limbah cair dianjurkan menggunakan tangki dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Disekitar tangki harus dibuat tanggul dengan dilengkapi saluran
pembuangan yang menuju bak penampung
b. Bak penampung harus kedap air dan mampu meampung cairan
minimal 110% dan kapasitas maks volume tangki.
c. Tangki harus diatur sedemikian rupa sehingga bila terguling akan
terjadi didaerah tanggul dan tidak akan menimpa tangki lain
d. Tangki harus terhindar dari penyinaran matahari dan masuknya air
hujan secara langsung
4.1.5.3.4 Persyaratan bangunan penyimpanan kemasan

limbah B3
a) Memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai
dengan jenis karakteristik, dan jumlah B3 yang dihasilkan/ akan
disimpan.
b) Terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
c) Dibuat tanpa plafon dan memiliki system ventilasi udara yang memadai
untuk mencegah terjadinya akumulasi gas didalam ruang penyimpanan,
serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya
burung atau binatang kecil lainya kedalam ruang penyimpanan.
d) Memiliki system penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai
untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

menggunakan lampu maka lampu penerangan harus dipasang minimal


1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stop kontak)harus terpasang
di sisi luar bangunan.
e) Dilegkapi dengan system penangkal petir
f) Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (Simbol)
sesuai dengan tata cara yang berlaku,
Adapun sarana yang harus dimiliki guna menunjang menyimpan
limbah B3 ialah :
a) Peralatan system pemadam kebakaran
b) Pagar pengaman
c) Pembangkit listrik cadangan
d) Fasilitas pertolongan pertama
e) Peralatan komunikasi
f) Gudang tempat peralatan dan kelengkapan
g) Pintu darurat
h) Alarm
Persyaratan lokasi untuk tempat penyimpanan limbah B3 :
Lokasi bangunan tempat penyimpanan kemasan drum/tong, bangunan,
tempat penyimpanan bak container dan bangunan tempat penyimpanan
tangki harus :
a) Merupakan daerah bebas banjir atau daerah yang diupayakan melalui
pengurugan sehingga aman dari kemungkinan terkena banjir
b) Jarak minimum antara lokasi dengan fasilitas umum minimal 50 meter.
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Sumber : PT MNK
Gambar 4.3 Pola penyimpanan kemasan drum diatas palet dengan jarak
minimum antar blok

Sumber : PT MNK
Gambar 4.4 Tempat penyimpanan limbah B3 cair dalam jumlah besar
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Sumber : PT MNK
Gambar 4.3 Pola penyimpanan limbah B3 menggunakan rak

Sumber : PT MNK
Gambar 4.5 Contoh tata letak penyimpanan limbah B3

Sumber : PT MNK
Gambar 4.6 Sirkulasi udara penyimpanan limbah B3
4.1.5.4 Pengangkutan
Pengangkutan limbah B3 wajib dilakukan dengan menggunakan
alat angkut yang tertutup untuk limbah kategori 1 dan alat angkut terbuka
untuk kategori 2. Untuk mengangkut timbulan limbah B3 dari penghasil ke
pengolah diperlukan rekomendasi limbah B3 dan izin pengelolaan limbah
B3 untuk kegiatan pengangkutan limbah B3. Untuk menjaga keamanan
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

data dari limbah B3 maka diperlukan suatu dokumen yang mengatur


tentang pengelolaan limbah B3, dokumen ini biasa disebut dengan
Dokumen limbah B3.
Dokumen limbah B3 merupakan surat yang diberikan pada waktu
penyerahan limbah B3 untuk diangkurt pada saat lokasi kegiatan
penghsail ke tempat penyimpanan diluar lokasi kegiatan dan atau
pengangkuitan, pengumpulan dan atau pengolahan limba B3 dan atau
pengangkutan limbah dan atau pemanfaatan limbah serta penimbunan
hasil pengolahan limbah B3. Berkas ini selalu senantiasa dibawa dari
tempat asal pengakutan limbah B3 ke tempat tujuan. Dokumen diberikan
pada saat waktu penyerahan limbah B3. Dokumen limba B3 terdiri dari
tujuh rangkap apabila pengkutan hanya satu kali (antar muda) maka
dokumen terdiri dari sebelas rangkap dengan perincian sebagai berikut:
a) Lembar asli (pertama) disimpan oleh pengangkut limbah B3 setelah
ditandatangani oleh penghasil , pengumpul serta pengolah limbah B3.
(warna putih)
b) Lembar kedua yang sudah ditandatangani pengangkut limbah B3 oleh
penghasil limbah B3 atau pengumpul dikirim ke badan pengendalian
dampak lingkungan (warna kuning)
c) Lembar ketiga yang yang sudah ditandatangani pengangkut dan
disimpan oleh penghasil limbah B3 atau pengumpul limbah B3 yang
menyerahkan limbah B3 untuk diangkut oleh pengangkut limbah B3
(warna hijau)
d) Lembar keempat setelah ditanda tangani oleh pengumpul atau
pengolah limbah B3 oleh pengangkut diserahkan kepada pengumpul
limbah B3 atau pengolah limbah B3 yang menerima limbah dari
pengangkut limbah B3 (warna merah muda)
e) Lembar kelima dikirim ke badan pengendalian dampak lingkungan
setelah ditanda tangani oleh pengumpul limbah B3 atau pengolah
limbah B3 (warna biru)
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

f) Lembar keenam dikirim oleh pengangkut kepada gubernur kepadala


daerah tingkat I yang bersangkutan, setelah ditanda tangani oleh
pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3 (warna ungu)
g) Lembar ketujuh dikirim oleh pengangkut kepada penghasil limbah
B3 oleh pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3 setelah
ditandatangani oleh pengumpul limbah B3 (warna ungu)
h) Lembar kedelapan s/d lembar ke sebelas dikirim oleh pengangkut
kepada penghasil atau pengumpul setelah ditandatangani oleh
pengangkut terdahulu dan diserahkan kepada pengangkut beriktunya
(antar muda).
4.1.5.5 Pengolahan Limbah B3
Pengolahan limbah B3 wajib dilakukan oleh setiap orang yang
menghasilkan limbah B3. Apabila penghasil limbah B3 tidak sanggup
atau belum mampu mengolah sendiri limbahnya maka limbah harus
diserahkan kepada pengolah limbah B3. Pengolah limbah harus
memiliki izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan pengolahan limbah
B3. Beberapa metode penanganan limbah B3 meliputi :
a) Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi
Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisika
dan biologi. Proses pengolahan secara kimia dilakukan dengan
metode stabilisasi atau solidifikasi. Stabilisasi dan solidifikasi ialah
penambahan zat aditif kepada zat pencemar guna mengurangi laju
toksisitasnya. Contoh bahan atau zat tambahan yang biasa digunakan
ialah kapur (CaOH2) dan bahan termoplastik. Pengolahan limbah
secara fisika dapat melalui proses insinerasi. Proses ini diterapkan
guna memperkecil volume B3 namun saat melakukan pembakaran
perlu dilakukan control ketat agar gas beracun tidak mencemari
lingkungan. Metode ini memiliki efesiensi 99,99 % pembakaran dengan
suhu mencapai 1000o C, sedangkan proses proses biologi dilakukan
dengan metode bioremediasi dan fitoremediasi. Pada bioremediasi
digunakan mikroorganisme untuk mengurangi kandungan zat
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

berbahaya yang terkandung dalam limbah sedang fitoremediasi


menggunakan media tumbuhan guna mengurangi limbah berbahaya.
b) Metode pembuangan limbah B3 Sumur dalam/ sumur injeksi (deep
well injection)
Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam kolam yanfg memang
dibuat untuk limbah B3. Kolam kolam ini dilapisi dengan pelindung
yang dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air menguap maka
limbah B3 akan terkonsentrasi dan mengendap di dasar. Landfill untuk
limbah B3 ditimbun pada landfill dengan pengamanan tingkat tinggi.
Pada metode ini limbah limbaj dihasilkan ditampung pada drum tong-
tong kemudian ditimbun pada landfill yang didesain khusus mencegah
pencemaran limbah B3 di tanah. Adapun pemilihan lokasi pengolahan
limbah B3 juga sangat penting untuk diperhatikan agar timbulan limbah
tidak mencemari lingkungan. Berikut ialah persyaratan lokasi
pengolahan limbah B3 :
a) Dibuat dengan kapasitas sesuai dengan jumlah B3 yang akan
disimpan
b) Tempat penyimpanan bebas banjir
c) Secara geologi dinyatakan stabil
d) Perancanangan bangunan disesuaikan dengan karakteristik limbah
e) Perancanaan upaya pengendalian pencemaran lingkungan
4.2 Permasalahan Pada Topik Kerja Praktik
Semakin meningkatnya jumlah produksi dari PT MNK, hal ini akan
berbanding lurus dengan meningkatnya jumlah timbulan limbah B3.
Pengelolaan yang berkelanjutan harus lakukan agar efek dari timbulan
limbah bahan berbahaya dan beracun tidak mengganggu
keseimbangan lingkungan hidup. PT MNK sebagai salah satu
perusahaan penyedia bahan peledak dan jasa pertambangan telah
melakukan manajemen pengelolaan limbah B3, namun dilapangan
masih terdapat beberapa kekurangan dan evaluasi yang harus
dilakukan.
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Beberapa hal yang menjadi kekurangan ialah pada tahap


pengemasan masih terdapat drum yang belum menggunakan simbol
dan tidak dilengkapi dengan label limbah bahan berbahaya . Pada
tahap penyimpanan TPS Limbah bahan berbahaya dan beracun
masih belum terdapat beberapa fasilitas penunjang seperti papan
kotak P3K, papan lokasi TPS, dan alarm pendeteksi kebakaran
disebabkan proses perizinan dan perpindahan lokasi TPS limbah B3.
Salah satu penyebab pengelolaan limbah B3 di TPS belum maksimal
dengan fasilitas yang sesuai dengan standar ialah disebabkan Tempat
Penyimpanan Sementara limbah B3 PT Multi Nitrotama Kimia baru
saja mengalami perpindahan lokasi sehingga memerlukan beberapa
waktu penyesuaian alat dan perizinan pengelolaan yang harus
diperbaharui. Selain itu perlunya penambahan tenaga ahli dibidang
lingkungan guna menunjang system pengelolaan limbah B3 dari tahap
penyimpanan hingga tahap pengangkutan limbah bahan berbahaya
menuju pihak ke 3 untuk diolah.
4.3 Pembahasan

4.3.1 Sumber Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun


Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat menjadi
B3 adalah zat, energy, dan komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi dan / atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan /atau merusak lingkungan hidup,
dan /atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainya. Limbah B3 di
hasilkan oleh proses produksi harus dikelola dengan baik agar tidak
mencemari lingkungan hidup disekitarnya. Pengelolaan limbah B3
adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumnpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan /atau
penimbunan. Timbulan limbah bahan berbahaya PT Multi Nitrotama
Kimia berasal dari sumber spesifik dan sumber tidak spesifik. Pada
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

timbulan spesifik dihasilkan oleh proses produksi seperti oli bekas, bag
bekas, asam nitrat terkontaminasi, aki bekas, filter, konveyor, karbon
aktif bekas, jerican ex chemical, resin bekas, sludge N pond, majun
bekas, spent catalis gause, solar terkontaminasi, asbes, rockwool, dan
coating oil. Sedangkan sumber timbulan limbah tidak spesifik berasal
dari kegiatan kantor dan laboratorium seperti bahan kimia kadluarsa,
reffrigrant ac, limbah elektronik, lampu TL, batu baterai, toner bekas,
chemical industri cleaner dan catridge
4.3.2 Jenis Dan Karakteristik Limbah Bahan Berbahaya

Dan Beracun
Berdasarkan PP 101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun Bab 2 pasal karakteristik limbah bahan
berbahaya terbagi menjadi mudah menyala, mudah meledak, reaktif
,infeksius, korosif dan beracun. Adapun limbah bahan beracun yang
dihasilkan oleh PT MNK seperti Asam nitrat terkontaminasi, aki bekas,
bahan kimia kadaluarsa, filter, konveyor, karbon aktif bekas, refrigerant
Ac, jerican ex chemical, oli, grease, resin bekas, limbah elektronik,
lampu TL, sludge N pond, majun bekas, spent catalis gause, batu
baterai, chemical industry, cleaner, solar terkontaminasi, asbes putih,
catridge, rockwool, coating oil. Karakteristik limbah bahan berbahaya
yang dihasilkan oleh PT Multi Nitrotama Kimia ialah mudah menyala,
beracun, dan korosif.
Tabel 4.1 Jenis Dan Karakteristik Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
Sumber : PT MNK

Kode
No Jenis Limbah Limbah Karakteristik Sumber
1 Na Terkontaminasi A105c korosif Plant
2 Aki Bekas A102d beracun Plant
3 Bahan Kimia Kadaluarsa A106d beracun Lab
4 Filter, Konveyor A108d beracun Plant
5 Karbon Aktif Bekas A110d beracun Plant
6 Refriggrant Ac A111d beracun kantor
7 Jerican Ex Chemical B104d beracun Plant
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

8 Oli, Grease B105d mudah menyala Plant


9 Resin Bekas B106d beracun Plant
10 Limbah Elektronik, TL B107d beracun kantor
11 Sludge N Pond B301-7 beracun Plant
12 Majun Bekas B110d beracun Plant
13 Spent Catalis Gause B301-3 beracun Plant
14 Batu Baterai B326-1 beracun kantor
Chemical Industri
15 Cleaner B352-1 beracun Lab
16 Toner Bekas B353-1 beracun kantor
17 Solar Terkontaminasi D1003d mudah menyala Plant
18 Asbes putih B102d beracun Plant
19 Catridge B321-4 beracun kantor
20 Rockwoll B354-4 beracun Plant
21 Coating Oil B301-4 beracun Plant

4.3.3 Pengelolalaan Limbah Berbahaya Dan Beracun


(Menurut Setiyono, 2014) Limbah bahan berbahaya dan beracun
yang dibuang langsung ke lingkungan dapat menimbulkan bahaya
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk hidup
lainya. Mengingat risiko yang ditimbulkan tersebut perlu diupayakan
agar setiap kegiatan yang menghasilkan limbah B3 diusahakan
seminimal mungkin. Untuk menghilangkan atau mengurangi sifat
bahaya dan beracunya, limbah B3 yang dihasilkan harus dikelola
secara khusus atau jika memungkinkan dimanfaatkan kembali.
Pemanfaatan limbah B3 mencakup kegiatan daur ulang (recycle),
perolehan kembali (recovery), dan penggunaan kembali (reuse) yang
dapat menguranngi limbah menjadi kemasan yang ekonomis.
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Sumber : PT MNK
Gambar 4.7 Bagan pengelolaan limbah B3 PT MNK
4.3.3.1 Reduksi limbah B3
Merupakan salah satu upaya mengurangi timbulan limbah B3.
Upaya dilakukan dengan cara pengolahan bahan, subtitusi bahan,
pengaturan operasi kegiatan, dan digunakan teknologi bersih. Pada
tahapan pengurangan limbah B3 yang dihasilkan PT Multi Nitrotama
Kimia drum bekas bahan kimia yng telah dibersihkan difungsikan
sebagai tempat sampah guna mengurangi timbulan limbah B3. Selain
mengurangi timbulan limbah B3 pemanfaatan drum bekas dapat
mengurangi anggaran pembelian tempat sampah bagi pabrik.

Sumber : PT MNK

Gambar 4.7 pemanfaatan drum bekas sebagai tempat sampah

4.3.3.2 Pengemasan limbah B3


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Pengemasan merupakan proses pemberian label atau simbol pada


limbah B3 sesuai jenis dan karakteristiknya. Proses ini sangat penting
diperhatikan karena apabila tidak sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku maka limbah B3 dapat terlepas ke
lingkungan. Proses pengemasan limbah B3 meliputi pemberian simbol
dan label. Pengemasan standar yang harus dilakukan ialah kemasan
berada dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak berkarat, atau tidak rusak,
terbuat dari bahan yang dapat mengemas limbah B3 dengan baik
sesuai dengan jenis dan karakteristik limbah yang akan disimpan,
mampu mendukung limbah B3 tetap dalam kemasan, memiliki penutup
yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan
penyimpanan, pemindahan, atau pengangkutan. Selain itu
pengemasan juga diperlukan bagi karyawan sebagai rambu/ penanda
agar karyawan lebih berhati hati dalam menangani timbulan limbah
B3.

Sumber: PT MNK
Gambar 4.8 Pengemasan limbah B3
4.3.3.3 Penyimpanan limbah B3
Penyimpanan limbah B3 adalah kegiatan menyimpan limbah B3
yang dilakukan oleh penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan
sementara limbah B3 yang dihasilkan. Penyimpanan limbah B3 PT
MNK berada di TPS Limbah Berbahaa dan Beracun Kawasan Industri
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Kujang Cikampek, Jl Jendral Ahmad Yani No 39 Desa Dawuan Tengah


Kecamatan Cikampek, Kabupaten Kawarang. Masa berlaku TPS
limbah B3 selama lima tahun dari tanggal 3 Juni 2014 hingga 3 Juni
2019 sesuai dengan keputusan kepala badan penanaman modal dan
pelayanan terpadu Kabupaten Karawang No
503/5357/26/IPSLB3/VI/BPMT/2014 tentang pemberian izin
penympanan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun
(IPSLB3) kepada PT Multi Nitrotama Kimia. Bangunan TPS limbah B3
memiliki luasan 7 m x 20 m dengan titik koordinat LS 06 024’52,7” dan
BT 107 026’09,2”.
Waktu penyimpanan limbah B3 ialah 90 (Sembilan puluh) hari
sebelum diserahkan kepada pengelola limbah B3 yang telah
mengantongi rekomendasi/izin dari mentri lingkungan hidup, namun
apabila limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh) kg/hari
maka limbah B3 dapat disimpan lebih dari 90 hari sebelum diserahkan
pada pengelola limbah B3 dengan persetujuan kepala badan
pengelola lingkungan hidup kabupaten karawang.

Sumber: PT MNK
Gambar 4.9 TPS Limbah B3 PT MNK
4.3.3.4 Pengangkutan dan penyimpanan limbah B3
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Berdasarkan PP No 101 tahun 2014 bab 29 dan 53, penyimpan limbah


B3 yang melalui jan’gka waktu dan apabila penghasil tidak mampu
melakukan pemanfaatan limbah maka limbah tersebut diserahkan
pada pihak lain. Oleh karena itu penghasil menyerahkan limbah B3
kepada pihak ketiga melalui pihak ke 2. Pihak pertama meupakan
penghasil limbah B3 yaitu PT Multi Nitrotama Kimia, pihak kedua yaitu
PT Trans LJA dan Pihak ke-3 ialah PT Pengolah Limbah Industri
Bekasi.

Sumber : www.google.com
Gambar 4.10 alat pengangkut limbah B3

4.3.4 Manifest limbah B3


Pengangkutan limbah berbahaya kategori satu wajib menggunakan
alat angkut yang tertutup, sedangkan untuk pengangkutan limbah B3
kategori 2 dapat menggunakan alat pengangkut terbuka. Pengangkut
limbah B3 wajib memiliki rekomendasi pengangkutan limbah B3 dan
izin pengangkutan pengelolaan limbah B3. Pada pasal 52 pasal satu
poin B dan C pengangkut wajib menyampaikan manifest
pengangkutan limbah B3 kepada mentri dan melaporkan pelaksanaan
pengangkutan limbah B3.
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Sumber : PT MNK
Gambar 4.11 Manifest limbah B3
4.3.5 Log Sheet
Logsheet dicatat setiap ada limbah yang masuk ke TPS. Pencatatan
limbah B3 meliputi limbah padat dan limbah cair. Adapun beberapa
limbah B3 akan direkap melalui log sheet excel. Log book excel dibuat
dari log manual dengan bantuan M.S. Office Excel. Data dari log book
excel dilaporkan setiap bulanya kepada Dinas Lingkungan Hidup
Karawang. Logsheet ini sangat penting guna mengetahui rekap
perkembangan pengelolaan limbah B3 di PT MNK.
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Sumber : PT MNK
Gambar 4.12 Logsheet Limbah B3 PT MNK

4.3.6 Neraca limbah B3


Neraca limbah B3 merupakan neraca kumulatif dari data log book stiap
bulan. Neraca ini digunakan sebagai control first in firs out (FIFO) dari
TPS setiap bulanya. Didalam neraca ini merepresentasikan jumlah
timbulan limbah B3 dari kegiatan operasional pabrik. Adapun limbah
yang dihasilkan akan disimpan di TPS limbah B3 dan selanjutnya akan
diolah pihak ketiga yaitu PT Pengolah limbah Industri bekasi. Neraca
limbah ini dilaporkan setiap tiga bulan kepada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Karawang.
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Sumber : PT MNK
Gambar 4.13 Neraca Limbah
B3
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kerja praktik yang dilaksanakan di PT
Multi Nitrotama Kimia ialah sebagai berikut :
1. Sumber timbulan limbah B3 pada PT Multi Nitrotama Kimia berasal dari
kegiatan kantor, kegiatan Produksi (plant), kegiatan pemeliharaan, dan
kegiatan pendukung.
2. Jenis limbah yang dihasilkan PT Multi Nitrotama Kimia meliputi Asam
nitrat terkontaminasi, aki bekas, bahan kimia kadaluarsa, filter, konveyor,
karbon aktif bekas, refrigerant Ac, jerican ex chemical, oli, grease, resin
bekas, limbah elektronik, lampu TL, sludge N pond, majun bekas, spent
catalis gause, batu baterai, chemical industry, cleaner, solar
terkontaminasi, asbes putih, catridge, rockwool, coating oil.. Karakteristik
timbulan limbah B3 yang dihasilkan oleh PT Multi Nitrotama kimia ialah
beracun, mudah meledak dan korosif
3. Pengelolalaan limbah B3 PT Multi nitrotama kimia ialah semua timbulan
limbah B3 di kumpulkan di TPS limbah B3 sesuai jenis dan
karakteristiknya. Limbah B3 akan diangkut oleh transporter PT LJA Trans
menuju pihak ke-3 yaitu PT Pengolah Limbah Industri Bekasi.
5.2 Saran
PT Multi Nitrotam Kimia perlu meningkatkan kualitas manajemen
pengelolaan limbah B3 mulai dari tahap pengemasan hingga proses
pengangkutan. Proses Pengelolaan limbah B3 yang di laksanakan di PT
Multi Nitrotama Kimia masih belum sesuai standar yang diterapkan oleh
peraturan dan perundangan. PT multi nitrotama dapat menambahkan
tenaga ahli di bidang lingkungan agar manajemen pengelolaan limbah B3
dapat berjalan lebih baik lagi
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

DAFTAR PUSTAKA

Mayura, Rizki., M.Taufik., Juki Sudarmono. (2013). Kajian Pengurangan


Tingkat Getaran Tanah (Ground Vibration Level) Pada Operasi
Peledakan Interburden B2-C Tambang Batubara Air Laya PT Bukit
Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim. JIT.UNSRI ac.id Vol.2 (1)

Pemerintah Indonesia (1995). Keputusan Kepala Badan Pengendalian


Lingkungan No 01 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup.
Jakarta

Pemerintah Indonesia (1995). Keputusan Kepala Badan Pengendalian


Lingkungan No 02 Dokumen Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup.
Jakarta

Pemerintah Indonesia (1995). Keputusan Kepala Badan Pengendalian


Lingkungan Persyaratan No 3 Tentang Teknis Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Hidup; Jakarta

Pemerintah Indonesia (1995). Keputusan Kepala Badan Pengendalian


Lingkungan Persyaratan No 4 Tentang Tata Cara Penimbunan
Hasil Dan Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup; Jakarta
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Peraturan Mentri Lingkungan Hidup No 14 tahun 2014 Tentang Symbol


Dan Label Limbah Bahan Berbahaya; Jakarta

Peraturan Mentri lingkungan hidup No 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan


Limbah Bahan Berbahaya; Jakarta

Setiyono. 2014. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta. BPPTP

LAMPIRAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Aktivitas produksi
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Limbah B3

Pemberian simbol
Identifikasi limbah B3 limbah B3

Aspek 3 R Pengemasan
Pallet ,Log sheet
R
dan neraca limbah
Pengumpulan dan
B3 , pelabelan
penyimpanan
Pelabelan limbah
B3
Pengangkutan oleh
PT Trans LJA Bekasi

Pengiriman

Pengolahan oleh PT Manivest berkode


Pengolah Limbah dari kementrian
Industri Bekasi lingkungan hidup
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Anda mungkin juga menyukai