Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KUALITAS KLINKER SEBAGAI BAHAN BAKU UTAMA

SEMEN PORTLAND PADA PT SEMEN BATURAJA (PERSERO ) Tbk

Renita Elinda
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas PGRI Palembang
Email : renitaelinda54321@gmail.com

ABSTRAK
klinker adalah batuan-batuan yang dihasilkan dari proses pemanasan raw meal di dalam
klin pada suhu sekitar 1400oc selama proses pemanasan di dalam klin akan terjadi reaksi
fisika dan kimia secara bersamaan dan interaksi antar molekul membentuk senyawa
klinker. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas klinker adalah mineralogy klinker
(komposisi kimia), tektur klinker (Kristalinitas, ukuran butiran dan bentuk butiran) serta
struktur klinker (homogenitas dan prositas).
Bahan baku utama klnker adalah batu gamping yang dicampur dengan bahan lain yang
mengandung lempung sebagai sumber alumino-silikat. Batu gamping tak murni yang
mengandung lempung atau silikon dioksida (SiO2) dapat digunakan. Kandungan kalsium
karbonat (CaCO3) dari batu gamping dapat rendah hingga 80% beratnya. Bahan baku
kedua (bahan dalam campuran mentah selain batu gamping) bergantung kemurnian batu
gampingnya. Bahan baku kedua yang dapat digunakan untuk membuat klinker adalah
tanah liat, batu serpih, pasir, bijih besi, bauksit, abu terbang, dan terak. Klinker dan reaksi
hidrasinya telah dikaji secara rinci dengan banyak teknik, seperti kalorimetri, uji kekuatan
tekan, difraksi sinar-X, mikroskop pemindai elektron (SEM), dan mikroskop gaya atom.
Kata Kunci : Klinker,semen,Kualitas

ABSTRACT
Clinker is rocks produced from the process of heating raw meal in the clinker at a
temperature of around 1400oC during the heating process in the clinker, physical and
chemical reactions will occur simultaneously and interactions between molecules to form
clinker compounds. Factors that affect the quality of clinker are clinker mineralogy
(chemical composition), clinker texture (crystallinity, grain size and grain shape) and
clinker structure (homogeneity and porosity). The main raw material for clinker is
limestone mixed with other materials containing clay as a source of alumino-silicate.
Impure limestone containing clay or silicon dioxide (SiO2) can be used. The calcium
carbonate (CaCO3) content of limestone can be as low as 80% by weight. The second
raw material (material in the raw mixture other than limestone) depends on the purity of
the limestone. The second raw material that can be used to make clinker is clay, shale,
sand, iron ore, bauxite, fly ash, and slag. Clinkers and their hydration reactions have
been studied in detail by many techniques, such as calorimetry, compressive strength
testing, X-ray diffraction, scanning electron microscopy (SEM), and atomic force
microscopy.
Keywords :Clinker, cement, Quality
PENDAHULUAN
Klinker adalah batuan-batuan yang dihasilkan dari proses pemanasan raw
meal di dalam klin pada suhu sekitar 1400oc selama proses pemanasan di dalam
klin akan terjadi reaksi fisika dan kimia secara bersamaan dan interaksi antar
molekul membentuk senyawa klinker. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
klinker adalah mineralogy klinker (komposisi kimia), tektur klinker (Kristalinitas,
ukuran butiran dan bentuk butiran) serta struktur klinker (homogenitas dan
prositas).
Klinker adalah padatan yang hadir sebagai produk intermediet dalam
produksi semen portland. Klinker biasanya berupa bongkahan kecil yang
berdiameter antara 3 milimeter (0,12 in) hingga 25 milimeter (0,98 in). Klinker
dibuat menggunakan proses penyinteran (memadatkan dan membentuk suatu
massa tanpa melalui titik leburnya) batu gamping dan bahan aluminosilikat seperti
tanah liat selama tahap pembakaran semen (kiln). Klinker terdiri atas empat fase
mineral yaitu dua jenis kalsium silikat, alit (Ca 3Si) dan belit (Ca2Si), serta
trikalsium aluminat (Ca3Al) dan kalsium aluminoferit (Ca4AlFe). Fase mineral ini
dapat diperoleh dari memanaskan lempung dan batu gamping pada suhu tinggi.
Klinker semen portland dibuat dengan memanaskan bahan baku dan
mencampurkannya secara homogen dalam rotary kiln pada suhu tinggi. Produk
reaksi kimia mengalami agregasi pada suhu penyinteran, sekitar 1400 °C.
Aluminium oksida dan besi oksida hanya muncul sebagai fluks untuk mengurangi
suhu penyinteran, dan memiliki kontribusi kecil pada kekukuhan semen. Bahan
baku utama klnker adalah batu gamping yang dicampur dengan bahan lain yang
mengandung lempung sebagai sumber alumino-silikat. Batu gamping tak murni
yang mengandung lempung atau silikon dioksida (SiO2) dapat digunakan.
Kandungan kalsium karbonat (CaCO3) dari batu gamping dapat rendah hingga
80% beratnya. Bahan baku kedua (bahan dalam campuran mentah selain batu
gamping) bergantung kemurnian batu gampingnya. Bahan baku kedua yang dapat
digunakan untuk membuat klinker adalah tanah liat, batu serpih, pasir, bijih besi,
bauksit, abu terbang, dan terak.

TINJAUAN TEORI
Semen merupakan salah satu bahan dasar utama konstruksi bangunan,
sehingga menjadikan semen sebagai komoditif yang strategis. Semakin
pesatnya perkembangan industri semen di Indonesia membuat muncul beberapa
tipe semen antara lain Ordinary Portland Cement (OPC), White Cement, dan
Portland Composite Cement (PCC). Semen PCC merupakan jenis semen
varian lain yang mempunyai sifat dan karakteristik hampir sama dengan
semen Portland, namun mempunyai kualitas yang lebih baik, ramah lingkungan
dan harga yang lebih ekonomis (Purnawan dan Prabowo, 2017).
Proses Pembuatan Semen. Menurut Dhani Hari Aditama, dalam tugas akhir
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk, PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk
memproduksi Semen Portland Tipe 1 (OPC - I) SNI 15 – 2049 - 2004 dan Semen
Portland Komposit (PCC) SNI 15 - 7064 - 2004, dengan lokasi pabrik di
Baturaja, Palembang dan Panjang. Dalam produksinya PT. Semen Baturaja
(Persero) Tbk. Menggunakan proses kering dengan suspention preheater.
Keuntungannya yaitu penggunaan bahan bakar yang lebih sedikit, energi yang
dikonsumsi kecil, ukuran tanur (kiln) yang lebih pendek serta mudah dalam
perawataannya. Pada dasarnya proses semen ada lima tahap utama, yang
pertama penyediaan Raw Material, kedua penggilingan Raw Meal, ketiga
pembentukan Clinker (pembakaran), keempat penggilingan clinker, dan kelima
pengantongan semen.
Proses penggilingan di PT. Semen Baturaja (persero) Tbk, semen ini
merupakan tahapan dimana akan mendapatkan semen seperti yang dipasar.
Tujuan dari proses penggilingan semen adalah untuk memperluas permukaan
butiran klinker, sehingga dapat meningkatkan reaktifitas klinker saat bereaksi
dengan air. Selain itu pada proses penggilingan semen, klinker ditambahkan
gypsum yang berfungsi sebagai retarder, yaitu untuk mengontrol waktu
pengikat semen pada saat semen bereaksi dengan air. Clinker yang disimpan
dalam silo dikeluarkan dan masuk ke dalam klinker bin, demikian juga gypsum
disimpan didalam bin. Dengan perbandingan 88% klinker, 8% batu kapur,
dan 4% gypsum untuk semen OPC dan 80% klinker, 4% gypsum serta 16% batu
kapur untuk semen PCC. Klinker, batu kapur, dan gypsum dikeluarkan dari bin
masing-masing dan akan tercampur dengan belt conveyor. Lalu akan menuju
roller press untuk di hancurkan sehingga memiliki ukuran tertentu yang akan
digiling dengan menggunakan tube mill yang berisi ball stell sebagai media
penghancur. Material yang terdiri dari klinker, gypsum dan limestone dengan
perbandingan tertentu digiling di roller press sebagai penggilingan tahap
pertama dengan memanfaatkan energi tekanan dan putaran roller untuk
menggiling dan mereduksi ukuran klinker, gypsum, dan limestone menjadi
butiran yang lebih halus. Selanjutnya masuk ke gift separator yang berfungsi
memecah material produk roller press yang masih berbentuk lemmpengan dan
sebagai classifier untuk memisahkan fine product (<90nm). Lalu dipisahkan
di cyclone dan masuk ke finish mill sebagai finish grinding, dimana material
digiling dengan menggunakan grinding media berupa ball mill yang saling
bertumbukkan satu sama lain dengan liner di dalam mil. Material masuk sepax
separator sebagai classfier dimana memisahkan fine product (<45nm) dan
coarse material (material kasar) yang merupakan produk regrind mill.
Dengan bantuan sebuah fan material masuk filtax filter untuk memisahkan
gas dengan finish produk dari outlet sepax separator melalui proses filtrasi
dan bag cleaning. Finish produk berupa semen yang terkumpul di hopper
bottom filtex filter. Dengan screw conveyor, finish product dibawa
keluar hopper filtax filter dan akan ditransportasikan ke cement silo.
Klinker adalah batuan-batuan yang dihasilkan dari proses pemanasan raw
meal di dalam klin pada suhu sekitar 1400oc selama proses pemanasan di dalam
klin akan terjadi reaksi fisika dan kimia secara bersamaan dan interaksi antar
molekul membentuk senyawa klinker. Klinker semen portland dibuat dengan
memanaskan bahan baku dan mencampurkannya secara homogen dalam rotary
kiln pada suhu tinggi. Produk reaksi kimia mengalami agregasi pada suhu
penyinteran, sekitar 1400 °C. Aluminium oksida dan besi oksida hanya muncul
sebagai fluks untuk mengurangi suhu penyinteran, dan memiliki kontribusi kecil
pada kekukuhan semen. Untuk membuat semen khusus seperti low heat (LH) dan
sulfate resistant (SR), trikalsium aluminat yang terbentuk harus dibatasi. Bahan
baku utama klnker adalah batu gamping yang dicampur dengan bahan lain yang
mengandung lempung sebagai sumber alumino-silikat.
Unsur Kimia dalam Klinker
Umumnya terdapat empat kandungan senyawa utama pembentuk klinker
yaitu C3S, C2S, C3A dan C4AF. Keempat komponen tersebut memiliki
peranannya masing-masing dalam klinker. Di dalam klinker terdapat kandungan
senyawa yaitu diantaranya :
a. Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2) atau disingkat dengan C3S.
b. Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) atau disingkat dengan C2S.
c. Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) atau disingkat dengan C3A.
d. Tetra Kalsium Aluminat (4CaO.Al2O3.Fe2O3) atau disingkat dengan
C4AF.
Bahan Baku Klinker
Bahan baku utama klinker terdiri dari:
a. Batu kapur, yang mengandung 50% CaCO3 atau lebih sering disebut
dengan lime stone. Batu kapur yang digunakan sebanyak ± 81 %.
b. Tanah liat (clay). Tanah liat yang digunakan sebanyak ± 9 %.
Bahan aditif klinker terdiri dari:
a. Pasir besi (Fe3O4) atau Copper Slag (Fe.SiO3, Ca2Fe, CuO). Pasir besi
yang digunakan sebanyak ± 1%.
b. Pasir silika (SiO2). Pasir silika digunakan sebanyak ± 9 %.
c. Gipsum (CaSO4. 2H2O) Pada penggilingan akhir digunakan gipsum
sebanyak 3-5% total pembuatan semen.
Sifat Kimia Klinker
Parameter kualitas produk (Lime Saturation Factor = LSF, Hydraulic
Modulus = HM, Silica Modulus = SM, Alumina Modulus = AM, kehalusan, kadar
air dan homogenitas) perlu dikontrol untuk menjaga agar kualitas hasil produk
yang diperoleh sesuai dengan target raw meal desain yang telah ditetapkan
sebelumnya.
a. Lime Saturation Factor (LSF). LSF menunjukkan jumlah maksimum CaO
yang diperlukan untuk bereaksi dengan oksida lain sehingga tidak terjadi
free lime berlebihan di klinker.
LSF = 100 CaO
2,8 SiO2 + 1,18 Al2O3 + 0,65 Fe

b. Silica Modulus (SM). Silica modulus merupakan indikator tingkat


kesulitan pembakaran raw material. Silica Ratio juga memberikan
gambaran tentang mutu klinker yang akan dihasilkan dan banyaknya
bahan bakar yang dibutuhkan.
SM = SiO2
Al2O3 + Fe2O3

c. Alumina Modulus (AM). Nilai AM yang lebih rendah dijumpai pada jenis
semen yang tahan terhadap sulfat, sedangkan nilai AM yang lebih tinggi
dijumpai pada semen putih
AM = Al2O3

Fe2O3

Klinker
Klinker adalah raw material dengan proporsi tertentu dari senyawasenyawa kimia
di dalamnya dibakar pada suhu sekitar 1450oC. Dalam Reaksi
klinker adalah:
 4CaO(s) + Al2O3(s) + Fe2O3 4CaO Al2O3 Fe2O3 (s) (C4AF)
 3CaO(s) + Al2O3(s) 3CaO Al2O3 (s) (C3A)
 2CaO(s) + SiO2(s) 2CaO SiO2 (s) (C2S)
 CaO (s) +2CaO SiO2 (s) 3CaO SiO2 (s) (C3S)
Gambar 2.1.Contoh Sampel Klinker

Klinkerisasi Pada Kiln


Klinkerisasi adalah proses pembentukan senyawa – senyawa penyusun semen
Portland, baik dalam fasa padat maupun dalam fasa cair. Proses klinkerisasi
membutuhkan energi yang sangat tinggi yaitu berkisar 800 kkal/kg klinker dan
proses ini sebagian besar terjadi di dalam kiln, cyclone IV A dan calsiner. Proses
klinkerisasi dalam kiln terbagi dalam beberapa zona, yaitu :
1. Calcining Zone
Pada zona ini raw meal dari preheater akan mengalami pemanasan hingga
1200ºC dan proses yang terjadi adalah proses penguraian secara
maksimum dari unsur – unsur reaktif yang terkandung dalam material
masih berbentuk bubuk dan bagian dalam kiln digunakan lapisan alumina
bricks.
2. Transition Zone
Pada zona ini material mengalami perubahan fase dari padat ke cair
dengan temperature operasi sekitar 1300ºC. pada zona ini juga terjadi
reaksi antara CaO dengan senyawa SiO2 , Al2O3 dan Fe2O3. Daerah kiln
ini dilindungi oleh lapisan High Alumina Bricks.
3. Sintering Zone
Pada zona ini material mendekati sumber panas yang terpancar dari
burner. Pemanasan terjadi hingga 1500 ºC. proses yang terjadi adalah
pelelehan dari semua material dan reaksi maksimum antara CaO dengan
senyawa SiO2, Al2O3 dan Fe2O3. Minerak compound ini membentuk
senyawa utama klinker yaitu C3S (Alite), C2S (Belite), C3A (Celite) dan
C4AF (Felite). Reaksi ini disebut reaksi klinkerisasi
4. Cooling Zone
Material yang berbentuk cair di sintering zone akan mengalir ke cooling
zone dan mengalami perubahan fase material menjauhi gun burner.
Temperature akan turun hingga mencapai 1200 ºC. karena adanya gerakan
rotasi kiln, maka sebagian besar material akan berbentuk granular atau
butiran.

METODOLOGI
Metode penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu mulai tanggal 07
Februari 2022 sampai dengan 07 April 2022. Penelitian yang dilakukan ialah
analisis kualitas klinker sebagai bahan baku utama dalam proses pembuatan
semen di pabrik baturaja II PT. Semen Baturaja (persero) Tbk. yang berlokasi di
daerah Sukajadi Kabupaten Ogan Komering Ulu, Baturaja, Sumetera Selatan.
Adapun tahapan yang dilakukan dalam penelitian ialah :
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan dengan cara melakukan bimbingan dan diskusi
dengan Bapak Safaruddin dan Bapak Rendotian Anugrah di PT. Semen
Baturaja (Persero) Tbk. untuk memperoleh informasi berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan dan mempertajam arah studi.
2. Survei Literatur.
Survei literatur dilakukan dengan mengumpulkan atau mencari berbagai
referensi seperti jurnal ilmiah, buku, internet, dan tugas akhir calon karyawan
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan. Referensi tersebut akan dijadikan sebagai alat memecahkan
masalah dalam melakukan penelitian ini.
3. Observasi Data
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
beberapa tahapan, yaitu :
a. Tahapan sampling pada stock fill (storage)
Pada tahapan ini penulis melakukan sampling hasil pada lokasi stock fill
(storage) untuk selanjutnya dianalisis dengan menggunakan X-Ray Analizer
(3.1) agar dapat diketahui jumlah empat nilai kandungan senyawa utama
pembentuk klinker yaitu C3S, C2S, C3A dan C4AF .
Gambar 3.1 X-Ray Analizer

b. Tahap pengeringan sampel


Proses pengeringan sampel dilakukan untuk mengurangi kadar air
yang terkandung dalam sampel tersebut, sehingga memudahkan untuk
menganalisis kandungan nilai oksida yang terdapat pada Klinker .
c. Tahap penggilingan sampel
Dalam tahap penggilingan sampel digunakan alat grinding mill (gambar
3.2), sebelum digiling terlebih dahulu dilakukan penimbangan sampel
sebanyak 9 gram dan ditambahkan tiga butir pil borat, kegunaan dari pil
ini yaitu agar sampel tersebut tidak melekat pada wadah saat penggilingan
berlangsung. Proses ini dilakukan agar sampel tersebut mudah untuk di
press.
Gambar 3.3 Grinding Mill

d. Tahap pencetakan sampel


Sampel yang sudah digiling selanjutnya disimpan pada ring sampel
yang telah diletakkan pada alat pres dan selanjutnya tekan tombol on
untuk mencetak sampel.
Adapun dasar rumus perhitungan kadar yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
Kadar A :
xArA
%A = × 100%
Mr Ax
Keterangan :
Ar = Atom Relatif
Mr = Molekul Relatif
%A = Persen Unsur

4. Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan dan analisis data merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memperoleh kesimpulan secara keseluruhan dari data yang telah dikumpulkan
sebelumnya selama penelitian berlangsung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Pada penelitian ini, penulisan menggunakan alat sebagai sarana pengambilan
data. Untuk itu data, yang dihasilkan berupa jumlah nilai oksida yang terkandung
pada klinker dan lime stone. Dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1. Data Kualitas Klinker di Stock Fill (Storage) Hasil X-Ray
No. Keterangan Komposisi Kimia
SiO2% Al2O Fe2O3 CaO MgO K2O% SO3%
3% % % %
1. Sampel 1 21,18 5,37 3,51 65,38 1,74 0,52 0,93
2. Sampel 2 21,05 5,42 3,57 65,37 1,77 0,48 0,88
3. Sampel 3 20,75 5,32 3,49 65,72 1,77 0,61 1,01
4. Sampel 4 20,75 5,26 3,49 65,63 1,72 0,58 1,01
5. Sampel 5 20,95 5,28 3,45 65,50 1,78 0,60 1,08
20,936 5,33 3,502 65,52 1,756 0,558 0,982
Jumlah Rata-rata

Berikut tabel hasil perhitungan jumlah nilai dari LSF, SM dan AM.
Tabel 4.2 Perhitungan LSF, SM dan AM pada Klinker
No Keterangan LSF % SM% AM%
.
1. Sampel 1 96,25% 24,06% 1,52%
2. Sampel 2 96,62% 2,33% 1,51%
3. Sampel 3 98,55% 1,67% 1,52%
4. Sampel 4 98,58% 2,37% 1,50%
5. Sampel 5 97,59% 2,39% 1,53%
Jumlah Rata-rata 97,518% 6,564% 7,58%

2. Pembahasan
CaO dalam C3S (Klinker)
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai kandungan kadar
CaO rata-rata 65,52% dari lima sampel. Dapat diperhatikan pada tabel 4.1
terdapat anomali yaitu nilai kandungan K2O pada sampel ketiga sebesar
0,61%. Menurut (Premonowati, 2010) anomali terjadi akibat indikasi pengaruh
struktur selama migrasi hidrokarbon di dalam klinker.

Lime Saturation Factor (LSF)


Dari hasil analisis LSF yang diperoleh nilai rata-rata 97,518% dari 5
(lima) sampel.
Silica Modulus (SM)
Pada (tabel 4.2) diperoleh nilai rata-rata SM sebesar 6,564%. Anomali
yang terdapat pada sampel 5 yaitu 24,06% . Jumlah kandungan SiO2 pada
tiap-tiap sampel tersebut mempengaruhi jumlah nilai SM, dimana semakin
tinggi kandungan SiO2 yang terdapat pada suatu sampel maka semakin tinggi
pula nilai kandungan SM-nya, begitu pula sebaliknya. Semakin rendah
kandungan SiO2 pada suatu sampel maka semakin rendah pula jumlah nilai
SM yang diperoleh.

Alumina Modulus (AM)


Dari hasil perhitungan yang penulis lakukan diperoleh nilai rata-rata AM
7,58% dari 5 (lima) sampel.

KESIMPULAN
1. Dari penelitian yang penulis lakukan, dari Klinker PT. Semen Baturaja. Bahan
baku kedua yang dapat digunakan untuk membuat klinker adalah tanah liat,
batu serpih, pasir, bijih besi, bauksit, abu terbang, dan terak. Klinker semen
portland dibuat dengan memanaskan bahan baku dan mencampurkannya
secara homogen dalam rotary kiln pada suhu tinggi. Produk reaksi kimia
mengalami agregasi pada suhu penyinteran, sekitar 1400 °C. Aluminium
oksida dan besi oksida hanya muncul sebagai fluks untuk mengurangi suhu
penyinteran, dan memiliki kontribusi kecil pada kekukuhan semen Bahan
baku utama klnker adalah batu gamping yang dicampur dengan bahan lain
yang mengandung lempung sebagai sumber alumino-silikat. .
2. Hasil perhitungan data yang diperoleh di lapangan dapat disimpulkan bahwa
jumlah standar CaO Klinker yang dibutuhkan yakni minimal (62,32% ) Dari
data perhitungan hasil pada lokasi stockpile (storage) yang diperoleh,
kandungan CaO dalam klinker telah memenuhi standar bahan baku aditif
pembuatan semen dengan jumlah rata-rata kandungan CaO pada lima sampel.
Semakin banyak jumlah kandungan kadar CaO yang terdapat pada Klinker
maka semakin baik digunakan untuk proses pembuatan semen.
3. Dari hasil analisis X-Ray Analizer diperoleh bahwa jumlah nilai LSF
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kandungan kadar CaO dalam Klinker.
Nilai SM dipengaruhi oleh jumlah kandungan kadar SiO2 yang terdapat dalam
Klinker. Sedangkan nilai AM dipengaruhi oleh kandungan kadar Al2O3 yang
terdapat pada Klinker.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Perindustrian, Pasokan Semen Nasional 110 juta ton Pada tahun
2019, https://kemenperin.go.id/artikel/22011/Industri-Semen, 2019.

Laboratorium Proses Baturaja II. 2022. Data Quality Control Produksi Semen
Pabrik Baturaja II. Slide Presentasi.

Premonowati. 2010. Optimalisasi Metode Pendiskripsian Batugamping untuk


Karakterisasi Reservoar Hidrokarbon dalam Pemodelan Geologi. Jurusan
Teknik Geologi FTM UPN. Yogyakarta

Peray, E, 1979, “Cement Manufacture’s Handbook”, Chemical Published Co.Inc.,


New York.

Anda mungkin juga menyukai